PROPOSAL PENELITIAN
Dosen Pembimbing
Oleh
Cahyo
140621605460
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
rumusan masalah yang akan di teliti:
1. Apakah ada pengaruh latihan moderat terhadap kadar gula darah diabetes
melitus pada tikus wistar yang di induksi streptozotocin
2. Bagaimana pengaruh latihan moderat terhadap kadar gula darah diabetes
melitus pada tikus wistar yang di induksi streptozotocin
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka hipotesis dari penulis
tentang penelitian ini adalah pengaruhlatihan moderat terhadap kadar gula
darah diabetes melitus pada tikus wistar induksi streptozotocin.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah pada publik
khususnya di dunia olahraga dan kesehatan/kedokteran mengenai pengaruh
latihan aerobik intensitas ringan dan sedang menggunakan treadmill terhadap
kadar gula darah penderita diabetes melitus tipe .
F. Ruang Lingkup Penelitian
Variabel yang diteliti sesuai dengan pembahasan peneliti yaitu tentang
Pengaruh Latihan Moderat Terhadap Kadar Gula Darah Diabetes Melitus pada
tikus wistar Induksi Streptozotocin.
G. Definisi Operasional
a. Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh
kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas
dan atau ganguan fungsi insulin.
b. Latihan merupakan proses melakukan gerakan yang diberikan oleh pelatih
kepada atlet dan dilaksanakan teratur, sistematis, dan berulang-ulang untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan seperti meningkatkan
kemampuan fisik, teknik, taktik dan mental.
c. Latihan moderat adalah latihan fisik dengan intensitas sedang.
d. Streptozotocin merupakan antibiotic antineoplastik dari grupnitrosurea, berasal
dari Streptomyces achromogenes atau dihasilkan melalui sintesis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab II ini akan diuraikan tentang kajian pustaka teori di antaranya berisi
tentang aktivitas fisik, latihan moderat terhadap kadar gula darah diabetes melitus
A. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat kekurangan insulin baik mutlak maupun relatif (Sugondo, 2007)
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
timbulnya hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, dan atau peningkatan
resistensi insulin seluler. Hiperglikemia kronik dan gangguan metabolik diabetes
mellitus lainnya akan menyebabkan kerusakan jaringan dan organ, seperti mata,
ginjal, syaraf, dan sistem vaskular (William, 2002)
Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus bila kadar glukosa dalam
darah di atas 120 mg/dl dalam kondisi berpuasa, dan di atas 200 mg/dl setelah dua
jam makan. Diabetes muncul karena hormon insulin yang dikeluarkan oleh sel-sel
beta dari pulau langerhans (struktur dalam pankreas yang bertugas mengatur kadar
gula dalam darah) tidak lagi bekerja normal. Akibatnya, kadar gula dalam darah
meninggi. Bila keadaan ini berlanjut dan melewati ambang batas ginjal, zat gula
akan dikeluarkan melalui air seni (Sugondo, 2007)
Diabetes Mellitus tipe 1 adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan
insulin mutlak. Penyakit ini disebut diabetes mellitus tergantung insulin/Insulin
Dependent Dibetes Mellitus (IDDM). Pengidap penyakit ini harus mendapat
Insulin pengganti. Diabetes tipe 1 timbul akibat destruksi autoimun sel-sel
pulau Langerhans yang dicetuskan oleh lingkungan. Terdapat pula pengaruh
genetik untuk dapat timbulnya diabetes tipe 1.
Diabetes Mellitus tipe 2 adalah penyakit hiperglikemia akibat insensitifitas sel
terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam
rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh selsel pankreas, maka
diabetes mellitus tipe 2 dianggap sebagai Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM). Menurut Asdie ( 1997) mekanisme regulasi ambilan glukosa
oleh otot pada waktu aktif bergerak disebabkan oleh :
a. Insulin memacu pelepasan muscle activating factor (MAF) pada otot yang
sedang bergerak, sehingga menyebabkan ambilan glukosa oleh otot tersebut
menjadi bertambah dan ambilan glukosa oleh otot yang tidak berkontraksi pun
ikut meningkat. Saat ini MAF diduga bradikinin.
b. Adanya aksi lokal hormon pada anggota badan yang sedang bergerak yang
disebut non supresible insulin like activity (NSILA) yang terdapat pada aliran
limfe dan tidak dalam darah anggota badan tersebut.
c. Adanya peningkatan penyediaan glukosa dan insulin, karena adanya
peningkatan aliran darah kedaerah otot yang aktif bergerak.
d. Adanya hipoksia lokal yang merupakan stimulus kuat untuk ambilan
glukosa.
e. Adanya interaksi proses metabolik, dimana bila glikogenolisis meningkat
maka pembakaran glukosa menurun, karena glukosa 6 fosfat menghambat enzim
hexokinase, disamping peningkatan oksidasi asam lemak bebas.
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 ini kebanyakan diakibatkan karena
terjadinya resistensi insulin akibat kurang gerak badan atau olahraga. Olahraga
secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah
satu pilar dalam upaya pengelolaan diabetes mellitus tipe 2. Olahraga selain untuk
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Olahraga
yang dianjurkan berupa olahraga yang bersifat aerobik seperti jalan kaki cepat.
Olahraga sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
Untuk mereka yang relatif sehat,intensitas latihan bisa ditingkatkan, sementara
yang sudah mendapat komplikasi diabetes mellitus dapat dikurangi (Giam, 2003).
B. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh karena adanya kontraksi otot yang
berakibat pada peningkatan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat juga berupa
excercise, yaitu latihan fisik baik yang termasuk maupun tidak termasuk dalam
cabang olahraga tertentu (Candrawati, 2013:445). Latihan fisik secara teratur
memberikan efek yang menguntungkan bagi kesehatan termasuk mengurangi
berbagai penyakit kardiovaskuler, gangguan metabolik (diabetes melitus,
hipertensi, obesitas) dan osteoporosis (Pedersen et al dalam Yanuarti, 2014:180)
Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan sesuai dengan tubuh dalam menanggapi stress
yang diberikan, apabila tubuh diberi beban yang terlalu ringan, maka akan terjadi
proses adaptasi (Sugiharto, 2012: 4). Demikian juga, apabila diberikan latihan
yang terlalu berat dan tubuh tidak mampu mentolelir akan menyebabkan
terganggunya proses homeostatis pada sistem tubuh dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada jaringan. Setiap latihan fisik akan memberikan respon atau
tanggapan dari organ-organ tubuh terhadap dosis yang diberikan saat latihan. Hal
ini merupakan usaha penyesuaian diri dalam rangka menjaga keseimbangan
lingkungan yang stabil atau bisa disebut dengan homeostatis (Sugiharto, 2012: 7).
Latihan fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi
energi pada saat beraktivitas fisik. Latihan fisik dengan intesitas sedang dapat
menurunkan kadar glukosa darah. Menurut Fauzi (2013:112), latihan jasmani
dalam hal ini berjalan kaki dengan intensitas sedang lebih dianjurkan pada
penderita diabetes melitus ringan. Kegiatan ini dapat menurunkan glukosa darah
karena dapat meningkatnya ambilan glukosa oleh otot dibandingkan dengan
pelepasan glukosa hepar selama kegiatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III akan diuraikan tentang rancangan penelitian, populasi penelitian,
sampel penelitian, tempat dan waktu penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data dan analisis data.
A. Rancangan Penelitian
K0 P0
S R
K1 P1
Keterangan:
S = Sampel penelitian
R = Randomisasi
K0 = Kelompok kontrol
K1 = Kelompok latihan intensitas sedang
P0 = Posttest kelompok kontrol
P1 = Posttest kelompok latihan intensitas sedang
D. Variabel Penlitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini antara lain:
1. Variabel terikat : kadar glukosa darah tikus DM
F. Analisis Data
Data dari hasil penelitian akan diolah dengan uji normalitas dan analisis
menggunakan software SPSS versi 17 dengan laptop yakni melihat hasil uji
laboratorium perlakuan aktivitas fisik submaksimal pada tikus putih jantan
(wistar) terhadap penurunan kadar glukosa darah. Setiap data berdistribusi normal
akan dilakukan uji untuk mengetahui perbedaan penurunan hitung kadar glukosa
darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan setelah dilakukan
perlakuan aktivitas fisik intensitas ringan dan sedang, sedangkan apabila data
berdistribusi tidak normal akan dilanjutkan dengan uji non parametrik.
G. Cara Penafsiran
a. Pemeliharaan Hewan Coba
Aklimatisasi dilakukan terhadap hewan coba selama 6 hari secara
berkelompok didalam kandang sebelum diberikan perlakuan latihan. Proses ini
dilakukan di laboratorium Faal Universitas Brawijaya Malang. Hewan coba
dipelihara di kandang plastik yang memiliki ukuran panjang 40 cm, lebar 30 cm,
tinggi 20 cm dan pada bagian atasnya diberi penutup kawat ram. Pada bagian
dasar kandang diberi sekat sebagai alasnya dan makanan standar yang khusus
untuk tikus, pemberian air minum menggunakan air PDAM yang disimpan dalam
wadah plastik atau botol plastik atau pipet dan dikasih nipple.
b. Induksi Streptozotocin (STZ)
Sebelum di induksi dan dianggap telah diabetes tikus harus melalui 3 tahap
terlebih dahulu, yaitu :
1) Setelah aklimatisaasi selesai tikus dipuasakan selama 8 12 jam lalu
dilakukan tes laboratorium GDP (Gula Darah Puasa). Tes laboratorium
tersebut dilakukan dengan mengambil sampel darah melalui
intraperitoneal, tujuan untuk menentukan dosis STZ sebelum di
induksikan kemudian diberi makanan dan minuman selama 2 hari.
2) Tikus kembali dipuasakan selama 8 12 jam lalu di induksi STZ dengan
dosis 20 35 mg/kg berat badan melalui intraperitoneal. Setelah dilakukan
dengan induksi tikus diberi makanan dan minuman standar selama 3 hari
3) Tikus kemudian dipuasakan selama 8 12 jam dahulu dan dilakukan tes
laboratorium GDP dengan mengambil sampel darah melalui intravena
kembali. Tikus dengan kadar tes laboratorium GDP > 126 mg/dl dianggap
telah menderita diabetes dan diambil untuk dijadikan sampel penelitian.
c. Pemberian Latihan
Tikus yang dipilih adalah tikus yang belum terlatih (wistar). Latihan
diberikan dengan frekuensi 3 kali dalam seminggudan dilakukan selama 8 minggu
atau 24 kali perlakuan.
Betteng, R., Pagemanan, D & Mayulu, N. 2014. Analisis Faktor Resiko Penyebab
Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 pada Wanita Usia Produktif Di Puskesmas
Wawonasa. Jurnal e-Biomedik (eBM), 2 (2):404-412.
Lina, Y., Patellongi, I., Lawrence, G.S., Wijaya, A & Asad,S. 2011. Korelasi
antara Adiponektin dengan Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-a) pada Pria
Indonesia Obes non-Diabetes. Maj Kedokt Indon, 61 (1):9-12.
Utomo, O.M., Azam, M. & Anggraini, D.N. 2012. Pengaruh Senam Ter-hadap
Kadar Gula Darah Penderita Diabetes. Unnes Journal of Public Health, 1
(2012):36-40.