Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH LATIHAN MODERAT TERHADAP KADAR

GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MILITUS


PADA TIKUS WISTAR YANG INDUKSI STREPTOZOTOCIN

PROPOSAL PENELITIAN

Dosen Pembimbing

Oleh
Cahyo
140621605460

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN
Oktober 2016
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang


jumlah penderitanya terus meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia terjadi
peningkatan jumlah penderita DM. Dapat diketahui bahwa pada tahun 1995
terdapat lebih kurang 5 juta penderita Diabetes Melitus di Indonesia dengan
peningkatan sekitar 230 ribu penderita setiap tahun, sehingga pada tahun 2025
penderita Diabetes Melitus di Indonesia diperkirakan akan mencapai 12 juta orang
(Zahtamal dkk, 2007:142).

Terdapat berbagai faktor penyebab DM diantaranya adalah pola makan,


aktivitas fisik dan keturunan. Selain itu juga faktor lingkungan yang meliputi usia,
obesitas, resistensi insulin, makanan, aktivitas fisik, dan gaya hidup penderita
yang tidak sehat juga berperan dalam terjadinya DM (Betteng dkk, 2014:405).

DM ditandai dengan peningkatan kadar glukosa (darah) yang melebihi


nilai normal atau disebut hiperglikemia (Erwin dkk, 2012:47). Sesuai klasifikasi
WHO, Apabila kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl (plasma vena) maka
penderita tersebut sudah dapat disebut diabetes melitus. Dengan kata lain kadar
glukosa plasma 200 mg/dl sudah memenuhi kriteria diabetes melitus. (Bagus,
2006:9). Pada penderita DM, insulin yang dihasilkan tidak memadai untuk
membawa glukosa ke dalam sel sehingga glukosa terkumpul di dalam darah, dan
memnyebabkan timbulnya gejala DM (Puspita dkk, 2015:364). Diabetes Mellitus
disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ
tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan
ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung,
sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk, infeksi paru-
paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya (Fatimah, 2015:94).
Diabetes melitus dapat disembuhkan dengan beberapa cara yaitu dengan
pengobatan maupun non pengobatan. Penatalaksanaan DM meliputi pendekatan
tanpa obat dan pendekatan dengan obat (Kusumadewi, 2009:22). Menurut
(American Diabetes Asspciation, 2002) dalam Utomo dkk. (2012:37) penderita
DM sebaiknya melaksanakan 4 pilar pengelolaan yaitu edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani, dan intervensi farmakologis. Kurangnya aktivitas fisik sangat
berperan dalam peningkatan risiko DM. Aktivitas fisik berguna untuk
melancarkan peredaran darah dan untuk membakar kalori dalam tubuh (Anugrah
dkk., 2013:6). Latihan jasmani merupakan upaya awal dalam mencegah,
mengontrol, dan mengatasi diabetes (Sunaryo dan Sudiro, 2014:101).

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, ada indikasi bahwa olahraga


dengan metode latihan treadmill dapat menurunkan glukosa darah dan
berpengaruh terhadap kesehatan, sehingga penulis akan melakukan penelitian
dengan judul pengaruh olahraga moderat terhadap kadar gula darah
diabetes melitus induksi streptozotocin.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
rumusan masalah yang akan di teliti:
1. Apakah ada pengaruh latihan moderat terhadap kadar gula darah diabetes
melitus pada tikus wistar yang di induksi streptozotocin
2. Bagaimana pengaruh latihan moderat terhadap kadar gula darah diabetes
melitus pada tikus wistar yang di induksi streptozotocin

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tersebut untuk menngetahui adanya pengaruh latihan


moderat terhadap kadar gula darah diabetes militus pada tikus wistar yang di
induksi streptozotocin.

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka hipotesis dari penulis
tentang penelitian ini adalah pengaruhlatihan moderat terhadap kadar gula
darah diabetes melitus pada tikus wistar induksi streptozotocin.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah pada publik
khususnya di dunia olahraga dan kesehatan/kedokteran mengenai pengaruh
latihan aerobik intensitas ringan dan sedang menggunakan treadmill terhadap
kadar gula darah penderita diabetes melitus tipe .
F. Ruang Lingkup Penelitian
Variabel yang diteliti sesuai dengan pembahasan peneliti yaitu tentang
Pengaruh Latihan Moderat Terhadap Kadar Gula Darah Diabetes Melitus pada
tikus wistar Induksi Streptozotocin.

G. Definisi Operasional
a. Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh
kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas
dan atau ganguan fungsi insulin.
b. Latihan merupakan proses melakukan gerakan yang diberikan oleh pelatih
kepada atlet dan dilaksanakan teratur, sistematis, dan berulang-ulang untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan seperti meningkatkan
kemampuan fisik, teknik, taktik dan mental.
c. Latihan moderat adalah latihan fisik dengan intensitas sedang.
d. Streptozotocin merupakan antibiotic antineoplastik dari grupnitrosurea, berasal
dari Streptomyces achromogenes atau dihasilkan melalui sintesis

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab II ini akan diuraikan tentang kajian pustaka teori di antaranya berisi
tentang aktivitas fisik, latihan moderat terhadap kadar gula darah diabetes melitus
A. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat kekurangan insulin baik mutlak maupun relatif (Sugondo, 2007)
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
timbulnya hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, dan atau peningkatan
resistensi insulin seluler. Hiperglikemia kronik dan gangguan metabolik diabetes
mellitus lainnya akan menyebabkan kerusakan jaringan dan organ, seperti mata,
ginjal, syaraf, dan sistem vaskular (William, 2002)
Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus bila kadar glukosa dalam
darah di atas 120 mg/dl dalam kondisi berpuasa, dan di atas 200 mg/dl setelah dua
jam makan. Diabetes muncul karena hormon insulin yang dikeluarkan oleh sel-sel
beta dari pulau langerhans (struktur dalam pankreas yang bertugas mengatur kadar
gula dalam darah) tidak lagi bekerja normal. Akibatnya, kadar gula dalam darah
meninggi. Bila keadaan ini berlanjut dan melewati ambang batas ginjal, zat gula
akan dikeluarkan melalui air seni (Sugondo, 2007)
Diabetes Mellitus tipe 1 adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan
insulin mutlak. Penyakit ini disebut diabetes mellitus tergantung insulin/Insulin
Dependent Dibetes Mellitus (IDDM). Pengidap penyakit ini harus mendapat
Insulin pengganti. Diabetes tipe 1 timbul akibat destruksi autoimun sel-sel
pulau Langerhans yang dicetuskan oleh lingkungan. Terdapat pula pengaruh
genetik untuk dapat timbulnya diabetes tipe 1.
Diabetes Mellitus tipe 2 adalah penyakit hiperglikemia akibat insensitifitas sel
terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam
rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh selsel pankreas, maka
diabetes mellitus tipe 2 dianggap sebagai Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM). Menurut Asdie ( 1997) mekanisme regulasi ambilan glukosa
oleh otot pada waktu aktif bergerak disebabkan oleh :
a. Insulin memacu pelepasan muscle activating factor (MAF) pada otot yang
sedang bergerak, sehingga menyebabkan ambilan glukosa oleh otot tersebut
menjadi bertambah dan ambilan glukosa oleh otot yang tidak berkontraksi pun
ikut meningkat. Saat ini MAF diduga bradikinin.
b. Adanya aksi lokal hormon pada anggota badan yang sedang bergerak yang
disebut non supresible insulin like activity (NSILA) yang terdapat pada aliran
limfe dan tidak dalam darah anggota badan tersebut.
c. Adanya peningkatan penyediaan glukosa dan insulin, karena adanya
peningkatan aliran darah kedaerah otot yang aktif bergerak.
d. Adanya hipoksia lokal yang merupakan stimulus kuat untuk ambilan
glukosa.
e. Adanya interaksi proses metabolik, dimana bila glikogenolisis meningkat
maka pembakaran glukosa menurun, karena glukosa 6 fosfat menghambat enzim
hexokinase, disamping peningkatan oksidasi asam lemak bebas.
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 ini kebanyakan diakibatkan karena
terjadinya resistensi insulin akibat kurang gerak badan atau olahraga. Olahraga
secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah
satu pilar dalam upaya pengelolaan diabetes mellitus tipe 2. Olahraga selain untuk
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Olahraga
yang dianjurkan berupa olahraga yang bersifat aerobik seperti jalan kaki cepat.
Olahraga sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
Untuk mereka yang relatif sehat,intensitas latihan bisa ditingkatkan, sementara
yang sudah mendapat komplikasi diabetes mellitus dapat dikurangi (Giam, 2003).

B. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh karena adanya kontraksi otot yang
berakibat pada peningkatan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat juga berupa
excercise, yaitu latihan fisik baik yang termasuk maupun tidak termasuk dalam
cabang olahraga tertentu (Candrawati, 2013:445). Latihan fisik secara teratur
memberikan efek yang menguntungkan bagi kesehatan termasuk mengurangi
berbagai penyakit kardiovaskuler, gangguan metabolik (diabetes melitus,
hipertensi, obesitas) dan osteoporosis (Pedersen et al dalam Yanuarti, 2014:180)
Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan sesuai dengan tubuh dalam menanggapi stress
yang diberikan, apabila tubuh diberi beban yang terlalu ringan, maka akan terjadi
proses adaptasi (Sugiharto, 2012: 4). Demikian juga, apabila diberikan latihan
yang terlalu berat dan tubuh tidak mampu mentolelir akan menyebabkan
terganggunya proses homeostatis pada sistem tubuh dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada jaringan. Setiap latihan fisik akan memberikan respon atau
tanggapan dari organ-organ tubuh terhadap dosis yang diberikan saat latihan. Hal
ini merupakan usaha penyesuaian diri dalam rangka menjaga keseimbangan
lingkungan yang stabil atau bisa disebut dengan homeostatis (Sugiharto, 2012: 7).

C. Pengaruh Latihan Moderat Terhadap Kadar Gula Darah

Latihan fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi
energi pada saat beraktivitas fisik. Latihan fisik dengan intesitas sedang dapat
menurunkan kadar glukosa darah. Menurut Fauzi (2013:112), latihan jasmani
dalam hal ini berjalan kaki dengan intensitas sedang lebih dianjurkan pada
penderita diabetes melitus ringan. Kegiatan ini dapat menurunkan glukosa darah
karena dapat meningkatnya ambilan glukosa oleh otot dibandingkan dengan
pelepasan glukosa hepar selama kegiatan.

Latihan fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar


gula dalam darah akan berkurang. Program jalan kaki dengan treadmill pernah
diuji cobakan pada tikus Zucker yang memiliki gejala hampir sama dengan
penyakit DM tipe II. Hasilnya, efek dari latihan treadmill pada tikus Zuker dapat
mencegah peningkatan resistensi insulin, intoleransi glukosa, hiperlipidemia, dan
obesitas (Fauzi, 2013:111).

BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III akan diuraikan tentang rancangan penelitian, populasi penelitian,
sampel penelitian, tempat dan waktu penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data dan analisis data.

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk


meneliti suatu permasalahan sehingga mendapatkan hasil atau tujuan yang
diinginkan. Menurut Maksum (2012:65) penelitian eksperimen adalah penelitian
yang dilakukan secara ketat untuk mengetahui hubungan sebab akibat di antara
variable. Rancangan eksperimen digunakan sebagai dasar yang berhubungan
dengan bagaimana subjek penelitian dipilih untuk kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, cara vaiabel-variabel dimanipulasi dan dikendalikan,
bagaimana melakukan observasi dan untuk menetapkan jenis analisis statistik
yang digunakan untuk menginterprestasikan data yang menyatakan hubungan
antar variabel.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan
moderat (treadmill) terhadap kadar gula darah diabetes melitus induksi
streptozotocin, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode
eksperimen pra-eksperimental
B. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian axperimental laboratories. Adapun rancangan
penelitian yang digunakan adalah Random Control Group Posttest-Only Design
(Cambell dan Stanley, 1963:25). Adapun rancangan penelitian ini dapat
digambarkan skema sebagai berikut:

K0 P0
S R
K1 P1
Keterangan:
S = Sampel penelitian
R = Randomisasi
K0 = Kelompok kontrol
K1 = Kelompok latihan intensitas sedang
P0 = Posttest kelompok kontrol
P1 = Posttest kelompok latihan intensitas sedang

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang.

D. Variabel Penlitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini antara lain:
1. Variabel terikat : kadar glukosa darah tikus DM

2. Variabel bebas : latihan moderat

3. Variabel kontrol : Alat treadmill untuk tikus dan makanan

E. Teknik Pengumpulan Data


a. Persiapan materi dan konsep yang mendukung penelitian (survei
pendahuluan)
b. Perlakuan latihan moderat dengan menggunakan treadmill pada hewan
coba.
c. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah dengan
mengambil sampel darah hewan coba berupa tikus menggunakan alat
d. Setelah penelitian selesai sampai jumlah target terpenuhi, semua data
dicatat dan diolah dengan analisa statistik menggunakan laptop
e. Setelah analisa statistik selesai kemudian dibuat pembahasan dan
kesimpulan dari penelitian kedalam laporan hasil penelitian

F. Analisis Data
Data dari hasil penelitian akan diolah dengan uji normalitas dan analisis
menggunakan software SPSS versi 17 dengan laptop yakni melihat hasil uji
laboratorium perlakuan aktivitas fisik submaksimal pada tikus putih jantan
(wistar) terhadap penurunan kadar glukosa darah. Setiap data berdistribusi normal
akan dilakukan uji untuk mengetahui perbedaan penurunan hitung kadar glukosa
darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan setelah dilakukan
perlakuan aktivitas fisik intensitas ringan dan sedang, sedangkan apabila data
berdistribusi tidak normal akan dilanjutkan dengan uji non parametrik.

G. Cara Penafsiran
a. Pemeliharaan Hewan Coba
Aklimatisasi dilakukan terhadap hewan coba selama 6 hari secara
berkelompok didalam kandang sebelum diberikan perlakuan latihan. Proses ini
dilakukan di laboratorium Faal Universitas Brawijaya Malang. Hewan coba
dipelihara di kandang plastik yang memiliki ukuran panjang 40 cm, lebar 30 cm,
tinggi 20 cm dan pada bagian atasnya diberi penutup kawat ram. Pada bagian
dasar kandang diberi sekat sebagai alasnya dan makanan standar yang khusus
untuk tikus, pemberian air minum menggunakan air PDAM yang disimpan dalam
wadah plastik atau botol plastik atau pipet dan dikasih nipple.
b. Induksi Streptozotocin (STZ)
Sebelum di induksi dan dianggap telah diabetes tikus harus melalui 3 tahap
terlebih dahulu, yaitu :
1) Setelah aklimatisaasi selesai tikus dipuasakan selama 8 12 jam lalu
dilakukan tes laboratorium GDP (Gula Darah Puasa). Tes laboratorium
tersebut dilakukan dengan mengambil sampel darah melalui
intraperitoneal, tujuan untuk menentukan dosis STZ sebelum di
induksikan kemudian diberi makanan dan minuman selama 2 hari.
2) Tikus kembali dipuasakan selama 8 12 jam lalu di induksi STZ dengan
dosis 20 35 mg/kg berat badan melalui intraperitoneal. Setelah dilakukan
dengan induksi tikus diberi makanan dan minuman standar selama 3 hari
3) Tikus kemudian dipuasakan selama 8 12 jam dahulu dan dilakukan tes
laboratorium GDP dengan mengambil sampel darah melalui intravena
kembali. Tikus dengan kadar tes laboratorium GDP > 126 mg/dl dianggap
telah menderita diabetes dan diambil untuk dijadikan sampel penelitian.
c. Pemberian Latihan
Tikus yang dipilih adalah tikus yang belum terlatih (wistar). Latihan
diberikan dengan frekuensi 3 kali dalam seminggudan dilakukan selama 8 minggu
atau 24 kali perlakuan.

G. Penyimpulan Hasil Penelitian


Penyimpulan hasil penelitian yang akan dilakukan yakni dengan obyek
penelitian dan meng-crosscheck kembali hasil data yang diperoleh berdasarkan
hasil hitung kadar gula darah pada hewan percobaan setelah diberi perlakuan
treadmill dengan beban ringan dan sedang dari kemampuan normal tubuh. Dari
hasil data tersebut nantinya dapat diketahui perubahan hitung kadar gula darah
setelah melakukan akitivitas fisik. Selain itu, peneliti saling mendiskusikan
dengan anggota dan dosen pendamping agar data yang diperoleh dan penafsiran
terhadap data tersebut memiliki validitas yang baik sehingga kesimpulan yang
ditarik menjadi akurat dan kokoh.
Daftar Pustaka

Anugrah., Hasbullah, S. & Suarnianti. 2013. Hubungan Obesitas, Aktivitas Fisik,


dan Kebiasaan Merokok dengan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 Pada
Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. ISSN,
1 (6) :1-8.

Betteng, R., Pagemanan, D & Mayulu, N. 2014. Analisis Faktor Resiko Penyebab
Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 pada Wanita Usia Produktif Di Puskesmas
Wawonasa. Jurnal e-Biomedik (eBM), 2 (2):404-412.

Candrawati, S. 2013. Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Stres Oksidatif. Mandala


of Health. 6 (1):454-461.
Erwin., Etriawati & Rusli. 2012. Mencit (Mus Musculus) Galur BALB-C yang
diinduksikan STZ Berulang sebagai Hewan Model Diabetes Melitus. Jurnal
Kedokteran Hewan, 6 (1):47-50.

Fatimah, N.F. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. J Majoriti, 4 (5):93-101.

Kusumadewi, S. 2009. Aplikasi Informa-tika Medis untuk Penatalaksanaan


Diabetes Melitus secara Terpadu. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Informasi, - :22-27.

Lina, Y., Patellongi, I., Lawrence, G.S., Wijaya, A & Asad,S. 2011. Korelasi
antara Adiponektin dengan Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-a) pada Pria
Indonesia Obes non-Diabetes. Maj Kedokt Indon, 61 (1):9-12.

Merentek, E. 2006. Resistensi Insulin Pada Diabetes Melitus Tipe 2. Cermin


Dunia Kedokteran, (150):38-41.
Puspita,N.P., Langi, Y.A. & Rotty, L.A.W. 2015. Hubungan Kadar Trombosit dan
Kejadian Kaki Diabetik pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal e-
Clinic (eCl). 3 (1):363-367.

Sunaryo, T. & Sudiro. 2014. Pengaruh Senam Diabetik Terhadap Penurunan


Resiko Ulkus KakiDiabetik pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Perkumpulan diabetik. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. 3 (1):99-105.

Utomo, O.M., Azam, M. & Anggraini, D.N. 2012. Pengaruh Senam Ter-hadap
Kadar Gula Darah Penderita Diabetes. Unnes Journal of Public Health, 1
(2012):36-40.

Anda mungkin juga menyukai