Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

PRAKTEK LAPANGAN MODUL 5.3


(FAMILY ATTACHMENT) DI KELURAHAN KEDUNG SARI

(WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOSARI KOTA SEMARANG)

Disusun oleh :

Nama NIM

Irwandi Samosir 22010114120023

Isyania Fajriati
22010114140131

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2016
LAPORAN

PRAKTEK LAPANGAN MODUL 5.3

(FAMILY ATTACHMENT) DI KELURAHAN KEDUNG SARI

(WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOSARI KOTA SEMARANG)

Disusun oleh :

Nama NIM

Irwandi Samosir
22010114120023

Isyania Fajriati
22010114140131

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2016


Halaman Pengesahan

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan


berjudul :

....................................

Disusun oleh :

Nama NIM

Irwandi Samosir 22010114120023

Isyania Fajriati
22010114140131

Menyatakan telah telah memenuhi syarat yang diterima :

Koordinator Lapangan :
dr. Firdaus Wahyudi, Sp.Og

NIP

RINGKASAN

Tujuan dari pembelajaran survey lapangan ini adalah memberikan bekal


kepada
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan bagi Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya sehingga survey di kelurahan Rowosari, kecamatan Tembalanng ini
dapat diselesaikan oleh penulis, demikian juga dengan selesainya laporan ini.
Survey ini dilakukan sebagai tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat yang
diperuntukkan bagi mahasiswa semester 5 pada modul 5.3 di Program Studi
Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Dalam survey dan penulisan laporan ini, penulis juga berterima kasih oleh
berbagai pihak atas berbagai bantuan yang telah diberikan dimana ucapan terima
kasih ini diperuntukkan untuk :
1. Rektor Universitas Diponegoro yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk belajar, meningkatkan ilmu pengetahuan, serta
keahlian di bidang kedokteran.
2. Dekan dan segenap Pembantu Dekan serta Kepala Program Studi
Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
keahlian.
3. Segenap pengurus modul 5.3 yang telah menyelenggarakan studi lapangan
sebagai bentuk pembelajaran praktek pada modul yang bersangkutan.
4. dr. Firdaus Wahyudi, M.Kes., SpOG selaku dosen pembimbing lapangan
yang telah menuntun penulis dalam melakukan survey ini.
5. Ibu Rofiatun sebagai kader dari RW 08 Kelurahan Rowosari atas izin dan
bantuannya selama proses survey berlangsung.
6. Segenap kader dari seluruh RT di RW 08 Kelurahan Rowosari yang telah
menemani penulis selama pencarian subjek untuk survey ibu hamil di
Kelurahan Rowosari.
7. Ibu Reni Anggraini dan keluarga yang telah bersedia menjadi subjek
dalam survey ibu hamil di Kelurahan Rowosari.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan survey dan laporan ini.
Semoga Tuhan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu
dalam penelitian ini. Semoga Tuhan juga senantiasa memberikan berkat dan
rahmat yang berlimpah bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan penuh kerendahan hati, penulis akan menerima kritik dan saran
dari pembaca laporan ini. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat
dalam ilmu pengetahuan serta dapat menuju Indonesia yang lebih baik lagi.

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2003), Ibu berarti
wanita yang telah melahirkan seorang anak.Wanita atau ibu adalah makhluk bio-psiko-sosial-cultural
dan spiritual yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan
tingkat perkembangannya (Sofyan, 2006).

Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial.
Umumnya, ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu
dapat diberikan untuk perempuan yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang
mengisi peranan ini.Ibu adalah anggota keluarga yang berperan penting dalam mengatur semua
urusan di dalam rumah tangga. Termasuk juga dengan pendidikan anak dan kesehatan seluruh anggota
keluarga. Hampir seluruh keluarga meletakkan ibu sebagai peran untuk memutuskan suatu keputusan
terkait apapun termasuk juga keputusan penyelenggaraan kesehatan.
Namun tidak jarang dilaporkan bahwa tingginya angka kematian ibu diakibatkan oleh kehamilan,
nifas, dan juga pasca nifas.Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin didalam rahim seorang
perempuan. Masa kehamilan didahului oleh terjadinya pembuahan yaitu bertemunya sel
sperma laki-laki dengn sel telur yang dihasilkan oleh indung telur. Setelah pembuahan,
terbentuk kehidupan baru berupa janin dan tumbuh didalam rahim ibu yang merupakan
tempat berlindung yang aman dan nyaman bagi janin (Dep Kes, 2009:15). Penilaian terhadap
status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu saat ini bahkan menggunakan Angka Kematian Ibu
(AKI) sebagai salah satu indikator yang peka dalam menggambarkan kesejahteraan masyarakat di
suatu negara. Menurut WHO, AKI adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari
setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh
kehamilan atau penangannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan / cedera.
Berdasarkan survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2012, didapatkan angka
kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 tiap 100.000 kelahiran hidup. Meskipun
sebenarnya angka ini sudah terhitung menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya, namun
penurunan angka kematian ibu ini belum cukup signifikan apalagi jika dibandingkan dengan target
MDGs (Millenium Development Goals) ke-5 yaitu 102 tiap 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Potensi untuk mencapai target ini dapat dikatakan off track, yang artinya diperlukan kerja keras dan
sungguh-sungguh untuk mencapainya.
Terdapat empat persoalan menjadi penyebab tingginya AKI. Hal tersebut mencakup
hamil terlalu muda dalam usia kurang dari 20 tahun, terlalu tua dalam usia lebih dari 35
tahun, terlalu rapat dengan jarak kehamilan kurang dari tiga tahun, dan terlalu sering dengan
anak lebih dari dua.Hal lain yang menjadi penyebab tinggi AKI adalah terlambat mengenal
tanda bahaya, ambil keputusan, dan menuju fasilitas kesehatan. Tidak hanya faktor medis
yang menjadi penyebab AKI tetapi jugamencakup pembangunan infrastruktur yang
memudahkan akses masyarakat menuju fasilitas kesehatan.
AKI sebesar 359 ini, 82 persennya terjadi pada persalinan ibu berusia muda, 14-20
tahun. Ada berbagai penyebab kematian ibu. Menurut laporan rutin Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS) tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%),
keracunan kehamilan (20%), infeksi (7%) dan lain-lain (33%). Kondisi tersebut ditunjang
pula dengan keadaan sosial ekonomi sebagian masyarakat yang masih berada digaris
kemiskinan, fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang belum tersebar secara merata
tenaga kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.
Pemerintah bersama masyarakat memiliki tanggung jawab untuk menjamin bahwa setiap ibu
memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, serta
perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi. Termasuk juga di dalamnya akses terhadap
keluarga berencana (KB).

Maka, untuk dapat menurunkan AKI perlu adanya program pendekatan kedokteran
keluarga yang dilakukan dengan berbagai terobosan. Mulai dari mendewasakan usia
pernikahan dini atau menunda kehamilan pertama sampai usia ibu minimal 18 tahun.
Penggagasan program BKKBN dengan penggunaan KB pada wanita usia subur. Upaya
pemantaun status gizi, status kesehatan, dan pendampingan ibu hamil. Penyuluhan tentang
pentingnya PHBS di rumah tangga dan lingkungan. Upaya lain yang dilakukan yaitu
pertolongan persalinan pada ibu hamil dibantu oleh tenaga kesehatan terlatih, apakah itu
dokter kandungan, dokter umum, atau bidan. Persalinanpun dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan.Kesehatan ibu menjadi fokus perhatian, khususnya di daerah-daerah terpencil,
perbatasan, atau kepulauan. Para ibu diberi edukasi pengetahuan sehingga mereka mampu
mencegah masalah kesehatannya. Selain itu, diupayakan pula peningkatan kualitas fasilitas,
serta sarana dan prasarana kesehatan.
Gambar 1 : angka kematian ibu di Indonesia

Gambar 2 : angka kematian ibu negara Asean


Sumber : Direktorat kesehatan ibu, 2010-2013
Gambar 3. Penyebab Kematian Ibu tahun 2010-2013

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui keadaan ibu hamil beserta keluarganya di Kelurahan Rowosari melalui


pendekatan bio-psiko-sosial.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mengetahui kondisi kandungan ibu hamil.


Mengetahui kondisi bio-psiko-sosial ibu hamil.
Mengetahui keadaan keluarga ibu hamil beserta derajat kesehatan dan pengetahuan
kesehatannya.
Melakukan tatalaksana lebih lanjut berdasarkan keadaan bio-psiko-sosial ibu hamil yang
telah dilakukan survey.
Memperoleh feedback dari kinerja kesehatan, sarana prasarana kesehatan, dan program
pemerintah yang sudah ada.
Melatih kemampuan berkomunikasi langsung dengan responden selaku klien kesehatan.

Mencari data primer sebagai kelanjutan program IPE di modul selanjutnya


1.3 Manfaat

- Memberikan informasi terhadap dunia kesehatan mengenai kondisi ibu hamil di


Kelurahan Rowosari

- Meningkatkan status kesehatan keluarga ibu hamil yang dilakukan survey

- Memperbaiki kinerja kesehatan, sarana prasarana kesehatan, dan program


pemerintah yang sudah ada agar tercapai kepuasan masyarakat yang lebih baik
lagi

- Melatih kemampuan berkomunikasi langsung dengan responden selaku klien


kesehatan sebelum menghadapi dunia kesehatan secara mandiri
BAB II

HASIL KEGIATAN

2.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari dan Wilayah Survey

2.2 Hasil Survey

2.2.1 Demografi

Survey yang dilakukan pada tanggal 22 Desember 2016 lokasi pengambilan data
adalah kelurahan Rowosari. Identitas dari responden yang saya survey adalah sebagai
berikut :

Nama : Reni Anggraini


Alamat : Jl. Kedung Mungu, RT 03 RW 08, Kelurahan Rowosari, Kec.
Tembalang
Usia : 24 tahun
Dengan daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dalam 1 tahun terakhir :
Hubungan
N Tanggal Status
Nama dengan L/P Agama Pendidikan Pekerjaan
o Lahir Marital
KK
Kepala 16 Maret
1 Yamualim L Islam Menikah SMP Buruh
Keluarga 1985
Reni 9 Januari
2 Istri P Islam Menikah SMP Buruh
Anggraini 1992
Keysa
24 Maret
3 Putri Anak P Islam Menikah TK
2011
Anggraini

`
2.2.2 Derajat Kesehatan

No Nama Tanggal L/P Penyakit Pengobatan Tanggal


Lahir yang Sakit
diderita

1 Reni 9 Januari P Pusing, Periksa ke


Anggraini 1992 mual, bidan / beli
batuk obat di
apotek
Pendaraha Periksa ke
n bidan
Tidak bisa Rawat inap 15
BAK di RSUD Desember
(Buang Air 2016
Kecil)

Dalam satu terakhir ini, didapatkan anggota keluarga yang menderita penyakit yaitu
ibu Reni Anggraini (24 tahun) seorang buruh yang juga merupakan ibu hamil yang kami
survey. Ibu reni sering merasakan pusing, mual dan batuk dalam kegiatan sehari-harinya. Ibu
reni memeriksaan dirinya ke bidan dengan alasan jika pergi ke puskesmas akan mendapat
antrian yang lama. Namun biasanya ibu Reni juga tidak memeriksakan dirinya kedokter atau
ke bidan, pengobatannya hanya dengan dipijit menggunakan balsem dan membeli obat di
apotek terdekat dengan alasan tanpa resep dari dokter pun bisa sembuh.

Pada masa kehamilannya, ibu Reni Anggraini juga mengalami beberapa masalah,
masalah yang pertama yaitu pendarahan. Ketika terjadi pendarahan, ibu Reni memeriksakan
ke Bidan dan dapat ditangani oleh bidan. Kemudian permasalahan yang kedua adalah pada
usia kehamilan yang ke 10 minggu, ibu Reni mengalami kesulitan BAK (Buang Air Kecil).
Penanganan kasus sulit BAK ini ibu Reni di rawat di RSUD Kota Semarang pada tanggal 15
Desember 2016 sekitar 2 minggu dengan dipasang alat kateter agar ibu Reni sedikit mudah
untuk melakukan BAK.

Ibu Reni merupakan ibu dengan satu anak dengan status kehamilan G2P1A0 yang
berarti bahwa ibu Reni sudah mengandung 2kali dengan kelahiran 1kali dan tanpa adanya
riwayat keguguran. Usia kehamilan ibu Reni saat ini yaitu 10 minggu dan sudah 2 kali
melakukan pemeriksaan di dokter spesialis yang berarti bahwa ibu Reni rutin melakukan
pemeriksaan sebanyak 4 minggu sekali.

Anak ibu Reni yang pertama (Keysa Putri Anggraini) lahir pada tanggal 24 Maret 2011, lahir
dengan normal. Ibu Reni rutin membawa anaknya ke posyandu setiap bulannya. Berat badan
Keysa (Anak pertama) bulan terakhir yaitu 13 kg. Menurut ibu Reni, anaknya susah jika
diminta untuk makan. Asupan makanan yang diberikan biasanya hanya sedikit karbohidrat,
laukpauk, buah dan terkadang susu yang biasa dijual diwarung. Keysa (anak pertama) disapih
pada usia 18 bulan dengan alasan sudah cukup umur untuk disapih.

Pola Konsumsi pada keluarga ini yaitu 3 kali sehari dengan sedikit karbohidrat, sayur,
laukpauk, dan susu setiap hari. Keluarga ini tidak mempunyai pantangan makanan. Namun
keluarga ini sering mengonsumsi makanan cepat saji seperti mie instan, dengan frekuensi 4
kali seminggu.

Ibu Reni mengikuti Keluarga Berencana (KB) PIL sudah 4 tahun. Biasanya ibu Reni
mendapatkan layanan KB di bidan. Sebenarnya ibu Reni sudah pernah menggunakan KB
Suntik namun terdapat keluhan yang didapati ketika ibu Reni menggunakan KB suntik yaitu
ibu Reni mengalami menstruasi yang tidak kunjung berhenti selama 1 bulan. Ketika ibu Reni
menggunakan KB Pil, ibu Reni juga mengalami mual dan pusing.

Pada keluarga juga tidak ada riwayat genetik dan tidak ada kematian dalam keluarga
selama 1 tahun terakhir.

2.2.3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Ibu Reni beserta keluarganya biasa melakukan pemeriksaan di bidan terdekat atau
langsung membeli obat di apotek bila ada keluarga yang sakit. Menurut ibu Reni, pelayanan
yang dilakukan sudah baik, namun ibu Reni tidak pergi ke Puskesmas dikarenakan antrian
yang panjang dan lama jadi ibu Reni lebih memilih ke bidan terdekat.

2.2.4 Keadaan Ekonomi dan Sosial Budaya


Keadaan ekonomi keluarga ibu Reni merupakan salah satu keluarga yang kurang
mampu, dibuktikan dengan tidak pastinya pendapatan suami ibu Reni dengan pekerjaan
buruh. Dikatakan bahwa penghasilan yang dihasilkan tergantung ada atau tidaknya panggilan
untuk kerja, jika sedang ada pekerjaan suami ibu Reni bisa mendapat 600.000 selama
seminggu. Namun jika sedang tidak ada pekerjaan bisa tidak mendapat uang sama sekali.
Penghasilan ini digunakan untuk kehidupan sehari-hari dan biaya sekolah satu anak.

Di keluarga ibu Reni apabila terdapat keluarga yang sakit, pengambilan keputusan
dilakukan oleh suami ibu Reni. Orang yang berpengaruh pada lingkungan daerah ibu Reni ini
adalah ibu kader. Ibu Reni juga mengikuti kegiatan perkumpulan di daerahnya yaitu
pengajian ibu ibu.

2.2.5 Keadaan lingkungan

LingkunganrumahIbu Reni cukupnyaman,


sejukdanjauhdaripencemaranudaradanpencermaransuara.
Namundapatdikatakankurangstrategis,
karenakeberadaanrumahlumayanjauhdariaksesjalanumumdanjauhdariaksessaranakesehatan.

MenurutpenjelasanIbuRofiatunselakukaderkesehatan di RW 8, lokasirumah Bu Reni


bukanmerupakandaerahdenganrawanbanjir.
Keadaansekitarrumahtidaktermasukpadatperumahan. Di sekitarrumahterdapatpepohonan
yang rimbun, jarakantarrumahkuranglebih 15 meter. Rumah yang
menjaditempattinggalkeluarga Bu Reni bersifatpermanendengantemboksudahdiplaster di
bagiandalamdan di bagianluar.
Ataprumahberupagentengdanseluruhlantairumahterbuatdarikeramik. Pencahayaan di
dalamrumahsudahcukupterang, sumberpencahayaanberasaldariVentilasidanListrik PLN.
Dalammasing-masingruangandankamarterdapatsatujendelaterbukadancerobongudara.
Jendelakamarselaludibukabilaadaanggotakeluarga di rumah.
Ventilasirumahkeluargainikurangdari 10% luaslantairumah.
Jikajendeladitutupkeadaankamarmenjadipengapdansedikitlembab. Dapurterletak di
bagianbelakangrumah. Pasokan air rumahtanggabersumberdari air PDAM setempat. Air
bersihdigunakanuntukberbagaikepentinganrumahtangga, misalnyamemasak, mandi,
mencuciperalatanrumahdanpakaian.
KepemilikankamarmandisepenuhnyamilikRumahTangga. Pembuangankotorankakus
(jamban) berupajamban model leherangsa. Jarakrumahdengan septic tank berjaraklebihdari
10 meter. Saranapembuangan air limbah (SPAL) dialirkankesaluranterbuka. Akan
tetapisaluran got tidakmengalirlancar. Terdapatgenangan air di beberapatitik.
Pengelolahansampahrumahtanggadikumpulkan di satutempatlaludiangkutolehpetugas,
namunsebagianbesarmasihada yang dibakar.

Keadaanpolusiudara di lingkunganrumahtidakadagangguan. Hal inimembuatkeadaanudara di


sekitarrumahsudahcukupsejukdantidakmengakibatkanketidaknyamanandalambernafas. Ibu
Reni selalumemasakmenggunakankompor gas. Kamarmandidan toilet
digabungmenjadisatutempattepat di belakangdapur.

Keluargainitidakmemeliharaternakapapun. Disampingrumah Bu Reni


terdapattempatbudidayatumbuh-tumbuhan.
Dapatdisimpulsaranasanitasikeluargainicukupbaikwalaupunperluadaperubahandibagian
SPAL.

2.2.6 PHBS

Keluarga ibu Reni pada saat persalinan dibantu oleh bidan, namun ketika melakukan
pemeriksaan kehamilan ibu Reni melakukan pemeriksaan tersebut di Dokter Spesialis
disekitar daerah tersebut. Ibu Reni rutin melakukan pemeriksaan kehamilannya yakni
4minggu sekali ini dibuktikan bahwa ketika usia kehamilan ibu Reni memasuki umur 10
minggu ibu Reni sudah melakukan 2 kali pemeriksaan terhadap kehamilannya. Pengetahuan
mengenai persalinan oleh tenaga kesehatan pada keluarga ibu Reni juga cukup baik.
Pengetahuan mengenai ASI eksklusif yang dimiliki keluarga ibu Reni cukup baik, anak
pertama ibu Reni menjalankan ASI eksklusif selama 6 bulan dan disapih pada usia 18 bulan.
Setiap bulan anak ibu Reni di timbang di posyandu, dan berat badan terakhir anaknya yaitu
13kg dengan usia 5 tahun. Menurut tenaga kesehatan berat anak ibu Reni masih kurang, ini
dikarenakan asupan makanan yang dikonsumsi anak ibu Reni masih kurang. Anak ibu Reni
sulit untuk makan nasi, sayur, lauk pauk, yang diinginkan hanya jajan yang ada disekitar.
Keluarga ibu Reni juga mengonsumsi mie instan sebanyak 4 kali seminggu.
Keluarga ibu Reni sudah menggunakan air bersih (PAM) untuk kebutuhan sehari
harinya termasuk untuk air minum keluarga ibu Reni membeli minuman kemasan. Jamban
yang digunakan juga sudah memenuhi syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank,
cemplung tertutup). Sampah pada lingkungan rumah ibu Reni juga ditampung dengan baik,
kemudian dibakar, namun ada beberapa titik yang terjadi penumpukan sampah oleh warga
sekitar. Rumah ibu Reni secara keseluruhan sudah menggunakan keramik, kedap air dan
dalam keadaan yang bersih.

Anak ibu Reni yang berusia 5 tahun rutin melakukan olahraga yaitu di TK , namun
hanya dilakukan seminggu sekali. Suami ibu Rena sendiri merupakan perokok aktif, dan
dahulu suka mengonsumsi alkohol namun sekarang sudah tidak pernah. Untuk kebersihan
diri, ibu Reni dan keluarga melakukan gosok gigi 2 kali sehari setiap pagi dan malam dan
melakukan cuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB. Keluarga ibu Reni melakukan
PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) yaitu dengan membersihkan penampungan air
didalam maupun diluar rumah yaitu sekitar 2 minggu sekali ketika penampungan air sudah
terlihat kotor.

2.2.7 Masalah Kesehatan

Masalah kesehatan yang biasa dialami oleh warga adalah diare, pusing. Diduga
disebabkan oleh makanan yang kurang higine dan pola asupan makanan yang tidak teratur
dan kurang mencukupi kebutuhan sehari-hari.

2.2.8 Partisipasi dalam Kesehatan

Dalam hal ini ibu Reni tidak mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan program
kesehatan, ibu Reni dan suami sangat menginginkan untuk berpartisipasi dalam program
kesehatan namun untuk saat ini belum terlaksana.

2.2.9 Kunjungan Mahasiswa Sebelumnya


Sebelumnnya keluarga ibu Reni sudah pernah dikunjungi oleh mahasiswa yaitu dari
mahasiswa Universitas Diponegoro dan Universitas Wali Songo. Kunjungan sebelumnya
mengenai kesehatan lingkungan dan sampah pada lingkungan sekitar rumah keluarga ibu
Reni. Suami ibu Reni juga senang jika dikunjungi oleh mahasiswa, dan suami ibu Reni
meminta mahasiswa untuk terus membantu keluarga mereka dengan berbagai kegiatan
mahasiwa. Ini menunjukan bahwa keluarga ibu Reni merasa terbantu dengan kegiatan yang
dilaksanakan oleh mahasiswa dan keluarga ibu Reni mendapat keuntungan dari kegiatan
mahasiwa yang dilaksanakan di desa tersebut.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Demografi

Teori kependudukan yang dikemukakan oleh malthus yaitu jumlah penduduk


cenderung untuk meningkatkan secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup
riil dapat meningkat secara arismatik (deret hitung).

Keluarga ibu Reni merupakan salah satu keluarga inti karena dalam rumah tersebut
hanya ada suami, istri dan satu anak dan sedang hamil anak kedua.

Hal ini terdapat kesesuaian menegenai teori kependudukan oleh Malthus dengan keluarga ibu
Reni, bahwa ibu Reni yang baru berusia 24 tahun sudah akan mempunyai anak yang kedua.
Gambar 4 : keluarga inti (suami, istri, anak)

3.2 Derajat Kesehatan

Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan
masyarakat perorangan. Faktor tersebut antara lain lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan, dan keturunan (genetik).

Gambar 5 : faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan menurut HL Blum(1974)

Lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting dalam penentuan derajat


kesehatan. Lingkungan sangat bervariasi misalnya pada aspek fisik dan aspek sosial. Contoh
aspek fisik yaitu pada bagian sampah, air, udara, perumahan. Dalam hal ini aspek sosial
keluarga ibu Reni sudah cukup baik, karena pada daerah tersebut dilakukan pengumpulan
sampah oleh petugas atau dibuang mandiri di tempat pembuangan akhir yang disediakan pada
lingkungan tersebut. Kemudian dalam hal udara juga sudah cukup baik dengan tidak adanya
polusi udara dan adanya pemberdayaan tanaman yang dibudidaya oleh warga. Aspek yang
kedua adalah aspek sosial yaitu hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan,
ekonomi dan sebagainya. Dalam hal ini keluarga ibu Reni ternilai kurang dalam aspek sosial
dikarenakan rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh ibu Reni dan suami, dan rendahnya
ekonomi keluarga tersebut.

3.2.1 Kesakitan

Status kehamilan ibu Reni adalah G2P1A0 yang berarti bahwa ibu Reni sudah pernah
mengalami kehamilan selama 2 kali, melahirkan 1 kali dan belum pernah mengalami aborsi
selama masa kehamilannya. Kehamilan ibu Reni sekarang sudah berusia 10 minggu. Jarak
kehamilan sekarang dengan sebelumnya adalah 4,5 tahun. Hal ini dibuktikan dengan anak
pertama ibu Reni yang sudah berusia 5 tahun.

Secara medis, rahim sebenarnya sudah siap untuk hamil kembali pada usia tiga bulan setelah
melahirkan. Namun menurut catatan statistik penelitian bahwa jarak kehamilan yang aman
anak satu dan yang lainnya adalah 27 bulan sampai 32 bulan. Ini berarti bahwa jarak
kehamilan anak pertama ibu Reni dan anak kedua sudah cukup.

Dalam kehamilan yang kedua ini ibu Reni sudah beberapa kali menderita penyakit
yaitu pendarahan, pusing, mual, batuk, tidak bisa buang air kecil.

Pada trimester pertama ibu Reni mengalami pendarahan, hal ini sangat membahayakan janin
yang ada di rahim ibu Reni. Dalam hal ini sangat perlu untuk dilakukan pemeriksaan seperti
USG, dan Test kehamilan, menyatakan apakah janin hidup atau tidak.

Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut :

1. Abortus iminen : perdarahan minimal dengan nyeri/tidak, uterus sesuai umur


kehamilan.

2. Abortus Insipien: Perdarahan denganan gumpalan, nyeri lebih kuat


3. Abortus Inkomplit: Perdarahan hebat dan sering menyebabkan syok

4. Abortus komplit: Perdarahan dan nyeri minimal seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan.

5. Missed Abortion: Janin telah mati dalam kandungan selama 6-8 minggu tapi belum
dikeluarkan, perdarahan minimal.

6. Abortus infeksi/septik: Disertai tanda infeksi dan septik seperti demam sampai syok.

Dalam hal ini ibu Reni sudah memeriksakan perdarahannya ke dokter spesialis, dan ini
sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan jika terjadi perdarahan. Membuktikan bahwa
kesadaran kesehatan keluarga ibu Reni sudah bagus.

Kemudian pada minggu ke 10 ibu Reni mengalami kesulitan buang air kecil,
disebabkan karena infeksi bakteri, kemudian ibu Reni dirawat di RSUD Kota Semarang
selama kurang lebih 2 minggu. Hal ini bisa disebabkan karena lingkungan rumah ibu Reni
yang masih terdapat saluran pembuangan air yang tergenang dan belum sepenuhnya bersih
dari bakteri.

3.2.2 Gizi ibu dan anak

Dalam upaya meningkatkan perbaikan gizi masyarakat di Indonesia dapat dilakukan


melalui beberapa hal. Pertama, perubahan intervensi perilaku, seperti pemberian ASI
eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat, memantau berat
badan teratur, dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kedua, suplementasi gizi mikro,
mencakup asupan vitamin A, tablet Fe. Dan garam beryodium. Ketiga, tatalaksana gizi
kurang/buruk pada ibu dan anak, meliputi pemulihan gizi anak gizi kurang, pemberian
makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil. Upaya-upaya tersebut bertujuan dalam
meningkatkan perbaikan status gizi serta upaya perbaikan sumber daya manusia dan kualitas
sumber daya manusia (SDM) sangat ditentukan oleh kualitas gizi pada anak (Sari, 2011).
Untuk mengetahui status gizi anak dapat dilakukan dengan penilaian status gizi yang
dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Indeks
antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Balita usia 2-5 tahun
termasuk rentan atau rawan gizi (Wirandoko, 2007). Cara pengukuran status gizi yang paling
sering dilakukan adalah dengan menggunakan pengukuran antropometri (Sanyoto,

2005).

Berdasarkan survey yang telah dilakukan, dikeluarga ibu Reni terdapat balita yaitu
anak pertama ibu Reni. Keluarga ibu Reni merupakan keluarga yang sadar akan kesehatan,
hal ini dibuktikan bahwa anak ibu Reni selalu dibawa ke posyandu setiap bulan untuk
ditimbang. Namun menurut tenaga kesehatan setempat anak ibu Reni ini merupakan kurang
gizi, karena dengan usia 5 tahun, berat badannya 13kg. Ibu Reni membenarkan bahwa anak
pertamanya sangat susah untuk makan makanan yang bergizi, yang diinginkannya hanya
makanan instan seperti mie instan dan jajanan yang ada disekolahnya. Asupan makanan dan
pola makan sangat mempengaruhi status gizi seseorang. Asupan makanan harus di imbangi
antara karbohidrat, sayur, laukpauk, buah, susu dan lainnya. Pola makan harus teratur misal
sehari 3 kali untuk makanan yang teratur dan bergizi.

3.2.3 Program Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana Nasional diatur dalam Undang Undang Nomor 10


Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,
Dalam UU Nomor 10 Tahun 1992 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Keluarga
Berencana (KB) adalah : Suatu upaya peningkatan kepedulian peran serta masyarakat melalui
Pendewasaan Usia Perkawinan, Pengaturan Kehamilan, Pembinaan Ketahanan Keluarga,
Peningkatan Kesejahteraan Keluarga, untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera. Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang
pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota serta PP Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (OPD),
maka jelas bahwa Keluarga Berencana (KB) dan Keluarga Sejahtera (KS) merupakan salah
satu dari 28 urusan wajib (Pasal 7), hal ini berarti bahwa Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat sehingga Pemerintah Provinsi
dan Kabupaten / Kota wajib menyelenggarakannya.
Dalam hal ini ibu Reni sudah memakai KB kirakira selama 4,5 tahun. Hal ini
membuktikan bahwa keluarga ibu Reni sudah sadar akan perlunya dilakukan KB yang salah
satu manfaatnya adalah menunda kehamilan dan mengurangi jumlah penduduk yang semakin
padat.

Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan
Berdasarkan survey yang dilakukan pada tanggal 22 Desember 2016 di RT 03 RW 08
kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang pada keluarga ibu Reni yang berusia 24 tahun,
bekerja sebagai seorang buruh yang mempunya suami yang juga seorang buruh dan
mempunyai satu orang anak yang berusia 5 tahun dan sedang hamil berusia 10 minggu.
Dapat disimpulkan bahwa keluarga ibu Reni memiliki pengetahuan kesehatan yang cukup
dibuktikan dengan apabila seorang keluarga menderita sakit maka akan langsung dibawa ke
tenaga kesehatan yang ahli, misal bidan, puskesmas, dokter spesialis. Namun dalam masalah
gizi keluarga ibu Reni sangat kurang karena setiap satu minggu keluarga ibu Reni bisa makan
mie instan 4 kali seminggu, dengan sedikit sayur, lauk pauk dan buah hanya makan ketika
ada keinginan saja. Merokok merupakan kebiasaan suami ibu Reni yang perlahan harus
diubah. Pengetahuan mengenai ASI eksklusif dan MPASI yang dimiliki oleh ibu Reni sudah
cukup baik namun harus selalu dipantau agar kehamilan yang saat ini bisa menjadi lebih baik.
Ibu reni juga membutuhkan pengetahuan yang lebih mengenai KB, ibu Reni sudah pernah
KB suntik, keluhannya adalah menstruasi selama 1 bulan. Kemudian ganti ke KB Pil dan
keluhannya pusing, mual dengan frekuensi yang sering,
Kesehatan lingkungan keluarga ibu Reni sudah baik, hanya saja disekitar rumahnya
masih ada saluran air yang tergenang yang harus segera atasi agar tidak menjadi sarang
penyakit, untuk masalah air bersih, ventilasi, jamban, pengolahan sampah dan polusi udara
sudah baik. Strata perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Rumah tangga sehat keluarga ibu
Reni yaitu Perilaku Sehat Utama dengan jumlah skor 12.
Penyakit yang sering terjadi pada daerah tersebut adalah diare, pusing pusing. Hal ini
disebabkan sanitasi lingkungan yang kurang baik, adanya penumpukan sampah dibeberapa
lingkungan sekitar rumah ibu Reni. Pusing bisa disebabkan karena asupan makanan yang
kurang dan pola makan yang tidak teratur sehingga mempengaruhi status gizi dan keadaan
fisik seseorang

.
B. Saran
Disarankan kepada keluarga ibu Reni untuk memperbaiki kesehatan lingkungan
sekitar rumahnya yaitu SPAL dan saluran got

Anda mungkin juga menyukai