Anda di halaman 1dari 13

DESKRIPSI PEMANTAUAN KESEHATAN ANAK PADA SISTEM PWS-KIA

DI PUSKESMAS RANUYOSO LUMAJANG


Child Health Monitoring Description in MCTS at Ranuyoso PHC Lumajang

Bettis Wijayanti
FKM UA, bwijayanti@yahoo.com
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Angka Kematian Bayi di Wilayah Kabupaten Lumajang selalu lebih tinggi dibandingkan Angka Kematian Bayi di Provinsi
Jawa Timur. Puskesmas Ranuyoso merupakan wilayah dengan total jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Balita (AKABA) tertinggi di Kabupaten Lumajang pada tahun 2013 dan 2014, yaitu 33 dan 22 kematian.
Pemerintah telah melaksanakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan yang pemantapan cakupannya
dipantau dengan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA). PWS KIA belum berjalan sesuai
tujuan sebagai alat untuk memantau cakupan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) untuk meningkatkan jangkauan
dan mutu pelayanan KIA. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan PWS KIA pada pemantauan
kesehatan anak di Puskesmas Ranuyoso berdasarkan atribut surveilans kesederhanaan, akseptabilitas, sensitivitas,
kerepresentativan, kualitas data, ketepatan waktu dan stabilitas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
evaluatif dengan responden Bidan Koordinator, Bidan Puskesmas, dan delapan Bidan Desa. Deskripsi berdasarkan atribut
surveilans menunjukkan sistem PWS KIA indikator anak di Puskesmas Ranuyoso tidak sederhana, cukup akseptabilitas,
sensitif, representatif, tidak tepat waktu, kualitas data kurang dan tidak stabil. Berdasarkan deskripsi tersebut disarankan
melakukan analisis bivariat, supervisi bidan senior yang lebih rutin, pengadaan SOP atau buku panduan untuk bidan
desa, pencatatan hingga pelaporan yang terkomputerisasi mulai dari bidan desa, serta pembuatan buku absensi dan buku
ekspedisi untuk mencatat tanggal pelaporan.

Kata kunci: PWS KIA, atribut surveilans, pemantauan kesehatan anak

ABSTRACT
Infant Mortality Rate in Lumajang was always higher than the infant mortality rate in East Java Province. Ranuyoso is a
region with the highest infant mortality rate and under-five mortality rate in 2013 and 2014, with 33 and 22 deaths. The
Government had implemented a program to improve the health and the consolidation scope is monitored by the Mother
and Child Tracking System (MCTS). MCTS had not been going well according to its purpose as a tool for monitoring the
Mother and Child Health (MCH) service coverage to increase the range and quality of MCH services. The purpose of this
research was to describe the implementation of MCTS for indicators of child in Primary Health Care of Ranuyoso which
based on attributes of simplicity, acceptability, sensitivity, representativeness, data quality, timeliness and stability. This
research used descriptive method evaluative with coordinator midwife, midwives health center and eight village midwives
as the respondent. Description based on the attributes of surveillance system showed that MCTS indicator of child in
Health Center of Ranuyoso was not simple, sufficiently acceptability, sensitive, representative, not timely, the data were
less quality and unstable. Suggestion to problems that had been found based on the attributes were to performing the
advanced analysis bivariate, holding routine supervision from the senior midwives, procurement of SOP or guidebook for
midwives, and computerizing the recording until reporting start from village midwives, also the making of the attendance
and expeditions book to record the reporting date of midwives.

Keywords: MCTS, attributes surveillance, child health monitoring

PENDAHULUAN Ibu (AKI). Perhitungan tren penurunan rata-rata


Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) per tahun AKB Jawa Timur mulai tahun 2009
yang belum tercapai pada tahun 2015 adalah hingga 2012 sebesar 1,03/1000 KH, dengan tren
peningkatan kesehatan ibu dan anak melalui penurunan tersebut capaian MDGs pada tahun 2015
pengendalian Angka Kematian Bayi (AKB), Angka dikhawatirkan tidak sesuai dengan target AKB yaitu
Kematian Balita (AKABA), dan Angka Kematian sebesar 23/1000 KH (Badan Pusat Statistik, 2012).
Nilai AKB Kabupaten Lumajang sebagai salah

2016 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC 151


BY SA license doi: 10.20473/jbe.v4i2.2016. 151163
Received 4 July 2016, received in revised form 28 November 2016, Accepted 2 December 2016, Published online: 31 December
2016
152 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 151163

satu wilayah di Provinsi Jawa Timur yang selalu dasar dalam membuat rencana, implementasi dan
di atas nilai AKB provinsi, fluktuatif dari tahun evaluasi terhadap kebijakan kesehatan masyarakat
2009 hingga tahun 2012. Kenaikan AKB terjadi (Departemen Kesehatan RI, 2009b). Pemantauan
pada tahun 2010 hingga tahun 2011, sedangkan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS
penurunan AKB terjadi pada tahun 2009 hingga KIA) merupakan alat untuk memanajemen dan
2010 dan pada tahun 2011 hingga 2012, tetapi tren memantau program pelayanan kesehatan ibu dan
penurunan tersebut sangat landai sehingga sulit anak di suatu wilayah kerja yang dilaksanakan
mencapai MDGs 2015 (Badan Pusat Statistik, 2012, secara berkelanjutan, sehingga dapat memberikan
Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang, 2014a). respons yang tepat dan cepat. Pemantauan yang
Wilayah Puskesmas dengan jumlah kematian anak dilakukan secara sistematis dan terus-menerus dapat
tertinggi di Kabupaten Lumajang adalah Puskesmas menggambarkan keberhasilan program serta mampu
Ranuyoso (Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang, memetakan kondisi wilayah yang rawan dan menjadi
2014b). prioritas pemberian tindakan penanganan yang cepat.
Selain itu, hasil pemantauan dapat pula digunakan
sebagai bahan perencanaan program pada tahun
selanjutnya. Pemahaman arti dari kegiatan PWS
sama dengan surveilans, sehingga implementasi
PWS KIA merupakan proses pelaksanaan surveilans
dalam program kesehatan ibu dan anak itu sendiri
(Departemen Kesehatan RI, 2009b).
Buku pedoman PWS KIA direformasi pada
tahun 2009 karena pemerintah memandang
pelaksanaan PWS KIA yang telah dilaksanakan sejak
tahun 1990 di masing-masing wilayah Kabupaten/
Kota tidak berjalan sesuai dengan tujuannya.
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2012, Dinas Kesehatan Pemerintah berinisiatif untuk memperbaiki sistem
Kabupaten Lumajang, 2014a) manajemen program melalui reformasi buku
pedoman PWS KIA. Reformasi buku pedoman
Gambar 1. Angka Kematian Bayi Per 1000 PWS KIA tersebut diharapkan mampu memperkuat
Kelahiran Hidup manajemen pemantauan cakupan pelayanan KIA
dalam rangka meningkatkan jangkauan dan mutu
Empat faktor menurut Hendrik L. Blum yang pelayanan KIA (Departemen Kesehatan RI, 2009b).
berpengaruh terhadap timbulnya masalah kesehatan Masalah yang umum terjadi dalam pelaksanaan
yaitu perilaku, keturunan, lingkungan dan pelayanan surveilans dan berkaitan dengan data yaitu seringnya
kesehatan (Notoatmodjo, 2002). Pelayanan kesehatan pengumpulan data yang terlambat (tidak tepat
semakin mendapatkan perhatian secara khusus sejak waktu), kelengkapan data kurang, serta rendahnya
dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI tingkat penggambaran yang dapat disimpulkan
Nomor 741 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan melalui data yang terkumpul. Masalah tersebut
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/ tentunya mempengaruhi kualitas data. Banyaknya
Kota. Kesehatan anak merupakan hal penting informasi yang perlu dikumpulkan terkait penyakit
dan menjadi perhatian pemerintah daerah karena dan masalah kesehatan, kemampuan staf yang rendah
secara langsung dipertanggungjawabkan kepada serta kurangnya keseragaman dan kompleksitas
pemerintah pusat. Peraturan mengenai indikator bentuk dan prosedur administratif berkaitan
penilaian SPM menunjukkan bahwa dari seluruh 14 dengan surveilans merupakan beberapa faktor yang
indikator penilaian, 12 diantaranya berkaitan dengan memengaruhi kualitas data (CDC, 2001).
kesehatan ibu dan anak (Kementerian Kesehatan RI, Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur
2008b). melakukan perubahan dalam proses perekapan data
Surveilans didefinisikan WHO sebagai suatu dari yang awalnya dilaksanakan secara manual
kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan. melalui formulir PWS menjadi menggunakan
Kegiatan tersebut dimulai dari proses pengumpulan software pada setiap pencatatan kesehatan ibu dan
data yang diikuti dengan analisis dan interpretasi anak di masing-masing tingkat pelaksana program.
data. Data dan informasi selanjutnya dijadikan Perubahan penggunaan formulir menjadi software
Bettis Wijayanti, Deskripsi Pemantauan Kesehatan Anak ... 153

dimulai pada tahun 2015 dikarenakan keluhan akan jumlah dan kemampuan tenaga merupakan kendala
pengisian laporan kesehatan ibu dan anak yang internal yang dialami dalam pelaksanaan PWS KIA.
banyak. Laporan pencatatan tersebut diantaranya Laporan yang dikumpulkan terkadang memiliki
adalah laporan PWS KIA, laporan LB3 sebagai variabel yang sama sehingga membingungkan
laporan tiga bulanan, laporan gizi, laporan KB, pengisian. Sistem PWS KIA semakin rumit jika yang
dan laporan imunisasi. Masing-masing laporan melakukan adalah bidan baru yang belum terbiasa
tersebut bersumber pada register kohort dan kartu melakukan pelayanan sekaligus pelaporan.
ibu atau kartu anak. Penggunaan software membantu Batasan masalah penelitian ini adalah
mempermudah penghitungan dengan menggunakan pada atribut yang diteliti yaitu kesederhanaan,
rumus, sehingga meminimalkan kesalahan akseptabilitas, sensitivitas, kerepresentativan,
penghitungan. Ketidaksesuaian antar variabel kualitas data, ketepatan waktu dan stabilitas serta
yang seharusnya berhubungan juga dapat langsung objek yang diteliti yaitu pemantauan pelayanan
ditemukan. Misalnya jika diketahui persentase kesehatan anak pada bayi dan balita. Tujuan
KN1 murni pada laporan PWS KIA indikator anak dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
adalah sebanyak 90%, maka persentase KN lengkap kesederhanaan, akseptabilitas, sensitivitas,
pasti di bawah 90%, jika ditemukan sebaliknya kerepresentativan, kualitas data, ketepatan waktu
berarti ditemukan kesalahan. Hal ini dikarenakan dan stabilitas dari sistem pemantauan kesehatan anak
dalam pengisian formulir laporan PWS KIA, bidan pada PWS KIA di Puskesmas Ranuyoso Kabupaten
desa banyak yang mengosongi kolom persentase, Lumajang.
sehingga kurang praktis ketika validasi data.
Studi pendahuluan menunjukkan bahwa METODE
beberapa wilayah Puskesmas belum tertib secara
Metode dalam penelitian ini merupakan
administrasi. Salah satu diantaranya adalah
penelitian deskriptif dan dilaksanakan secara
Puskesmas Ranuyoso. Hal ini dilihat dari kurangnya
evaluatif. Penelitian deskriptif menggambarkan
kedisiplinan dalam mengisi absensi pelaporan data
kondisi dari suatu wilayah atau program sedangkan
KIA, sehingga tidak semua wilayah Puskesmas dapat
penelitian evaluatif bertujuan untuk menilai
diidentifikasi tanggal pelaporan yang dilakukan
program baik yang sedang berjalan atau yang telah
setiap bulannya. Puskesmas Ranuyoso melakukan
selesai (Notoatmodjo, 2002). Subjek penelitian
pencatatan sebanyak lima kali selama tahun 2014,
adalah sistem PWS KIA di Puskesmas Ranuyoso
dua diantaranya dilakukan di atas batas tanggal
Kabupaten Lumajang yaitu bidan koordinator,
yang disepakati untuk melapor, yaitu tanggal 5 pada
bidan puskesmas yang merangkap sebagai bidan
setiap bulannya. Idealnya, pelaporan dicatat secara
desa dan bidan desa di masing-masing wilayah.
lengkap sebanyak dua belas catatan selama setahun.
Total responden penelitian adalah 10 bidan dan
Fakta lainnya yaitu bahwa catatan laporan yang
penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
diterima tidak sistematis dan berurutan baik itu
Ranuyoso. Data diperoleh melalui observasi,
tanggal, rincian laporan yang diserahkan dan subjek
wawancara dan studi dokumentasi melalui instrumen
yang melaporkan. Dinas Kesehatan Kabupaten dan
penelitian berupa kuesioner dan lembar observasi.
Puskesmas seharusnya memiliki catatan pelaporan
Waktu penelitian yaitu dimulai pada bulan April
masing-masing, yakni Buku Absensi Pelaporan
hingga September 2015. Studi dokumentasi pada
untuk Dinas Kabupaten dan Buku Ekspedisi untuk
register kohort bayi dan balita serta kartu anak
Puskesmas. Kondisi di lapangan menunjukkan
dilakukan untuk meneliti kelengkapan data pada
kepemilikan Buku Ekspedisi tidak merata di
atribut kualitas data. Sampel diperoleh melalui
masing-masing Puskesmas, Puskesmas di Kabupaten
rumus cross sectional dan diambil secara acak dari
Lumajang yang tidak memiliki buku tersebut, salah
total data. Berdasarkan perhitungan, didapatkan
satunya adalah Puskesmas Ranuyoso.
jumlah sampel yang harus diteliti sebanyak 346
Masalah lain yang terdapat di lapangan adalah
formulir. Variabel dalam penelitian mencakup
adanya kesulitan dalam pengelolaan laporan.
seluruh atribut surveilans kecuali fleksibilitas dan
Subjek pelaksana PWS adalah Bidan Desa, Bidan
nilai prediksi positif. Adapun variabel yang diteliti
Puskesmas dan Bidan Koordinator Puskesmas
meliputi kesederhanaan, akseptabilitas, sensitivitas,
yang juga memiliki tugas dalam hal pelayanan dan
kerepresentativan, kualitas data, ketepatan waktu
pelaporan terkait program KIA lainnya. Keterbatasan
dan stabilitas.
154 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 151163

Atribut kesederhanaan pada sistem surveilans balitanya ndak datang ke posyandu,


mengacu pada kesederhanaan struktur dan saya harus sweeping untuk melengkapi
kesederhanaan pengoperasian. Akseptabilitas catatannya. Jadi ya repot juga sih. Rumit
dievaluasi berdasarkan kerja sama dengan pihak lain, juga (alur pencatatannya).
keikutsertaan masyarakat, mudahnya penerimaan
saran atau kritik dari pihak luar, dan banyaknya Kompleksitas suatu sistem memengaruhi
variabel kosong atau tidak diisi pada formulir. kesederhanaan. Semakin banyak alur yang harus
Sensitivitas dalam surveilans dapat diketahui dilalui, berarti sistem surveilans semakin kompleks
berdasarkan tingkat pelaporan kasus yaitu proporsi dan semakin tidak sederhana struktur sistem tersebut.
kasus penyakit yang terdeteksi dan kemampuan Alur pengumpulan data dalam PWS KIA didahului
untuk mendeteksi wabah, termasuk kemampuan melalui pencatatan data. Pencatatan dalam sistem
untuk memantau perubahan dalam jumlah kasus PWS KIA idealnya diawali dengan mengisi kartu
dari waktu ke waktu. Sistem surveilans kesehatan anak pada setiap anak yang melakukan kunjungan
masyarakat yang representatif dapat menggambarkan dan pemeriksaan pada bidan desa. Variabel pengisian
secara akurat kondisi atau permasalahan kesehatan kartu anak diantaranya identitas, pelayanan imunisasi
di suatu masyarakat berdasarkan distribusi orang, dan tanggal pemberian imunisasi, pemberian
tempat, dan waktu. Kualitas data mencerminkan vitamin A dosis tinggi dan tanggal pemberian, hasil
kelengkapan dan validitas data yang tercatat pemeriksaan tumbuh kembang anak. Data-data
dalam sistem surveilans kesehatan masyarakat. tersebut kemudian dipindahkan ke dalam kohort
Ketepatan waktu mencerminkan kecepatan antar bayi atau balita. Variabel yang harus diisi dalam
langkah-langkah dalam sistem surveilans kesehatan kohort bayi diantaranya nomor, nomor index, nama
masyarakat untuk mengidentifikasi masalah bayi, tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan saat
kesehatan, melaporkan ke unit yang bertanggung lahir, nama orang tua, alamat RT/RW, kepemilikan
jawab, mengambil tindakan dan memberikan umpan terhadap buku KIA, kondisi pada masa neonatal,
balik. Sedangkan stabilitas merupakan kemampuan kunjungan bayi setiap bulannya selama dua belas
untuk melakukan pengumpulan data, memanajemen bulan, pemberian vitamin a, pelaksanaan imunisasi,
dan menyediakan data secara benar. penyebab bayi post neonatal meninggal (jika ada),
Data yang telah didapatkan dianalisis sesuai keterangan (jika ada).
dengan Pedoman Pelaksanaan PWS KIA Tahun Pengisian register kohort balita tidak jauh
2009, pedoman evaluasi sistem surveilans dari berbeda dengan pengisian register kohort bayi.
Centers for Disease Controll and Prevention Perbedaannya terletak pada variabel yang berkaitan
(CDC) tahun 2001 yaitu Updated Guidelines for dengan bayi baru lahir (neonatus) tidak terdapat
Evaluating Public Health Surveillance Systems, dan pada register kohort balita, sehingga variabel yang
peraturan atau literatur lain yang berkaitan dengan diisi pada register kohort balita yaitu nomor, nama
surveilans. anak dan nama orang tua, alamat (RT/RW), umur,
jenis kelamin, keterangan anak ke-, keterangan
HASIL kunjungan balita, dan keterangan lain (jika ada).
Pengisian register kohort bayi dan balita diakhiri
Kesederhanaan pada tanggal 25 di akhir bulan dan selanjutnya
Sistem PWS KIA di Puskesmas Ranuyoso direkap menjadi laporan PWS KIA dengan indikator
tergolong rumit. Hal tersebut diutarakan oleh bidan pelayanan kesehatan diantaranya: 1) jumlah
desa yang menyampaikan baik secara lugas maupun neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan
tidak terkait kerumitan sistem PWS KIA. Bidan X pada umur 648 jam, 2) jumlah neonatus yang
ketika wawancara menyatakan, mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap (KN
lengkap), 3) jumlah neonatus dengan komplikasi
rumit Mbak. Alurnya itu panjang, harus
yang ditangani, 4) jumlah bayi 29 hari12 bulan
ngisi kohort, formulirnya banyak
yang mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya
Bidan Y yang merupakan bidan desa lain 4 kali, 5) jumlah anak balita (1259 bulan) yang
menyatakan, mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya 8 kali,
ndak rumit mbak. Kan sudah kewajiban dan 6) jumlah anak balita sakit yang mendapatkan
bidan untuk mengisi kartu dan kohort. pelayanan kesehatan sesuai standar. Jumlah yang
Tapi yang diisi banyak. Belum lagi kalau dimaksud merupakan realisasi seluruh penerima
Bettis Wijayanti, Deskripsi Pemantauan Kesehatan Anak ... 155

layanan kesehatan dari sasaran yang telah baru menggantikan bidan desa lama pada awal tahun
ditetapkan sebelumnya. Jumlah pelayanan kesehatan 2015, sedangkan catatan pelayanan kesehatan anak
sesungguhnya kemudian dibandingkan dengan pada tahun 2014 kemungkinan dilakukan pada buku
sasaran sehingga diperoleh angka cakupan. bantu yang mana merupakan arsip tidak resmi bidan
Realisasi dari pencatatan dan pelaporan pada desa sebelumnya. Konfirmasi tidak dapat dilakukan
sistem PWS KIA di Puskesmas Ranuyoso tidaklah karena keterbatasan akses terhadap bidan desa yang
semuanya dilaksanakan sesuai alur. Salah seorang lama.
bidan menuturkan bahwa pencatatan kartu anak Pelaksanaan pemantauan kesehatan anak pada
yang seharusnya digunakan sebagai rekam medis sistem PWS KIA di Puskesmas Ranuyoso terintegrasi
pelayanan kesehatan dilengkapi ketika statusnya dengan bidan lain yang membuka praktik (Bidan
sudah paripurna. Tidak mengherankan jika kualitas Praktik Swasta/BPS), dokter, laboran Puskesmas
pengisian kartu anak rendah yang dibuktikan dengan dan Rumah Sakit, dukun bersalin, perawat dan juga
banyaknya variabel yang kosong. Hal tersebut kader posyandu. Penggunaan laboratorium sebagai
disebabkan karena terdapat variabel-variabel yang salah satu sarana untuk mendiagnosis masalah
sama yang harus diisi oleh bidan desa. Hal tersebut kesehatan pada anak menunjukkan kurangnya
ditemukan secara berulang dan terjadi pada semua kesederhanaan sistem. Tidak ada SOP atau aturan
bayi dan balita. Banyaknya data yang harus diisi tertulis terkait alur pencatatan dan pelaporan PWS
dan kekuranglengkapan pencatatan dalam formulir KIA di Puskesmas Ranuyoso, sedangkan Buku
merupakan tanda ketidaksederhanaan sistem Pedoman PWS KIA hanya dimiliki oleh dua dari
surveilans. sembilan bidan desa.
Tujuh diantara sembilan bidan desa Diseminasi informasi bidan desa terhadap
menggunakan buku bantu sebagai instrumen tokoh-tokoh masyarakat secara formal disampaikan
pencatatan tidak resmi yang ditujukan untuk dalam MMD (Musyawarah Masyarakat Desa).
mempermudah kinerja bidan dalam hal pencatatan. Pelaksanaan MMD tidak sama di setiap wilayah
Hal tersebut karena bentuk dan ukuran register desa, sehingga tidak memiliki jadwal yang pasti,
kohort yang tidak praktis sehingga merepotkan bidan namun setidaknya dilaksanakan selama dua kali
untuk melakukan pencatatan seketika. Tampilan dalam setahun.
buku bantu disesuaikan dengan kreativitas dari
masing-masing bidan karena tidak memiliki format Akseptabilitas
penulisan khusus, namun secara keseluruhan memuat
variabel-variabel nama bayi atau balita, usia dalam Pengumpulan data kesehatan dan pelayanan
bulan, nama orang tua, berat badan dan tinggi badan kesehatan anak di Puskesmas Ranuyoso terintegrasi
saat diukur, dan keterangan lain yang mencirikan dengan pihak lain seperti Bidan Praktik Swasta
bayi atau balita tersebut saat dipantau kesehatannya (BPS), dokter, laboran Puskesmas dan Rumah
misalnya D1 jika deteksi pertama kali. Sakit, dukun bersalin, perawat dan juga kader
Pengisian kohort merupakan salinan dari posyandu. Meskipun hanya berupa persetujuan,
catatan pelayanan kesehatan bidan desa pada buku pelaksanaan program kesehatan juga selalu
bantu. Dua bidan desa yang tidak menggunakan mendapatkan dukungan dari tokoh masyarakat
buku bantu merupakan bidan desa yang telah senior, setempat. Bidan desa secara sukarela juga bersedia
sehingga lebih terampil dalam melakukan pencatatan menggunakan dana pribadi untuk menggandakan
pelayanan kesehatan. Delapan dari sepuluh bidan formulir pencatatan kesehatan anak secara swadaya.
mengakui kebutuhan akan sosialisasi atau pelatihan Keterbukaan sistem surveilans juga dilihat melalui
khusus terkait teknik pelaksanaan sistem PWS sikap staf struktural dan fungsional Puskesmas
KIA, karena selama ini pelatihan PWS KIA yang termasuk di dalamnya Kepala Puskesmas dan bidan
diadakan merupakan pelatihan dengan materi umum yang sangat terbuka dalam menerima kritikan dan
ketika bidan desa masih baru. Seluruh bidan desa masukan terkait sistem PWS KIA yang dijalankan
melakukan pencatatan pada register kohort bayi dan di wilayah Puskesmas Ranuyoso. Hal tersebut
balita, kecuali desa Jenggrong. Salah satu bagian menunjukkan bahwa penerimaan masyarakat
dari register kohort balita bahkan kosong mulai terhadap sistem PWS KIA sudah baik, meskipun
tahun 2011. Hal tersebut dikarenakan bidan desa terdapat banyak kekosongan pengisian variabel pada
Jenggrong yang sekarang adalah bidan desa yang kartu anak.
156 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 151163

Sensitivitas Kualitas Data


Sensitivitas pemantauan kesehatan anak pada Kelengkapan laporan PWS KIA indikator anak
sistem PWS KIA dilihat berdasarkan kemampuan idealnya dilihat berdasarkan kelengkapan absensi
sistem dalam mendeteksi dini BBLR atau BBLSR. pencatatan Bidan koordinator terhadap laporan
BBLR merupakan penyebab utama kematian di yang diberikan oleh Bidan desa setiap bulannya.
wilayah Puskesmas Ranuyoso sedangkan pada tahun Namun karena absensi pelaporan PWS KIA wilayah
2014 dan 2013, Puskesmas Ranuyoso merupakan ke Puskesmas Ranuyoso tidak ada, dan absensi
Puskesmas dengan jumlah kematian terbanyak di pengumpulan laporan PWS Puskesmas Ranuyoso
Kabupaten Lumajang, yaitu sebanyak 33 dan 22 pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang hanya
bayi. ditemukan sebanyak lima kali absensi, sehingga
Prediksi bidan terhadap bayi dengan berat badan pembuktian kelengkapan laporan PWS KIA
kurang dibandingkan melalui kondisi kesehatan Ibu, indikator anak dilakukan melalui berkas PWS KIA
sehingga tidak terlepas dari PWS KIA indikator Ibu. yang terdapat pada masing-masing bidan.
Kondisi kesehatan Ibu dapat diperoleh berdasarkan Berdasarkan observasi, keseluruhan bidan
status kesehatan Ibu melalui Kartu Ibu atau register desa memiliki arsip laporan PWS KIA pada tahun
kohort ibu. Kunjungan ibu sekaligus dimanfaatkan 2014 kecuali bidan desa Jenggrong. Beberapa desa
sebagai kesempatan untuk mendeteksi kemungkinan lainnya tidak menyimpan arsip pada bulan-bulan
bayi dengan berat badan kurang. tertentu. Berdasarkan kelengkapan laporan PWS
Pemantauan kesehatan ibu yang berkaitan KIA, rata-rata kelengkapan jumlah yaitu 84,1%.
dengan upaya deteksi dini tumbuh kembang janin Kelengkapan jumlah register kohort bayi dan balita
untuk mencegah BBLR. Data-data kesehatan di Puskesmas Ranuyoso memiliki angka 100%.
Ibu diperoleh melalui catatan kesehatan ibu dan Hasil observasi menunjukkan bahwa setiap wilayah
seharusnya telah cukup sensitif untuk mendeteksi di Puskesmas Ranuyoso memiliki register kohort
secara dini masalah kesehatan pada bayi. Menilik bayi dan balita. Kelengkapan jumlah kartu anak di
pada banyaknya jumlah kematian bayi di wilayah Puskesmas Ranuyoso yaitu 36,19% yang merupakan
Puskesmas Ranuyoso, ditunjang dengan sistem nilai persentase dari 1240 kartu anak yang ditemukan
pemantauan kesehatan ibu yang telah dibuat (jumlah seharusnya yaitu sebanyak 3426 dari 666
sedemikian rupa, kelemahan dalam deteksi dini bayi bayi dan 2760 balita). Rata-rata kelengkapan jumlah
dengan berat badan lahir yang kurang kemungkinan yaitu 73,43%.
dikarenakan kinerja bidan yang belum optimal. Kelengkapan data dilihat dari banyaknya
ketidaktepatan pengisian formulir yang terhitung
Kerepresentativan dari banyaknya jawaban yang tidak diisi atau
Kerepresentativan sistem PWS KIA tidak lengkap. Berdasarkan rata-rata persentase
indikator kesehatan anak di Puskesmas Ranuyoso kelengkapan jumlah dan kelengkapan data,
menggambarkan sejauh mana sistem mampu kelengkapan laporan sistem PWS KIA di wilayah
menggambarkan permasalahan kesehatan anak Puskesmas Ranuyoso masih di bawah 80% karena
berdasarkan distribusi orang, tempat, dan waktu. bernilai 65,38%, yang menunjukkan bahwa
Laporan PWS KIA hanya menggambarkan capaian kelengkapan data rendah. Kartu anak merupakan
indikator pemantauan, tanpa disertai analisis sebab formulir dengan kelengkapan terendah, hal ini
akibat atau riwayat dari permasalahan tersebut. dikarenakan banyaknya jawaban kosong yang
Penggambaran berdasarkan tempat didistribusikan ditemukan pada kolom identitas, tanggal pelaksanaan
melalui pembagian wilayah posyandu atau dusun, imunisasi, tanggal pemberian vitamin dan
sedangkan penggambaran berdasarkan orang pemantauan tumbuh kembang anak. Variabel nama
dibedakan berdasarkan jenis kelamin penerima anak, nama orang tua, berat badan saat lahir, jenis
layanan dan umur untuk mengidentifikasi imunisasi yang telah diberikan, tanggal pelaksanaan
kelengkapan kunjungan. Penggambaran pemantauan imunisasi juga terdapat dalam kohort, tetapi tidak
berdasarkan waktu dibedakan melalui pembandingan semua kohort memiliki data yang lengkap.
cakupan pada bulan lalu dan bulan sekarang serta Hasil studi dokumentasi mengenai kelengkapan
kunjungan neonatal 1 dan kunjungan neonatal jumlah ditampilkan melalui tabel 1.
lengkap pada bayi.
Bettis Wijayanti, Deskripsi Pemantauan Kesehatan Anak ... 157

Tabel 1. Kualitas data pengisian formulir dalam sistem PWS KIA di Puskesmas Ranuyoso
Pengisian Jenis Formulir
Rata-rata
formulir Kartu Anak Register Kohort Bayi dan Balita Laporan PWS KIA
Jawaban Lengkap 13,45% 79,87% 78,68% 57,33%
n = 51 n = 303 n = 94
Jawaban tidak 86,55% 20,13% 21,32% 42,67%
Lengkap/Kosong n = 328 n = 75 n = 26
Jumlah 100 % 100% 100% 100%

Kualitas data juga dapat dilihat berdasar Laporan Puskesmas kepada Dinas Kesehatan
pengolahan datanya. Masing-masing bidan desa Kabupaten Lumajang maksimal dilakukan pada
melakukan kompilasi data, penelusuran data kohort tanggal 5 setiap bulannya. Berdasarkan wawancara,
dan validasi bersama dengan bidan induk Puskesmas. Bidan koordinator menyatakan selalu tepat waktu
Data yang diolah meliputi data-data pelayanan yang dan selalu mencatat ketika mengumpulkan laporan.
dilaporkan dalam laporan rutin bidan yang tercakup Berdasarkan absensi pelaporan yang terdapat di
di dalamnya laporan PWS KIA indikator anak. Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan
Kabupaten Lumajang, pengumpulan yang dilakukan
Ketepatan Waktu oleh Bidan Koordinator hanya tercatat sebanyak lima
Ketepatan waktu menggambarkan cepat atau kali, dua diantaranya dilaksanakan diatas tanggal 5.
lambatnya pelaksanaan tahapan-tahapan dalam Artinya, hanya 3 dari 12 pelaporan bidan koordinator
sistem surveilans untuk mengidentifikasi masalah kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang yang
kesehatan, melaporkan ke unit yang bertanggung dapat dibuktikan kebenarannya. Pencatatan absensi
jawab, mengambil tindakan dan memberikan umpan pelaporan dari Puskesmas kepada Dinas Kesehatan
balik. Bidan desa tidak menemukan hambatan dalam juga tidak tertata sistematis dan tidak rapi. Petugas
mengidentifikasi masalah kesehatan sesuai waktu dari Puskesmas mengisi secara mandiri absensi
kejadian di wilayahnya, karena telah dilakukan dengan keterangan jenis laporan yang diserahkan,
integrasi dengan bidan praktik mandiri, dokter, dan nama pelapor serta tanggal pelaporan. Peninjauan
dukun bersalin serta mendapat banyak dukungan terhadap buku ekspedisi yang harusnya terdapat
kader. Umpan balik yang dilakukan bidan desa di Puskesmas juga tidak dapat dilakukan karena
ditujukan kepada masyarakat, perangkat desa, dan ketiadaan buku tersebut di Puskesmas.
pengurus PKK. Umpan balik kepada masyarakat
Stabilitas Data
disampaikan saat posyandu atau melalui kader yang
kemudian meneruskan kepada masyarakat. Formulir secara merupakan berkas yang
Pengumpulan laporan di tingkat Puskesmas memerlukan ruang untuk disimpan. Puskesmas
dilakukan pada tanggal 278 pada bidan koordinator Ranuyoso merupakan wilayah dengan jumlah
setiap bulannya. Masing-masing bidan desa mengaku penduduk yang banyak, dengan total 3426 bayi
mengumpulkan laporan tepat pada waktunya, karena dan balita. Masing-masing bayi dan balita tersebut
bidan koordinator selalu melakukan konfirmasi idealnya memiliki catatan untuk masing-masing
kepada bidan desa yang terlambat mengumpulkan pelayanan kesehatan yang diterima. Salah satu
laporan. Ketepatan waktu ini tidak dapat dibuktikan formulir yang harusnya dimiliki oleh masing-
kebenarannya karena tidak adanya absensi khusus masing anak yaitu kartu anak. Jika sebuah wilayah
yang dilakukan ketika proses mengumpulkan. Bidan memiliki jumlah bayi dan balita sebanyak 500, maka
koordinator hanya mencatat tanggal pelaporan seharusnya ditemukan pula kartu anak sebanyak
beserta jenis laporan yang diserahkan. Catatan 500 buah. Jumlah ini akan terus bertambah setiap
tersebut ditulis dalam buku catatan kegiatan Bidan tahunnya dan akan menjadi arsip
Koordinator yang juga berisi catatan aktivitas bidan jika masa pelayanan untuk bayi dan
lainnya, dan buku tersebut telah dikumpulkan kepada balita telah paripurna. Arsip bidan inilah yang
bagian kepegawaian Dinas Kesehatan Kabupaten membutuhkan banyak ruang dan diperlukan
Lumajang. Peneliti tidak dapat mempelajari buku sistematika penyimpanan yang rapi. Bidan desa
tersebut karena keterbatasan akses. merasa kesulitan dalam menyimpan kartu anak
158 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 151163

karena jumlahnya sangat banyak. Bidan desa X Evaluasi terhadap tingkat kesulitan pengisian
bahkan memindahkan register kohort tahun 2014 formulir pencatatan PWS KIA menunjukkan jika
dan tahun-tahun sebelumnya di kediaman pribadinya bidan merasa pencatatan adalah hal yang rumit. Hal
karena terlalu banyak arsip yang harus disimpan di tersebut perlu diperhatikan untuk meminimalkan
Pustu. Beberapa laporan yang sempat diobservasi beban kerja bidan yang berkaitan dengan tindak
juga tidak dimiliki oleh bidan desa karena arsip yang pencatatan sehingga formulir relatif singkat dan tidak
kurang rapi, seperti laporan PWS KIA pada bulan- terlalu banyak variabel (Camoni, L., Pasqualini, C.,
bulan tertentu di tahun 2014. Regine, V., DAmato, S., Raimondo, M., Pompa,
Bidan koordinator seharusnya juga melakukan M.G., et al., 2010). Akibatnya, kualitas kerja bidan
back up data untuk seluruh laporan PWS KIA menjadi menurun dan waktu yang digunakan untuk
wilayah, namun pada sistem PWS KIA Puskesmas bekerja menjadi tidak efisien karena terlalu banyak
Ranuyoso back up data tidak dilakukan oleh bidan waktu yang habis karena hal-hal yang tidak penting,
koordinator, kecuali rekap untuk Laporan PWS karena pencatatan yang berulang akibat variabel
KIA Puskesmas. Pihak lain yang berkeinginan rangkap pada formulir yang berbeda.
mengakses laporan PWS KIA wilayah seharusnya Keterangan rangkap yang harus diisi pada
dapat diperoleh melalui bidan coordinator di formulir PWS KIA ditemukan terutama pada kartu
Puskesmas, tanpa perlu mendatangi masing-masing anak dan register kohort. Variabel yang ditemukan
wilayah Puskesmas. Selain itu, buku catatan bidan pada dua formulir tersebut diantaranya yaitu
koordinator dan buku catatan laboratorium juga tidak variabel nama anak, nama orang tua, berat badan
dapat dipelajari karena telah dipindahtangankan saat lahir, jenis imunisasi yang telah diberikan,
dan dibawa oleh pihak lain. Buku bantu bidan tanggal pelaksanaan imunisasi, dan pelaksanaan
desa Jenggrong yang diduga memuat catatan pemberian vitamin A. Pencatatan yang dilakukan
posyandu wilayah Jenggrong pada tahun 2014 secara berulang pada formulir yang berbeda dapat
tidak di serahkan kepada bidan desa baru yang mengakibatkan redundansi data dan kebutuhan ruang
menggantikan. Arsip-arsip tersebut membutuhkan penyimpanan yang berbeda untuk data yang sama
waktu yang lama untuk dicari ketika diperlukan serta menimbulkan biaya akses yang tinggi.
kembali. Pelaksanaan pemantauan kesehatan anak oleh
bidan desa ditunjang dengan adanya buku bantu
PEMBAHASAN yang merupakan dokumen tidak resmi dan arsip
pribadi bidan desa. Penggunaan pencatatan lain di
Kesederhanaan
luar sistem merupakan salah satu indikator bahwa
Atribut kesederhanaan mencakup pelaksanaan sistem tersebut tidak sederhana (CDC, 2001). Selain
pengumpulan data, kompilasi data, analisis dan itu, penggunaan buku bantu juga menimbulkan
interpretasi, serta diseminasi informasi. Pelaksanaan semakin banyak duplikasi data. Penggunaan buku
PWS KIA di Puskesmas Ranuyoso terkategori bantu di lapangan sebenarnya menambah beban kerja
rumit karena banyaknya formulir yang harus diisi, bidan, karena menambah jumlah formulir dengan
keterangan rangkap yang harus diisi pada formulir variabel yang sama yang harus dicatat (Szeles, G.,
yang berbeda, penggunaan buku bantu sebagai Voko, Z., Jenei, T., Kardos, L., Pocsai, Z., Bajtay,
sarana pencatatan di luar sistem PWS KIA, dan kerja A., et al., 2005). Murti (2011) menyebutkan bahwa
sama dengan laboratorium dalam mendiagnosis pertanyaan dengan inti atau aspek sama dari sebuah
masalah kesehatan pada bayi dan balita. variabel yang disampaikan dengan cara sedikit
Banyaknya variabel, formulir dan laporan berbeda disebut redundansi. Pencatatan terhadap
yang harus dilengkapi oleh Bidan desa menguras hal yang sama dengan kualitas pencatatan yang
waktu, tenaga dan pikiran bidan. Hal tersebut sejalan berbeda dapat menimbulkan inkonsistensi data yang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Melati berakibat pada data yang tidak valid (Sari Tarigan S,
(2015) yang menunjukkan bahwa kegiatan pokok Soedjatmiko, & Hartanto, 2010).
yang dilakukan bidan desa adalah pencatatan dan Sistem perangkat lunak berbasis web dapat
pelaporan KIA dengan rata-rata waktu produktif digunakan sebagai alat rekam medis pasien yang
sebesar 82,94% sedangkan standar waktu produktif mengakomodasi proses pencatatan, penyimpanan
adalah 75%. Pekerjaan dengan beban kerja berat data rekam medis pasien dan pelaporan data dari
dapat memengaruhi kualitas kerja dan inferensiasi seluruh unit pelayanan kesehatan dalam Puskesmas
waktu (Novika, Wulan, & Nugraheni, 2013). (Delimayanti, 2007). Perangkat lunak dapat
Bettis Wijayanti, Deskripsi Pemantauan Kesehatan Anak ... 159

mengurangi pengulangan pencatatan dapat karena diperjuangkan meskipun dibutuhkan pengorbanan


telah di input menjadi satu dalam software. Data (CDC, 2001). Akseptabilitas terhadap program
dengan tujuan yang berbeda secara otomatis akan kesehatan yang dibarengi dengan sikap positif
diolah oleh software sesuai kebutuhan. akan meningkatkan pemanfaatan sebanyak 1,4 kali
SOP atau pedoman PWS KIA merupakan alat dibandingkan masyarakat yang tidak menerima
pengendalian pada petugas yang dapat mendorong (Afrima, 2011). Hal ini berarti pihak-pihak yang
ketelitian dan kecepatan dalam melakukan tindakan berpartisipasi dalam sistem PWS KIA merupakan
manajemen yang dapat menahan terjadinya pihak yang mendapatkan manfaat lebih banyak
inefisiensi secara teknis (Wiyantoro & Sabeni, jika dibandingkan dengan pihak yang tidak ikut
2007) dan merupakan bagian dari struktur birokrasi berpartisipasi.
yang berpengaruh terhadap implementasi dari
pelayanan kesehatan (Purwaningrum, 2011). Hanya Sensitivitas
ditemukan dua dari sembilan bidan desa yang Sensitivitas dalam surveilans dapat diketahui
memiliki pedoman pelaksanaan PWS KIA, itupun berdasarkan tingkat pelaporan kasus yaitu proporsi
bukan merupakan edisi yang sesuai dengan pedoman kasus penyakit yang terdeteksi dan kemampuan
yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten untuk mendeteksi wabah, termasuk kemampuan
Lumajang. Sedangkan untuk SOP, pihak Puskesmas untuk memantau perubahan dalam jumlah kasus
tidak mengeluarkan SOP secara tertulis mengenai dari waktu ke waktu (CDC, 2001). Sistem PWS
PWS KIA. KIA indikator anak di Puskesmas Ranuyoso dinilai
Keseluruhan pengumpulan data tidak dapat sensitivitasnya berdasarkan kemampuannya dalam
dilakukan sendiri oleh bidan desa. Dibutuhkan kerja mendeteksi BBLR atau BBLSR. Upaya deteksi dini
sama dengan pihak-pihak lain seperti Bidan Praktik terhadap kelainan kandungan maupun kesehatan
Swasta (BPS), dokter, dukun bersalin, kader, dan janin dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan
laboran Puskesmas. Diseminasi informasi yang kehamilan secara berkala atau rutin yang biasa
dilakukan tidak memiliki tenggat waktu yang dikenal dengan sebutan antenatal care (ANC),
pasti. Hal tersebut dikarenakan sistem yang tidak termasuk di dalamnya yaitu untuk mendeteksi BBLR
sederhana, sehingga sulit diwujudkan. Kebutuhan (Mufdillah, 2009).
sistem PWS KIA untuk berintegrasi dengan pihak Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan
lain menunjukkan bahwa sistem tersebut tidak deteksi dini terhadap risiko BBLR yaitu melakukan
sederhana. Peran laboratorium dalam mendiagnosis pengkajian terhadap usia ibu, jarak kehamilan ibu,
penyakit pasien juga menunjukkan bahwa sistem riwayat merokok dan minum minuman beralkohol,
PWS KIA merupakan sistem surveilans yang melakukan pengkajian terhadap riwayat bayi
kompleks. ibu sebelumnya, masalah-masalah/komplikasi
yang dialami oleh ibu, menimbang berat badan
dan menghitung kenaikan berat badan, mengukur
Akseptabilitas
LILA (Lingkar Lengan Atas), mengukur tinggi
Berdasarkan observasi dan wawancara, kerja fundus uteri serta menghitung TBJ (Taksiran Berat
sama dan partisipasi masyarakat dalam mendukung Janin), melakukan pemeriksaan hb dan melakukan
upaya pemantauan kesehatan indikator anak cukup rujukan segera apabila ditemukan hal-hal yang tidak
bagus. Hal tersebut dibuktikan dengan kerja sama normal (Departemen Kesehatan RI, 2006a). Hal-hal
yang dilakukan bidan desa dengan pihak-pihak tersebut telah tercatat sebagai upaya pemantauan
lain seperti kader, BPS, dokter, dukun bersalin, kesehatan ibu hamil, sehingga dengan terpenuhinya
kader, laboran, dan perawat telah terjalin cukup upaya pemantauan ibu hamil tersebut, seharusnya
bagus. Penerimaan sistem dalam menerima tidak ada kendala untuk dapat mendeteksi BBLR.
masukan, kritikan dan saran juga menunjukkan Sistem PWS KIA telah disusun sedemikian rupa
keterbukaan sistem. Diterimanya berbagai untuk mengurasi risiko masalah kesehatan. Namun
penelitian dengan Puskesmas Ranuyoso sebagai jika melihat jumlah kematian bayi di Puskesmas
objeknya, merupakan salah satu bukti keterbukaan Ranuyoso yang menempati posisi pertama selama
sistem terhadap pihak luar. Selain itu, kesediaan dua tahun berturut-turut di Kabupaten Lumajang,
bidan dalam mengeluarkan biaya secara mandiri kemungkinan sistem PWS KIA yang telah dirancang
sebagai sumber dana penggandaan formulir untuk mendeteksi dini BBLR atau BBLSR tidak
memperlihatkan bahwa sistem telah diterima bahkan ditunjang oleh kinerja SDM.
160 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 151163

Penelitian yang dilakukan Novika, Kelengkapan jumlah kartu anak yaitu 36,19% dari
Wulan, & Nugraheni (2013) menunjukkan bahwa 1240 kartu anak yang ditemukan (jumlah seharusnya
masih terdapat 47,5% kinerja bidan Puskesmas 3426 dari 666 bayi dan 2760 balita). Rata-rata
yang dalam mendeteksi dini risiko BBLR pada kelengkapan jumlah yaitu 73,43%. Kelengkapan
pelayanan antenatal termasuk kategori tidak baik. data pada laporan PWS KIA yaitu sebesar 78,68%,
Kinerja bidan yang demikian berhubungan dengan pada register kohort bayi yaitu 79,87% dan pada
faktor kepemimpinan dan supervisi oleh atasan. kartu anak yaitu 13,45%. Kelengkapan data pada
Jika kepemimpinan baik, tanpa perlu menggunakan kartu anak memiliki nilai yang sangat rendah
kekuatan, pengikut akan terpengaruh dengan karena banyaknya variabel yang tidak diisi terutama
sendirinya. Jika supervisi sering dilaksanakan, maka pada bagian identitas, tanggal pemberian vitamin
motivasi bidan untuk melakukan tugas akan lebih dan imunisasi. Rata-rata kualitas data adalah
baik. 57,33%. Kualitas data jika di rata-rata berdasarkan
kelengkapan jumlah dan kelengkapan data yaitu
Kerepresentativan 65,38%. Nilai tersebut masih di bawah standar yang
ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1116 Tahun
Sistem surveilans kesehatan masyarakat yang
2003 tentang Penyelenggaraan Sistem Surveilans
representatif dapat menggambarkan secara akurat
Kesehatan yaitu sebesar 80%.
kondisi atau permasalahan kesehatan di suatu
Kartu anak merupakan catatan rekam medik
masyarakat berdasarkan distribusi orang, tempat,
anak dalam pelayanan KIA. Rekam medik
dan waktu (CDC, 2001). Studi dokumentasi
merupakan bagian dari instrumen pencatatan
menunjukkan bahwa sistem PWS KIA di Puskesmas
dan berisi seluruh informasi kesehatan anak, dan
Ranuyoso telah menggambarkan permasalahan
karenanya harus dimiliki oleh masing-masing anak
kesehatan berdasarkan distribusi orang, tempat
(Kementerian Kesehatan RI, 2010c). Kondisi di
dan waktu. Gambaran berdasarkan distribusi
Puskesmas Ranuyoso adalah sebagian besar bidan
orang disampaikan melalui pembedaan jenis
mencatat kartu anak setelah dilakukan DDTK,
kelamin pada penerima layanan bayi dan balita.
sehingga pencatatan terkesan buru-buru dan banyak
Gambaran berdasarkan distribusi waktu disampaikan
variabel yang kosong. Anak juga masih banyak
berdasarkan cakupan kunjungan pelayanan neonatal
yang tidak memiliki kartu, karena pencatatan
pada bayi. Gambaran berdasarkan distribusi tempat
tidak dilakukan sesuai alur PWS yang seharusnya.
disampaikan berdasarkan perbedaan dusun atau
Alur pencatatan formulir di Puskesmas Ranuyoso
posyandu.
berdasarkan wawancara dengan bidan koordinator
adalah pencatatan pada kartu anak terlebih dahulu,
Kualitas data kemudian dipindahkan ke kohort dan selanjutnya
Kualitas data mencerminkan kelengkapan dan membuat laporan PWS KIA pada akhir bulan. Bidan
validitas data yang tercatat dalam sistem surveilans desa seringkali melakukan pencatatan langsung pada
kesehatan masyarakat. Data yang berkualitas buku bantu atau kohort, dan sangat jarang mencatat
menggambarkan kelengkapan dan validitas data yang langsung pada kartu anak.
terkumpul minimal 80% (Kementerian Kesehatan
RI, 2003a). Hasil wawancara, observasi dan studi Ketepatan waktu
dokumentasi menunjukkan kualitas data kegiatan Ketepatan waktu sistem surveilans kesehatan
pemantauan anak pada PWS KIA di Puskesmas masyarakat dievaluasi berdasar ketersediaan
Ranuyoso tergolong rendah. informasi dalam mengontrol peristiwa yang
Kualitas data yang diteliti yaitu laporan PWS berhubungan dengan kesehatan (CDC, 2001).
KIA, kartu anak, dan register kohort bayi dan balita. Berdasarkan wawancara, observasi dan studi
berdasarkan kelengkapan jumlah, persentase laporan dokumentasi, ketepatan waktu sistem PWS KIA di
PWS KIA adalah 84,1% karena setiap desa kecuali Puskesmas Ranuyoso rendah.
Desa Jenggrong telah memiliki laporan PWS KIA Pencatatan tanggal pelaporan yang sistematis
dan tidak lengkap hanya pada bulan-bulan tertentu penting dilakukan baik oleh bidan desa, bidan
saja. Kelengkapan jumlah Kelengkapan jumlah koordinator, maupun Dinas Kesehatan Kabupaten
register kohort bayi dan balita memiliki angka 100%, Lumajang. Hal ini dilakukan agar kegiatan
dari hasil observasi menunjukkan bahwa setiap pemantauan kesehatan anak pada sistem PWS KIA
wilayah memiliki register kohort bayi dan balita. dapat dievaluasi ketepatan waktunya sehingga
Bettis Wijayanti, Deskripsi Pemantauan Kesehatan Anak ... 161

dapat ditentukan waktu ideal untuk penanggulangan menyulitkan akibat fisiknya sebagai perangkat
kasus dan diseminasi informasi yang lebih (hardcopy) membutuhkan ruang penyimpanan.
terprogram. Terlebih dalam upaya penanggulangan
kasus kematian anak, ketepatan waktu sangatlah SIMPULAN DAN SARAN
dibutuhkan. Hal tersebut juga berkaitan dengan
Simpulan
pencatatan tanggal pemberian imunisasi atau vitamin
A pada anak. Banyak kartu anak yang kosong Sistem pemantauan kesehatan anak pada PWS
pada pengisian kolom imunisasi dan pemberian KIA di Puskesmas Ranuyoso tidak sederhana,
vitamin A. Jika pencatatan tidak dilakukan dengan sensitif namun kurang ditunjang oleh kinerja bidan,
teratur dan tepat, bidan desa akan kesulitan dalam kualitas data kurang, tidak tepat waktu dan tidak
menemukan pelayanan kesehatan yang telah stabil. Masalah yang terdapat dalam sistem PWS
diberikan sebelumnya, dan dapat berakibat kesalahan KIA di Puskesmas Ranuyoso yaitu banyaknya
diagnosis dan tindakan medis. Lebih jauhnya dapat formulir yang harus diisi, kesulitan dalam melakukan
berakibat kematian. pengisian secara langsung pada register kohort
Ketepatan waktu pelaporan dapat pula yang besar, penggunaan buku bantu, banyaknya
digunakan untuk mengidentifikasi tren, wabah, pengisian formulir kosong terutama pada kartu anak,
atau efek dari tindakan pencegahan yang dilakukan lemahnya deteksi dini BBLR, tidak adanya absensi
sebelumnya (CDC, 2001). Ketepatan waktu dalam pelaporan dan buku ekspedisi Puskesmas, sedikitnya
sistem PWS KIA ini sangatlah penting karena bidan yang memiliki buku panduan, tidak adanya
berkaitan langsung dengan upaya pelayanan SOP tertulis, kurangnya peran lintas sektor dalam
kesehatan sekaligus penanggulangan masalah mendukung penanganan kasus KIA dan tidak adanya
kesehatan terhadap anak, informasi yang aktual analisis bivariat (misalnya menghubungkan variabel
dan berkualitas dapat dijadikan sumber penentu KN1 dengan KN lengkap) oleh bidan desa.
prioritas masalah kesehatan yang harus diatasi
terlebih dahulu. Saran
Saran untuk perbaikan sistem pemantauan
Stabilitas Data kesehatan anak pada PWS KIA di Puskesmas
Stabilitas merupakan kemampuan untuk Ranuyoso Kabupaten Lumajang diantaranya
melakukan pengumpulan data, melakukan ditujukan kepada bidan desa, Puskesmas, dan Dinas
manajemen dan menyediakan data secara benar. Kesehatan Kabupaten Lumajang. Bidan desa sebagai
Pengukuran stabilitas dapat dilakukan melalui subjek utama yang memantau kesehatan anak di
penghitungan jumlah kejadian tidak terjadwal yang wilayah diharapkan dapat meningkatkan peran
berhubungan dengan data dan informasi. Hal-hal lintas sektor dalam menanggulangi permasalahan
tidak terduga tersebut misalnya kerusakan komputer kesehatan di wilayahnya serta mampu melengkapi
atau kehilangan formulir pencatatan dan biaya formulir atau instrumen pencatatan yang kurang
yang dikeluarkan oleh sistem dalam mengatasi karena data yang berkualitas merupakan sumber data
masalah tersebut (CDC, 2001). Hasil penelitian pelayanan yang utama.
menyimpulkan bahwa stabilitas sistem PWS KIA Puskesmas sebagai payung organisasi yang
indikator anak di Puskesmas Ranuyoso tergolong bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat
rendah. dalam lingkup kecamatan, diharapkan dapat
Observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan menyediakan SOP tertulis untuk pengisian seluruh
bahwa formulir yang digunakan untuk memantau formulir pemantauan kesehatan anak pada sistem
kesehatan anak banyak yang hilang. Formulir PWS KIA, menyediakan buku Pedoman PWS
tersebut terutama kartu anak. Sebanyak 3426 kartu KIA untuk masing-masing bidan desa, membuat
yang seharusnya tersimpan sebagai arsip rekam jadwal pelaksanaan supervisi yang lebih rutin pada
medis anak di wilayah Puskesmas Ranuyoso, hanya setiap bulannya, melakukan evaluasi kinerja bidan
ditemukan 1240 kartu saja. Hal ini berarti sebanyak dan beban kerja bidan, memfasilitasi pengarsipan
2186 kartu atau sekitar 63,81% kartu anak tidak formulir kesehatan yang telah jatuh tempo, membuat
ditemukan keberadaannya. Ketidakberadaan kartu back-up untuk setiap laporan PWS wilayah dan
tersebut diakui bidan karena penggunaan formulir Puskesmas, membuat regulasi serah terima jabatan
sebagai berkas pencatatan kesehatan anak tergolong bagi tenaga kesehatan lama yang akan pindah dan
162 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 151163

yang menggantikan, dan melengkapi absensi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang. 2014a.
membuat buku ekspedisi Puskesmas. Profil kesehatan Kabupaten Lumajang Tahun
Sedangkan saran bagi Dinas Kesehatan 2014. Lumajang: Dinas Kesehatan Kabupaten
Kabupaten Lumajang yang memiliki kapasitas Lumajang.
dan wewenang yang lebih besar diharapkan dapat Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang. 2014b.
merumuskan format absensi pengumpulan laporan Rekap kematian neo dan balita Tahun 2013 dan
untuk setiap pelaporan pemantauan kesehatan anak 2014 Kabupaten Lumajang. Lumajang: Bidang
dari Puskesmas, melaksanakan pelatihan khusus Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten
mengenai teknis pencatatan dan pelaporan kesehatan Lumajang.
anak dan mempertimbangkan penggunaan perangkat Kementerian Kesehatan RI. 2003a. Keputusan Menteri
lunak berbasis web sebagai sistem terintegrasi Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1116 Tahun
pencatatan dan pelaporan kesehatan anak untuk 2003 tentang pedoman penyelenggaraan sistem
seluruh tingkat pelaporan. surveilans epidemiologi kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
DAFTAR PUSTAKA Kementerian Kesehatan RI. 2008b. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 828 Tahun
Afrima, A. 2011. Akseptabilitas dan Pemanfaatan
2008 tentang petunjuk teknis standar pelayanan
Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan
minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota.
Reproduksi remaja (PIK-KRR) pada siswa
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
SMU di Kota Bima NTB. Electronic Theses &
Kementerian Kesehatan RI. 2010 c. Buku saku
Dissertations (ETD) Gadjah Mada University:
pelayanan kesehatan neonatal esensial pedoman
[Diakses 1 September 2015]. http://etd.repository.
teknis pelayanan kesehatan dasar. Jakarta:
ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&s
Kementerian Kesehatan RI.
ub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&bu
Melati, K.Y. 2015. Institusional repository
ku_id=50906.
Diponegoro University. [Diakses 22 Agustus
Badan Pusat Statistik. 2012. Angka kematian bayi dan
2015.http://eprints.undip.ac.id/45912/.
angka kematian di bawah usia lima tahun menurut
Mufdillah. 2009. ANC fokus. Yogyakarta: Nuha
provinsi. [Diakses 11 Januari 2015]. http://www.bps.
Medika.
go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_
Murti, B. 2011. Validitas dan reabilitas pengukuran.
subyek=12&notab=5.
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.
Camoni, L., Pasqualini, C., Regine, V., DAmato,
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi penelitian
S., Raimondo, M., Pompa, M.G., et al. 2010.
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
An improved data-collection form for the
Novika, A.G., Wulan, L., & Nugraheni, S. 2013.
surveillance of HIV infection in Italy. Journal of
Analisis kerja bidan dalam deteksi dini risiko
Public Health, 28-33. http://ijphjournal.it/article/
BBLR pada pelayanan antenatal di wilayah
view/5743. [Diakses 21 Oktober 2015]
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013. Jurnal
CDC. 2001. Update guidelines for evaluating public
Respati, 110.
health surveillance systems. Morbidity and
Purwaningrum, Y. 2011. Analisis implementasi
Mortality Weekly Report, 17.
pemeriksaan kadar hemoglobin dalam pelayanan
Delimayanti, M. K. 2007. Perancangan dan analisis
antenatal di Puskesmas Kabupaten Jember
perangkat lunak berbasis web sebagai alat rekam
Propinsi Jawa Timur. Jurnal Penelitian Kesehatan
medis pasien di Puskesmas. Seminar Nasional
Suara Forikes, 3641.
Aplikasi Teknologi Informasi 2007 (SNATI, 2007),
Sari Tarigan S., I.Y. Soedjatmiko, & Hartanto, R.
37-40.
2010. Perancangan basis data dan layanan akses
Departemen Kesehatan RI. 2006a. Manajemen
berbasis Service Oriented Architecture (SOA)
bayi berat lahir rendah untuk bidan desa.
untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Jurnal Buana Informatika Volume I Nomor I
Masyarakat.
Bulan Januari, 17.
Departemen Kesehatan RI. 2009b. Pedoman Wilayah
Szeles, G., Voko, Z., Jenei, T., Kardos, L., Pocsai, Z.,
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA).
Bajtay, A., et al. 2005. A preliminary evaluation
Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat
of a health monitoring program in Hungaty.
Departemen Kesehatan.
European Journal of Public Health, 15(1),
Bettis Wijayanti, Deskripsi Pemantauan Kesehatan Anak ... 163

pp. 2632. http://eurpub.oxfordjournals.org/ Wiyantoro, L., & Sabeni, A. 2007. Hubungan antara
content/15/1/26.full.pdf+html?sid=f9ba155b- sistem pengendalian manajemen dengan perilaku
ea7a-414a-a30b-1fcfc2e736d2 [Diakses 21 disfungsional: budaya nasional sebagai variabel
Oktober 2015). moderating (penelitian pada manajer perusahaan
Wijayanti, B. 2015. Evaluasi pemantauan kesehatan manufaktur di Jawa Tengah). Simposium Nasional
anak pada Pemantauan Wilayah Setempat Akuntansi X (pp. 1-35). Makassar: HYPERLINK
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) berdasarkan http://multiparadigma.lecture.ub.ac.id/ http://
atribut surveilans di Puskesmas Ranuyoso multiparadigma.lecture.ub.ac.id/
Kabupaten Lumajang. Skripsi. Surabaya,
Universitas Airlangga: 52117.

Anda mungkin juga menyukai