Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN

GANGGUAN PEMENUHAN NUTRISI

OLEH :
KELOMPOK V
Sesilia hutasoit : 14-01-401

Wiwin sari zai : 14-01-403

Yetina waruwu : 14-01-404

Yosephine grasia zendrato : 14-01-405

Yustina lase : 14-01-406

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERITAH


KABUPATEN TAPANULI TENGAH
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi,
meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan , bahkan sebaliknya
sudah terjadi involusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan
terhadap kondisi gizi disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya.
Gigi-geligi pada MANULA mungkin sudah banyak yang rusak bahkan copot,
sehingga memberikan kesulitan dalam mengunyah makanan. Maka makanan harus
diolah sehingga makanan tidak perlu digigit atau dikunyah keras-keras. Makanan yang
dipotong kecil-kecil, lunak dan mudah ditelan akan sangat membantu para MANULA
dalam mengkonsumsi makanannya.
Fungsi alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun, sehingga
makanan harus yang mudah dicerna dan tidak memberatkan fungsi kelenjar
pencernaan.makanan yang tidak banyak mengandung lemak, pada umumnya lebih
mudah dicerna, tetapi harus cukup mengandung protein dan karbohidrat. Kadar serat
yang tidak dicerna jangan terlalu banyak, tetapi harus cukup tersedia untuk melancarkan
peristaltik dan dengan demikian melancarkan pula defaecatie, dan menghindarkan
obstipasi.
Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun, jadi jangan di
sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga jangan
sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita berbagai kelainan atau
penyakit gizi yang berhubungan dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes
Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada kelompok MANULA. Yang
umum sangat ditakuti ialah kemungkinan meningkat untuk mendapat penyakit kanker.

1.2. Tujuan
Setelah membaca makalah ini di harapkan mahasiswa mampu melakukan Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Nutrisi Pada Lansia

1.3. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian nutrisi
2. Apa saja kebutuhan nutrisi pada lansia
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada lansia
4. Apa saja gangguan nutrisi pada lansia
5. Factor apa saja yang mempengaruhi status gizi pada lansia

1.4. Metode Penelitian


Metode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan.

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini yaitu Halaman Judul, Kata Pengantar, Daftar Isi,
Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan, Bab II Pembahasan, Bab III
Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan
atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut
untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat
dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung,
aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada kesehatan lansia.
Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada
lansia adalah menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan
peningkatan kolesistokinin yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan
peningkatan rasa kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu
proses penyerapan vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan
terakhir mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi vitamin B 12, vitamin D dan
asam folat. Perubahan-perubahan dan kebutuhan mineral meliputi rendahnya kebutuhan
akan zat besi pada wanita lansia daripada wanita usia produktif. Asupan kalsium sebagai
salah satu mineral esensial lainnya bagi lansia sekitar 600 mg per hari untuk wanita. Hal
ini hanya menggambarkan 30 sampai 40% dari tingkat kebutuhan yang disarankan.
Suplemen kalsium tidak akan diabsorpsi secara merata. Karena perbedaan derajat
keasaman yang dibutuhkan untuk absorpsi yang sesuai, kalsium sitrat malat merupakan
bentuk yang lebih dipilih untuk diberikan bagi lansia yang mengalami hipoklohidria
atau aklorhidria. Pada proses penuaan yang normal, peningkatan jaringan adipose secara
normal dapat menyertai penurunan massa tubuh dan cairan tubuh total.

2.2 Proses Menua


Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh
dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara
biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :
Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan
juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan
kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia
seringkali terlihat kurus.
Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada
indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan
menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya
kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti
perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat
menyebabkan wasir.
Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif
dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan
daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan
mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan
(apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan,
daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari-
hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan
kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang
berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti sosial lainnya.
Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar
juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.
Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah
satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut,
sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat
menyebabkan dehidrasi.
Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk mengadakan
penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom lepas jabatan yang
mengakibatkan sedih yang berkepanjangan.
Penyakit Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat- zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan
juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati
dan kandung empedu.
Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolism
di sel lainnya.Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan
komposisi tubuh. Perubahan pada system pencernaan :
Kehilangan gigi,penyebab utama adanya periodontal desease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun.Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang
buruk.
Indera pengecap menurun.Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir.atropi
indera pengecap (80%),hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah teritama
rasa manis,asin,asam,pahit.Selain itu sekresi air ludah berkurang sampai kira-kira 75%
sehingga mengakibatkan rongga mulut menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa.
Usofagus melebar.Penuaan usofagus berupa pengerasan sfringfar bagian bawah
sehingga menjadi mengendur(relaksasi) dan mengakibatkan usofagus melebar
(presbyusofagus).Keadaan ini memperlambat pengosongan usofagus dan tidak jarang
berlanjut sebagaiher nianhiatal.Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah
presofagus tepatnta di daerah osofaring penyebabnya tersembunyi dalam system saraf
sentral atau akibat gangguan neuromuskuler seperti jumlah ganglion yang menyusut
sementara lapisan otot menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan
pengosongan usofagus.
Lambung,rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun).Lapisan lambung menipis
diatas 60 tahun,sekresi HCL dan pepsin berkurang,asam lambung menurun,waktu
pengosongan lambung menurun dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun.
Peristaltic lemah dan biaanya timbul konstipasi
Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu).Berat total usus halus berkurang
diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas
normal,kecuali kalsium (diatas 60 tahun)dan zat besi.
Liver (hati).Penurunan enzim hati yang terlibat dalam oksidasi dan reduksi,yang
menyebabkan metabolisme obat dan detoksifikasi zat kurang efisien.
Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan kompleks
krbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang
sehingga proses menelan menjadi sukar.
Keluahn-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan sebagainya,
seringkali disebabkan makanan yang kurang dicerna akibat berkurangnya fungsi
kelenjar pencernaan. Juga dapat disebabkan karena berkurangnya toleransi terhadap
makanan terutama yang mengandung lemak.
Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang disebabkan karena
kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa disebabkan karenanya
banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan proses menua bisa terjadi gangguan motilits
otot polos esophagus, bisa juga terjadi refluks disease (terjadi akibat refluks isi
lambung ke esophagus), insiden ini mencapai puncak pada usia 60 70 tahun.

2.3 Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia


o Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada
orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa
otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan
protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari
protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia
laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori
yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak,
sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi
tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.
o Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1
gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata
kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang
dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh
telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa
penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan
sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya
adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
o Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi
energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke
jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak
jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam
lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak
jenuh.

o Karbohidrat dan serat makanan


Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan
telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi
lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan
mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan
konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain
terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat
kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai
sumber energi dan sumber serat.
o Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi
vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan
ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan
sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral
kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan
anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu
metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara
teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.
o Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh
untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu pencernaan
makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia
dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia


a. Tinggal sendiri: seseorang yang tinggal sendiri sering tidak memperdulikan
tugas memasak untuk menyediakan makanan
b. Kelemahan fisik: akibat kelemahan fisik sehinga menyebabkan kesulitan
untuk berbelanja atau memasak, mereka tidak mampu merencanakan dan
menyediakan makanannya sendiri.
c. Kehilangan: terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk
mereka sendiri, mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makananyang gizinya
seimbang..
d. Depresi: menyebabkan kehilangan nafsu makan, mereka tidak mau bersusah
payah berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
e. Pendapatan yang rendah: ketidak mampuan untuk membeli makanan yang cermat
untuk meningkatkan pengonsumsian makanan yang bergizi.
f. Penyakit saluran cerna: termasuk sakit gigi dan ulkus.Berkurangnya kemampuan
mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong, Esophagus/kerongkongan
mengalami pelebaran Rasa lapar menurun, asam lambung menurun,Berkurangnya
indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam,
dan pahit., Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi,Penyerapan makanan di usus menurun
g. penyalahgunaan alcohol: penyalah gunaan alcohol mengurangi asupan kalori atau
nonkalori seperti asupan energy dengan sedikit factor nutrisi lain.
h. Obat-obatan : lansia yang mendapatkan banyak obat dibandingkan kelompok usia
lain yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan
mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.

2.5 Gangguan Nutrisi Pada Lansia


1. Malnutrisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan gizi buruk yang terjadi karena tidak cukupnya
asupan satu atau lebih nutrisi yang membahyakan status kesehatan (Watson, Roger.
2003. Perawatan Pada Lansia.Jakarta:EGC).
2. Obesitas
Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak yang berlebihan,
dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari 20% dari jumlah yang di anjurkan untuk
tinggi dan usia seseorang. Pola konsumsi yang berlebihan terutama yang mengandung
lemak, protein dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pencetus
berbagai seperti Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok, seta Diabetes Melitus.
3. Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh penurunan
densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam jangka waktu yang lama.
Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada wanita dan 45 tahun pada pria.
4. Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil yang tidak normal,
kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh yang disebabkan kurang Fe,
asam folat, B12 dan protein. Akibatnya akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat,
kesemutan, sering pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.
5. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di tambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makn berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
6. Kekurangan anti oksidan
(Banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu menangkal efek
merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi yang kurang dapat
meningkatkan resiko berbagai penyakit akibat radikal bebas, seperti serangan jantung
dan stroke, katarak, persendian hingga menurunnya penampilan fisik seperti kulit
menjadi keriput.
7. Sulit buang air besar Karena pergerakan usus besar semakin lambat, makanan
lambat diolah dalam tubuh.Akibatnya, buang air besar jadi jarang.
8. Kelebihan gula dan garam
Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada orangtua
Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan
kolesterol dan gula darah
Karena itu, sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam

2.6 Status Gizi Pada Usia Lanjut


Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia cenderung
mengalami kegemukan/obesitas
Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan nafsu
makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi protein yang
kronis
Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat (sayur,
daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini
menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas
Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu
penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi
mikro
Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia
menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia
Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu
makan yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati
Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan
makanan sendiri dan menjadi kurang gizi
Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan
menurun dan menjadi kurang gizi
Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya
menjadi kurang gizi
Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat
menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.

2.7 ASKEP
a.PENGKAJIAN
o Berat badan berhubungan dengan tinggi badan, contoh IMT (indeks massa tubuh)
atau catatan yang tepat
o Perubahan berat badanDifokuskan pada kehilangan atau pertambahan berat badan
saat ini
o Pertumbuhan gigi, Apakah lansia memakai gigi palsu atau apakah mereka memerlukan
gigipalsu? Apakah gigi palsu yang ada hilang atau rusak?
o Kebiasaan makan, Aspek pribadi, budaya, dan agama mengenal asupan nutrisi
o Kemampuan untuk makan, Dapatkah lansia memindahkan makanan dari piring ke
mult dan menelannya dengan baik

o Farmakologi, Apakah klien banyak meminum obat-obatan (termasuk medikasi yang


dilakukan sendiri) yang dapat berakibat buruk terhadap nutrisi.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Lansia mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka beresiko tinggi
menderita malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak malnutrisi. Salah satu indikator
yang sangat penting pada status nutrisi adalah berat badan. Perawat berperan sangat
penting dalam pemenuhan nutrisi lansia terutama di Rumah Sakit. Setiap orang harus
makan. Makanan merupakan bagian yang paling penting dalam kehidupan sebagian
lansia dan saat-saat bersantap menjadi bagian penting yang dialami manula setiap
harinya. Makanan juga harus menjadi sumber kesehatan serta kegembiraan bagi orang-
orang yang berusia lanjut ini.

3.2 SARAN
Patut diingat bahwa keperluan energi MANULA sudah menurun, jadi jangan di
sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga jangan
sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita berbagai kelainan atau
penyakit gizi yang berhubungan dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes
Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada kelompok MANULA.
DAFTAR PUSTAKA

Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC


Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Fakultas Kedokteran UI. 2000. Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien Geriatri Untuk
Dokter dan Perawat. Jakarta
Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk
Perawat dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico
Tarwoto, Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta
: Salemba Medika
Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima Medika
FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2012


A. DATA BIOGRAFI
Nama :Tn S
TTL :Sampit, 20 Oktober 1945
Jenis Kelamin :laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status Perkawinan :Duda
TB / BB : 162 cm, 50 Kg
Penampilan :Rapih danbersih Ciri ciri tubuh :Kurus
Alamat : Jl. Merdeka, Kel. Ketapang RT 3 RW V
Kec.Mentawa Baru Hilir Telp/ Hp : -
Kabupaten. Kotawaringin Timur
Orang Yang Dekat :Ny E
Hubungan :Anak
Alamat / Telepon : Jl. Merdeka No.45

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
K
eterangan :
: Laki-laki

: Perempuan
: Meninggal dunia
: Tinggal serumah
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
: Klien

2. RiwayatKeluarga
Klien seorang duda, mempunyai anak satu. Klien hidup bersama anak laki-lakinya. Di
keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti diabetes, hipertensi, asma, TB,
atau hepatitis.

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : Berkebun
Alamat pekerjaan : Jl. MajuMundur
Jarak dari rumah : 1km
Alat transportasi : Jalan kaki
Pekerjaan sebelumnya : Swasta
Jarak darirumah : 3 Km
Alat transportasi : Sepeda Motor
Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan:
Pendapatan berasal dari hasil berkebun dan dibiayai oleh anak.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Type tempa tinggal :Rumah
Jenis lantai rumah :Kayu
Kondisi lantai :Kering
Tangga rumah :Tidakada
Penerangan :Cukup
Tempat tidur :Aman
Alatd apur :Rapi
WC :Aman
Kebersihan lingkungan :bersih
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :Sendiri
Derajat privasi :Terjaga
Tetangga terdekat : Ada
Alamat dan telepon : Jl. Merdeka No. 46

E. RIWAYAT REKREASI
Hobbi / Minat : Memancing
KeanggotaanOrganisasi : Pengajian
Liburan / Perjalanan : Jalan jalan, berkunjung ketempat Anak

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Perawat
Jarak Dari Rumah : 1 Km
RumahSakit : Ada Jarak 5 Km
Klinik : Ada Jarak 4 Km
Pelayanan Kes. Dirumah : Tidakada
Makanan Yang dihantarkan : Tidakada
Perawatan Sehari-hari Yang Dilakukan Keluarga : Check Up kePuskesmas

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : klien shalat 5 waktu, klien kadang menjalankan shalat tahajud.
Yang Lainnya : Tidakada

H. STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan Umum Selama SetahunYangLalu : klien pernah menderita
Anemia
Status KesehatanSelama 5 Tahun Yang Lalu : Tidak ada masalah
KeluhanUtama :
Klien mengatakan tidak nafsu makan

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Klien sering berobat ke


puskesmas

Alergi :
Obat-Obatan :Tidakada
Makanan :Tidakada
FaktorLingkungan : Tidakada

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


IndeksKATZ :B
Oksigenisasi : Baik, RR 16 x/m
Cairan&Elektrolit : Cukup, KlienMinum6gelas /hr
si : Nafsu makan kurang, PolaMakan : 2x/hr, hanya mampu menghabiskan porsi
makanan, konjugtiva anemis, BB sebelumnya= 51 kg, BB saatini 50 kg, klien kurang
makan sayur dan jarang makan buah-buahan, klien hidup sendiri.
Eliminasi : Baik, BAK 2x/hr BAB 1x/hr
Aktivitas : Saat pagi klien berkebun, di rumah klien tidak ada
kegiatan
Istirahat & Tidur : Baik, klien tidur 8 jam/hr
Personal Hygiene : Baik, Klien Mandi 2x/hr
ual : Klien tidak ada niat lagi untuk berhubungan, klien tidak ada keinginan untuk menikah
lagi
easi :klien 6 bulan sekali melakukan perjalanan (berkunjung ke rumaha naknya).

J. PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL


Konsep diri : Klien merasa kehidupannya cukupt erpenuhi
Emosi : Stabil
Adaptasi : Baik
Mekanisme Pertahanan Diri : Baik
Status Mental : Stabil
Tingkat Keasadaran : Compos Mentis
Afasia : Tidak
Dimensia : Tidak
Orientasi : Normal
Bicara : Normal
Bahasa Yang Digunakan :BahasaBanjar
Kemampuan Membaca :Bisa
Kemampuan Interaksi :Sesuai
Vertigo :
Shirt Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) : 2 Fungsi Mental Utuh
Mini Mental State Exam (MMSE) : 2 Baik
Geriatrik Depresion Scale : 4 Baik
APGAR : 6 Menengah

K. TINJAUAN SISTEM
KeadaanUmum :Baik
Tingkat Kesadaran : Compos mentis
Tanda-Tanda Vital : TD 130/90 mmhg Nadi 80 x/m
RR 16 x/m Suhu 36,5oC
TB 168 cm BB 50kg

PENGKAJIAN PERSISTEM
1) PERNAFASAN (B1 : BREATHING)
1. Bentuk Dada : Simetris
2. SekresidanBatuk : Tidakada
Nyeriwaktubernapas : Tidakada
3. PolaNapas : RR 16 x/m, Reguler
4. BunyiNapas : Normal (tidakadaRonchi)
5. Pergerakan Dada : Intercostal
6. TractilFremitis/Fremitus Vokal :Tidakada
7. Alat Bantu Pernapasan : Tidakada

2) CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)


1. Nadi : Frekuensi 80 x/m nt , Reguler
2. Bunyi Jantung : Normal
3. LetakJantung : Ictus Cordis teraba pada intercostal V, kira-kira 1 jari medial
darigaris midklavikular
4. Pembesaran Jantung : Tidakada
5. NyeriDada : Tidakada
6. Edema : Tidakada
7. Clubbing Finger : Tidak

3) PERSARAFAN (B3: BRAIN)


Tingkat kesadaran : Compos Mentis
1. GCS :
Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Total GCS : 15
2. Refleks : Normal
3. Koordinasi Gerak : Ya
4. Kejang : Tidak

4) PENGINDERAAN
1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk : Normal
b. Pupil : Ishokor
c. Gerak Bola Mata : Normal
d. Medan Penglihatan : Normal
e. ButaWarna : Tidak
f. TekananInraOkuler : Tidak
2. Hidung (Penciuman)
Bentuk : Normal
GangguanPenciuman : Tidak
3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : Normal
b. Membran Tympani : Terang
c. Otorrchea : Tidak
d. GangguanPendengaran : Tidak
e. Tinitus : Tidak
4. Perasa : Normal
5. Peraba : Normal

5) PERKEMIHAN - ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


Tidak ada nyeri saat berkemih, tidak sering berkemih, tidak ada urin yang tertahan saat
berkemih
MasalahKandungKemih : Tidakadamasalah
Produksi Urine : 600 ml/hr Frekuensi : 2x/hr
Warna:Kekuningan Bau : Amoniak

6) PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


1. MulutdanTenggorokan
a. Mulut : Rongga mulut bersih, tidak ada bau mulut
b. Gigi : Gigi tidak lengkap, tidak ada lubang gigi,
Selaput Lendir Mulut : Lembab
c. Lidah : Bersih, ada sariawan
d. Kebersihan Rongga Mulut : Tidak Berbau
e. Tenggorokan : Tidak terlihat sulit menelan
f. Abdomen : Kenyal
g. Pembesaran Hepar : Tidak
h. Pembesaran Lien : Tidak
i. Asites : Tidak

2. Masalah Usus Besar dan Rectum / Anus


BAB 1 x/hr
Tidak ada masalah
Obat Pencahar : Tidak
Lavemen : Tidak

7) OTOT, YULANG DAN INTEGUMENT (B6: BONE)


1. OtotdanTulang
Kemampuan Pergerakan Sendi lengan dan Tungkai (ROM)
Bebas
Kemampuan kekuatan otot :

4 4
4 4
Fraktur : Tidak
Dislokasi :Tidak
Haemotom : Tidak
2. Integumen
Warna Kulit : Kuning langsat
Akral : Hangat
Turgor : Tidakelastis
Tulang Belakang : Normal
8) REPRODUKSI
Laki-laki :
Kelamin Bentuk : Normal
Kebersihan Alat Kelamin : Bersih

9) ENDOKRIN
1. Faktor Alergi : Tidak
Manifestasi : Tidakada
Cara Mengatasi : Tidakada
2. Kelainan Endokrin : Tidakada

10) PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :
Klien mengetahui tentang kondisi kesehatannya dan klien sering cek up untuk
kesehatannya

ANALISA DATA

NO KELUHAN ETIOLOGI PROBLEM

1. DS : Klien mengatakan tidak nafsu makan

DO :
Gigi tidak lengkap
Lidah ada sariawan
PolaMakan : 2x/hr, Ketidak
hanyamampumenghabiskan Intake yang seimbangan nutrisi
porsimakanan tidakadekuat : nutrisi kurang
Konjugtiva anemis dari kebutuhan
BB sebelumnya= 51 kg, BB saatini 50 kg tubuh
Klien kurang makan sayur dan jarang
makan buah-buahan
klienhidupsendiri

RENCANA KEPERAWATAN

No. Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional


1. 1 Setelah dilakukan tindakan Timbang berat badan setiap1. R/mengetahui perubahan
keperawatan selama 1x24 hari keadaan umum nutrisi pada klien
jam diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi : 2. R/Dilatasi gaster dapat terjadi
nutrisi kurang dari Anjurkan makan sedikit tapi bila pemberian makan terlalu
kebutuhan tubuh teratasi sering cepat setelah periode puasa
dengan
Kriteria hasil : 3. R/membantu meningkatkan
Nafsu makan meningkat intake makanan
Berat badan meningkat Anjurkan makan-makanan
Adanya perubahan pola yang lunak dan mudah dicerna.
makan 4. Membantu meningkatkan nafsu
Konjungtiva normal makan
Klien tampak tidak lemah Anjurkan keluarga untuk
menyediakan makanan
kesukaan klien. 5. R/ Mencegah terjadinya mual
dan membantu meningkatkan
Anjurkan makan makanan nafsu makan
yang disajikan dalam kondisi
hangat

No. Dx. Kep. Implementasi Evaluasi


1. 1. 1 Tgl 25 Maret 2012 (09.00 wib) 26 Maret 2012 (09.00 wib)
DS : Saya sudah menghabiskan
Menimbang berat badan setiap hari setengah porsi makanan
Hasil : BB = 50 kg
DO :
Menganjurkan makan sedikit tapi sering K/u baik
Hasil : Nafsumakanklienmeningkat
Anjuran telah di berikan , klien akan melakukan Konjungtiva normal
anjuran. TD : 100 / 70 mmhg
N : 80 x/m
Menganjurkan makan makanan yang lunak dan RR : 20 x/m
mudah dicerna S : 36,6 oC
Hasil : BB 50 kg
Klien setuju untuk makan makanan yang lunak dan
mudah dicerna
A : Masalah nutrisi kurang dari
Menganjurkan keluarga untuk menyediakan kebutuhan tubuh teratasi sebagian
makanan kesukaan klien Nafsu makan meningkat
Hasil : Adanya perubahan pola makan
Anjuran telah diberikan, keluarga mengungkapkan Konjungtiva normal
akan melakukan apa yang di anjurkan. Klien tampak tidak lemah

Menganjurkan makan makanan yang disajikan P: Lanjutkan intervensi


dalamkondisi hangat
Hasil :
Klien setuju untuk makan makanan yang disajikan
dalam kondisi hangat

Anda mungkin juga menyukai