Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Pengolahan Sinyal Digital (Digital Signal Processing,


disingkat DSP) adalah suatu bagian dari sain dan teknologi yang
berkembang pesat selama 40 tahun terakhir. Perkembangan ini
terutama karena perkembangan teknologi komputer dan rangkaian
terintegrasi (Integrated Circuit), khususnya DSP microprocessor.
Bahkan diramalkan, beberapa tahun ke depan Pengolahan Sinyal
Digital akan menempati posisi Elektronika saat ini, dalam arti
hampir semua bidang memerlukannya.
Saat ini, aplikasi Pengolahan Sinyal Digital (PSD) telah
merambah berbagai bidang, misalnya musik, telekomunikasi dan
multimedia, pengolahan citra, biomedik, serta kontrol otomatik. Di
bidang musik PSD dipakai dalam perekaman, pencampuran,
sintesa, dan penyimpanan. Pada bidang telekomunikasi dan
multimedia, PSD diterapkan misalnya pada transmisi, modulasi,
pemampatan (compression), proteksi data, pentapisan, ekstraksi
ciri, dan identifikasi. Sementara itu PSD dipakai pada pengolahan
citra misalnya dalam pentapisan dua dimensi, pemampatan, image
enhancement, dan pengenalan pola. Dalam bidang biomedik, PSD
dimanfaatkan untuk diagnosis dan monitoring pasien.
Buku ini akan membahas dua topik utama Pengolahan
Sinyal Digital, yaitu analisis spektrum (spectral analysis) dan
pentapisan (filtering). Analisis spektrum untuk sinyal waktu diskrit
didasari oleh Transformasi Fourier Waktu Diskrit dan Trans-
formasi Fourier Diskrit. Kedua transformasi tersebut dibahas pada
Bab IV. Analisis spektrum dan berbagai kegunaannya telah
dimanfaatkan oleh berbagai disiplin ilmu, dimana masing-masing
disiplin ilmu memiliki terminologi, metode dan standar sendiri-
sendiri. Topik utama kedua, yaitu filter digital. Filter digital ini
tidak hanya melakukan pentapisan berdasarkan frekuensi sinyal,
tetapi juga pentapisan terhadap derau acak dan pentapisan adaptif.
Dasar-dasar filter digital dibahas pada Bab VI.
Untuk mengawali pembahasan pengolahan sinyal digital,
pada Bab I dibahas elemen-elemen dasar pada pengolahan sinyal,
yaitu sinyal dan sistem. Pembahasan meliputi pengertian masing-
masing, klasifikasinya dan contoh-contohnya. Juga perbandingan

PSD Bab I Pendahuluan 1


antara pengolahan sinyal analog dan pengolahan sinyal digital.
Bab II membahas tentang pencuplikan (sampling) dan kuantisasi
(quantization). Bab III berisi tentang sinyal dan sistem waktu
diskrit. Pembahasan di dalamnya meliputi sinyal-sinyal elementer,
operasi-operasi elementer, watak-watak dasar sistem, juga tentang
interaksi sinyal dan sistem. Ketiga bab ini membahas hal-hal dasar
dalam pengolahan sinyal digital, dan dianggap sudah mencukupi
untuk membahas analisis spektrum pada Bab IV. Adapun untuk
memberikan landasan bagi pembahasan filter digital pada Bab VI,
maka pada Bab V dibahas tentang transformasi-z dan terapannya.

A. Pengertian Sinyal
Sinyal berasal dari kata bahasa Inggris signal yang berarti
tanda atau isyarat. Tetapi secara lebih khusus, yang dimaksud
sinyal adalah besaran fisik yang berubah-ubah terhadap waktu,
posisi, atau variabel bebas lain atau pun beberapa variabel bebas
sekaligus. Secara matematis, sinyal dapat dinyatakan dalam suatu
fungsi dari satu atau lebih variabel bebas, misalkan:
x(n) = cos(2(0,3)n)
s(t) = 3t2 + 10t
s(x,y) = 3x + 2xy + 10y2
Hanya saja, adanya hubungan fungsional seperti di atas, tidak
selalu diketahui atau kadang terlalu rumit untuk dirumuskan.
Untuk kasus terakhir ini yang sering disebut sebagai sinyal acak
(random signal) biasanya sinyal dinyatakan dalam fungsi-fungsi
statistik.

B. Klasifikasi Sinyal
Sinyal sangat banyak macamnya, misalnya sinyal-sinyal
listrik, sinyal mekanik, sinyal akustik, dan masih banyak lagi yang
lain. Klasifikasi sinyal dilakukan menurut beberapa kriteria, antara
lain:
1. Kanal (channel) dan Dimensi (dimension)
2. Periodisitas (Periodisity)
3. Keacakan
4. Ganjil dan Genap (Odd and Even)
5. Energi dan Daya
6. Nilai dan Waktu

PSD Bab I Pendahuluan 2


Penjelasan masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Kanal (channel) artinya banyaknya sumber sinyal, sementara
dimensi (dimension) menyatakan banyaknya variabel bebas
dalam suatu sinyal. Misalnya, sinyal penghasil gambar pada
TV hitam-putih adalah sinyal 1 kanal 3 dimensi (ingat,
gambar yang dihasilkan adalah gambar 2 dimensi). Adapun
sinyal penghasil gambar untuk TV warna adalah sinyal 3 kanal
3 dimensi, yang dapat digambarkan dengan vektor:
I r x, y, t
Ix, y, t I g x, y, t
I b x, y, t
dimana Ir, Ig dan Ib berturut-turut menunjukkan intensitas dari
sumber warna-warna cahaya primer (yaitu red, green dan
blue) yang ada pada tabung sinar katoda (cathode ray tube)
suatu TV warna.

Gambar 1.1. Contoh sinyal 1 kanal 3 dimensi

Contoh lain misalnya pada bidang kedokteran, sinyal EEG


(electroenchepalogram) yaitu sinyal yang menggambarkan
kondisi otak pasien merupakan sinyal 4 kanal 1 dimensi.

waktu

Gambar 1.2. Contoh sinyal 4 kanal 1 dimensi

PSD Bab I Pendahuluan 3


2. Sinyal yang nilainya berulang dalam periode waktu tertentu
disebut sinyal periodik, yang sebaliknya disebut sinyal non
periodik. Sinyal periodik dapat dinyatakan dengan:
x(n) = x(n + k), dengan k adalah periode sinyal (1.1)

Gambar 1.3. Contoh-contoh sinyal periodik

PSD Bab I Pendahuluan 4


3. Sinyal yang dapat dinyatakan secara unik dengan suatu
persamaan matematis eksplisit, suatu tabel data atau suatu
aturan yang didefinisikan dengan baik, dinamakan sinyal
deterministik. Istilah ini digunakan untuk menegaskan bahwa
seluruh nilai sinyal, baik yang lampau, sekarang dan yang
akan datang, dapat diketahui secara pasti. Namun dalam
banyak aplikasi praktis, terdapat banyak sinyal yang tidak
dapat dinyatakan dengan fungsi matematis sederhana. Sinyal
semacam ini disebut sinyal acak (random).

Gambar 1.4. Contoh-contoh sinyal acak

PSD Bab I Pendahuluan 5


4. Sinyal yang bila digambarkan dalam sumbu X-Y terlihat
simetri terhadap sumbu Y (sumbu tegak) disebut sinyal genap,
misalnya fungsi kosinus. Sedangkan yang menunjukkan sifat
anti simetri, misalnya fungsi sinus, disebut sinyal ganjil.
Sinyal-sinyal lain yang tidak memiliki salah satu dari kedua
sifat di atas, tidak termasuk dalam pembahasan ini.

Gambar 1.5. Contoh-contoh sinyal fungsi genap

Gambar 1.6. Contoh-contoh sinyal fungsi ganjil

Gambar 1.7. Contoh-contoh sinyal bukan fungsi ganjil maupun


fungsi genap

PSD Bab I Pendahuluan 6


5. Sinyal yang mempunyai jumlah energi terhingga disebut
sinyal energi, sedangkan sinyal yang mempunyai energi tak
terhingga tetapi mempunyai daya terhingga disebut sinyal
daya. Keduanya dapat dinyatakan dengan rumus:

xn
2
Sinyal energi : E = (1.2)
n
M
x n
1

2
Sinyal daya : P = lim (1.3)
M 2 M 1
n M

Sinyal yang tidak memenuhi kedua kriteria di atas, bukan


termasuk sinyal energi maupun sinyal daya.

Contoh 1.1:
Apakah sinyal berikut termasuk sinyal energi atau sinyal daya ?
a. unit step atau x(n) = {1, 1, 1, ...} untuk n 0
b. unit ramp atau x(n) = n, untuk n 0
c. x(n) = 0,5 n, untuk n 0

Jawab:

xn x n 1 + 1 + 1 + ... =
2 2
a. E =
n n 0
M
M 1 1
x n lim
1

2
P = lim
M 2M 1 M 2M 1 2
n M

Jadi sinyal unit step termasuk sinyal daya

xn xn 1 + 4 + 9 + 16 + ... =
2 2
b. E =
n n 0

1 M
x n lim
M 1 2


2
P = lim
M 2 M 1 M 2M 1
n M

Jadi sinyal unit ramp bukan sinyal daya maupun sinyal


energi


c. E = x n 1 + 0,25 + 0,0625 + 0.015625 + ... 1,333
2

n 0

Jadi sinyal ini adalah sinyal energi

PSD Bab I Pendahuluan 7


6. Berdasarkan nilai dan waktunya, sinyal dapat dibagi menjadi
empat:
a. Sinyal waktu kontinyu nilai kontinyu
b. Sinyal waktu kontinyu nilai diskrit
c. Sinyal waktu diskrit nilai kontinyu
d. Sinyal waktu diskrit nilai diskrit
Penjelasan masing-masing adalah sebagai berikut :
Sinyal waktu kontinyu nilai kontinyu adalah sinyal yang
muncul sepanjang waktu dengan nilai sembarang, atau dengan
kata lain sinyal yang variabel bebas dan variabel terikatnya
adalah variabel yang kontinyu, termasuk sinyal jenis pertama.
Sinyal jenis ini sering disebut sebagai sinyal analog. Contoh
sinyal jenis ini adalah sebagian besar sinyal-sinyal yang ada di
alam.
Sinyal waktu kontinyu nilai diskrit adalah sinyal yang muncul
sepanjang waktu tetapi nilainya diskrit, atau dengan kata lain
variabel bebasnya kontinyu sementara variabel terikatnya
diskrit. Contohnya adalah sinyal yang mengalami kuantisasi.
Dalam kegiatan sehari-hari hal ini terjadi misalnya pada kasus
pembiayaan pengiriman SMS (short message service). Dalam
hal ini yang dihitung adalah jumlah SMS, sementara itu jumlah
karakter dalam satu SMS tidak diperhitungkan, baik penuh atau
tidak, biaya pengirimannya sama, yaitu biaya pengiriman 1
SMS.
Sinyal waktu diskrit nilai kontinyu adalah sinyal yang hanya
muncul pada waktu-waktu tertentu dengan nilai sembarang,
atau dengan kata lain mempunyai variabel bebas diskrit dan
variabel terikat kontinyu, adalah termasuk sinyal jenis ketiga.
Contoh sinyal ini adalah hasil pencuplikan (sampling) sinyal-
sinyal alami. Hal ini terlihat misalnya pada pengiriman data dari
sensor-sensor di kawah gunung Merapi ke stasiun pengamat.
Data tersebut dikirim secara berkala, tidak secara kontinyu.
Sinyal waktu diskrit nilai diskrit adalah sinyal yang hanya
muncul dalam waktu tertentu dan nilainya diskrit, atau dengan
kata lain variabel bebas dan variabel terikatnya diskrit. Sinyal
jenis ini disebut juga sinyal digital. Contoh sinyal jenis ini
banyak ditemui dalam piranti-piranti digital seperti komputer
digital, kontroler digital, filter digital dan lain-lain.

PSD Bab I Pendahuluan 8


Gambar 1.8. Klasifikasi sinyal menurut nilai dan waktu (dari kiri atas
searah jarum jam: sinyal analog, signal nilai diskrit waktu
kontinyu, sinyal digital, dan sinyal nilai kontinyu waktu
diskrit)

C. Pengertian Sistem dan Pengolahan Sinyal


Sistem adalah suatu alat (perangkat keras maupun lunak)
yang melakukan operasi-operasi tertentu terhadap suatu sinyal.
Operasi-operasi tersebut bisa berupa operasi elementer maupun
operasi-operasi yang kompleks. Adapun proses melakukan operasi
terhadap sinyal disebut sebagai pengolahan sinyal atau pemrosesan
sinyal.
Berdasarkan sinyal yang diolah, pengolahan sinyal dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu pengolahan sinyal analog dan
pengolahan sinyal digital. Pengolahan sinyal analog mempunyai
input sinyal analog dan output sinyal analog, sedangkan
pengolahan sinyal digital mempunyai input sinyal digital dan
output sinyal digital. Hanya saja, karena sebagian besar sinyal di
alam adalah sinyal analog, maka untuk mengolah sinyal analog
dalam sistem digital, harus disisipkan pengubah analog ke digital

PSD Bab I Pendahuluan 9


(Analog to Digital Converter, disingkat ADC), dan kalau perlu
pengubah digital ke analog (Digital to Analog Converter, disingkat
DAC).

sinyal analog sistem analog sinyal analog

(a)

sinyal analog ADC sistem digital DAC sinyal analog

sinyal digital

(b)

Gambar 1.9. (a) Diagram blok pengolahan sinyal analog


(b) Diagram blok pengolahan sinyal digital

Contoh pengolahan sinyal analog adalah filter analog, penguat


tegangan, penguat daya, integrator, diferensiator, penyearah,
pembalik fasa, penggeser fasa, dan lain-lain. Contoh pengolahan
sinyal digital misalnya penjumlah (adder), pengali (multiplier),
penunda (delay unit), filter digital, kontroler digital, dan
sebagainya.

D. Perbandingan Pengolahan Sinyal Analog dengan


Pengolahan Sinyal Digital
Secara umum Pengolahan Sinyal Digital lebih baik dari
Pengolahan Sinyal Analog, karena beberapa alasan:
1. Suatu sistem digital yang dapat diprogram, maksudnya yang
menggunakan perangkat lunak, memiliki keluwesan untuk
mengkonfigurasi ulang operasi-operasi pengolahan sinyal
dengan mengubah program. Sementara itu, konfigurasi ulang
sistem analog biasanya menuntut desain ulang perangkat keras
yang diikuti dengan pengujian dan pembuktian untuk melihat
apakah sistem tersebut beroperasi dengan baik.
2. Komponen sistem digital, secara umum, memiliki akurasi lebih
tinggi dibanding komponen sistem analog. Komponen dengan
akurasi tinggi pada sistem analog biasanya harganya mahal.

PSD Bab I Pendahuluan 10


3. Sinyal digital mudah disimpan pada media magnetik (pita atau
disk) tanpa mengalami penurunan atau kehilangan keaslian
sinyalnya, dibandingkan dengan sinyal analog.
4. Metode-metode pengolahan sinyal digital memungkinkan juga
implementasi algortima-algoritma pengolahan sinyal yang
canggih. Biasanya hal ini sulit dilakukan untuk operasi-operasi
matematis sinyal dalam bentuk analog yang presisi.
5. Sistem digital tidak mensyaratkan kesesuaian impedansi
(matching impedance).
6. Sistem digital dapat beroperasi pada frekuensi sangat rendah.
7. Sistem digital dapat melakukan penundaan (delay) maupun
pemampatan (compressing) dengan mudah.
8. Sistem digital tidak peka terhadap derau (noise).
9. Sistem digital dapat bekerja dengan jangkau dinamika lebih
dari 70 dB, yang mana ini merupakan batas maksimum pada
sistem analog.
10. Sistem digital biasanya tidak memerlukan penyesuaian
(adjusment) secara periodik.
Akan tetapi, penerapan sistem digital memiliki beberapa
keterbatasan. Salah satu keterbatasan adalah kecepatan operasi
konversi analog ke digital dan kecepatan prosesor sinyal digital.
Sinyal yang mempunyai lebar pita (bandwidth) sangat lebar
memerlukan pengubah analog ke digital (ADC) dengan kecepatan
pencuplikan yang tinggi dan prosesor yang berkecepatan tinggi,
dan dua hal ini masih terbatas.

E. Soal-soal
1. Klasifikasikan sinyal-sinyal berikut ini, apakah termasuk (1)
dimensi satu atau banyak, (2) kanal tunggal atau banyak, (3)
waktu kontinyu atau waktu diskrit, dan (4) nilai kontinyu atau
nilai diskrit :
a. Hasil pengukuran berat dan tinggi badan seorang anak
setiap bulan
b. Hasil pengukuran tegangan listrik jala-jala
c. nilai rekening telepon suatu kantor setiap bulan
2. Filter pada peranti frekuensi tinggi, seperti pada pemancar
radio, hampir tidak pernah menggunakan filter digital, bahkan
menggunakan filter (analog) pasif. Kenapa demikian?

PSD Bab I Pendahuluan 11

Anda mungkin juga menyukai