Anda di halaman 1dari 24

DEPIGMENTATION GINGIVAL WITH ABRASIVE

TECHNIQUE PADA KASUS PHYSIOLOGICAL


HYPERPIGMENTATION GINGIVAL GENERALIZED
QUADRANT I DAN II

Disusun oleh :
NURUL FADHILAH RERY (04114707008)
MARETA ANGGARAINI (04114707028)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2013
I INFORMASI KASUS
Data Pribadi Pasien

Nama Pasien : Yenni amalia bahar


Tempat Tanggal Lahir : Rantau prapat, 2 Desember 1993
Umur : 20 tahun
Suku : Batak
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Alamat Tetap : Gg.Sepakat, KM32 Indralaya, Ogan Ilir
Telepon : 085262589123
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Peserta Asuransi : -
Dokter Keluarga : -
Diagnosa : Hiperpigmentasi gingiva pada kuadran 1 dan 2
Etiologi : Physiological Hyperpigmentation Gingival
Generalized
Tindakan : Depigmentasi
Prognosis : Baik

Anamnesa

Seorang pasien datang dengan keluhan warna gusi kehitaman pada gusi
rahang atas dan bawah sejak kecil. Pasien tidak merasakan sakit, tetapi
mengganggu penampilan ketika tersenyum, sehingga pasien mengiginkan gusinya
untuk dirawat.
Riwayat Kesehatan Umum

Kesehatan pasien secara umum baik dan mengalami kelainan pencernaan


yaitu gastritis.

Riwayat Kesehatan Gigi

Pasien belum pernah dirawat oleh dokter gigi.

Pemeriksaan Gigi

Papila Bleeding Index (PBI ) pasien sedang yaitu 0,5. Interdental Hygiene
Index (HYG) pasien sebelum menyikat gigi 32% dan setelah menyikat gigi 75%
(keduanya masuk dalam kategori sedang). Oral Hygiene Indeks-Simply (OHI-S)
sebesar1,87 (kategori sedang). Data ini menunjukkan bahwa kebersihan mulut
pasien sedang.

Pemeriksaan Poket
Hasil pemeriksaan kedalaman poket dengan menggunakan probe WHO
pada saat pasien datang dijelaskan pada tabel di bawah ini:

Elemen gigi Bukal/Labial Lingual/Palatal Mesial Distal


17 1 1 2 2
16 1 1 2 2
15 2 2 2 2
14 2 2 1 2
13 1 2 1 2
12 1 1 2 2
11 1 1 2 2
21 1 1 2 2
22 1 2 2 2
23 1 2 2 2
24 2 2 2 2
25 2 2 2 2
26 2 2 2 2
27 2 2 2 2
37 2 2 2 2
36 1 1 2 2
35 1 1 2 2
34 2 2 2 2
33 2 2 2 2
32 2 2 2 2
31 2 2 2 2
41 2 2 2 2
42 2 2 2 2
43 2 2 2 2
44 1 1 2 2
45 1 1 2 2
46 2 2 2 2
47 2 2 2 2

Penilaian pigmentasi gingiva (DOPI assessment) untuk rahang atas memiliki skor
0,7 sedangkan rahang bawah 0,75, jadi total skor 1,45 (hipermigmentasi skala
sedang).

Pemeriksaan Vital sign:

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 76 kali/menit

Pernafasan : 16 kali/menit

Pupil mata : Normal

Pemeriksaan Radiografik

Pemeriksaan radiografik dengan foto Panoramik pada tanggal 7 November


2012. Gigi 18,28,38 dan 48 belum erupsi sempurna.
Pemeriksaan Klinis

1 Pemeriksaan ekstra oral : Tidak ada kelainan


2 Pemeriksaan intra oral
Bau Mulut : Tidak Ada
Bibir : Normal
Lidah : Normal
Gingiva : Inflamasi, Hiperpigmentasi
Mukosa : Normal
Dasar Mulut : Normal
Palatum : Normal
Oropharyngeal : Normal
Saliva : Normal
Kel.Limfe : Normal
Frenulum : Normal
Habit, parafungsi : Menguyah satu sisi
Kontak prematur : Tidak ada
Gambar 1 Foto klinis anterior

rahang atas

Pemeriksaan Hiperpigmentasi Gingiva


Terdapat hiperpigmentasi gingiva pada region a b c di permukaan labial dan
bukal. Gambaran hiperpigmentasi diffuse tersebar merata di selurus permukaan
gingiva dengan batas yang kurang jelas, simetris, dan membentuk gambaran
seperti pita di sepanjang attachment gingiva. Batas hiperpigmentasi meluas di
daerah margin gingiva.

Etiologi
Deposisi melanin yang berlebihan pada stratum basalis dan suprabasal epithelium
akibat aktifitas melanosit yang berlebihan. Pada kasus ini merupakan keturunan
atau genetic
Diagnosis
Physiological Hyperpigmentation Gingival Generalized
Prognosis
1. Overall prognosis
a. Umur pasien
Pasien berumur 20 tahun mempunyai prognosis yang baik karena
pada usia tersebut diperkirakan proses penyembuhan dan
reepitelisasi pasca perawatan akan berlangsung lebih cepat.
b. Kondisi Sistemik
Secara keseluruhan baik, dan mempunyai kelainan penceranaan
berupa gastritis
c. Kooperatif Pasien
Pasien sangat kooperatif dalam mengikuti perawatan.
d. Lokasi Penyakit
Pada semua region a b c.
e. Kerusakan Tulang
Tidak terdapat gambaran bone loss.
f. Kondisi Peradangan
Tidak terlihat adanya peradangan.
g. Maloklusi
Tidak terdapat maloklusi.
2. Prognosis individu
a. Mobilitas Gigi
Tidak ada gigi yang mobile.
b. Malposisi
Terdapat malposisi pada gigi 11 dan 21
c. Poket
Tidak terdapat poket yang dalam pada gigi-gigi.
d. Resesi, abrasif, atrisi, dan erosi
Tidak terdapat atrisi pada gigi.
e. Morfologi gigi
Tidak terdapat kelainan morfologi pada gigi.
f. Kondisi Mukogingiva
Terdapat hiperpigmentasi gingiva pada region a,b,c.
g. Keterlibatan furkasi
Tidak terdapat kerusakan tulang.
Kesimpulan yang didapat dari overall prognosis dan prognosis individu adalah
baik

II RENCANA PERAWATAN

FASE I

- Kontrol Plak (edukasi, motivasi, instruksi)


- Scalling dan Root Planning

Berhasil:
Tidak berhasil : EVALUASI (Kontrol Fase II (Bedah)
Retreatment Plak)
Fase I
Fase II (bedah)
Depigmentasi gingiva dengan teknik abrasi
Retreatment Fase
menggunakan diamond bur pada kuadran 1
I dan 2

- Re. Evaluasi I ( 1 minggu post bedah)


- Pelepasan periodontal pack
- Pemeriksaan subjektif
- Pemeriksaan objektif
- Re. Evaluasi II (2 minggu post bedah)
- Pemeriksaan subjektif
- Pemeriksaan objektif

-Re. Evaluasi III (1 bulan post bedah)


-Pemeriksaan subjektif
-Pemeriksaan objektif
-Ekstraksi gigi persistensi 55

FASE III (Restorasi)

- Tumpatan GIC pada gigi 37,45,46,47

FASE IV (Maintenance)
Kontrol Plak
Maintenance
Scalling
III PENATALAKSANAAN DEPIGMENTASI GINGIVA
DENGAN TEKNIK ABRASIF

1. Persiapan alat dan bahan


a. Alat
- Alat diagnosa ( sonde, kaca mulut, pinset, dan ekskavator)
- Bengkok
- Spuit injeksi 3 cc
- Poket marker
- Periodontal probe
- Round bur diamond no. 8 highspeed dengan diameter 2-2,5 mm
- Handpiece highspeed
- Kirkland
- Mouth retractor
- Kain steril
- Spatula semen
- Glass plate
- Saliva ejector
- Tensimeter
- Stetoskop

Gambar 1. Alat dan Bahan Depigmentasi Teknik Abrasif

b. Bahan
- Lidocain+Adrenalin (ExtracaineTM)
- Periodontal pack (Coe-PakTM)
- Klorheksidin gargle 0,12% (GarglinTM)
- Povidone Iodine 10% (BetadineTM)
- Alkohol 70%
- NaCl 0,9%
- Adrenalin
- Disclosing solution
- Kasa steril
- Tampon steril
- Catton pellet steril
2. Persiapan Pasien, Operator, dan Asisten
a. Pasien
- Instruksi kepada pasien untuk menjaga kondisi tubuh, mengatur
diet yang seimbang, dan istirahat yang cukup menjelang hari
operasi.
- Mengatur jadwal operasi agar tidak bertepatan dengan waktu
pasien menstruasi.
- Penjelasan prosedur bedah kepada pasien.
- Pasien membuat Inform Concern sebagai persetujuan
dilakukannya tindakan bedah.
- Mengukur vital sign pasien (tekanan darah, nadi, dan repirasi).
- Mengukur PBI dan HYG sebagai persiapan operasi.
- Pasien berkumur dengan klorheksidin gargle 0,12% (GarglinTM)
sebagai antiseptik mulut preoperasi.
- Mengisolasi daerah kerja dengan kain steril.
b. Operator
- Menguasai teori dan tata laksana depigmentasi gingiva dengan
metode abrasif.
- Mengukur vital sign pasien (tekanan darah, nadi, dan repirasi).
- Mengukur PBI dan HYG sebagai persiapan operasi.
- Memakai penutup kepala, kaca mata kerja, dan masker sebagai
sterilisasi operator.
- Cuci tangan dengan menggosok seluruh permukaan tangan
hingga siku dengan sabun.
- Memakai sarung tangan.
c. Asisten I bertanggung jawab pada penyiapan alat, pendistribusian
alat, dan pengadukan periodontal pack
- Mengetahui teori dan tata laksana dari tugas.
- Memakai penutup kepala dan masker
- Cuci tangan dengan menggosok seluruh permukaan tangan
hingga siku dengan sabun.
- Memakai sarung tangan.
- Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam tindakan
depigmentasi gingiva.
d. Asisten II bertanggung jawab pada pengopersian saliva ejector,
pengirigasian larutan NaCl 0,9% dan mengontrol perdarahan
- Mengetahui teori dan tata laksana dari tugas.
- Memakai penutup kepala dan masker
- Cuci tangan dengan menggosok seluruh permukaan tangan
hingga siku dengan sabun.
- Memakai sarung tangan.
e. Asisten III bertanggung jawab pada pendokumentasian setiap
langkah kerja.
- Mengetahui teori dan tata laksana dari tugas.
- Mempersiapkan alat dokumentasi.
3. Penatalaksanaan
a. Mengoleskan Povidone Iodine 10% pada lipatan mukogingiva
bagian labial kuadran II.

Gambar 2. Pengolesan Povidone Iodine 10%


b. Menginfiltrasikan ExtracaineTM pada lipatan mukogingiva bagian
labial di distal gigi 12 dan mesial gigi 14 masing-masing 1cc untuk
menganestesi mukosa gingiva bagian labial dari midline hingga
gigi 14 untuk kuadran II bagian kanan.
Menginfiltrasikan ExtracaineTM pada lipatan mukogingiva bagian
labial di distal gigi 12 dan mesial gigi 14 masing-masing 1cc untuk
menganestesi mukosa gingiva bagian labial dari midline hingga
gigi 14 untuk kuadran II bagian kiri.

Gambar 3. Anestesi infiltrasi pada lipatan mukogingiva


c. Memeriksa jalannya anestesi dengan menggunakan sonde.
d. Memasang mouth retractor untuk membantu dalam membuka
daerah kerja.
e. Menentukan proyesi kerja dari tindakan depigmentasi gingiva
dengan menggunakan pocket marker.

Gambar 4. Penentuan proyesi kerja dari tindakan depigmentasi


gingiva dengan menggunakan pocket marker

f. Mengabrasifkan permukaan mukosa yang mengalami


hiperpigmentasi dengan gerakan menyapu hingga permukaan yang
mengalami hiperpigmentasi hilang dan tampak permukaan mukosa
yang berwarna kemerahan. Apabila terjadi perdarahan dihentikan
dengan menggunakan adrenalin. Menghindari permukaan yang
terlalu dekat dengan periosteum untuk menghindari perforasi epitel
yang akan mengakibatkan kerusakan tulang alveolar dan
perlambatan penyembuhan luka pascaoperasi. Menghindari
depigmentasi pada free gingiva dan interdental untuk menghindari
kehilangan perlekatan antara gingiva dengan gigi.
Gambar 5. Tindakan Depigmentasi Dengan Teknik Abrasif

g. Mengirigasi permukaan yang diabrasif dengan larutan NaCl 0,9%


untuk melicinkan mukosa, membuang sisa-sisa epitel yang
diabrasif, mencegah kekeringan jaringan, dan membasuh luka yang
terjadi pada saat prosedur abrasif dilakukan.
h. Melanjutkan depigmentasi hingga seluruh mukosa yang mengalami
hiperpigmentasi dari midline hingga gigi 24.
i. Membesihkan daerah kerja dari saliva, darah, dan sisa-sisa epitel
dengan Povidone Iodine encer.
j. Menekan daerah luka dengan kasa steril yang dibasahi larutan
Adrenaline selama 2-3 menit untuk menghentikan perdarahan.

Gambar 6. Mengontrol Perdarahan Sebelum Pemasangan Pack

k. Memasang pack periodontal dengan membasahi terlebih dahulu


tangan dengan alkohol untuk mencegah pack melekat di tangan.
Pack kemudian dibentuk membentuk silinder sepanjang dari
daerah operasi yang akan ditutup.
l. Menempatkan pack di daerah operasi kemudian dengan bantuan
dari bibir pasien memijat bibir untuk membentuk permukaan pack
yang sesuai dengan kontur gigi.
Gambar 7. Pemasangan Pack Periodontal

m. Memasukkan ujung dari pack ke dalam interdental untuk


menstabilkan pack periodontal.
n. Memotong kelebihan dari pack periodontal
o. Membentuk ujung-ujung pack periodontal.
p. Memeriksa kembali peletakan dan perlekatan pack periodontal.

Medikamen pasca bedah

1. Amoxicillin 500mg 3x1 selama 4 hari


Merupakan antibiotik spectrum luas untuk membunuh bakteri dan pasien
tidak memiliki riwayat alergi terhadap antibiotic ini.
2. Asam Mefenamat 500mg 3x1 selama 4 hari bila sakit
Diberikan sebagai analgesik. Pasien tidak memiliki riwayat kelainan
pencernaan.
3. Kalium diklofenak 25mg (CataflamTM)
Diberikan sebagai antiinflamasi non steroid untuk mencegah peradangan
yang mungkin terjadi pasca bedah.
4. Klorheksidin gargle (GarglinTM)
mencegah penimbunan debris dan plak di sekitar daerah operasi

5. Instruksi
a. Jangan menggangu pack atau membuka pack.
b. Jangan berkumur terlalu keras.
c. Menghindari makanan yang merangsang seperti makanan yang
asam, pedas, dan keras.
d. Menghindari makanan atau minuman panas untuk mencegah
perdarahan lanjut 2x24 jam pasca operasi.
e. Pasien tetap menggosok gigi kecuali daerah yang ditutup pack
periodontal.
f. Gunakan larutan kumur klorheksidin gargle di pagi dan malam hari
sebelum tidur untuk mencegah penimbunan debris dan plak di
sekitar daerah operasi.
g. Pasien kontrol 1 minggu kemudian.

KONTROL
1. Kontrol 1 minggu setelah penatalaksanaan
a. Pembukaan pack periodontal
b. Meminta pasien untuk berkumur dengan Povidone Iodine encer
c. Membersihkan daerah operasi dengan menggunakan cotton pellet
yang dibasahi Povidone Iodine 10% dengan gerakan yang halus
dan tanpa tekanan
d. Pemeriksaan Subjektif : tidak ada keluhan kurang nyaman ataupun
nyeri.
e. Pemeriksaan Objektif :
- Ektra Oral : tidak ada pembengkakan
- Intra Oral : tidak terdapat perdarahan, warna gingiva
telah menjadi merah, tidak ada pembengkakan, proses
reepitelisasi telah terjadi, kontur gingiva baik
f. Intruksi pasien untuk tetap menjada kebersihan mulut dan tidak
terlalu keras menggosok daerah operasi yang baru dibuka.
2. Kontrol 2 minggu setelah penatalaksanaan
a. Pemeriksaan Objektif :
- Ektra Oral : tidak ada pembengkakan
- Intra Oral : tidak terdapat perdarahan, warna gingiva
telah menjadi merah, tidak ada pembengkakan, proses
reepitelisasi telah terjadi, kontur gingiva baik
b. Intruksi pasien untuk tetap menjada kebersihan mulut
2. Kontrol 1 bulan setelah penatalaksanaan
b. Pemeriksaan Objektif :
- Ektra Oral : tidak ada pembengkakan
- Intra Oral : tidak terdapat perdarahan, warna gingiva
telah menjadi merah, tidak ada pembengkakan, proses
reepitelisasi telah terjadi, kontur gingiva baik
b. Intruksi pasien untuk tetap menjada kebersihan mulut

Gambar 1. kontrol 7 hari


setelah
penatalaksanaan

Gambar 2. Kontrol 2
minggu setelah

penatalaksanaan

Gambar 3. Kontrol 1 bulan setelah penatalaksanaan


IV PEMBAHASAN

Hiperpigmentasi dapat terjadi pada setiap orang. Hiperpigmentasi gingiva


disebabkan oleh deposit melanin dari sekresi melanosit yang berlebihan dan
terletak di lapisan basal dan suprabasal dari epithelium. Hiperpigmentasi gingiva
terjadi karena faktor genetik dibeberapa populasi terlepas dari usia dan jenis
kelamin. Oleh karena itu disebut hiperpigmentasi gingiva atau rasial pigmentasi
gingiva. Tingkat pigmentasi bervariasi dari satu individu ke individu lain. Hal ini
erutama ditentukan oleh aktivitas melanoblastik.
Pigmentasi melanin pada gingiva lebih banyak pada individu yang berkulit
hitam. Pada individu atau seseorang keturunan Afrika, Asia Timur atau etnis
Hispanik ditemukan jumlah melanin yang lebih banyak dan prevalensi terjadinya
pigmentasi gingiva lebih tinggi. Secara umum pada individu dengan kulit coklat
tidak memperlihatkan pigmentasi jaringan yang jelas meskipun ditemukan
sejumlah melanosit pada epithelium gingiva.
Secara klinis, hiperpigmentasi gingiva memiliki warna coklat tua atau
kadang-kadang biru kehitaman pada daerah attachment gingiva. Warnanya sering
difus, simetris, seperti pita hitam atau tidak beraturan dengan batas yang cukup
jelas. Kondisi fisiologis harus dapat dibedakan dari kondisi yang patologis.
Pigmentasi gingiva berhubungan dengan berbagai faktor etiologi
endogenous dan exogenous. Pigmentasi umumnya disebabkan oleh 5 pigmen
utama yaitu: melanin, melanoid, oxyhemoglobin, hemoglobin dan karoten, selain
itu pigmen lainnya bilirubin dan besi. Melanin adalah pigmen warna coklat pada
kulit, gingiva dan membran mukosa mulut.
Klasifikasi dan diagnosis banding6
Oral pigmentasi sudah dihubungkan dalam beberapa lesi dan kondisi. Diagnosis
banding dibuat berdasarkan situasi berikut:
A. Localized Pigmentations: Amalgam tatoo, graphite or other tattoos, nevus,
melanotic
macules, melanoacanthoma, malignant melanoma, Kaposis sarcoma, epithelioid
oligomatosis, verruciform xanthoma
B. Multiple or Generalized Pigmentations
1. Genetik: Idiopathic melanin pigmentation (racial atau physiologic
pigmentation), Peutz-Jeghers syndrome, Laugier-Hunziker
syndrome, complex of myxozomas, spotty pigmentation, endocrine
overactivity, Carney syndrome, Leopard syndrome, dan lentiginosis
profuse
2. Obat-obatan: Merokok, betel, anti-malarials, antimicrobials, minocycline,
amiodarone, clorpromazine, ACTH, zidovudine, ketoconazole,
methyldopa, busulphan, menthol, pil kontrasepsi, dan heavy metals
exposure (emas, bismuth, merkuri, perak, tembaga)
3. Endokrin: Addisons disease, Albrights syndrome, Acanthosis nigricans,
kehamilan, hyperthyroidism
4. Post Inflamatori: Penyakit periodontal, postsurgical gingiva repigmentation
5. Lain-lain: Haemochromatosis, generalized neurofibromatosis, incontinenti
pigmenti, Whipples disease, Wilsons disease, Gauchers disease,
HIV disease, thalassemia, pigmented gingival cyst, dan defisiensi
nutrisi.
Menurut Prasad dkk (2010) Lesi pigmentasi dibagi menjadi sebagai berikut:
Gambar 14. Lesi pigmnetasi menurut Prased dkk (2010)
Fisiologic pigmentasi merupakan akibat dari aktivitas berlebih dari
melanosit yang menghasilkan pigmen warna pada kulit, mukosa dan gingival.
Secara klinis ini dapat mengenai semua umur, dengan pendistribusian ke semua
bagian dan gingival merupakan bagian terbanyak. Fisiologic pigmentasi ini tidak
mengubah bentuk permukaan dan tekstur gingival. Hal ini harus dibedakan
dengan mucosal melanotic macule, smoking associated melanosis, dan superficial
malignant melanoma.
Secara klinis pigmentasi melanin pada gingiva tidak menggangu masalah
kesehatan, tetapi keluhan gingiva berwarna hitam atau coklat mengganggu
penampilan terutama jika pewarnaan gingiva ini terlihat ketika berbicara atau
tersenyum. Perawatan hiperpigmentasi gingiva terdiri dari berbagai macam cara
dan metode yaitu : gingivektomi, gingivektomi dengan free gingival autografting,
electrosurgery, cryosurgery, bahan kimia seperti fenol 90%, tehnik abrasif dengan
bor diamond, Nd: Yag Laser dan CO2 laser.
Menghilangkan pigmentasi melanin pada gingiva harus dilakukan dengan
hati-hati dan jangan sampai merusak gigi geligi. Apabila pengerjaannya tidak
tepat dapat menyebabkan resesi gingiva, kerusakan periosteum dan tulang
alveolar, penyembuhan luka yang terganggu. Prosedur teknik abrasive dengan
menggunakan bur diamond adalah teknik yang paling sering karena prosedur ini
mudah, aman dan peralatan yang diperlukan sederhana. Selain itu apabila
diperlukan prosedur perawatan yang berulang dapat dilakukan dengan mudah dan
aman.
Meskipun tidak banyak informasi literatur tentang depigmentasi gingiva,
perawatan umumnya dilakukan karena alasan estetik dan untuk memperbaiki
penampilan. Menghilangkan pewarnaan melanin dapat dilakukan dengan berbagai
cara, dengan prosedur bedah dan non bedah. Beberapa prosedur menghilangkan
pigmentasi memerlukan peralatan yang rumit dan tidak umum tersedia di tempat
praktek. Pada laporan kasus ini, metode depigmentasi simpel dan efektif dengan
menggunakan alat-alat yang sederhana. Bor diamond yang digunakan berdiameter
2 mm atau 2,5 mm, lebih baik menggunakan bor diamond yang besar karena bor
diamond yang kecil menghasilkan permukaan yang tidak rata. Prosedur
depigmentasi sebaiknya dilakukan setelah memperbaiki kesehatan jaringan
periodontal. Ketebalan gingiva membantu untuk menetapkan.
Hasil perawatan memuaskan dan pada 2 minggu setelah perawatan tidak
terlihat adanya pewarnaan kembali atau repigmentasi gingiva. Repigmentasi
gingiva setelah prosedur bedah telah dilaporkan oleh beberapa penulis,
diantaranya yang dilaporkan oleh Perlmutter dan Tal yang melaporkan
repigmentasi gingiva terjadi 7 tahun setelah dilakukan depigmentasi. Timbulnya
pewarnaan kembali setelah perawatan mungkin saja terjadi. Hal ini dipengaruhi
oleh aktifitas melanosit yang memproduksi melanin, selain itu faktor-faktor dari
luar seperti jenis makanan, minuman dan kebiasaan merokok dapat menyebabkan
terjadinya kelainan pigmentasi gingiva.
V KESIMPULAN

Walaupun hiperpigmentasi fisiologis bukanlah suatu keadaan yang


patologis. Namun perawatan akan kasus ini haruslah diperhatikan karena dengan
semakin berkembangnya zaman, pasien akan semakin peduli dengan keadaan
rongga mulutnya terutama karena pertimbangan estetika. Depigmentasi dengan
teknik abrasif dapat menjadi salah satu pilihan perawatan pada kasus
hiperpigmentasi fisiologis karena petimbangan mudah, aman dan peralatan yang
diperlukan sederhana. Selain itu apabila diperlukan prosedur perawatan yang
berulang dapat dilakukan dengan mudah dan aman.

Palembang, Juni 2013

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing,
drg. Irma Kusumawati

VI KESIMPULAN

Walaupun hiperpigmentasi fisiologis bukanlah suatu keadaan yang


patologis. Namun perawatan akan kasus ini haruslah diperhatikan karena dengan
semakin berkembangnya zaman, pasien akan semakin peduli dengan keadaan
rongga mulutnya terutama karena pertimbangan estetika. Depigmentasi dengan
teknik abrasif dapat menjadi salah satu pilihan perawatan pada kasus
hiperpigmentasi fisiologis karena petimbangan mudah, aman dan peralatan yang
diperlukan sederhana. Selain itu apabila diperlukan prosedur perawatan yang
berulang dapat dilakukan dengan mudah dan aman.

Palembang, Juni 2013

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing,
drg. Mellani Cindera Negara

DAFTAR PUSTAKA

1. Novaes AB, Pontes CC, Souza SLS, Grisi MFM, Taba M. The use of
acellular dermal matrix allograft for the elimination of gingival melanin
pigmentation: case presentation with 2 years of follow-up. Pract Proced
Aesthet Dent 2002; 14(8):619-623
2. Mokeem SA. Management of gingival hyperpigmentation by sugical
abrasion report of three cases. Saudi Dental Journal 2006; 18(3)
3. Susanto A. Tehnik gingivo abrasi pada penanganan pasien hiperpigmentasi
gusi. Universitas Padjajaran
4. Humagain M, Nayak DG, Uppoor AS. Gingival depigmentation: a case
report with review of literature. Kathmandu University Teaching Hospital
5. Suthprasertporn S. Treatment of gingival melanin hyperpigmentation by
Er, Cr:YSGG Laser: report of 2 cases. Thai J Periodont 2007; 1:46-55
6. Cicek Y, Ertas U. The normal and pathological pigmentation of oral
mucous membrane : a review. The Journal of Contemporary Dental
Practice 2003; 4(3)
7. Kauzman A, Pavone M, Blanas N, Bradley G. Pigmented lesion of oral
cavity: Review, different diagnosis, and case presentation. J Can Dent
Assoc 2004; 70(10):682-3
Prasad SSV, Agrawal N, Reddy NR. Gingival depigmentation: a case
report. Peoples Journal of Scientific research 2010; 3(1)

Anda mungkin juga menyukai