Anda di halaman 1dari 13

Penghidupan Berkelanjutan Berdasarkan 5 Aset

Oleh:
Deasy Eka Dwivany (1306444352)
Deby Eryani (1306363802)
Ella Marlena (1306397646)
Hasna Salsabilla (1306403592)

Geografi Pembangunan

Pendekatan berdasarkan Sustainable Livelihood atau penghidupan yang berkelanjutan


berfokus pada potensi atau modal yang ada dengan satuan analisis secara luas yaitu
komunitas atau masyarakat. Tujuannya adalah untuk menghilangkan hambatan-hambatan
sehingga memaksimalkan potensi yang sudah ada agar kehidupan masyarakat menjadi lebih
sejahtera untuk kehidupan jangka panjang.

Keberlanjutan mempunyai banyak dimensi yang semuanya penting bagi pendekatan


sustainable livelihoods. Penghidupan dikatakan berkelanjutan jika:

- Elastis dalam menghadapi kejadian-kejadian yang mengejutkan dan tekanan tekanan


dari luar;
- Tidak tergantung pada bantuan dan dukungan luar (atau jika tergantung,bantuan itu
sendiri secara ekonomis dan kelembagaan harus sustainable);
- mempertahankan produktivitas jangka panjang sumberdaya alam;
- tidak merugikan penghidupan dari, atau mengorbankan pilihan-pilihan penghidupan
yang terbuka bagi, orang lain;
- masyarakat mampu untuk mengelola dan menguatkan kemampuan (Capabilities) dan
kepemilikan sumber daya (Assets) untuk kesejahteraan saat ini maupun kehidupan di
masa mendatang;
- serta tidak menurukan kualitas sumber daya alam yang ada.

Suatu komunitas atau masyarakat tertentu melangsungkan hidup dan penghidupannya


dengan bertumpu pada berbagai aset yang dimilikinya. Aset tersebut meliputi modal sumber
daya alam dan lingkungan (Natural Capital), modal sosial (Sosial Capital), modal finansial
ekonomi (Financial Capital), modal manusia (Human Capital) dan modal fisik infrastruktur
(Physical Capital).
Wilayah Penelitian

Wilayah yang akan dibahas meliputi dari 4 desa yaitu:

1. Desa Sukaresmi (Kec. Rancabali, Kab. Bandung)


2. Desa Cipelah (Kec. Rancabali, Kab. Bandung)
3. Desa Indragiri (Kec. Rancabali, Kab. Bandung)
4. Desa Karangjaya (Kec. Pasir Kuda, Kab. Cianjur)
Modal SDA dan Lingkungan (Natural Capital)

Modal SDA dan Lingkungan (Natural Capital) adalah istilah kolektif untuk aset alam
bumi dan jasa ekosistem yang dihasilkan dari mereka, yang memungkinkan manusia hidup
(Deklarasi Modal Alam, 2012). Jasa ekosistem yang hasil dari Natural Capital membentuk
dasar untuk semua kegiatan ekonomi manusia termasuk makanan, air dan energi.

Modal sumberdaya alam dan lingkungan berdasarkan peta RBI, di wilayah tersebut
penggunaan lahannya sebagian besar didominasi dengan kebun/perkebunan dengan jenis
tanaman yaitu teh. Teh merupakan jenis tanaman yang tumbuh di daerah pegunungan dengan
memperhatikan iklim dan tanahnya. Wilayah tersebut mempunyai ketinggian lebih dari 1300
mdpl dan dengan ketinggian tersebut mempunyai suhu udara yang dingin yaitu sekitar 14o -
25o celcius sehingga cocok dengan syarat tumbuh tanaman teh. Tanaman teh memiliki sistem
perakaran yang kuat sehingga wilayah tersebut tidak akan mudah tererosi dan terkena banjir.

Selain perkebunan teh, disana juga terdapat ladang yang berada tidak jauh dari
pemukiman. Di wilayah tersebut, terdapat pemukiman penduduk yang berada di antara kebun
teh. Pemukiman penduduk ini tidak berpusat hanya pada tempat tertentu saja, tetapi cukup
berpencar. Sumber mata air bagi masyarakat di wilayah tersebut adalah danau dan sungai
yang banyak berada di sekitar pemukiman penduduk. Selain sungai yang terdapat di wilayah
tersebut seperti Ci Kananga, Ci Rancabali dan Ci Paray terdapat pula beberapa sungai
musiman yang mengalir pada waktu tertentu.

Tanah di wilayah tersebut diperkirakan subur karena terdapat perkebunan dan ladang.
Perkebunan khususnya untuk tanaman teh haruslah memiliki kondisi tanah yang baik. Tanah
yang gembur dan memiliki kemampuan menghisap air yang baik menjadi syarat tumbuh
tanaman teh. Wilayah tersebut juga terdapat hutan yang cukup luas yang berada di sebelah
barat laut Kabupaten Bandung tepatnya di Kabupaten Cianjur. Selain menghasilkan kayu
yang berasal dari pohon-pohon, hutan juga menjadi tempat hidup dan berkembang biak flora
dan fauna. Dengan adanya hutan ini, diperkirakan tingkat keanekaragaman hayati baik flora
maupun faunanya tinggi.

Karena kondisi alamnya, wilayah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai daerah


agrowisata. Atraksi yang diunggulkan sebagai destinasi wisata yaitu berupa pemandangan
perkebunan teh. Untuk menambah daya tarik, pengelola biasanya menanam tumbuhan
strawberry di sepanjang jalan sehingga perkebunan strawberry di wilayah tersebut terpusat di
sepanjang jalan.
Modal Sosial (Sosial Capital)

Menurut Robert Lawang, modal sosial menunjuk pada semua kekuatan kekuatan
sosial komunitas yang dikontruksikan oleh individu atau kelompok dengan mengacu pada
struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual dan/atau
kelompok secara efisien dan efektif dengan modal-modal lainnya (Lawang, 2004:24). Konsep
modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu
hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu dapat
bekerjasama untuk memperoleh hal-hal yang tercapai sebelumnya serta meminimalisasikan
kesulitan yang besar. Modal sosial menentukan bagaimana orang dapat bekerja sama dengan
mudah.

Modal sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antar
individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok, dengan ruang perhatian pada
kepercayaan, jaringan, norma dan nilai yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma
kelompok. Berdasarkan peta RBI dilihat secara Sosial Capital, di setiap permukiman disana
pasti terdapat sebuah mesjid ataupun mushola, berarti mayoritas masyarakat disana
beragama Islam dan memiliki kepercayaan juga norma yang sama, disini berarti terdapat
potensi kelompok masyarakat dengan kepercayaan yang sama. Kesamaan dalam nilai yang
dianut dapat mengurangi terjadinya konflik di antara masyarakat.

Selain itu penggunaan lahan pada wilayah ini banyak terdapat perkebunan dan juga
hutan. Karena banyaknya perkebunan, diperkirakan mata pencaharian disana mayoritas buruh
kebun atau tani kebun dan karena mereka memiliki kepentingan yang sama, disana terdapat
kelompok tani kebun yang cukup penting bagi warganya karena sebagai upaya pembangunan
ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang akan berhasil bila dilakukan
melalui kelompok atau kelembagaan sosial pada tingkat lokal. Lalu karena daerah ini terletak
di Kabupaten Bandung, sehingga diperkirakan warganya memiliki etnis mayoritas yaitu etnis
sunda sehingga mereka memiliki adat istiadat atau tata kelakuan yang bersifat turun-temurun
dari generasi satu ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola
perilaku masyarakatnya. Pada umumnya menyangkut tentang unjuk rasa seni budaya
masyarakat, seperti acara-acara keramaian anak negeri, seperti pertunjukan randai, saluang,
rabab, tari-tarian dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara perhelatan
perkawinan, pengangkatan penghulu maupun untuk menghormati kedatangan tamu agung.
Modal Manusia (Human Capital)

Human Capital didefinisikan sebagai seluruh usaha yang dibawa tenaga kerja untuk
diinvestasikan dalam pekerjaan mereka. Termasuk juga didalamnya kemampuan, tingkah
laku, semangat dan waktu (Thomas O Davenport, Human Capital 2003).

Dalam bisnis, Jas Fint-Enz mendeskripsikan Human Capital sebagai kombinasi dari faktor-
faktor berikut:

1. Karakteristik seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya: Kepandaian, energi,


tingkah laku positif, reability dan komitmen
2. Kemampuan seseorang untuk belajar: Bakat, imajinasi, kreativitas, dan bagaimana
menyelesaikan sesuatu.

Berdasarkan peta RBI dilihat secara Human Capital di area 1 dan area 2 memiliki
karakteristik yang berbeda satu sama lain. di Area 1 terdapat penggunaan tanah yang
dikelilingi oleh teh namun didalamnya terdapat sawah di permukiman. Dapat dilihat bahwa
aktivitas masyarakat dalam kegiatan sehari- sehari yakni bertani padi dan sayur-mayur.
Berbeda dengan area 2 yang didominasi oleh kebun teh. Masyarakat yang tinggal di tempat
itu merupakan buruh perkebunan. Dari aspek kesehatan terdapat puskesmas yang terdapat di
area 1. Hal ini memungkinkan bahwa area 1 sudah memulai membangun suatu desa secara
berkelompok dan dipermudah karena adanya kantor pemerintahan di area 1. Keterampilan
yang dimiliki area 1 dan 2 berbeda karena dilihat dari aktivitas yang dilakukan di area
tersebut. Kemampuan bercocok tanam padi dan sayur mayur menjadi suatu kehebatannya
dibandingkan area 2. Berbeda dengan halnya area 2 yang memiliki jumlah sekolah yang
banyak.
Modal Finansial (Financial Capital)

Finance Capital adalah klaim dipandang dari jumlah atau nilai yang melekat padanya
tanpa memperhatikan wujud fisis klaim tersebut. Kalau pun berwujud fisis, wujud kapital
tersebut adalah instrumen atau aset finansial.

Pada umumnya kapital finansial adalah kapital yang dikuasai pemegang saham atau
pemegang obligasi. Dengan konsep ini, laba atau kembalian atas kapital finansial akan timbul
bila jumlah klaim finansial pada akhir periode melebihi jumlah rupiah klaim finansial pada
awal periode (setelah pengaruh transaksi pemilik/penguasa klaim selama perioda
dikeluarkan). Ini tidak terlalu kontroversi karena pengukurannya dalam bentuk satuan mata
uang, satuan mata uang tersebut secara umum dijadikan tolak ukur daya beli.

Apabila dikaitkan dengan peta RBI terlihat bahwa area 2 merupakan lahan yang
dipegang oleh kekuasaan perusahaan perkebunan teh dan sisa nya adalah lahan ladang yang
digarap oleh penduduk sekitar sehingga terlihat financial kapitalis di area 2 adalah
perusahaan perkebunan. Di area 1 yang memiliki variatif penggunaan tanah dan adanya pasar
di area 1 terlihat bahwa adanya usaha untuk menguasai finansial diarea 1. Hasil pertanian
padi dan sayur-mayur yang dihasilkan area 1 diperjual belikan di pasar setempat.

Berdasarkan data BPS, di Kecamatan Rancabali terdapat 7 Koperasi Simpan Pinjam


dan 4 Koperasi Non-KUD Lainnya sehingga dapat diperkirakan bahwa perputaran uang di
wilayah tersebut telah mendapat pengaruh dari adanya koperasi. Beberapa masyarakat telah
terbiasa dengan sistem simpan pinjam sehingga jika ada kesulitan dalam hal keuangan,
terdapat alternatif penyelesaian yaitu dengan dimanfaatkannya koperasi.
Modal Fisik dan Infrastruktur (Physical Capital)

Infrastruktur dalam hal ini merupakan indikator seberapa besar sumber daya seperti
modal fisik, geografi, dan sumber daya alam dapat mendukung aktivitas perekonomian
daerah yang bernilai tambah. Indikator ini mendukung daya saing daerah melalui prinsip-
prinsip sebagai berikut:

1. Modal fisik berupa infrastruktur baik ketersediaan maupun kualitasnya mendukung


aktivitas ekonomi daerah
2. Modal alamiah baik berupa kondisi geografi maupun kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya juga mendorong aktivitas perekonomian daerah
3. Teknologi informasi yang maju merupakan infrastruktur yang mendukung
berjalannya aktivitas bisnis di daerah yang berdaya saing.

Berdasarkan peta RBI dilihat secara Physical Capital, penggunaan lahan pada daerah
ini berupa huta, perkebunan (teh), sungai, danau, pemukiman, dan tegalan/ladang namun
didominasi oleh perkebunan. Selain itu terdapat modal fisik berupa sungai yang mengalir
melewati beberapa desa, pemukiman dan perkebunannya sehingga sangat cocok untuk
menjadi perkebunan teh karena Kabupaten Bandung berada di dataran tinggi. Perkebunan
yang luas disini dapat berfungsi untuk meningkatkan pendapatan, menciptakan dan
memperluas kesempatan kerja, serta pemerataan pembangunan disana. Selain itu sangat
banyak manfaat lain dari perkebunan teh ini seperti sebagai pemandangan atau panorama
kekayaan alam dan juga sebagai lokasi wisata seperti pada Kecamatan Ciwidey.

Lalu disana terdapat jaringan jalan yang cukup baik atau jalan lokal, jalan lain, dan
jalan setapak yang melewati desa-desa ini membuat akses untuk menuju wilayah lain menjadi
mudah, terutama untuk memasarkan barang dagangan dan hasil produksi perkebunan. Akses
jalan tersebut juga dapat digunakan oleh wisatawan untuk berkunjung ke kebun teh ataupun
danau yang ada disana sebagai lokasi wisata.
Stressor

Stressor Lingkungan

Masyarakat di wilayah tersebut sangat bergantung pada perkebunan teh. Sementara


itu, untuk mendapatkan tanaman teh yang berkualitas baik maka diperlukan faktor curah
hujan yang tinggi yaitu diatas 1000 mm dan merata sepanjang tahun. Saat daerah tersebut
mengalami musim kemarau dan curah hujannya berkurang, maka hal tersebut dapat
menurunkan kualitas dari tanaman teh. Solusi yang dapat dilakukan agar kualitas tanaman teh
tetap baik adalah dengan melakukan pengairan dengan seluran irigasi maupun dengan
penyiraman secara manual. Selain itu, teh memiliki umur produktif hanya 40 tahun kemudian
setelah berumur 40 tahun akan mengalami masa kritis. Untuk menunjang penghidupan yang
berkelanjutan, harus dilakukan peremajaan terhadap tanaman teh. Kendala lainnya yang dapat
dialami oleh masyarakat pertanian adalah serangan hama yang menyebabkan menurunnya
produksi. Solusi yang dapat dilakukan yaitu intervensi dari pemerintah setempat untuk
memberikan penyuluhan penanganan hama. Selain itu solusi yang dapat dilakukan yaitu
berupa kesadaran masyarakat untuk menambah pengetahuan mereka sendiri untuk menangani
masalah serangan hama. Mereka dapat mencari informasi melalui internet maupun sumber
lainnya.

Stressor Sosial

Berdasarkan data BPS, jumlah petugas sosial masyarakat di desa Cipelah, desa
Sukaresmi dan Desa Indragiri yaitu 14 orang, sedangkan jumlah penduduk di ketiga desa
tersebut mencapai lebih dari 20.000 orang. Hal ini menunjukan ketimpangan jumlah petugas
sosial. Dengan banyaknya penduduk dan sedikitnya petugas sosial, saat terjadi lonjakan
masalah sosial misalnya konflik antar warga pada wilayah tersebut, petugas tidak akan
mampu membantu secara maksimal. Oleh karena itu, diperlukan bantuan dari organisasi lain
seperti adanya sejumlah karang taruna di desa Cipelah. Namun jumlah karang taruna di desa
Sukaresmi dan Indragiri sangat sedikit. Tidak banyaknya jumlah karang taruna menunjukan
kurangnya ikatan antar pemuda di wilayah tersebut. Solusi yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan ikatan antar pemuda salah satunya dengan adanya kegiatan pengajian dan
perkumpulan remaja masjid. Jika para pemuda telah memiliki ikatan yang kuat dan mampu
bekerja sama satu sama lain, maka akan meningkat pula potensi mereka untuk bekerjasama
mengembangkan daerahnya dikemudian hari.

Selain itu, pemukiman terletak mengelompok di tiap desa. Hal ini menunjukan
lemahnya interaksi antara masyarakat dari satu desa ke desa lainnya. Interaksi antar desa
dapat ditingkatkan dengan partisipasi masyarakat dalam acara adat atau keagamaan yang
mencakup masyarakat dari berbagai desa. Acara-acara tersebut diharapkan dapat
mengumpulkan masyarakat sehingga terjadi interaksi yang lebih intens antar masyarakat
desa.

Stressor Manusia

Mayoritas penduduk di wilayah tersebut berprofesi sebagai buruh pemetik teh dan
buruh kebun. Mereka telah melakukan profesinya selama bertahun-tahun dan bahkan turun
menurun. Berdasarkan data, mayoritas penduduk di wilayah tersbut hanya lulusan SD dan
masih ada penduduk yang buta huruf. Hal ini menunjukan cukup rendahnya perhatian
penduduk terhadap pendidikan. Terdapat kecenderungan bahwa mereka lebih memilih untuk
meneruskan pekerjaan yang dilakukan orangtuanya sebagai buruh kebun atau pemetik teh
daripada melanjutkan pendidikan. Hal ini dapat mengancam keberlangsungan penghidupan
karena dengan rendahnya pendidikan maka kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri
dengan hal-hal baru di masa mendatang akan semakin sulit. Walaupun kehidupan di wilayah
tersebut bertumpu pada sektor primer atau pertanian, namun pendidikan juga sangat
dibutuhkan. Salah satunya untuk mengetahui metode-metode bertani yang baik saat ini.
Untuk itu, diperlukan peran pemerintah untuk memudahkan akses masyarakatnya dengan
pendidikan. Selain itu juga diperlukan kesadaran tiap keluarga untuk menyekolahkan
anaknya setinggi-tingginya.

Stressor Finansial

Dengan mata pencarian mayoritas sebagai buruh, maka pendapatan di wilayah


tersebut cenderung kecil. Kecilnya pendapatan tersebut menyebabkan sejumlah masyarakat
tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketergantungan masyarakat terhadap sektor
pertanian cukup besar. Jika terjadi musim kemarau atau terjadi bencana alam yang
menyebabkan lahan pertanian rusak, maka sumber penghasilan masyarakat juga akan
menurun. Untuk mensiasati hal tersebut, masyarakat perlu memiliki mata pencaharian
sampingan misalnya dengan beternak ataupun memanfaatkan perkebunannya menjadi
kawasan agrowisata.

Stressor Fisik
Pada wilayah tersebut terlihat tidak adanya jalan arteri yang melintasi wilayah ini,
hanya ada jalan lain, jalan lokal, dan jalan setapak. Hal ini dapat menjadi Stressor fisik pada
wilayah tersebut karena adanya jalan yang baik dapat menghubungkan satu wilayah ke
wilayah lain dengan mudah. Lalu berdasarkan data BPS, beberapa desa di kecamatan
Rancabali jumlah jalan aspal yang rusak terlihat lebih mendominasi dibandingkan dengan
jalan aspal yang baik seperti pada desa Cipelah dan desa Sukaresmi. Jalan yang rusak
tersebut dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar terutama bagi pengguna jalan dan
masyarakat di sekitar jalan tersebut, seperti terjadinya waktu tempuh yang lebih lama untuk
menuju ke tempat tujuan, lalu dapat pula menimbulkan kecelakaan lalu lintas dan kerugian
yang lainnya.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, aset yang paling potensial sebagai penghidupan


berkelanjutan untuk masyarakat di wilayah tersebut adalah modal sumber daya alam atau
lingkungan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat telah mampu beradaptasi dengan kendala-
kendala terkait perkebunan dan masih bertahan dengan kehidupan berbasis perkebunan
hingga saat ini.

Referensi

Kecamatan Rancabali dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik. http://bandungkab.bps.go.id

Lawang, Robert M.Z. 2004. Kapita Sosial Dalam Perspektif Sosiologi: Suatu Pengantar.
Depok: FISIP UI Press.

Saragih, Sebstian dkk. 2007. Kerangka Penghidupan Berkelanjutan Sustainable Livelihood


Framework.

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/402/jbptunikompp-gdl-waodesitir-20080-3-babii2-u.pdf

Syahra, Rusydi. 2003. Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi.


http://www.jurnalmasyarakatdanbudaya.com/index.php/jmb/article/viewFile/256/234

Anda mungkin juga menyukai