Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 10 INFEKSI II

MODUL 1 LESI JARINGAN LUNAK DAN KELAINAN KELENJAR SALIVA

Di susun oleh: Kelompok 1

ADELIA CAESARINI (1310015103)

ANNISA FAIRUS (1310015094)

DZULHIYANA LAILI (1310015098)

FIKA NOR AIDA (1310015093)

JAMILAH IBRAHIM (1310015110)

ISTI DARISTIVIA (1310015096)

IRMAWATI (1310015091)

MARINI ANDRIYANA (1310015092)

SITI NUR AZIZAH (1310015109)

Tutor : drg. Imran Irsal

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2015

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia serta Kehendak-Nya lah laporan dari hasil diskusi blok 10 modul
1 yang berjudul Lesi Jaringan Lunak dan Kelenjar Saliva ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu.

Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada drg Imran Irsal selaku tutor kelompok 1,
yang telah membantu dalam membimbing jalannya diskusi.

Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok 1 yang telah
turut serta dalam bepartisipasi pada diskusi ini. Laporan ini dibuat berdasarkan hasil diskusi
kelompok yang telah disepakati bersama.

Dalam pembuatan laporan modul 1 blok 10 ini tentunya memiliki kelebihan dan banyak
kekuranganbaik dalam penjelasan materi, keterbatasan penulisan, penggunaan ejaan-ejaan, serta
penyuntingan dan juga bahan-bahan refrensi yang terbatas. Maka dari itu kritik serta saran yang
bersifat membangun dapat diberikan agar laporan ini tersusun lebih baik dan bagus dari laporan
sebelumnya.

Samarinda, Februari 2015

Hormat Kami

Tim penyusum

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................4
1.2 Tujuan ....................................................................................................................4
1.3 Manfaat ..................................................................................................................4

BAB II ISI
2.1 Skenario .................................................................................................................5
2.2 Step 1-Terminologi ................................................................................................5
2.3 Step 2- Identifikasi Masalah ..................................................................................6
2.4 Step 3- Analisa masalah .........................................................................................7
2.5 Step 4- Kerangka konsep .......................................................................................9
2.6 Step 5 Learning Objective .....................................................................................9
2.7 Step 6 Belajar Mandiri ...........................................................................................10
2.8 Step 7 Sintesis.........................................................................................................10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................22
3.2 Saran ......................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................23

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stomatitis Aptosa Rekuren (SAR) merupakan suatu penyakit ulang kambuh pada
mukosa mulut yang paling sering terjadi. SAR pada tahap awal umumnya sakit, dapat
sembuh sendiri dalam waktu 10-14 hari tanpa pengobatan dan dapat kambuh kembali.
Walaupun SAR tidak mengancam kehidupan tetapi dapat mengurangi kualitas kehidupan
karena pada saat makan, menelan atau berbicara akan menyebabkan rasa sakit. Selain itu
sifat SAR yang berulang kambuh sangat mengganggu karena pasien sudah berusaha
untuk mencari pengobatan pada beberapa dokter.
Leukoplakia merupakan kelainan yang terjadi di mukosa rongga mulut.
Leukoplakia bukan merupakan salah satu jenis tumor, akan tetapi lesi ini sering meluas
sehingga menjadi lesi pre-cancer. Leukoplakia merupakan suatu istilah yang
digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bercak putih atau plak yang tidak normal
yang terdapat pada membran mukosa.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui pengertian dari Stomatitis Aptosa Rekuren dan Leukoplakia,


mengetahui etiologi dan patogenesis dari Stomatitis Aptosa Rekuren dan Leukoplakia,
mengetahui tanda klinis dan klasifikasi dari Stomatitis Aptosa Rekuren dan Leukoplakia,
mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan dari Stomatitis Aptosa Rekuren dan
Leukoplakia.

1.3 Manfaat

Dapat digunakan sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang Stomatitis Aptosa


Rekuren dan Leukoplakia bagi pembaca dan penulis, sebagai referensi perawatan rongga
mulut pasien dan sebagai dasar perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut.

4
BAB 2

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO

LESI YANG MENYERANG KELUARGAKU..... ?

Namaku Dentalo (19 tahun) mahasiswa PSKG, mempunyai masalah pada mukosa rongga
mulut, setiap akan ujian selalu ada muncul ulser pada mukosa bukal. Sedangkan adikku dentisia
(16 tahun) setiap akan menstruasi sering timbul lesi pada mukosa labial rongga mulut, hal ini
diperparah lagi dengan nilai Hemoglobin adikku Hb 9.5 mg/dl . Ayahku Dentalmo (40 tahun)
pada daerah tepi gingiva terdapat lesi berwarna putih, menonjol, tetapi tidak mengkilat,timbulnya
indurasi menyebabkan permukaan menjadi kasar dan berlekuk-lekuk. Ayahku mempunyai
kebiasaan buruk yaitu sering minum alkuhol dan perokok berat, sehari ayahku bisa
menghabiskan 2 bungkus rokok..bahh ngeri kalii. Rasa penasaranku membuat aku bertanya pada
dosenku, dosenku yang baik hati mengatakan bahwa bahwa lesi yang muncul pada Dentalo
setiap waktu ujian serta pada Dentisia setiap menstrusasi menurutnya tidak terlalu
menghawatirkan. Tetapi betapa terkejutnya dosenku setelah melihat lesi pada bagian tepi gingiva
ayahku...ini berbahaya bahh...maklum dosen ku orang medan pula.

2.2 STEP 1

TERMINOLOGI

- Ulser : disebut juga ulkus, adalah kondisi patologis dimana permukaan jaringan epitel
hilang/mengelupas sehingga menyebabkan luka.
- Lesi : Jaringan yang fungsinya terganggu karena cidera (trauma) ataupun penyakit.
- Indurasi : Pengerasan abnormal pada jaringan.
- Menstruasi : Perubahan fisiologi pada wanita secara berkala yang dipengaruhi oleh
estrogen dan progesteron.

5
- Hemoglobin : berasal dari kata hemo (besi) dan globin (protein). Yakni merupakan
molekul protein yang mengandung zat besi pada darah yang memberikan warna merah
terang ketika berikatan dengan oksigen.
- Mukosa : Lapisan kulit bagian dalam yang melapisi dan menutupi rongga mulut serta
saluran pencenrnaan.
- Labial : Daerah yang terletak dibagian depan permuakaan gigi anterior yang menghadap
ke bibir.
- Bucal : Daerah yang terletak pada bagian permukaaan gigi posterior yangmenghadap ke
pipi.
- Gingiva : Merupakan jaringan ikat fibrosa yang melekat pada gigi dan tulang alveolar.

2.3 STEP 2

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan ulser?


2. Apa perbedaan lesi dan ulser?
3. Apakah faktor umur dapat menyebabkan lesi?
4. Apa penyebab lesi yang diderita oleh Dentalo, Dentisia, dan Dentalmo? Dan apa
perbedaannya?
5. Apa hubungannnya ujian dengan munculnya ulser pada mukosa Dentalo?
6. Apa hubungan hemoglobin yang menurun dengan munculnya lesi di daerah labial dan
mengapa lesi Dentalo berada didaerah bukal?
7. Mengapa lesi pada Dentisia muncul saat akan menstruasi?
8. Diagnosa apa yang tepat untuk penyakit yang diderita Dentisia, Dentalo dan Dentalmo?
9. Apakah indurasi berbahaya?
10. Bagaimana mekanisme penyakit mulut yang munculnya disebabkan oleh rokok, hormon,
dan setres?
11. Apakah hubungan kebiasaan merokok dan minum alkohol dengan penyakit yang diderita
oleh Dntalmo?
12. Mengapa penyakit yang diderita oleh Dentalo dan Dentisia tidak terlalu menghawatirkan
daripada penyakit yang di derita oleh Dentalmo?
13. Apakah faktor lain yang menyebabkan penyakit pada Dentalmo?

2.4 STEP 3

6
ANALISIS MASALAH

1. Ulser adalah luka terbuka yang cekung disebabkan oleh adanya pengelupasan epitel pada
jaringan permukaan sehingga menyebabkan respon peradangan pada daerah tersebut.
Biasanya jaringan yang hilang bersifat menyeluruh dan terasa sakit. Ulser dapat terjadi
terjadi karena faktor mekanik yang menyebabkan trauma fisik dan bisa juga karena faktor
kimia, faktor kesalahan pada perawatan gigi, misalnya perawatan orthodonsi, atau dapat
juga disebabkan oleh faktor trauma injury (panas/dingin). Luka tersebut dapat menembus
hingga membran mukosa. Ulser biasanya bewarna kekuning-kuningnan dan merah pada
daerah sekitarnya.
2. Lesi dan ulser adalah sama.
3. Usia tidak mempengaruhi mempengaruhi timbulnya lesi. Hanya saja ia termasuk dalam
sebagai faktor predisposisi. Karena pada usia lanjut akan cenderung rentan terhadap
penyakit.
4. Penyebab lesi:
- Dentalo : diduga disebabkan oleh stres dan trauma fisik.
- Dentisia : diduga disebabkan oleh perubahan hormon progesteron dan estrogen
pada masa menstruasi.
- Dentalo: disebabkan oleh kebiasaan buruk (merokok dan meminum alkohol), serta
kurangnya menjaga kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
5. Adanya ulser pada saat ujian disebabkan oleh setress.
6. Hubungan hemoglobin dengna mulculnya lesi adalah karenya turunya jumlah
hemoglobin dalam darah memperparah terjadinya lesi. Jumlah normal Hemoglobin dalam
darah adalah 12-16 g/dl.
7. Karena terjadi penurunan hormon progesteron dan estrogen. Penurunan hormon estrogen
menurunkan pembentukan sel keratinosit (yang terletak di permukaan). Dan penurunan
Progesteron menyebabkan kolonisasi bakteri yang berlebih. Sehingga faktor tersebut
memungkinkan terjadinya infeksi mikroorganisme yang lebih besar.
8. Diagnosa pada Dentalo dan Dentisia adalah Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR).
Sedangkan pada Dentalo adalah leukoplakia.
9. Indurasi, menandakan lesi tersebut sudah memasuki tahap kronis dan berbahaya serta
dapat menjadi tanda akan terjadinya karsinoma.
10. Pada Dentalmo : Rokoksel-sel rongga mulut berdeferensiasimetaplasiasel rusak
tak terkendali karsinoma.
Pada Dentisia : menstruasihormon estrogen dan progesteron menurun (tidak
seimbang)memudahkan infeksi bakteriradangmenyebabkan ulser.

7
Pada Dentalo : stres fisikgangguan keseimbangan hormon dalam tubuh ulser.
11. Dikarenakan kebiasaan merokok dan minum alkohol yang berlebiha dan terus menerus,
kemudian adanya kandungan tembakau pada rokok merupakan yang karsinogen dan
adanya rasa panas pada mulut disebabkan karena asap rokok tersebut terus menerus
mengiritasi mukosa mulut. Hal tersebut kemudian akan semakin diperparah dengan
keadaan rongga mulut yang buruk serta kandungan zat pada alkohol.
12. Karena lesi tersebut dapat sembuh dan dapat beregenerasi. Sedangkan pada Dentalmo,
lesi tersebut telah mengalami indurasi dan adanya konsumsi rokok dan minuman
berakohol yang berlebih dapat memicu terjadinya karsinoma.
13. Faktor lain yang menjadi penyebab terjadunya oenyakit pada Dentalmo adalah oral
hygiene yang buruk, kurangnya asupan nutrisi dalam tubuh, faktor dari usia, kimia,
termal serta trauma fisik.

2.5 STEP 4

KERANGKA KONSEP

8
Etiologi

Patogenesis

Tanda Klinis
Stomatitis Aftosa
Rekuren (SAR)
Penatalaksanaan

Klasifikasi

Pencegahan
Lesi Jaringan
Lunak
Etiologi

Patogenesis

Tanda Klinis
Leukoplakia
Penatalaksanaan

Klasifikasi

Pencegahan

2.6 STEP 5

LEARNING OBJECTIVE

Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan :

1. Stomatitis Aptosa Rekuren :


a. Etiologi
b. Patogenesis
c. Tanda klinis
d. Klasifikasi
e. Penatalaksanaan
f. Pencegahan

9
2. Leukoplakia :
a. Etiologi
b. Patogenesis
c. Tanda klinis
d. Klasifikasi
e. Penatalaksanaan
f. Pencegahan

2.7 STEP 6

BELAJAR MANDIRI

2.8 STEP 7

SINTESIS

1. STOMATITIS APTOSA REKUREN


SAR: Peradangan yang terjadi di mukosa, tidak berbahaya. Ulser berwarna putih
kekuningan.SAR sering ditemukan di bukal, labial & palatum.

ETIOLOGI STOMATITIS APTOSA REKUREN : Multifaktor

Contoh :

Stress -> ada hormon yang meningkat sehingga metabolisme menurun ->
mempermudah iritasi

Hormon -> penurunan estrogen & progesteron. Pembentukan jaringan epitel.

Obat kumur : SLS -> menyebabkan lesi

Pasta gigi

10
Deferensiasi / kekurangan vitamin

Etiologi belum di ketahui tapi banyak faktor predisposisi :


- Penipisan mukosa
- Trauma ->ada ulser
- Defisiensi nutrisi-> vit.B12, zat besi, As.Folat.
- Hormonal

Etiologi Predisposisi :

Trauma : karena tergigit serta perwatan gigi (karena panas & dingin, sikat gigi yg

terlalu kuat)

Defisiensi nutrisi -> kekurangan zat besi, as.Folat, B12

Stres -> karena hormon glukokortisol menurunkan metabolisme igA berkurang

akibat stress fisik

Penyakit sistemik -> ditemui padaindividu yang memiliki penyakit AIDS & disfungi

Neotrofil.

Kimiawi -. Obat kumur yang mengandung SLS (sejenis detergen)

Alergi -> yang menyebabkan Rongga mulut kering sehingga rentan terhadap iritasi

Gangguan imunologi -> sisterm imun meningkat -> ulseratif pada mukosa berupa

sitotoksik, monosit dan leukosit pada mukosa mulut. disebabkan sel T yang memakan
dirinya sendiri
Infeksi bakteri & virus : karena peningkatan bakteri s.sanguis, sedangkan virusnya

11
adalah HIV

Genetik : berhubungan dengan HLA(human leukocyte Antigen) meningkat bila


orangtuanya terkena maka kemungkinan besae anaknya terkena SAR pada usia dini.
Biasanya Aptosa minor.

PATOGENESIS STOMATITIS APTOSA REKUREN ada 4 :

Premonitorin : terjadi setelah 24 jam. Terasa terbakar di mulut, menginfeksi sel epitel

Pre ulseratif : terjadi setelah 72 jam. Timbul makula & papila serta merah di bagian
tepi intensitas nyeri meningkat pre-ulseratif setelah eritema

Tahap ulserasi : hitungan hari sampai 2 mingg. Papil bervariasi delapisi fibronous.bila
mayor merah ada edema intensitas nyeri mulai berkurang

Tahap pemulihan : 4-35 hari ulser di tutupoleh epitel dan pada mayor tidak di tutupi
oleh jaringan parut. Pada minor tidak ada jaringan parut

TANDA KLINIS STOMATITIS APTOSA REKUREN:

1. Awal terasa gatal


2. Rasa terbakar selama 1-2 hari ( rasa tersebut timbul sebelum luka terlihat)
3. Ditutupi pseudomembran pada bagian tepi ulser terdapat Zona eritematous atau
kemerahan dan warnanya mengkilat
4. Bagian tengah ulser berwarna keabuan kekuningan
5. Luka melepuh di jaringan mulut berbentuk bulat atau oval,beberapa hari kemudian
pecah menjadi keabuan kekuningan di tengahnya
6. Biasanya sakit dan rekuren ( berulang) dan pola kejadian yang bervariasi
7. Terjadi hypersalivasi ( pengeluaran saliva yang berlebihan )

KLASIFIKASI STOMATITIS APTOSA REKUREN

12
Stomatitis apthosa rekuren diklasifikasikan dalam 3 kategori menurut ukurannya yaitu:

1. SAR Tipe Minor

Tipe minor mengenai sebagian besar pasien SAR yaitu 75% sampai dengan 85%
dari keseluruhan SAR. Dapat dijumpai pada setiap orang, tetapi wanita dan orang dewasa
muda lebih rentan .Merupakan penyakit herediter ,yang ditandai dengan adanya ulser
berbentuk bulat dan oval, dangkal, kuning -kelabu ,dengan diameter 1-10 mm, dan
dikelilingi oleh pinggiran yang eritematous .

Tepi eritematous yang mencolok mengelilingi pseudomembran fibrinosa .Tidak


ada pemebentukan vesikel pada penyakit ini .Ulkus -ulkus yang terjadi di sepanjang
lipatan mukobukal seringkali tampak lebih memanjang.

Rasa terbakar adalah keluhan awal,diikuti dengan sakit hebat selama beberpa
hari.Seringkali kelenjar submandibula,servikal anterior dan parotis terasa nyeri ,terutama
jika ulkus tersebut terkena infeksi sekunder.

Ulserasi dari tipe minor cendurung mengenai daerah-daerah non keratin,seperti


mukosa labiall,mukosa bukal dan dasar mulut.Ulserasi biasa tunggal atau merupakan
kelompok yang terdiri atas 4-5 ulser dan akan sembuh dalam waktu 14 hari tanpa
meninggalkan bekas jaringan parut

Gambar .Stomatitis aftosa rekuren tipe minor

2.SAR Tipe Mayor

Tipe mayor diderita 10%-15% dari penderita SAR dan lebih parah dari tipe minor.
Ulser biasanya tunggal, berbentuk oval dan berdiameter sekitar 1-3 cm, berlangsung
selama 2 minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut,
termasuk daerah-daerah berkeratin.Khasnya,ulkus asimetris dan unilateral.Gamabran

13
yang paling mencolok adalah ukuranya yang besar dan bagian tengahnya yang nekrotik
dan cekung.

Ulser yang besar, dalam serta bertumbuh dengan lambat biasanya terbentuk
dengan bagian tepi yang menonjol serta eritematous dan mengkilat, yang menunjukkan
bahwa terjadi edema. Selalu meninggalkan jaringan parut setelah sembuh dan jaringan
parut tersebut terjadi karena ulkus tersebut mengerosi jaringan ikat.

Penyembuhan dapat dipercepat dan pembentukan jaringan ikat dapat dikurangi


dengan menggunakan steroid.

Gambar . Stomatitis aftosa rekuren tipe mayor.

3 SAR Tipe Herpetiformis

Istilah herpetiformis pada tipe ini dipakai karena bentuk klinisnya mirip dengan
gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus herpes tidak mempunyai peran
etiologi pada SAR tipe herpetiformis. SAR tipe herpetiformis jarang terjadi yaitu
sekitar 5%-10% dari kasus SAR.

Gambaran mencolok dari penyakit tersebut adalah erosi -erosi kelabu putih ,yang
jumlahnya banyak,berukuran sekepala jarum yang membesar ,bergabung dan menjadi
tak jelas batasnya

Setiap ulser berbentuk bulat atau oval, mempunyai diameter 0,5- 3,0 mm dan
timbul berkelompok terdiri atas 10-100 bila ulser bergabung bentuknya tidak
teratur.Setiap bagian mukosa mulut dapat terkena ulserasi ,tetapi khususnya pada ujung

14
anterior lidah ,tepi -tepi lidah dan mukosa bibir .Ukuran yang lebih kecil ini
membedakanya dari SAR minor.

Ulserasi herpetiformis biasanya terjadi pada pasien di akhir usia 20 tahun. Setiap
ulser berlangsung selama satu hingga dua minggu dan tidak akan meninggalkan
jaringan parut ketika sembuh.

Gambar . Stomatitis aftosa rekuren tipe herpetiformis

PENATALAKSANAAN STOMATITIS APTOSA REKUREN

Dalam upaya melakukan perawatan terhadap pasien SAR, tahapannya adalah :

1. Edukasi bertujuan untuk memberikan informasi mengenai penyakit yang dialami


yaitu SAR agar mereka mengetahui dan menyadarinya.
2. Instruksi bertujuan agar dapat dilakukan tindakan pencegahan dengan menghindari
faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya SAR.
3. Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala yang dihadapi agar pasien dapat
mendapatkan kualitas hidup yang sehat dan lebih baik

Karena penyebab SAR sulit diketahui maka pengobatannya hanya untuk


mengobati keluhannya saja. Perawatan merupakan tindakan simtomatik dengan tujuan

15
untuk mengurangi gejala, mengurangi jumlah dan ukuran ulkus, dan meningkatkan
periode bebas penyakit. Obat- obat yang diberikan antara lain :
1. Klorheksidin adalah obat kumur antibakteri yang mempercepatkan penyembuhan
ulser dan mengurangi keparahan lesi SAR.
2. Tetrasiklin diberikan sesuai dengan efek anti streptokokus, tetrasiklin 250mg
dalam 10 cc sirup direkomendasikan sebagai obat kumur, satu kali sehari selama
dua minggu.
3. Amlexanox 5 %
4. Kortikosteroid Topical
5. Hidrokortison hemisuksinat berbentuk gel 2,5 mg atau triamsinolon asetonide
0,1% dalam Orabase
6. Pemberian agen koagulasi dan kauterisasi (penggunaan obat abotyl)
7. Memberikan pengarahan terhadap pasien dengan menghindari makanan tertentu
8. Bila penyembuhan tidak terjadi selama mengkonsumsi obat , maka sebaiknya
melakukan kultur dan biopsy

Pemberian obat-obatan tertentu yang tidak diperbolehkan hanya dapat


merusak jaringan normal disekeliling ulser dan bila pemakaiannya berlebihan maka
akan mematikan jaringan dan dapat memperluas ulser.

PENCEGAHAN STOMATITIS APTOSA REKUREN

- Menghindari faktor pencentus terjadinya lesi

- Menjaga kebersihan rongga mulut

- Menjaga kebersihan rongga mulut dapat dilakukan denganberkumur-kumur dengan

mengunakan air garam hangat atau obat kumur

- SAR juga dapat dicegah dengan mengutamakan makanan kaya serat sayur dan buah

- Menghindari stres serta mengkonsumsi nutrsi yang cukup

2. LEUKOPLAKIA
ETIOLOGI LEUKOPLAKIA

16
Leukoplakia adalah lesi yang berwarna putih yang merupakan suatu kelainan
berupa bercak/plak putih. Leukoplakia yang disertai diskeratosis / dysplasia
merupakan lesi precancer. WHO (1978) mendifinisikan leukoplakia sebagai lesi putih
keratosis berupa bercak atau plak yang tidak dapat diangkat dari mukosa mulut dengan
cara usapan atau kikisan dan secara klinis maupun histopatologis berbeda dengan
penyakit lain di dalam mulut.

Etiologi leukoplakia belum dapat diketahui dengan pasti. Namun menurut


beberapa klinikus, predisposisi leukoplakia terdiri dari beberapa faktor yaitu : faktor lokal
dan faktor sistemik.

1. Faktor lokal
a. Trauma
Trauma dapat berupa gigitan pada tepi atau akar yang tajam, iritasi dari gigi
yang malposisi, pemakaian protesa yang kurang baik, serta adanya kebiasaan buruk,
seperti sering menggigit-gigit jaringan mulut, pipi, lidah sehingga menyebabkan
iritasi kronis pada mukosa mulut.
b. termal atau kimia. Iritan mekanis lokal akan menimbulkan hiperkeratosis dengan
atau tanpa disertai perubahan displastik. Penggunaan bahan kaustik kemungkinan
dapat meyebabkan terjadinya leukoplakia dan perubahan keganasan. Bahan-
bahan kaustik adalah tembakau dan alkohol.
Iritasi mukosa mulut yang terjadi karena asap rokok dan panas saat
merokok, serta dapat disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam
tembakau ikut terkunyah. Banyak peneliti yang berpendapat bahwa rokok
dengan menggunakan pipa dapat menyebabkan lesi yang spesifik pada
palatum yang disebut dengan stomatitis nicotine. Lesi akan berwarna putih
kepucatan, dan terjadi penebalan yang sifatnya merata. Serta ditemukan pula
adanya multinodulair dengan bintik kemerahan pada pusat noduli. Kelenjar
ludah akan membengkan dan terjadi perubahan pada daerah di sekitarnya.
Banyak peneliti yang berpendapat bahwa lesi ini adalah salah satu bentuk
leukoplakia.
Alkohol adalah salah satu faktor yang mempermudah terjadinya
leukoplakia. Pemakaian alkohol dapat menyebabkan adanya iritasi pada
mukosa.

c. Faktor lokal lainnya\


Faktor lokal lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya leukoplakia adalah
adanya infeksi bakteri, penyakit periodontal serta oral hygiene yang jelek, contohnya
seperti kandida.

2. Faktor sistemik
Faktor sistemik dapat mempengaruhi kondisi membran mukosa mulut dan
berperan dalam meningkatkan efektivitas yang bekerja secara lokal.

17
a. Penyakit sistemik
Penyakit sistemik yang berhubungan dengan leukoplakia antara lain sifilis
tersier, anemia sidrofenik, dan xerostomia yang disebabkan oleh penyakit kelenjar
saliva.
b. Obat-obatan yang diberikan secara sistemik
Alkohol, antimetabolit, dan serum antilimfosit spesifik juga dapat
meningkatkan terjadinya leukoplaia.
c. Defisiensi nutrisis, vitamian A dapat meningkatkan metaplasia dan keratinisasi
dari susunan epitel. Leukoplakia di uvula merupakan manifestasi dari intake
vitamin A yang tidak cukup.

PATOGENESIS LEUKOPLAKIA

Sebagian besar leukoplakia (80%) adalah jinak; sisanya displastik (pra-ganas)


atau ganas. 1-4% leukoplakia berkembang menjadi karsinoma dalam waktu 20
tahun. Daerah yang beresiko tinggi untuk mengalami perubahan keganasan mencakup
dasar mulut, bagian lateral dan ventral lidah, kompleks uvulopalatal, dan bibir.

Perubahan patologis mukosa mulut menjadi leukopakia terdiri dari dua tahap :

1. Praleukoplakia
Terbentuk warna plak berwarna abu-abu tipis, bening, translusen, permukaan
halus dengan konsistensi lunak dan datar.
2. Leukoplakia
Ditandai dengan pelebaran lesi ke arah lateral dan membentuk keratin yang tebal
sehingga warnanya putih, berfisura dan permukaannya kasar.

TANDA KLINIS LEUKOPLAKIA

Daerah yang paling sering terkena adalah bagian lateral dan ventral lidah, dasar
mulut, mukosa alveolar, bibir, trigonum retromolar palatum lunak, dan gingiva cekat
rahang bawah. Permukaannya tampak halus dan homogen, tipis dan rapuh, berfisura,
kasar. Lesi bervariasi warnanya, dari putih pucat translusen, abu-abu, atau putih-coklat.
Tidak sakit tapi sensitif terhadap rangsangan panas.

18
KLASIFIKASI LEUKOPLAKIA

Klasifikasi dari Leukoplakia menurut WHO dibagi menjadi dua yaitu leukoplakia
homogen dan Leukoplakia non homogen
1. Leukoplakia Homogen
Dalam perkembanganya, leukoplakia dapat menjadi semakin meluas, menebal,
disebut leukoplakia homogen. Pada tipe ini, terutama berupa lesi putih
yang mendatar, licin, dan tipis. Lesi ini dapat terlihat sebagai retakan yang
dangkal dengan permuka
2. Leukoplakia Non Homogen
Leukoplakia non homogen dibagi lagi menjadi :
a.Eritroleukoplakia yaitu lesi putih dengan komponen kemerahan besar
b.Nodular yaitu lesi putih merupakan lesi dengan penonjolan membulat, lembek,
berwarna merah dan putih
c.Bercak yaitu lesi putih dengan komponen merah yang kecil
d.Verukoid yaitu lesi putih dengan permukaan yang menonjol dan kasar

Ward dan Hendrick mendeskripsikan klasifikasi leukoplakia menjadi


1. Akut leukoplakia
Lesi ini berkembang mulai dari hari, minggu hingga bulan dan dengan cepat.
Terdapat penebalan berupa kerucut, beberapa kasus menunjukkan adanya ulserasi
2. Cronic leukoplakia
Lesi ini berkembang selama sepuluh, lima belas, atau dua puluh tahun. Leukoplakia
tipe ini memiliki penampakan yang menyebar dan tipis. Pada palatum lesi bewarna
merah.
3. Tipe Intermediate
Dapat dikatakan juga sebagai leukoplakia sub akut. Kemungkinan merupakan bentuk
awal dari leukoplakia kronik dan berada antara tipe akut dan kronik.
PENATALAKSANAAN LEUKOPLAKIA

Pada leukoplakia ini penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan adalah

19
1. Menghilangkan faktor penyebabnya seperti rokok, alkohol, memperbaiki higiene mulut,
dan memperbaiki maloklusi
2. Melakukan penanganan bedah( eksisi),
3. Kondisi klinis diperlukan biopsy untuk pemeriksaan patologis
4. Memberikan vitamin A, C, E merupakan tindakan penunjang umum terutama bila pada
pasien tersebut ditemukan adanya faktor malnutrisi vitamin
5. Selain dari hal-hal tersebut tentunya pasein diberikan edukasi yang bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai leukoplakia dan memberikan instruksi kepada pasien
untuk menghindari faktor-faktor yang menjadi pemicu

PENCEGAHAN LEUKOPLAKIA

Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya leukoplakia adalah sebagai
berikut :

1. Menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulut, yaitu teratur memeriksakan


kesehatan mulut dan gigi ke dokter gigi, dan menjaga kebersihan mulut secara
teratur.
2. Menghilangkan, mengurangi serta menghindari faktor-faktor yang merupakan faktor
pencetus terjadinya leukoplakia.
3. Menkonsumsi makanan bergizi yaitu memperbanyak menkonsumsi makanan yang
kaya serat dan vitamin seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

BAB III

20
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR) merupakan peradangan yang terjadi di


mukosa, tidak berbahaya. Ulser berwarna putih kekuningan.SAR sering ditemukan di
bukal, labial & palatum. SAR penyebabnya belum diketahui namun ada beberapa faktor
predisposisi yang dapat menyebabkannya, yaitu trauma, defisiensi nutrisi, genetik, alergi,
hormonal,kimiawi, gangguan imunologi serta infeksi bakteri dan virus. SAR terbagi
menjadi Apthosa Minor, Apthosa Mayor dan Ulser Herpetiformis. Ada beberapa obat
yang dapat meredakan dari simptom SAR misalnya kortikostreoid topikal dan tetrasiklin.

Leukoplakia adalah adalah lesi yang berwarna putih yang merupakan suatu
kelainan berupa bercak/plak putih. Leukoplakia yang disertai diskeratosis / dysplasia
merupakan lesi precancer. WHO (1978) mendifinisikan leukoplakia sebagai lesi putih
keratosis berupa bercak atau plak yang tidak dapat diangkat dari mukosa mulut dengan
cara usapan atau kikisan dan secara klinis maupun histopatologis berbeda dengan
penyakit lain di dalam mulut. Etiologi leukoplakia juga belum diketahui namun ada
bebrapa faktor yang dapat menyebabkan leukoplakia yaitu faktor lokal seperti trauma dan
termal dan faktor sistemik seperti penyakit sistemik. Leukoplakia menurut WHO dapat
diklasifikaskan menjadi Leukoplakia Homogen dan Non-Homogen (Eritoleukoplakia,
Leukoplakia Nodular, Leukoplakia Veerukoid dan Bercak) kemudian menurut Ward dan
Hendrick mendeskripsikan klasifikasi leukoplakia menjadi Akut Leukoplakia, Cronic
leukoplakia dan Tipe Intermediet.

3.2 Saran

21
Laporan hasil diskusi ini dibuat agar mahasiswa PSKG dan pembaca mampu
memahami dan mengerti tentang Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR) dan Leukoplakia.
Laporan ini masih kurang sempurna untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
berguna agar penyusunan laporan kedepannya lebih baik lagi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Langlais, R. P., Miller, C. S., & Nield-Gehrig, J. S. (2014). Atlas Berwarna Lesi Mulut yang Sering
Ditemukan . Jakarta: EGC.

Scully, C., & Cawson, R. (2013). Atlas Bantu Kedokteran Gigi Penyakit Mulut. Jakarta: Hipokrates.

23

Anda mungkin juga menyukai