Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, dan dibagi dalam
dua kelompok yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino
esensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh, sehingga sering harus ditambahkan dalam
bentuk makanan, sedangkan asam amino non-esensial dapat diproduksi dalam tubuh.
Asam amino umumnya berbentuk serbuk dan mudah larut dalam air, namun tidak larut
dalam pelarut organik non polar (Suharsono, 1970).
67
Komoditas sumber protein
68
Komoditas sumber protein
disebut antigen, juga suatu protein. Secara garis besar fungsi protein dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Sebagai enzim
Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalisis oleh enzim dan hampir
semua enzim adalah protein.
b. Alat pengangkut dan alat penyimpanan
Banyak molekul dengan berat molekul kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau
dipindahkan oleh protein-protein tertentu misalnya:
- hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit
- mioglobin mengangkut O2 dalam otot
- transferin mengangkut ion besi dalam plasma darah dan disimpan dalam
hati sebagai kompleks dengan ferritin.
c. Pengatur pergerakan
Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya dua
molekul protein yang saling bergeseran.
d. Penunjang mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen yaitu
suatu protein yang berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut.
e. Pertahanan tubuh/imunisasi
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi yaitu suatu protein khusus yang
dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke
dalam tubuh seperti virus, bakteria dan sel-sel asing lainnya.
f. Media perambatan impuls syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya rodopsin,
yaitu suatu protein yang bertindak sebagai reseptor/penerima warna atau cahaya pada
sel -sel mata.
g. Pengendalian pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi
bagian-bagian DNA yang mengatur sifat karakter bahan.
69
Komoditas sumber protein
70
Komoditas sumber protein
b. Susu
Susu merupakan sumber makanan yang kaya akan nutrisi dan telah
dijadikan sumber makanan sejak dahulu. Susu adalah produk berupa
cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan
diperoleh dengan cara pemerahan. Hewan perah yang umumnya
dimaksud adalah sapi, namun hewan lain sebagai sumber susu yang
belum dimanfaatkan secara optimal adalah kerbau, kambing dan
domba. Susu dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk seperti mentega, yoghurt, es
krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lain.
Komposisi susu sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti jenis
varietas sapi dan jenis makanan yang diberikan. Oleh karena itu komposisi susu yang bisa
diberikan adalah komposisi rata-rata dari susu. Komposisi rata-rata dari susu adalah :
87,3 % air (rentang antara 85,5 % - 88,7 %)
3,9 % lemak susu (rentang antara 2,4 % - 5,5 %)
8,8 % padatan non lemak (rentang antara 7,9 % - 10 %)
Protein 3,25 % (3/4 kasein)
Laktosa 4,6 %
Mineral 0,65 % (Ca, P, sitrat, Mg, K, Na, Zn, Cl, Fe,Cu, sulfat, bikarbonat, dan lain-
lain)
Asam 0,18 % (sitrat, format, asetat, laktat, oksalat)
Enzim (peroksidase, katalase, fosfatase, lipase
Gas-gas (oksigen, nitrogen)
71
Komoditas sumber protein
Susu segar merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung
zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat,
mineral, dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Nilai gizinya yang tinggi
juga menyebabkan susu merupakan medium yang sangat disukai oleh mikrooganisme
untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat
singkat susu menjadi tidak layak dikonsumsi bila tidak ditangani secara benar.
Mikroorganisme yang berkembang didalam susu selain menyebabkan susu
menjadi rusak juga membahayakan kesehatan masyarakat sebagai konsumen akhir.
Disamping itu penanganan susu yang benar juga dapat menyebabkan daya simpan
susu menjadi singkat, harga jual murah yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi
pendapatan peternak sebagai produsen susu. Kerusakan pada susu disebabkan oleh
terbentuknya asam laktat sebagai hasil fermentasi laktosa oleh koli. Fermentasi oleh
bakteri ini akan menyebabkan aroma susu menjadi berubah dan tidak disukai oleh
konsumen. Untuk meminimalkan kontaminasi oleh mikroorganisme dan menghambat
pertumbuhan bakteri pada susu agar dapat disimpan lebih lama maka penanganan
sesudah pemerahan hendaknya menjadi perhatian utama peternak.
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mencegah kerusakan pada susu
adalah dengan cara pemanasan (pasteurisasi) baik dengan suhu tinggi maupun suhu
72
Komoditas sumber protein
rendah yang dapat diterapkan pada peternak. Dengan pemanasan ini diharapkan akan
dapat membunuh bakteri patogen yang membahayakan kesehatan manusia dan
meminimalisasi perkembangan bakteri lain, baik selama pemanasan maupun pada
saat penyimpanan.
Penanganan susu segar sangat diperlukan untuk memperlambat penurunan
kualitas susu atau memperpanjang masa simpan susu. Di dalam penanganan air susu
dituntut keterampilan dalam hal :
a. Penanganan kandang dan kamar air susu
Jangan biarkan air susu terlalu lama di daerah kandang pemerahan, dan jangan
simpan air susu pada ruang/kamar air susu yang berbau atau baru dicat.
b. Pengaturan ransum sapi yang sedang laktasi
Hendaknya makanan yang diberikan jangan berbau, karena bau dari makanan
akan diserap air susu melalui peredaran darah.
c. Teknis pemerahan
Baik tukang perah maupun alat-alat perah misalnya ember dan saringan
hendaknya bebas dari kuman. Untuk alat-alat perah dicuci dengan desinfektan,
kemudian dibilas dengan air sebersih mungkin dan dijemur. Perlakuan terhadap
ambing mendapat perhatian khusus, bila terjadi kelainan maka produksi dapat
terganggu. Ambing berfungsi sebagai mesin memproduksi air susu.
d. Pasca panen
Pasca panen ialah perawatan/penanganan air susu setelah diperah hingga air
susu yang dikonsumsi oleh konsumen. Hal ini meliputi processing, storage,
package, transportasi dan pemasaran. Setiap fase penanganan diatas dengan
mudah mengalami penurunan mutu dan jumlah.
73
Komoditas sumber protein
bersih dan digodok kemudian dijemur. Bila kain penyaring tersebut hendak dipakai
kembali sebaiknya disetrika terlebih dahulu.
3. Tanpa menghiraukan banyaknya kuman yang telah ada, air susu perlu didinginkan
secepat mungkin sesudah pemerahan dan penyaringan sekurang-kurangnya pada
suhu 4-7°C selama dua atau tiga jam. Hal ini dilakukan untuk mencegah
berkembangnya kuman yang terdapat didalam air susu. Bila tidak mempunyai alat
pendingin maka pendinginan tersebut dilakukan dengan menggunakan balok es,
dalam hal ini milk can yang telah berisi susu dimasukkan ke dalam bak yang berisi
es balok dan ditutup rapat. Jika peternakan tidak mempunyai alat pendingin, susu
harus dibawa ke cooling unit atau KUD yang mempunyai alat pendingin dalam
waktu tidak lebih dari 2,5 jam sesudah pemerahan. Bila tidak dapat ditempuh
dalam waktu 2,5 jam maka dianjurkan menambahkan H 2O2 (Hidrogen Peroksida)
dengan kepekatan 35% sebanyak 2cc untuk setiap liter air susu. Dengan
perlakuan demikian air susu dapat tahan selama 24 jam di daerah tropis.
Tanpa perlakuan penanganan, susu tidak dapat disimpan lebih dari 12 jam.
Berdasarkan uji reduktase, penambahan H 2O2 0,06%, air susu dapat disimpan selama 48
jam, sedangkan berdasarkan uji alkohol, susu dapat disimpan selama 24 jam. Susu masak
dan susu kukus dapat disimpan selama 24 jam berdasarkan uji reduktase dan 12 jam
berdasarkan uji alkohol (Ernawati, et al., 1986).
c. Telur
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling bergizi dan sempurna,
karena mengandung zat -zat gizi yang dibutuhkan oleh suatu makhluk hidup dalam jumlah
yang cukup. Di samping itu protein telur merupakan protein yang bermutu tinggi karena
memiliki susunan asam amino yang lengkap sehingga sering dijadikan patokan dalam
menentukan mutu protein dari berbagai bahan pangan lainnya. Skor asam amino protein
telur adalah 100 dan daya cerna 100.
Lemak terutama terdapat pada kuning telur (31,8-35,5%). Pada bagian putih telur
kadar lemaknya sangat rendah (+ 0,03%) sehingga dapat diabaikan. Lemak telur tersusun
oleh 65,5% trigliserida, 28,3% fosfolipid dan 5,2% kolesterol. Karbohidrat terdapat dalam
keadaan bebas atau berikatan pada putih, 98% dari karbohidrat yang bebas adalah
glukosa. Pada kuning telur terdapat karbohidrat sebanyak 1,0% yang terdiri dari glukosa,
74
Komoditas sumber protein
dan sisanya berikatan sebagai manosa-glukosamin. Disamping nilai gizi telur yang tinggi,
sifat fungsional pada telur sangat penting diketahui sehubungan dengan peranan telur
dalam proses pengolahan. Sifat fungsional telur antara lain adalah daya busa, daya
koagulasi, daya pengemulsi, pembentukan warna dan cita rasa.
75
Komoditas sumber protein
Mutu telur utuh dinilai secara candling yaitu dengan meletakkan telur dalam jalur
sorotan sinar yang kuat sehingga memungkinkan pemeriksaan bagian dalam. Ini
memungkinkan penemuan-penemuan antara lain keretakan pada kulit telur, ukuran serta
gerakan kuning telur, ukuran kantong udara, bintik-bintik darah, bintik-bintik daging,
kerusakan oleh mikroorganisme dan pertumbuhan benih. Walaupun begitu, hanya
kerusakan yang menonjol saja yang dapat diketahui dengan cara candling ini. Mutu telur
tanpa kulit dapat dinilai dengan cara yang lebih pasti karena banyak kerusakan oleh
mikroorganisme dan lain-lainya dapat diamati dengan lebih jelas. Disamping itu,
bertambah besarnya kuning telur dapat diamati dan indeks kuning telur dapat diukur
Indeks kuning telur adalah perbandingan tinggi kuning telur dengan garis tengahnya
yang diukur sesudah kuning telur dipisahkan dari putih telur. Indeks kuning telur segar
beragam antara 0,33 dan 0,50 dengan nilai rata-rata 0,42. Dengan bertambahnya umur
telur, indeks kuning telur menurun karena penambahan ukuran kuning telur sebagai akibat
perpindahan air.
Indeks putih telur merupakan parameter yang serupa yaitu perbandingan tinggi
albumin tebal dengan rata-rata garis tengah panjang dan pendek albumin tebal. Dalam
telur yang baru ditelurkan nilai ini berkisar antara 0,050 dan 0,174 meskipun biasanya
berkisar antara 0,090 dan 0,120. Indeks putih telur juga menurun karena penyimpanan
karena pemecahan ovomicin yang dipercepat pada pH yang tinggi.
Metode-metode pengawetan telur utuh bertujuan untuk mempertahankan
kandungan air dan karbondioksida yang telah ada dalam telur selama mungkin, dan
memperlambat kegiatan mikroorganisme. Beberapa metode pengawetan telur utuh adalah
sebagai berikut :
1. Pengemasan kering
Pengemasan telur dalam bahan-bahan seperti pasir, sekam, dan serbuk gergaji telah
dilakukan selama bertahun-tahun. Jika pengemasan itu padat, pengemasan kering
akan memperlambat hilangnya air dan CO 2. Karena adanya kelebihan berat dan
volume, maka cara ini secara komersial tidak selalu dapat diterima. Pengemasan
kering tidak memberikan perlindungan terhadap mikroorganisme selama
penyimpanan.
76
Komoditas sumber protein
Dua metode pengawetan telur tanpa kulit yaitu pembekuan dan pengeringan.
Produk telur dalam bentuk ini lebih sedikit membutuhkan tempat daripada telur utuh dan
77
Komoditas sumber protein
memberi keuntungan karena penanganannya yang lebih mudah. Persiapan telur untuk
dibekukan dan dikeringkan adalah sama, yaitu telur sesampainya di pabrik dipilih; telur
dengan kulit yang rusak dinyatakan cacat setelah dilakukan pemeriksaan secara candling
disingkirkan dari telur-telur yang baik, didinginkan sampai 15°C. Kemudian telur-telur itu
dicuci dengan menggunakan semprotan air chlorine dan dipindahkan ke ruangan
pemecahan di mana persyaratan sanitasi dilakukan secara ketat. Telur dipecah dan putih
telur dipisahkan dari kuning telur untuk diolah baik sebagai produk terpisah atau
dikumpulkan sebagai seluruh telur. Produk awetan telur tanpa kulit terdiri dari:
1. Seluruh telur
Seluruh telur dalam bentuk cair diaduk untuk menghasilkan campuran yang halus,
kemudian disaring untuk menyingkirkan pecahan kulit telur, membran dan khalaza.
Bahan kemudian dipasteurisasi dan siap diolah baik sebagai telur beku atau telur
kering.
2. Kuning telur
Kuning telur dalam bentuk cair juga diperlakukan dengan cara serupa seperti pada
seluruh telur sebelum dilakuakan pembekuan atau pengeringan.
3. Albumen
Albumen dalam bentuk cair dialirkan dengan paksa dalam saringan yang halus untuk
memecah sifat gelatin dari bahan ini. Kemudian dipasteurisasi sebelum dikeringkan
atau dibekukan
Pembekuan
Pembekuan dari semua produk telur cair dilaksanakan dengan menggunakan kaleng
berukuran 12,5 kg dan pembekuan cepat (blast freezing) pada suhu -40C. Proses
pembekuan ini dapat memakan waktu sampai 15 jam. Putih telur hanya mengalami sedikit
perubahan karena pembekuan, tetapi produk kuning telur dan seluruh telur dapat
mengalami kerusakan yang serius.
Selama pembekuan, air terpisah dari bahan padat kuning telur dan mengakibatkan
penggumpalan yang bersifat tidak dapat balik. Akibatnya sebagian besar sifat berbuih dan
sifat mengikat (aerating) dari kuning telur dan telur utuh dapat hilang. Perubahan-
perubahan ini dapat dikurangi dengan cara :
78
Komoditas sumber protein
Pengeringan
Pengeringan berbagai produk telur dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Pengeringan dengan penyemprotan/spray drying (albumen, kuning telur dan
seluruh telur)
2. Pengeringan pada panci atau penampan/tray drying (albumen)
3. Pengeringan beku/reezing drying (telur utuh)
Sebelum pengeringan dilakukan, glukosa perlu disingkirkan dari produk telur karena
glukosa akan ambil bagian dalam reaksi Maillard dan menyebabkan penyimpangan bau
dan cita rasa, ketidaklarutan dan pengurangan daya fungsional (daya buih, mengikat gas
dan sebagainya), serta warna yang lebih tua. Sebelum pengeringan harus dilakukan hal-
hal sebagai berikut :
a. Albumen dibebaskan dari glukosa melalui frementasi dengan Aerobacter
aerogenus sebelum pengeringan. Prosedur ini juga dapat diterapkan pada kuning
telur dan seluruh telur.
b. Penghilangan glukosa dengan mengunakan katalase glukosa oksidase hidrogen
peroksida (glucose oxidase-catalasehydrogen peroxide), tetapi enzim ini mahal
harganya
Telur yang telah dikeringkan dapat disimpan dengan persyaratan penyimpanan sebagai
berikut :
Suhu penyimpanan dibawah 20°C
Suhu yang tinggi akan mempercepat reaksi Maillard antara protein dan sejumlah
kecil glukosa yang tertinggal sesudah peragian
79
Komoditas sumber protein
d. Ikan
Ikan merupakan bahan pangan sumber protein yang cukup potensial dan dapat
dibandingkan atau disejajarkan dengan bahan pangan hewani lainnya seperti daging sapi,
unggas, telur dan susu. Ikan mempunyai kandungan protein sekitar 15-24 % tergantung
jenis ikan dan mempunyai daya cerna yang relatif tinggi yaitu sekitar 95%. Kandungan gizi
penting lainnya pada ikan yang sangat berperanan dalam menjaga kesehatan tubuh
adalah “asam lemak omega 3”. Asam lemak omega 3 ini khususnya banyak terdapat pada
ikan laut, misalnya lemuru. Disamping itu ikan juga merupakan sumber zat gizi mineral
yang sangat penting, yaitu Ca, P dan Fe.
80
Komoditas sumber protein
Kelebihan SCP:
1. Kadar protein lebih tinggi dari protein kedelai atau hewan
2. Pertumbuhan cepat
81
Komoditas sumber protein
82
Komoditas sumber protein
menyimpulkan apabila kebutuhan akan kalori telah dipenuhi, kebutuhan akan protein dapat
dipenuhi baik oleh protein nabati maupun hewani. Para ahli telah memperhitungkan bahwa
peningkatan produksi protein hewani untuk memenuhi kebutuhan protein bagi rakyat di
negara-negara sedang berkembang kemungkinan sulit untuk dicapai. Alternatif yang dapat
dilakukan adalah pemanfaatan sumber protein nabati secara lebih rasional.
Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah konsumsi yang
diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein
yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan, atau menyusui. Angka Kecukupan
Protein (AKP) orang dewasa menurut hasil-hasil penelitian keseimbangan nitrogen adalah
0,75 gram/kg berat badan, berupa protein patokan tinggi yaitu protein telur (mutu
cerna/digestibility daya manfaat/ utility telur adalah 100). Angka ini dinamakan safe level of
intake atau taraf suapan terjamin. Angka kecukupan protein dipengaruhi oleh mutu protein
hidangan yang dinyatakan dalam Skor Asam Amino (SAA).
Walaupun fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan, bilamana tubuh
kekurangan zat energi fungsi protein untuk menghasilkan energi atau untuk membentuk
glukosa akan didahulukan. Bila glukosa atau asam lemak didalam tubuh terbatas, sel
tepaksa menggunakan protein untuk membentuk glukosa dan energi. Pemecahan protein
tubuh guna memenuhi kebutuhan energi dan glukosa pada akhirnya akan menyebabkan
melemahnya otot-otot. Oleh karena itu, dibutuhkan konsumsi karbohidrat dan lemak yang
cukup tiap hari eshingga protein dapat digunakan sesuai fungsi utamanya, yaitu untuk
pembentuk sel tubuh.
83
Komoditas sumber protein
sitrat akan mengikat Ca2+, dan ini akan meningkatkan stabilitas panas protein whey pada
pH netral. Laktosa yang terdapat pada whey pada konsentrasi yang cukup dapat
melindungi protein dari denaturasi selama pengeringan semprot ( spray drying).
Denaturasi Protein
Kebanyakan protein pangan terdenaturasi jika dipanaskan pada suhu yang
moderat (60-90oC) selama satu jam atau kurang. Denaturasi adalah perubahan struktur
protein dimana pada keadaan terdenaturasi penuh, hanya struktur primer protein saja yang
tersisa, protein tidak lagi memiliki struktur sekunder, tersier dan quarterner. Akan tetapi,
belum terjadi pemutusan ikatan peptida pada kondisi terdenaturasi penuh ini. Denaturasi
protein yang berlebihan dapat menyebabkan insolubilisasi yang dapat mempengaruhi sifat-
sifat fungsional protein yang tergantung pada kelarutannya.
Denaturasi protein dapat terjadi dengan berbagai macam perlakuan, antara lain
dengan perlakuan panas, pH, garam dan tegangan permukaan. Laju denaturasi protein
dapat mencapai 600 kali untuk tiap kenaikan 10 o. Suhu terjadinya denaturasi sebagian
besar protein terjadi berkisar antara 55-75 oC. Pada protein yang mengalami denaturasi,
proteinnya akan mengendap karena gugus-gugus yang bermuatan positif dan negatif
dalam jumlah yang sama atau netral atau dalam keadaan titik isoelektrik.
Pada denaturasi terjadi pemutusan ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik dan ikatan
garam hingga molekul protein tidak punya lipatan lagi. Garam-garam seperti misalnya
natrium klorida dalam konsentrasi tertentu dapat menyebabkan denaturasi atau koagulasi.
Pada protein telur mudah terdenaturasi oleh adanya panas dan tegangan permukaan bila
putih telur tersebut diaduk sampai menjadi buih. Protein yang telah mengalami denaturasi
akan memberikan beberapa perubahan dalam beberapa hal seperti :
1. Viskositas naik (karena mol menjadi asimetris dan lipatan hilang),
2. Rotasi optis larutan protein meningkat.
Dari segi gizi, denaturasi parsial protein sering meningkatkan daya cerna dan
ketersediaan biologisnya. Pemanasan yang moderat dapat meningkatkan daya cerna
protein tanpa menghasilkan senyawa toksik. Disamping itu, dengan pemanasan yang
moderat dapat menginaktivasi beberapa enzim seperti protease, lipase, lipoksigenase,
amilase, polifenoloksidase dan enzim oksidatif dan hidrolotik lainnya. Jika gagal
menginaktivasi enzim-enzim ini maka akan mengakibatkan off-flavour, ketengikan,
84
Komoditas sumber protein
perubahan tekstur, dan perubahan warna bahan pangan selama penyimpanan. Sebagai
contoh, kacang-kacangan kaya enzim lipoksigenase. Selama penghancuran bahan, untuk
mengisolasi protein atau lipidnya, dengan adanya oksigen enzim ini bekerja sehingga
dihasilkan senyawa hasil oksidasi lipid yang menyebabkan off-flavour. Oleh karena itu,
sering dilakukan inaktivasi enzim dengan menggunakan pemanasan sebelum
penghancuran. Sebagai tambahan, perlakuan panas yang moderat juga berguna untuk
menginaktivasi beberapa faktor aninutrisi seperti enzim antitripsin dan lektin.
Cross-Linking
Beberapa protein pangan mengandung cross-link intra dan antarmolekul,
contohnya adalah ikatan disulfida pada protein globular, di- dan trityrosine type cross-link
pada protein serat seperti keratin, elastin dan kolagen. Salah satu fungsi cross-link pada
protein alami adalah supaya tidak mudah dipecah oleh proteolisis. Pengolahan pangan,
khususnya pada pH alkali, dapat menyebabkan pembentukan cross-link pada protein.
Pembentukan ikatan kovalen antara rantai polipeptida ini dapat menurunkan daya cerna
dan ketersediaan biologisnya, khususnya yang melibatkan asam amino esensial.
Lisinoalanin adalah cross-link utama yang umum ditemukan pada protein yang
diperlakukan pada kondisi alkali, hal ini terjadi karena ketersediaan residu lisil yang banyak
terdapat dalam bahan pangan. Pada kondisi pengolahan yang normal, pembentukan
lisinoalanin hanya sedikit, jadi tidak terlalu merugikan.
85