DISUSUN OLEH
KELOMPOK IV
1. I Wayan Murdika
2. Awirullah
3. Fitriani
4. Indrayanti Karim
5. Kartika Gemalasari
6. Ramadan
7. Albar
8. Hamsinar
9. Jumrana
10. Dwi Widiastuti
11. Marfiani Arifin
12. Nurul Indah
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha kuasa karena
dengan limpahan rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam penilaian mata kuliah
sangat berterima kasih kepada semua pihak dari baik dari dosen mata kuliah maupun
rekan rekan yang telah membantu dalam penulisan makalah ini baik, dan disamping itu
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu
penulis sangat mengharapkan saran, kritikan dan masukan yang sifatnya membangun
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepeda semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini semoga mendapat balasan yang setimpal dari
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................ 3
C. Tujuan................................................................................................. 4
D. Manfaat.............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORI ARTRITIS REUMATOID.............................................5
A. Defenisi Artritis Rematoid.......................................................................5
B. Epidemologi......................................................................................... 6
C. Klasifikasi............................................................................................. 7
D. Etiologi............................................................................................... 8
E. Patofisiologi....................................................................................... 10
F. Manifestasi klinis................................................................................ 10
G. Pemeriksaan penunjang.....................................................................12
H. Penatalaksanaan............................................................................... 14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ARTRITIS REUMATOID................22
A. Pengkajian......................................................................................... 22
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................32
C. Rencana asuhan keperawatan.............................................................33
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................35
A. Kesimpulan........................................................................................ 35
B. Saran................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 36
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan meningkat diberbagaibidang di Indonesia
telah mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu
outcomeatau dampak dari keberhasilan pembangunan nasional dibidang
kesehatan dan kesejahteraan sosial yang telah dirasakan antara lain
adalah meningkatnya angka rata-rata Usia Harapan Hidup (UHH)
penduduk. Peningkatan rata-rata UHH tersebut mencerminkan bertambah
panjangnya masa hidup penduduk lanjut usia (BPS, 2004). BPS (2004),
menyebutkan bahwa abad 21 bagi bangsa Indonesia merupakan abad
lanjut usia (Era of Population Ageing), karena pertumbuhan penduduk
lanjut usia (Lansia) Indonesia diperkirakan lebih cepat dibandingkan
dengan negara-negara lain.
Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan
akibat proses alamiah yaitu proses menua (Aging) dengan adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling beriteraksi
(Nugroho, 2000). Permasalahan yang berkembang memiliki keterkaitan
dengan perubahan kondisi fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi
fisik pada lansia diantaranya adalah menurunnya kemampuan
muskuloskeletal kearah yang lebih buruk. Penurunan fungsi
muskuloskeletal menyebabkan terjadinya perubahan secara degeneratif
yang dirasakan dengan keluhan nyeri (Christensen, 2006), kekakuan,
hilanganya gerakan dan tanda-tanda inflamasi seperti nyeri tekan, disertai
pula dengan pembengkakan yang mengakibatkan terjadinya gangguan
imobilitas.
1
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi sistemik
kronik yang menyebabkan tulang sendi destruksi, deformitas, dan
mengakibatkan ketidakmampuan (Meiner&Luekenotte, 2006). Prevalensi
penyakit muskuloskeletal pada lansia dengan Rheumatoid Arhtritis
mengalami peningkatan mencapai 335 juta jiwa di dunia. Rheumatoid
Arhtritis telah berkembang dan menyerang 2,5 juta warga Eropa, sekitar
75 % diantaranya adalah wanita dan kemungkinan dapat mengurangi
harapan hidup mereka hampir 10 tahun (Breedveld, 2003) . Di Amerika
Serikat, Penyakit ini menempati urutan pertama dimana penduduk AS
dengan Rheumatoid Arhtritis 12.1 % yang berusia 27-75 tahun memiliki
kecacatan pada lutut, panggul, dan tangan, sedangkan di Inggris sekitar
25 % populasi yang berusia 55 tahun ke atas menderita Rheumatoid
Arhtritis pada lutut.
Di Indonesia, data epidemiologi tentang penyakit RA masih sangat
terbatas. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004,
penduduk dengan keluhan sendi sebanyak 2 %. Hasil penelitian yang
dilakukan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI), Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) Depkes, dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta
selama 2006 (Yoga, 2006) menunjukkan angka kejadian gangguan nyeri
muskuloskeletal yang mengganggu aktifitas, merupakan gangguan yang
sering dialami dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar responden.
Dari 1.645 responden laki-laki dan perempuan yang diteliti, peneliti
menjelaskan sebanyak 66,9 % di antaranya pernah mengalami nyeri
sendi. Gangguan utamanya terjadi pada populasi kelompok umur 45
tahun ke atas. Data terakhir dari Poliklinik Reumatologi RSCM Jakarta
menunjukkan, jumlah kunjungan penderita Reumatoid Artritis selama
periode Januari sampai Juni 2007 sebanyak 203 dari jumlah seluruh
kunjungan sebanyak 1.346 pasien
2
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas masyarakat Indonesia yang
kian padat dapat menimbulkan berbagai ketidakmampuan yang
diakibatkan oleh bermacam gangguan khusunya pada penderita
Rheumatologi Arthritis (Handono&Isbagyo, 2005). Tetapi seiring dengan
bertambahnya jumlah penderita RheumatologiArthritis di Indonesia, justru
kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini masih tinggi.
Banyaknya pandangan masyarakat Indonesia yang menganggap
sederhana penyakit ini karena sifatnyayang dianggap tidak menimbulkan
ancaman jiwa, padahal gejala yang ditimbulkan akibat penyakit ini justru
menjadi penghambat yang mengganggu bagi masyarakat untuk
melakukan aktivitas mereka sehari-hari.
Di samping itu pula, di masyarakat sendiri masih menganggap dan
mempercayai terhadap mitos-mitos yang menyesatkan bila dikaji dari sisi
medis dan dapat merugikan bagi masyarakat khususnya penderita
Rheumatologi Arthritis diantaranya sering mandi malam di usia muda
memicu rematik di usia tua, penyakit rematik adalah keturunan, dan sakit
pada tulang di malam hari adalah tanda gejala rematik. Asep (2008),
menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia untuk
mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit Rheumatologi Arthritis,
siapa saja yang dapat terserang Rheumatologi Arthritis, dan bagaimana
cara penanganannya yang terbaik. Untuk itu kita perlu tahu lebih banyak
mengenai penyakit Rheumatoid Arthritis dalam memberikan pelayanan
asuhan keperawatan.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka masalah yang
dibahas dalam makalah ini yaitu bagaimana konsep Rtritis rheumatoid
dan bagaimana asuhan keperawatan arthritis rheumatoid pada lansia.
3
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk meinigkatkan ilmu pengetahuan mengenai penyakit artritis
rematoid pada lansia.
2. Tujuan khsus
a. Mengetahui pengertian, epidemologi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan artritis rematoid
b. Mengetahui pelaksaanaan asuhan keperawatan pada pasien lansia
dengan kasus artritis rematoid
D. Manfaat
1. Dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa(i) mengenai penyakit
artritis rematoid
2. Dapat menjadi acuan dalam palaksanaan asuhan keperawaran pasien
lansia dengan kasus artritis rematoid
4
BAB II
TINJAUAN TEORI ARTRITIS REUMATOID
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu
penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon,
2002).
5
pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang.
B. Epidemologi
6
cepat dibanding wanita yang tidak menderita penyakit tersebut. Hasil
penelitian ini, menunjukkan bahwa Rheumatoid Arthritis adalah masalah
kesehatan masyarakat terutama para lansia (lanjut usia). Dalam riset ini,
para ahli mengamati 31 ribu wanita berusia 55 tahun hingga 69 tahun.
Pada tahun 1986 ketika penelitian dimulai, tak satupun dari mereka yang
menderita Rheumatoid Arthritis, tetapi 11 tahun kemudian (1997), 158
orang di antara mereka didiagnosa menderita Rheumatoid
C. Klasifikasi
7
f. Masa bebas gejala dari kedua sendi yang terkena tidak lebih dari tiga
bulan
a. Reumatoid Klasik
b. Reumatoid Definit
8
Kemungkinan RA terdapat 3 dari kriteria di atas. Paling sedikit satu dari
kriteria 1 sampai 5 tanda atau gejala sendi harus berlangsung terus
menerus paling sedikit 6 minggu.
D. Etiologi
9
b. Hormon Sex Faktor keseimbangan hormonal diduga ikut berperan
karena perempuan lebih banyak menderita penyakit ini.
10
Gambar 1 : Sendi normal dan sendi yang mengalami artritis
E. Patofisiologi
11
F. Manifestasi klinis
12
timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga
dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak
terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
a. Stadium Sinovitis.
13
b. Stadium Destruksi
c. Stadium Deformitas
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Cairan synovial
14
Kuning sampai putih; derajat kekeruhan menggambarkan
peningkatan jumlah sel darah putih; fibrin clot menggambarkan
kronisitas.
b. Darah tepi
15
Leukosit: normal atau meningkat (<12.000/mm3). Leukosit
menurun bila terdapat splenomegali; keadaain ini dikenal
sebagai Feltys syndrome.
c. Pemeriksaan Sero-imunologi
16
Meningkatnya kadar -gobulin menggambarkan kenaikan/
akselerasi dari katabolisme protein pada penyakit kronis.
17
H. Penatalaksanaan
18
a. Penatalaksanaan Farmakologi
19
panjang tulang menjadi keropos, tekanan darah menjadi tinggi,
kerusakan arteri pada pembuluh darah, infeksi, dan katarak.
Penghentian pemberian obat ini harus dilakukan secara bertahap dan
tidak boleh secara mendadak (Bruke&Laramie, 2000)
20
memberikanrasa pengendalian yang lebih besar (Perry&Potter, 2006).
Menggunakan terapi modalitas maupun terapi komplementer yang
digunakan pada kasus dengan Rheumatoid Arhtritis pada lansia
mencangkup :
1) Terapi Modalitas
a) Diit makanan
21
makarel akan mengurangi dan menghilangkan kekakuan pada
sendi di pagi hari dan pembengkakan. 1 gram minyak ikan yang
dikonsumsi dapat menurunkan pembengkakan dan nyeri pada
sendi.Begitu pula dengan mengkonsumsi multivitamin setiap hari
yang mempunyai sifat anti inflamasi dan anti oksidan sangat
bermanfaat bagi penderita Rheumatoid Arhtritis (Eliopoulus, 2005).
22
inflamsi bersifat akut, kompres dingin dapat di coba dalam bentuk
kantung air dingin atau kantung es (Doenges&Moorhouse, 2000).
23
menurunkan nyeri sendi, mengurangi kekauan, meningkatkan
kelenturan otot, meningkatkan daya tahan tubuh, tidur menjadi
nyenyak, dan mengurangi kecemasan. Lansiamelakukan olahraga
dengan diit secara seimbang berdasarkan penelitian Jong et al
(2000), kepada 217 lansia selama 17 minggu menemukan terjadi
perbedaan antara lansia yang melakukan olahraga dengan lansia
yang tidak berolahraga dapat menurunkan berat badan 0.5 kg
sampai dengan 1.2 kg dengan P Value= 0.02 dan dapat terhindar
dari kekauan dan nyeri pada sendi (Syamsul, 2007).
d) Sinar Inframerah
24
penyinaran tidak boleh melampaui 15 menit dengan jarak lampu
dan bagian tubuh yang disinari sekitar 1 meter. Harus diperhatikan
juga agar kulit di tempat rasa sakit tadi tidak sampai terbakar
(Syamsul, 2007).
2) Terapi Komplementer
25
c) Relaxasi Progresive. Dapat diberikan dengan pergerakan yang
dilakukan pada keseluruhan otot, trauma otot extrim secara
berurutan dengan gerakan peregangan dan pelemasan. Realaxasi
progresiv dilakukan secara berganitan. Terapi ini memilki tujuan
untuk mengurangi ketegangan pada otot khususnya otot-otot
extremitas atas, bawah, pernapasan, dan perut serta melancarkan
sistem pembuluh darah dan mengurangi kecemasan penderita
(Syamsul, 2007).
26
BAB III
A. Pengkajian
1. Biodata
Tgl. Di kaji :20 Februari 2013 Status kawin :Janda
Nama : Ny. S Pekerjaan : Tidak ada
Usia : 67 tahun Tgl masuk : Tahun 2013
Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosa medis : Rematik (Artritis
Agama : Islam
Reumatoid)
2. Keluhan utama
3. Nenek S. mengatakan bahwa kaki kanan dan kirinya sering
sakit, dan dahulu pernah bengkak dari lutut ke bawah
4. Riwayat kesehatan sekarang
a. Klien mengatakan bahwa pernah dibawa ke praktek dokter dan
sakitnya itu asam urat.
b. Dengan berobat kedokter dan juga memakai ramuan yaitu daun ubi,
pala, jahe, kemudian ditumbuk dan airnya di sapukan di kaki yang
benkak sehingga bengkaknya turun. Tapi nyerinya masih selalu
kambuh.
c. Nyeri yang dirasakan
Profokatif
Quantity / Quality : Nenek S. mengatakan kaki kanan dan kiri
terasa sakit apalagi dibawa berjalan skala : 4 6, Nenek S.
memijat-mijat kakinya dan wajahnya terlihat meringis.
Radiasi : Nenek S. mengatakan sakitnya menyebar ke paha.
Severity (Mengganggu Aktivitas) : Nenek S. mengatakan sakitnya
sangat mengganggu aktivitas karena pernah membuat klien tidak
bisa berjalan (pernah bengkak). Bila sakit ini klien tidak
mempunyai aktivitas yang rutin karena keadaan kakinya yang
tidak bisa dibawa berjalan jauh.
27
T ime (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya) : Klien
mengatakan sakitnya sejak 4 tahun terakhir ini, dan pernah
kedua kakinya bengkak sehingga membuat tidak bisa berjalan
selama 5 bulan pada tahun 2002.
5. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit Yang Pernah Dialami
6. Klien mengatakan tidak pernah rawat inap di RS karena
tidak pernah mengalami penyakit yang parah sebelumnya, paling
hanya sakit ringan yaitu demam, flu, batuk ringan.
b. Pengobatan / Tindakan Yang Dilakukan
7. Klien mengatakan paling hanya dengan obat-obat
warung dan kebetulan cocok (2 sampai 3 hari sembuh).
c. Pernah Dirawat / Dioperasi
8. Klien mengatakan tidak pernah dirawat / di operasi,
biasanya hanya menggunakan obat-obat warung.
d. Alergi
9. Klien mengatakan tidak mempunyai pantangan apapun,
tetapi sekarangpunya pantangan karena penyakitnya yang sekarang,
seperti jeroan, bayam.
e. Imunisasi
10. Klien mengatakan tidak pernah di imunisasi.
11. Riwayat kesehatan keluarga
a. Orang tua : Klien mengatakan orang tuanya tidak mempunyai
penyakit reumatik seperti klien
b. saudara kandung: Klien mengatakan saudaranya ada yang memiliki
penyakit seperti klien yaitu abang ke-2 dan kini meninggal dunia.
c. Penyakit keturunan: tidak ada
d. Anggota keluarga yang meninggal: Klien mengatakan suami, 2 orang
tua, dan 6 saudaranya telah meninggal dunia.
e. Penyebab meninggal: Klien mengatakan orang tua meniggal karena
usianya yang sudah tua, suami karena kecelakaan, dan 6
saudaranya, klien tidak mengingatnya.
12. Riwayat kesehatan psikososial
a. Bahasa yang digunakan: Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
b. Persepsi klien tentang penyakitnya
28
13. Klien menganggap penyakitnya sulit disembuhkan / tidak
mungkin sembuh dan membuat berat badannya semakin menurun.
Klien mengatakan telah berobat dimana-mana. Namun klien tetap
bersukur masih bisa berjalan walau lambat dan memakai tongkat dari
lumpuhnya.
c. Konsep diri
1) Body image
14. Klien mengatakan berat badannya makin lama makin
turun dan sekarang makin cepat lelah
2) Ideal diri
15. Klien mengharapkan dan selalu berdoa kepada Tuhan
YME agar diberikan ketabahan dalam menghadapi penyakitnya
dan kesembuhan walau tidak terlalu mengharap
3) Harga diri
16. Klien senang tinggal di panti karena tercukupi semua
kebutuhannya, dan bebas melakukan apa saja yang diinginkan.
4) Peran diri
17. Klien seorang janda yang telah ditinggal suaminya
karena meninggal kurang lebih 10 tahun lalu. Dari perkawinannya
klien tidak memiliki anak.
5) Personal identity
18. Klien merupakan anggota Panti Tresna Werdha Abdi di
wisma Teratai. Klien merupakan janda tanpa anak.
d. Keadaan emosi. Keadaan emosi klien dalam keadaan stabil.
e. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara Klien tampak
memperhatikan dan menanggapi setiap pertanyaan yang diberikan
kepadanya.
f. Hubungan dengan keluarga. Harmonis dengan keluarga yang ada
(keponakan-keponakannya) dan masuk ke panti karena keinginan
klien sendiri / tidak mau menyusahkan keluarga.
g. Hubungan dengan orang lain. Baik, klien mau bergaul dengan
sesama warga panti teruatama dengan sesama anggota satu wisma.
h. Kegemaran.Menonoton tv dan duduk,duduk di ruang tamu wisma.
i. Daya Adaptasi. Klien dapat beradaptasi dengan warga di pantai
29
walaupun warga kurang mengikuti kegiatan yang ada di pantai
seperti pengajian, gotong royang dan senam pagi karena
keterbatasan grakakibat penyakitnya.
j. Mekanisme Pertahanan diri.Klien memiliki pertahanan diri yang
efektif.
19. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
20. Klien dalam kondisi baik namun terlihat kondisi kaki lemah
sehingga perlu bantuan tongkat untuk berjalan dan berat badan ,klien
masih terlihat overweight sehingga memperberat beban kaki saat
berjalan.
b. Tanda Tanda Vital.
21. TD : 150 / 90 mmhg
22. HR : 80 kali ? menit
23. R : 24 kali /menit.
24. TB : 159 cm.
c. Pemeriksaan Head to Toe.
1) Kepala dan Rambut.
a) Kepala.
25. Bentuk: bentuk kepala Simetris
26. Kulit Kepala : tampak bersih
b) Rambut.
27. Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut sudah
banyak uban.
28. Bau : Rambut seperti bau keringat.
c) Wajah.
29. Warna kulit : hitam.
d) Mata.
30. Bentuk : Simetris terhadap wajah.
31. Ketajaman penglihatan : Kurang baik sehingga
menggunakan alat bantu penglihatan.
32. Konjungtiva : Tidak anemia.
33. Sklera : Tidak ikterus.
34. Pupil : Isokor (kanan dan kiri).
30
35. Pemakaian alat bantu : Memakai kacamata baik
membaca ataupun tidak membaca.
e) Hidung.
36. Bentuk : Simetris
37. Fungsi penciuman : Baik,dapat membedakan bau.
38. Pendarahan : Tidak megalami pendarahan.
f) Telinga.
39. Bentuk telinga : Simetris antara kanan dan kiri.
40. Lubang telinga : Terdapat serumen tapi dalam
batas normal.
41. Ketajaman pendengaran : Kurang mendengar
karena sudah tua.
g) Mulut dan Faring.
42. Keadaan bibir : Bibir klien kering
43. Keadaan gusi dan gigi : Tidak ada pendarahan
gusi dan gigi. Gigi terlihat bersih dan tidak lengkap.
44. Keadaan lidah : Tidak ada tanda pendaarahan.
2) Leher
45. Tyroid : Tidak terdapat pembesaran KGB
46. Suara : Klien mengeluarka dengan kata kata jelas.
47. Denyut nadi karotis : Teraba
48. Vena jugularis : Teraba
3) Pemeriksaan integumen.
49. Kebersihan klien : klien tampak bersih.
50. Warna : kulit hitam
51. Turgor : turgor kulit baik (kulit cepat kembali).
52. Kelembaban : kulit tampak sedang (tidak kering )
agak keriput.
4) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak.
53. Klien tidak bersedia karena merasa malu.
5) Pemeriksan Tharax / Dada.
a) Inspeksi.
54. Bentuk Thorax : Simetris antara kanan dan kiri.
55. Pernafasan : frekuensi 24 kali / menit.
31
56. Irama teratur dan tidak ada suara tambahan.
57. Tidak ada tanda kesulitan bernafas.
b) Palpasi getaran suara : terdengar dan teratur.
c) Perkusi : bunyi resonan.
d) Auskultasi : suara nafas teratur
6) Pemeriksaan Abdomen.
a) Inspeksi.
58. Bentuk Abdomen : simetris antara kanan dan kiri
59. Benjolan : tidak ada benjolan
b) Palpasi.
60. Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri
61. Benjolan : tidak ada
62. Tanda ascites : tidak ada
63. Hepar : tidak ada pembengkakan
7) Pemeriksaan Kelamin dan Sekitarnya.
64. Klien tidak bersedia melakukannya karena merasa malu.
8) Pemeriksaan Mulkusskletal / Ekstremitas.
65. Kesimetrian otot : simetris kanan dan kiri.
66. Pemeriksaan edema : tidak ada edema
67. Kekuatan otot : kekuatan otot telah berkurang, klien lebih
banyak duduk (tidak ada aktivitas rutin ), bila berjalan
menggunakan alat bantu yaitu tongkat dan berjalan lambat.
68. Klien berjalan lambat dan berhati hati karena klien
mengatakna takut jatuh , apalagi berjalan jauh.
69. Kelainan pada Ekstremitas dan kuku.
9) Pemeriksaan Neurologis
a) Tingkat kesadaran
70. GCS = 15 : E = 6, M=4, V=5
b) Status Mental
71. Kondisi Emosi / Perasaan : Dalam keadaan stabil
72. Orientasi : Klien masih dapat berorientasi dengan baik,
baik waktu, tempat dan orang
73. Proses Berfikir : Ingatan klienmasih kuat, klien masih
ingat masa lalunya
74. Perhitungan : Klien dapat berhitung agar cepat sembuh
75. Motivasi : Klien berkeinginan agar cepat sembuh
76. Persepsi : Klien menganggap / kurang yakin penyakit
dapat sembuh total
32
77. Bahasa : Klien menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa Jawa
c) Fungsi Motorik
78. Cara berjalan : Klien sulit berjalan
79. Test jari hidung : Klien dapat menyentuh hidung
80. Promosi dan supinasi test : Klinik mampu membalik-
balikkan tangan
81. Romberg test : Klien mampu berdiri walau dengan
bantuan.
d) Fungsi Sensori
82. Test tajam tumpul : klien dapat membedakan benda
tajam dan tumpul
83. Test panas dinding : Klien dapat membedakan benda
panas dan dingin
84. Membedakan dua titik : Klien dapat membedakan dua
titik
d. Pola Kebiasaan sehari-hari
1) Pola tidur dan kebiasaan
85. Waktu tidur : siang jam dan malam 6 -7 jam
86. Waktu bangun : klien bangun umumnya/seringnya jam
05.00 Wib
87. Masalah tidur : tidak ada masalah
88. Hal-hal yang mempermudah tidur: bila tidur malam akan
mudah bila tidak tidur siang
89. Hal-hal yang mempermudah tidur : bila menghidupkan
jam beker
2) Pola Eliminasi
a) BAB
90. BAB 1X sehari dan tidak ada penggunaan laktasi
91. Riwayat perdarahan, tidak ada dan saat mengkaji tidak
terjadi diare
92. Karakter feses : klien mengatakan tidak terlalu keras dan
tidak encer/sedang
b) BAK :
33
93. Pola BAK : 6 7 x/hari dan tidak terjadi inkontinensia
94. Karakter urin : kuning tidak terlalu pekat dan tidak terjadi
retensi urin
95. Tidak ada rasa nyeri / rasa terbakar/kesulitan BAK
96. Tidak ada penggunaan diuretik
97. Tidak ada riwayat penyakit ginjal
3) Pola makan dan minum
a) Gejala (subjektif)
98. Diit type : Jenis makanan yaitu makanan biasa dan
jumlah makanan perhari 3 piring dalam per hari.
99. Nyeri ulu hati tidak ada
100. Kehilangan selera makan : kadang-kadang dan lausea,
vomite (mual,muntah tidak ada
101. Alergi terhadap makanan tidak ada. Tapi semenjak
mengalami penyakir tematik klien mempunyai makanan
pantang, antara lain Jeroan, kerang-kerangan, sayur bayam
b) Tanda Obyektif
102. TB = 156 cm, bentuk tubuh : Over wight
103. Waktu pemberian makanan yaitu : pagi, siang dan sore
104. Jumlah dan jenis makanan : 1 piring sekali makan dan
jenis makanan adalah makanan biasa
105. Waktu pemberian minuman : Pengambilan air putih
terserah/sukahati, dan bila the manis atau susu 2x/hari pagi dan
sore hari
4) Kebersihan / Personal hygiene
106. Pemeliharaan tubuh / mandi 2x/hari
107. Pemeliharaan gigi/gosok gigi 2x/hari
108. Pemeliharaan kuku/pemotongan kuku kalau panjang
5) Pola Kegiatan / Aktivitas
109. Klien tidak memiliki kegiatan rutin karena penyakitnya,
paling hanya jalan-jalan sebentar dan kadang-kadang menyiram
bunga.
110. Analisa data
34
111. 112. Data 113. Etiologi 114. Masalah
No
115. 116. 119. 136. nyeri
1 D Pros
e
s
117. in
Kl fl
a
m
118. a
D si
120.
123.
Sino
vi
35
ti
s
124.
125.
Reak
si
a
nt
ib
o
d
y
a
nt
ig
e
n
126.
127.
Pros
e
s
fa
g
o
si
to
si
s
128.
129.
Pele
p
36
a
s
a
n
z
at
ki
m
ia
(l
e
u
k
ot
ri
n,
pr
o
st
a
gl
a
n
di
n)
130.
Men
g
h
a
si
lk
a
n
e
n
zi
37
m
k
ol
a
g
e
n
a
s
e
131.
akan
m
e
ni
m
b
ul
k
a
n
e
d
e
m
a/
P
e
m
b
e
n
g
k
a
k
a
38
n
132.
133.
men
e
k
a
n
uj
u
n
g
s
ar
af
n
y
er
i
134.
135.
nyeri
137. 138. 145. Proses inflamasi 162. Ganggu
146.
2 D an mobilitas
147. Sinovitis/
peradangan fisik
139. 148.
149. Pembentukan
Kl pannus (menebal)
150.
151. Meningkatkan
140.
peradangan dan
D pembentukan jaringan
parut
152.
a. Klien berjalan 153. Gangguan nutrisi
39
menggunakan alat pada kartilago (nekrosis)
154.
bantu tongkat.
155. Kerusakan
b. Klien lebih banyak
kartilago
duduk. 156.
c. Klien berjalan 157. Tendon dan
lambat. ligament melemah
158.
141. 159. Kekuatan otot
berkurang
160.
142.
161. Gangguan
mobilitas fisik
143.
144.
170.
Penu
ru
40
n
a
n
k
e
k
u
at
a
n
ot
ot
,
tu
la
n
g,
s
e
n
di
171.
172.
Resi
k
o
ti
n
g
gi
c
e
d
41
er
a.
174.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronik berhubungan dengan inflamasi, akumulasi cairan
synovial, dan peningkatan aktivitas penyakit
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang
gerak, kelemahan otot, nyeri pada pergerakan
c. Resti cedera fisik berhubungan dengan mobilitas menurun, kekuatan
otot, tulang dan sendi menurun
42
C. Rencana asuhan keperawatan
175.
200.
A. Kesimpulan
201. RA penyakit yang disebabkan oleh reaksi autoimun yang terjadi
di jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi sehingga kolagen terpecah dan terjadi edema, proliferasi membran
sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang
202. Penyebab Rheumatoid Arthritis sampai saat ini masih belum
diketahui dengan pasti. Penyebab Rheumatoid Arthritis ini masih terus
diteliti di berbagai belahan dunia, namun agen infeksi seperti virus,
bakteri, dan jamur, sering dicurigai sebagai pencetusnya
203. beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita
reumatoid artritis yaitu gejala konstitusional, Poliartritis simetris, Kekakuan
di pagi hari, Artritis erosif, Deformitas, nodula reumatoid, dan Manifestasi
ekstra-artikular.
204. Mengingat keluhan utama penderita Rheumatoid Arhtritis
adalah timbulnya rasa nyeri, inflamasi, kekakuan, maka strategi
penatalaksanaan nyeri mencangkup pendekatan farmakologi dan non
farmakologi
B. Saran
205. Kepada rekan rekan Mahasiswa(i) penulis menyarankan
untuk terus meningkatkan ilmu pengetahuan dengan membaca berbagai
referansi sebagai batu loncatan dalam meningkatkan kualitas dan mutu
pelayanan di masyarakat khususnya dalam penanganan penderita
penyakit artritis rematoid.
206. DAFTAR PUSTAKA