Oleh
Syaikh Abdul Hamid bin Abdirrahman as-Suhaibani
Adab-adab makan dan minum meliputi tiga hal; adab sebelum makan, adab ketika makan dan
adab setelah makan.
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan
kepadamu [Al-Baqarah/2: 172]
b. Meniatkan tujuan dalam makan dan minum untuk menguatkan badan, agar dapat
melakukan ibadah, sehingga dengan makan minumnya tersebut ia akan diberikan ganjaran
oleh Allah.
c. Mencuci kedua tangannya sebelum makan, jika dalam keadaan kotor atau ketika belum
yakin dengan kebersihan keduanya.[1]
d. Meletakkan hidangan makanan pada sufrah (alas yang biasa dipakai untuk meletakkan
makanan) yang digelar di atas lantai, tidak diletakkan di atas meja makan, karena hal tersebut
lebih mendekatkan pada sikap tawadhu. Hal ini sebagaimana hadits dari Anas Radhiyallahu
anhu, dia berkata:
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah makan di atas meja makan dan tidak
pula di atas sukurrujah [2]. [HR. Al-Bukhari no. 5415]
e. Hendaknya duduk dengan tawadhu, yaitu duduk di atas kedua lututnya atau duduk di atas
punggung kedua kaki atau berposisi dengan kaki kanan ditegakkan dan duduk di atas kaki
kiri. Hal ini sebagaimana posisi duduk Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang didasari
dengan sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam:
Aku tidak pernah makan sambil bersandar, aku hanyalah seorang hamba, aku makan
sebagaimana layaknya seorang hamba dan aku pun duduk sebagaimana layaknya seorang
hamba. [HR. Al-Bukhari no. 5399]
f. Hendaknya merasa ridha dengan makanan apa saja yang telah terhidangkan dan tidak
mencela-nya. Apabila berselera menyantapnya, jika tidak suka meninggalkannya. Hal ini
sebagaimana hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu :
.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan, apabila beliau
Shallallahu alaihi wa sallam berselera, (menyukai makanan yang telah dihidangkan) beliau
memakannya, sedangkan kalau tidak suka (tidak berselera), maka beliau
meninggalkannya.[3]
g. Hendaknya makan bersama-sama dengan orang lain, baik tamu, keluarga, kerabat, anak-
anak atau pembantu. Sebagaimana hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:
: .
Apabila salah seorang di antara kalian hendak makan, maka ucapkanlah: Bismillaah, dan
jika ia lupa untuk mengucapkan bismillaah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan:
Bismillaah awwaalahu wa aakhirahu (dengan menyebut Nama Allah di awal dan
akhirnya).[4]
b. Hendaknya mengakhiri makan dengan pujian kepada Allah, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam:
: .
Wahai anak muda, sebutlah Nama Allah (bismillaah), makanlah dengan tangan kananmu dan
makanlah dari apa-apa yang dekat denganmu.[7]
.
Keberkahan itu turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari pinggir-piring dan
janganlah memulai dari bagian tengahnya.[8]
Apabila salah seorang di antara kalian telah selesai makan, maka janganlah ia mengusap
tangannya hingga ia menjilatinya atau minta dijilatkan (kepada isterinya, anaknya).[9]
e. Apabila ada sesuatu dari makanan kita terjatuh, maka hendaknya dibersihkan bagian yang
kotornya kemudian memakannya. Berdasarkan hadits:
Apabila ada sesuap makanan dari salah seorang di antara kalian terjatuh, maka hendaklah
dia membersihkan bagiannya yang kotor, kemudian memakannya dan jangan
meninggalkannya untuk syaitan.[10]
d. Hendaknya tidak meniup pada makanan yang masih panas dan tidak memakannya hingga
menjadi lebih dingin. Tidak boleh juga, untuk meniup pada minuman yang masih panas,
apabila hendak bernafas maka lakukanlah di luar gelas sebanyak tiga kali sebagaimana hadits
Anas bin Malik.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam jika minum, beliau bernafas (meneguknya) tiga kali
(bernafas di luar gelas).[11]
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melarang untuk meniup (dalam gelas) ketika
minum.[12]
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah melarang untuk menghirup udara di dalam gelas
(ketika minum) dan meniup di dalamnya.[13]
.
Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya
memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan
tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan,
sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk nafasnya.[14]
f. Hendaknya memulai makan dan minum dalam suatu jamuan makan dengan mendahulukan
(mempersilahkan mengambil makanan terlebih dahulu) orang-orang yang lebih tua umurnya
atau yang lebih memiliki derajat keutamaan. Hal tersebut merupakan bagian dari adab yang
terpuji. Apabila tidak menerapkan adab tersebut, maka berarti mencerminkan sifat serakah
yang tercela.
g. Hendaknya tidak memandang kepada temannya ketika makan, dan tidak terkesan
mengawasinya karena itu akan membuatnya merasa malu dan canggung. Namun sebaiknya
menundukkan pandangan dari orang-orang yang sedang makan di sekitarnya dan tidak
melihat ke arah mereka karena hal itu menyinggung perasaannya atau mengganggunya.
i. Jika makan bersama orang-orang miskin, maka hendaknya mendahulukan orang miskin
tersebut. Jika makan bersama-sama teman-teman, diperbolehkan untuk bercanda, senda
gurau, berbagi kegembiraan, suka cita dalam batas-batas yang diperbolehkan. Jika makan
bersama orang yang mempunyai kedudukan, maka hendaknya ia berlaku santun dan hormat
kepada mereka.
c. Memungut makanan yang jatuh ketika saat makan, sebagai bagian dari kesungguhannya
dalam menerapkan adab makan dan hal itu termasuk cerminan rasa syukurnya atas limpahan
nikmat yang ada.
d. Membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di sela-sela giginya, dan berkumur untuk
membersihkan mulutnya, karena dengan mulutnya itulah ia berdzikir kepada Allah Azza wa
Jalla dan berbicara dengan teman-temannya.
e. Hendaknya memuji Allah Azza wa Jalla setelah selesai makan dan minum. Dan apabila
meminum susu, maka ucapkanlah doa setelah meminumnya, yaitu:
.
Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada kami pada apa-apa yang telah Engkau rizkikan
kepada kami dan tambahkanlah (rizki) kepada kami darinya.[15]
Telah berbuka di rumahmu orang-orang yang berpuasa, telah makan makananmu orang-
orang baik dan semoga para Malaikat bershalawat (berdoa) untukmu.[16]
[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis Abdul Hamid bin Abdirrahman as-
Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki
Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H Maret
2006M]
________
Footnote
[1]. Dalilnya sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:
Apabila Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam hendak tidur sedangkan beliau dalam
keadaan junub, maka beliau berwudhu terlebih dahulu dan apabila hendak makan, maka
beliau mencuci kedua tangannya terlebih dahulu. [HR. An-Nasa-i I/50, Ahmad VI/118-119.
Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 390, shahih]
Sumber: https://almanhaj.or.id/4005-adab-adab-makan-dan-minum.html
Secara bahasa, adab berarti kehalusan dan kebaikan budi pekerti. Kesopanan tidak hanya
diterapkan dalam pergaulan saja. Makan dan minum juga memerlukan aturan dan kesopanan.
Islam telah mengatur tata cara makan dan minum sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah
SAW. Makan dan minum yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah aturan yang harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Makan dan minum yang baik harus diawali dan
diakhiri dengan bacaan doa. (Baca Meneladani Perjuangan Nabi Muhammad SAW dan
Para Sahabat di Mekkah)
Makanan dan Minuman yang masuk dalam tubuh kita haruslah makanan dan minuman yang
halal dan baik, yaitu makanan yang bermanfaat bagi tubuh kita. Makanan dan minuman yang
halal dan baik akan berdampak baik pula bagi pikiran dan aktivitas manusia sehari-hari.
Makanan yang baik akan bermanfaat bagi tubuh dan dapat menghasilkan pikiran yang baik
pula. Begitu pula sebaliknya, makanan yang haram akan berdampak negatif bagi tubuh dan
pikiran. Allah SWT memberi kebebasan bagi manusia untuk menikmati segala makanan dan
minuman yang baik yang ada di muka bumi ini, selama tidak ada batasan yang melarangnya.
Firman Allah SWT : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa
yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas". (Ali-Imran : 147)
Rasulullah SAW telah mencontohkan kepada umatnya bagaimana Adab Makan dan Minum
yang benar :
Membaca doa, salah satu doa yang dibaca sebelum makan dan minum adalah : Ya
Allah, jadikanlah rezeki yang telah Engkau limpahkan kepada kami rezeki yang
berkah, serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka.
Makan secukupnya jangan berlebihan, makan berlebihan disebut israf, dan israf itu
dilarang oleh agama Islam maka ambillah secukupnya saja sesuai dengan kebutuhan.
Firman Allah SWT : Makan dan minumlah, tapi janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Sabda
Nabi Muhammad SAW : Tidaklah anak cucu Adam mengisi wadah yang lebih buruk
dari perutnya. Sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan
tulang rusuknya. Kalau dia harus mengisinya, maka sepertiga untuk makanan,
sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas. (HR. Turmudzi, Ibnu
Majah, dan Muslim)
Mengambil makanan atau hidangan yang dekat dan tidak meraih makanan di tempat
yang jauh, sebagai pertanda qanaah
Apabila makan bersama, dilarang mengambil lagi makanan, kecuali bila sudah
mendapat izin
Mulailah untuk mengambil makanan dari pinggir dan dilarang dari tengah
Setelah makan dan minum hendaknya membaca doa : Segala puji bagi Allah yang
telah member makan dan minum dan telah menjadikan kami sebagai orang Muslim.
Semoga kita selalu dalam Ajaran Islam yang lurus dan selalu mengikuti Sunah-Sunah Nabi
SAW. Amin !
http://sajadahmuslimku.blogspot.co.id/2014/04/adab-makan-dan-minum-dalam-
islam.html
Adab/Tata Cara Makan dan Minum Menurut Islam :1
March 11, 2013haningabi fiqih ibadah, islam 2 Comments
Sebenarnya Islam telah datang sebagai agama yang sempurna, yang tidak saja mengatur tata
cara beribadah kepada Allah (hubungan dengan Sang Pencipta), namun juga mengatur
hubungan dengan sesama, makhluk hidup lain, lingkungan, maupun hubungan terhadap diri
sendiri.
Salah satu aturan dalam Islam yang berkenaan dengan hubungan terhadap diri sendiri adalah
adab/aturan cara makan dan minum.
Islam tidak menganggap persoalan makan dan minum hanya sekedar persoalan dunia, tetapi
juga ada kaitannya dengan ibadah.
Hal ini tergantung pada niat dan motivasi manusia itu sendiri terhadap apa yang
dilakukannya.
Rasulullah SAW adalah suri tauladan umat dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam hal
kesehatan, ajaran-ajaran beliau sudah banyak dibuktikan oleh penelitian-penelitian modern
akan kebenaran manfaatnya yang besar.
Salah satu ajaran beliau adalah adab-adab makan yang membawa kesehatan dan keberkahan
sepanjang zaman.
Agar kita tetap bisa menjaga akhlak dengan meneladani Rasul dalam urusan makan dan
minum sekaligus mendapatkan pahalanya, berikut diuraikan tata cara dan budaya yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW, yaitu sebagai berikut:
Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang tertidur sedang di kedua tangannya
terdapat bekas gajih/lemak (karena tidak dicuci) dan ketika bangun pagi ia menderita suatu
penyakit, maka hendaklah dia tidak menyalahkan kecuali dirinya sendiri.
Abu Hurairah ra. berkata : Rasulullah SAW tidak pernah sedikit pun mencela makanan.
Bila beliau berselera, beliau memakannya. Dan jika beliau tidak menyukainya, maka beliau
meninggalkannya. (HR. Bukhari Muslim)
Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah berkata kepada keluarganya (istrinya) tentang
lauk pauk. Mereka menjawab : Kami hanya punya cuka. Lalu beliau memintanya dan
makan dengannya, seraya bersabda : Sebaik-baik lauk pauk ialah cuka (al-khall), sebaik-
baik lauk pauk adalah (yang mengandung) cuka. (HR. Muslim)
Penelitian Dr. Masaru Emoto dari Jepang dalam bukunya The True Power of Water
menemukan bahwa unsur air ternyata hidup. Air mampu merespon stimulus dari manusia
berupa lisan maupun tulisan.
Ketika diucapkan kalimat yang baik atau ditempelkan tulisan dengan kalimat positif, maka
air tersebut akan membentuk struktur kristal yang indah dan bisa memiliki daya sembuh
untuk berbagai penyakit.
Sebaliknya, jika diucapkan maupun ditempelkan kalimat umpatan, celaan atau kalimat
negatif lainnya, maka air tersebut akan membentuk struktur kristal yang jelek dan bisa
berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
yaitu dengan makan diharapkan kebutuhan biologis akan makanan terpenuhi, yang nantinya
akan diolah oleh tubuh menjadi energi, dan dengan energi tubuh yang dihasilkan dari
makanan dan minuman tersebut kita gunakan untuk beribadah kepada Allah SWT.
Dengan niat ibadah itu berarti kita bisa mengurangi semangat nafsu kebinatangan dan
membawa pada sikap totalitas kerelaan terhadap rezeki yang diberikan Allah kepada kita
(qanaah). Hal ini sesuai dengan hadist Nabi saw.
Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu bergantung pada niatnya, dan bagi setip orang
adalah apa yang diniatkannya. (HR. Bukhori).
Memulainya dengan membaca basmalah serta doa. Hal ini merupakan manifestasi ibadah
dalam bentuk yang paling minimal.
Sebab bila tidak menyebut nama Allah, setan niscaya akan turut makan bersamanya, dan
dengan demikian hilanglah nilai ibadahnya.
Lantas apa bedanya dengan orang kafir? Dalam sebuah hadis Nabi disebutkan:
Dan dari Jabir berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Apabila
seseorang masuk dalam rumahnya dengan mengucapkan bismillah ketika masuk dan
ketika hendak makan, maka setan berkata kepada temannya: tiada tempat tinggal dan tiada
bagian makanan bagimu disini. Sedangkan bila orang itu masuk tanpa menyebut nama
Allah, maka setan akan berkata:Kamu dapat bermalamdi rumah ini. Kemudian jika waktu
makan tidak menyebut nama Allah, setanpun berkata: kamu dapat bermalam dan makan
disini. (HR.Muslim).
Rasulullah SAW bersabda : Jika seseorang di antara kamu hendak makan, maka sebutlah
nama Allah SWT. Dan jika ia lupa menyebut nama-Nya pada awalnya, maka bacalah,
Bismillahi awwalahu wa akhirahu (Dengan menyebut nama Allah SWT pada awalnya dan
pada akhirnya).(HR. Abu Dawud)
Rasulullah SAW juga bersabda : Sesungguhnya Allah SWT meridhai seorang hamba yang
ketika makan suatu makanan lalu dia mengucapkan Alhamdulillah. Dan apabila dia minum
suatu minuman maka dia pun mengucapkan Alhamdulillah. (HR. Muslim, Ahmad dan
Tirmidzi)
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, Janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena syaitan itu juga makan
dengan tangan kiri. (HR Muslim no. 2019)
Dari Umar radhiyallahu anhu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika
salah seorang diantara kalian hendak makan maka hendaknya makan dengan menggunakan
tangan kanan, dan apabila hendak minum maka hendaknya minum juga dengan tangan
kanan. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kiri dan juga minum dengan
menggunakan tangan kirinya. (HR Muslim no. 2020)
Imam Ibnul Jauzi mengatakan, karena tangan kiri digunakan untuk cebok dan memegang
hal-hal yang najis dan tangan kanan untuk makan, maka tidak sepantasnya salah satu
tangan tersebut digunakan untuk melakukan pekerjaan tangan yang lain. (Kasyful Musykil,
hal 2/594).
Umar bin Abi Salamah ra. bercerita : Saat aku belia, aku pernah berada di kamar
Rasulullah SAW dan kedua tanganku seringkali mengacak-acak piring-piring. Rasulullah
SAW bersabda kepadaku, Nak, bacalah Bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan
makanlah dari makanan baik yang terdekat. (HR. Bukhari)
Dalam hadis lain juga dikatakan, Sesungguhnya termasuk pemborosan (perbuatan yang
berlebihan dan dimurkai Allah) bila kamu makan apa saja yang kamu (bernafsu) ingin
memakannya. (HR. Ibnu Majah)
Dari Ibnu Abas RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: Janganlah kalian minum dengan
sekali tegukan seperti minumnya unta, tetapi minumlah dengan dua atau tiga kali tegukan.
Ucapkanlah bismillah jika kalian minum dan alhamdulillah jika kalian selesai minum.
(HR. Turmidzi).
Dalam hadis lain disebutkan: Dari Abi Qatadah RA, sesungguhnya Nabi SAW telah
melarang bernafas dalam air minumannya .(HR.Muttafaqun ALaihi)
Dari Mikdam bin Madikarib ra. menyatakan pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
Tiada memenuhi anak Adam suatu tempat yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah
untuk anak Adam itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak
ada cara lain, maka sepertiga (dari perutnya) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk
minuman dan sepertiganya lagi untuk bernafas. (HR. Tirmidzi dan Hakim)
sehingga bisa dihabiskan tanpa sisa. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.Artinya :
Dari Jabir katanya, Rosululloh saw. menyuruh membersihkan sisa makanan yang di samping
piring maupun yang di jari, seraya bersabda : Sesungguhnya kalian tidak mengetahui
dibagian manakah makananmu yang mengandung berkah. (HR. Muslim).
Hal ini seiring dengan hadis Nabi: Dari Qatadah, dari Anas dari Rasulullah SAW, bahwa
sesungguhnya Nabi SAW telah melarang orang minum sambil berdiri. Lalu Qatadah
bertanya kepada Anas: Kalau makan bagaimana? Ia pun menjawab: Hal itu (makan
dengan cara berdiri) lebih busuk dan jahat. (HR. Ahmad, Muslim dan Turmidzi)
https://faidaannaila.wordpress.com/2013/03/11/adabtata-cara-makan-dan-
minum-menurut-islam-1/
Beberapa waktu lalu saya tertarik untuk mengikuti seminar tentang adab
makan rasullullah yang ditinjau dari segi kesehatan, yang lebih bikin saya
tertarik lagi adalah seminar ini dsampaikan oleh seorang ahli gizi yang
juga dosen tamu favorit di kampus saya, yaitu Ibu Rita Ramayulis, DCN,
M.Kes. Berikut ini adalah rangkuman isi seminarnya, semoga bermanfaat.
Adab 1
Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya,
cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat
menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak
mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan,
sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk bernafasnya. (HR. Ahad,
Ibnu Majah)
Fakta Ilmiahnya
- Bila di analisis dari sisi kesehatan makan terlalu banyak dapat
memberatkan kerja lambung, hati, usus besar dan ginjal, maka terjadi
penurunan fungsi organ, dan pada akhirnya proses metabolisme
terganggu.
- Makan dengan porsi besar membuat pH tubuh menjadi asam dan bila
tubuh tidak bisa mengatasi keadaan asam yang terlalu lama, maka akan
terjadi penumpukan karbondioksida sehingga kadar oksigen menurun
yang dapat berakibat sulitnya bernafas / sel-sel tubuh akan rusak
Adab 2
Sesungguhnya aku tidak makan bersandar
Fakta ilmiahnya :
- Karena pada saat duduk dengan posisi tegak syaraf pencernaan berada
dalam keadaan tenang, tidak tegang dan tidak relaksasi sehingga apa
yang dimakan dan diminum akan berjalan pada dinding usu dengan
lembut dan perlahan sehingga tercipta keseimbangan organ pencernaan.
Adab 3
Sungguh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam makan dengan
menggunakan tiga jari. (HR. Muslim, HR. Daud)
Fakta Ilmiahnya :
- Dengan menggunakan tiga jari (jempol, telunjuk, dan jari tengah),
makanan yang masuk ke mulut lebih sedikit, enzim ptyalin yang
diproduksi kelenjar saliva mencerna makanan dengan maksimal sehingga
makanan menjadi lembut dan mudah dicerna
Adab 4
Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah melarang untuk menghirup udara
di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya. (HR. At Tirmidzi)
Fakta Ilmiahnya :
- Ikatan kimia air adalah H2O, tiupan nafas adalah CO2, maka H2O + CO2
menjadi H2CO3, yang merupakan senyawa berbahaya bagi tubuh.
Adab 5
Janganlah kalian minum dengan sekali teguk seperti minumnya unta,
tetapi minumlah dua atau tiga kali teguk. Dan bacalah Basmalah jika
kalian minum, serta bacalah Hamdalah jika kalian selesai minum.
Fakta Ilmiahnya :
- Minum 1 gelas dalam sekali teguk membuat hawa panas yang ada di
lambung naik ke atas melawati esophagus dan faring tidak dapat
dikeluarkan maksimal karena bertemu dengan air minum berikutnya
sehingga terjadi benturan uap panas dengan air minum yang dapat
menyebabakan gangguan tenggorokan.
http://empires-islam.blogspot.co.id/2012/05/fakta-ilmiah-dibalik-adab-
makan.html
Lupa akun?
Daftar
Dalam tubuh kita terdapat apa yangdisebut dengan Sfinger, yaitu suatustruktur
makuler (berotot) yang bisa membuka dan menutup. Dalam
kenyataannya,sfinger ini hanya terbuka pada waktu kita dalam posisi duduk.
Dengan minum airdalam posisi demikian, air akan tersaring oleh sfinger dan
menjadi steril.
Jika kita minum sambil berdiri, air tidak akantersaring oleh sfinger dan langsung
masuk ke kandung kemih. Proses yangdemikian bisa menyebabkan penyakit
kristal ginjal.
Masya Allaah..
Dalam sunnah Rasulullah selalu ada mukjizat dan manfaat bagi manusia
dandijamin tidak ada yang merugikan.
Air putih yang kita minumsaat duduk akan disaring oleh sfringer. Sfringer adalah
suatu struktur maskuler(berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa
lewat) dan menutup. Setiapair yang kita minum akan disalurkan pada pos-pos
penyaringan yang berada diginjal.
Sebaliknya, jika kita minum air putih dengan cara berdiri, makaair yang kita
minum itu masuk tanpa disaring lagi. Air itu bisa langsung menujukandung
kemih. Ketika langsung menuju kandung kemih, maka terjadi pengendapandi
saluran ureter.
Apabila minum sambil berdiri ini tidak kita hindari akan makaberiap-siaplah
menerima efek buruk lain pada organ ginjal anda, kita tahu salahsatu fungsinya
yakni menyaring racun ke dalam tubuh.
Lantas bagaimana cara mengatasinya agar kita terhindar dari hal tersebut?
Nah berperilaku tidak baik seperti makan minum menggunakan tangankiri yang
di lakukan sambil berdiri akan berdampak buruk pada kesehatan begitujuga
Meniup Makanan Disaat Masih Panas.
Dari fakta diatas terbukti minum sambil berdiri sangat tidak baik
terhadapkesehatan ginjal bahkan apabila perilaku ini diabaikan bukan tidak
mungkin akanberakibat fatal terhadap organ tubuh tersebut.
Jadi jika keduanya dihubungkan antara aturan dan larangan yang bersumber
dariajaran Islam dengan hasil ilmial para peneliti medis ternyata sangatlah
jelasrelevansinya.
Yang pasti perilaku buruk yang berakar dari kebodohan dankebiasaan yang kita
anggap benar ternyata akan membawa dampak yang sangatserius bagi
keberlangsungan kesehatan kita sendiri.
Sumber : http://carboonj.blogspot.com/2012/03/bahaya-minum-sambil-
berdiri.html#ixzz2D9jHcRRP
Minum air sambil berdiri itu tidak baik bagi segi kesehatan. Tapi minum airsambil
duduk lebih baik karena air yang masuk dengan cara duduk akan disaringoleh
sfringer. Sfringer adalah suatu struktur maskuler (berotot) yang bisamembuka
(sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup. Setiap air yang kita minumakan
disalurkan pada pos-pos penyaringan yang berada di ginjal.Nah jika kita minum
berdiri. Air yang kita minum tanpa disaring lagi. Langsungmenuju kandung
kemih. Ketika langsung menuju kandung kemih, maka terjadipengendapan di
saluran ureter. Karena banyak limbah-limbah yang menyisa diureter. Inilah yang
bisa menyebabkan penyakitkristal ginjal, salah satu penyakitginjalyang
berbahaya.
Makanan dan minuman yang disantap pada saat berdiri, bisa berdampak
padaRefleksi saraf yang dilakukan oleh reaksi saraf kelana (saraf otak
kesepuluh)yang banyak tersebar pada lapisan endotel yang mengelilingi usus.
Refleksi iniapabila terjadi secara keras dan tiba-tiba, bisa menyebabkan tidak
berfungsinyasaraf (vagal inhibition) yang parah, untuk menghantarkan detak
mematikan bagi jantung,sehingga menyebabkan pingsan atau mati mendadak.
Begitu pula makan dan minum berdiri secara terus-menerus
terbilangmembahayakan dinding usus dan memungkinkan terjadinya luka pada
lambung. Paradokter melihat bahwa luka pada lambung 95% terjadi pada
tempat-tempat yang biasaberbenturan dengan makanan atau minuman yang
masuk.
Sebagaimana kondisi keseimbangan pada saat berdiri disertai pengerutan
ototpada tenggorokkan yang menghalangi jalannya makanan ke usus secara
mudah, danterkadang menyebabkan rasa sakit yang sangat yang mengganggu
fungsi pencernaan,dan seseorang bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan
minum.
Dibalik ini tentu masih banyak fadillah dan renungan yang
terkandungdidalamnya, tapi yang pasti sungguh mulia akhlak yang beliau
ajarkan kepadakita umatnya, oleh karena itu janganlah kita ragu untuk
mencontoh setiapteladan yang telah beliau tunjukkan kepada kita semua, jika
kita ingin menjadigolongan umat beliau dan hidup sehat.
M Anas Raizaen Ba
Semua Catatan
Sisipkan Kiriman
https://www.facebook.com/notes/m-anas-raizaen-ba/alasan-apa-mengapa-
rasulullah-melarang-minum-sambil-berdiri/654710614543773/
ADAB MAKAN DAN MINUM SEORANG MUSLIM DITINJAU
DARI SEGI KESEHATAN (1)
Posted By: IT 0 Comment
Islam mengatur adab dalam berbagai hal, salah satunya saat makan dan minum. Berikut ini
adalah beberapa adab makan yang sesuai dengan tuntunan Islam yang sejalan dalam
memelihara kesehatan.
Di antara sunnah Nabi adalah mengucapkan bismillah sebelum makan dan minum dan
mengakhirinya dengan memuji Allah.
Menyebut nama Allah sebelum makan akan mencegah setan dari ikut berpartisipasi
menikmati makanan tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya syaitan turut menikmati makanan yang tidak disebut nama Allah padanya.
Syaitan datang bersama anak gadis tersebut dengan maksud supaya bisa turut menikmati
makanan yang ada karena gadis tersebut belum menyebut nama Allah sebelum makan. Oleh
karena itu aku memegang tangan anak tersebut. Syaitan pun lantas datang bersama anak
Badui tersebut supaya bisa turut menikmati makanan. Oleh karena itu, ku pegang tangan
Arab Badui itu. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya sesungguhnya tangan syaitan itu
berada di tanganku bersama tangan anak gadis tersebut. (HR Muslim no. 2017).
Apabila kita baru teringat kalau belum mengucapkan bismillah sesudah kita memulai makan,
maka hendaknya kita mengucapkan bacaan yang Nabi ajarkan sebagaimana dalam hadits
berikut ini, dari Aisyah radhiyallahu anhu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, Jika salah satu kalian hendak makan, maka hendaklah menyebut nama Allah.
Jika dia lupa untuk menyebut nama Allah di awal makan, maka hendaklah mengucapkan
bismillahi awalahu wa akhirahu. (HR Abu Dawud no. 3767 dan dishahihkan oleh al-
Albani).
Apabila kita selesai makan dan minum lalu kita memuji nama Allah maka ternyata amal yang
nampaknya sepele ini menjadi sebab kita mendapatkan ridha Allah. Dari Anas bin Malik,
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah
ridha terhadap seorang hamba yang menikmati makanan lalu memuji Allah sesudahnya atau
meneguk minuman lalu memuji Allah sesudahnya. (HR Muslim no. 2734).
2. Makan dan minum menggunakan tangan kanan dan tidak menggunakan tangan kiri
Dari Jabir bin Aabdillah radhiyallahu anhu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena syaitan itu juga makan
dengan tangan kiri. (HR Muslim no. 2019) dari Umar radhiyallahu anhu Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika salah seorang diantara kalian hendak makan
maka hendaknya makan dengan menggunakan tangan kanan, dan apabila hendak minum
maka hendaknya minum juga dengan tangan kanan. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan
tangan kiri dan juga minum dengan menggunakan tangan kirinya. (HR Muslim no. 2020).
Imam Ibnul Jauzi mengatakan, meskipun demikian jika memang terdapat alasan yang bisa
dibenarkan yang menyebabkan seseorang tidak bisa menikmati makanan dengan tangan
kanannya karena suatu penyakit atau sebab lain, maka diperbolehkan makan dengan
menggunakan tangan kiri. Dalilnya firman Allah, Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. al-Baqarah: 286).
Lakukanlah percobaan sederhana ini; siapkan dua mangkuk nasi, yang satu diaduk memakai
tangan dan yang satunya diaduk memakai sendok. Lalu diamkan selama beberapa jam. Lihat
hasilnya.
Ternyata, nasi yang diaduk memakai tangan, sudah basi terlebih dulu. Sedangkan nasi yang
diaduk pakai sendok, tahan tidak basi hingga lebih 24 jam. Hal ini, karena di sela-sela jari
tangan terdapat enzim pengurai, yang memudahkan alat pencerna dalam lambung manusia.
Bagaimanapun, salah satu penelitian yang dilakukan oleh Dr Charles Gerba dari University
of Arizona , mengatakan bahwa kita tidak mungkin menghalangi kuman dan bakteri masuk
ke dalam lingkungan kita. Namun kita bisa memerangi kuman dengan cara mencuci tangan
setiap sebelum dan selesai beraktivitas. Cairan pembersih masih dianjurkan karena fungsinya
adalah menghancurkan membran sel bakteri sehingga aktivitasnya nyaris terhenti. Lagipula,
tubuh sudah memiliki sistem kekebalan sendiri yang bisa dioptimalkan dengan berbagai cara.
Banyak orang beralasan makan menggunakan sendok sebagai alasan lebih higienis
dibandingkan makan dengan tangan. Padahal belum tentu benar. Menurut penelitian, sendok
dan tangan memungkinkan terjadinya kontaminasi dengan bakteri. Sendok bisa lebih bersih
dari tangan jika sendok memang dikondisikan pada suatu tempat yang higienis. Paling tidak,
kelembapan udara di ruangan selama sendok itu didiamkan tidaklah tinggi sebab uap air
adalah medium bakteri berpindah tempat. Namun apakah sendok sendok di rumah kita
mendapat penjagaan ketat seperti itu?
Bagaimana dengan tangan ? Tangan sering terkontaminasi dengan bakteri akibat aktifitas
tubuh kita. Sehingga jika kondisi tangan sebelum dicuci, jelas persentasi bakteri dalam tangan
akan lebih besar dibandingkan pada sendok yang baru saja dicuci. Maka kita perlu mencuci
tangan kita. Ini tidak membunuh bakteri namun menghapus bakteri. Kondisinya sama seperti
kita menghapus minyak pada tangan kita dengan sabun.
Pada kondisi yang sama sama telah dicuci baik sendok maupun tangan, tangan memiliki
kebersihan yang lebih terjamin. Karena tangan mengandung enzim RNAase yang
disekresikan oleh tangan kita. Enzim ini berfungsi untuk kekebalan tubuh kita dan proteksi
terhadap bakteri. Enzim ini selalu disekresikan. Ketika tangan kamu kotor, enzim ini sedang
mengikat bakteri sehingga aktifitas bakteri itu tidak dapat maksimal. Namun jika sangat kotor
maka persentase bakteri akan jauh lebih besar sehingga bakteri akan menaklukan pengaruh
dari RNAase. Saat tangan kamu dicuci, bakteri terkikis sehingga persentase enzim menjadi
lebih banyak. Saat kamu makan, enzim ini terus mengikat bakteri dan masuk ke dalam tubuh
kamu. Enzim tersebut membunuh bakteri selama proses pencernaan.
Bagaimana dengan sendok? ketika sendok dicuci, tidak semua bakteri terkikis. Termasuk
masih menempelnya bakteri yang membahayakan tubuh sebab bakteri tidak sepenuhnya
merugikan. Ketika makan dengan sendok, bakteri yang membahayakan tersebut akan masuk
ke dalam tubuh tanpa adanya perlawanan dari enzim RNAase.
Lalu bagaimana dengan pemakaian cairan pembersih? Tidak apa apa, sebab sistem kerjanya
adalah merusak lapisan membran terluar pada bakteri sehingga bakteri akan lebih non aktif.
Maha Besar Allah dengan segala ilmuNya. Makan dengan menggunakan tangan adalah
sunnah. Karena memang memakai tangan itu lebih safety dibandingkan memakai sendok.
Bahkan nabi mengemut kelima jarinya satu persatu setelah makan.
Umar bin Abi Salamah meriwayatkan, Suatu hari aku makan bersama Nabi shallallahu
alaihi wa sallam, dan aku mengambil daging yang berada di pinggir nampan, lantas Nabi
bersabda, Makanlah makanan yang berada di dekatmu. (HR. Muslim, no. 2022)
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berkata kepada Umar bin Abi Salamah: Wahai
anak! Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah yang ada
disekitarmu (didekatmu). (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Diriwayatkan dari Ibn Abbas radhiyallahu anhu, bahwa Nabi bersabda, Jika kalian makan,
maka janganlah makan dari bagian tengah piring, akan tetapi hendaknya makan dari
pinggir piring. Karena keberkahan makanan itu turun dibagian tengah makanan. (HR Abu
Dawud no. 3772, Ahmad, 2435, Ibnu Majah, 3277 dan Tirmidzi, 1805. Imam Tirmidzi
mengatakan, Hadits ini hasan shahih.)
Tentang cuci tangan, ajaran Islam juga mewajibkan membasuh tangan saat berwudhu, yang
dilakukan minimal 5 kali dalam sehari sebelum shalat. Selain itu, ada pula hadist yang
menjelaskan mengenai perilaku mencuci tangan ini: Idzastaiqodzo ahadukum min naumihi
falyaghsil yadahu. Potongan hadist ini berarti, Apabila salah satu darimu bangun tidur maka
hendaknya dia mencuci tangannya. (HR. Muslim).
Hadist ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan diri
terutama tangan. Baru bangun tidur saja dianjurkan mencuci tangan, apalagi jika sehabis
melakukan kegiatan yang memungkinkan tangan kita tercemar berbagai kuman penyakit
seperti: sehabis BAB, bekerja di sawah, di kebun, di pasar, di rumah dan lain lain.
Tangan kita perlu dicuci dengan benar yaitu menggunakan air bersih yang mengalir dan
sabun, terutama sebelum makan atau memegang makanan, membuat atau menyiapkan
makanan, menyuapi bayi dan lain lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktek cuci
tangan pakai sabun (CTPS) dapat mencegah infeksi kulit dan mata, serta menurunkan hampir
separuh kasus diare dan sekitar seperempat kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas).
Masih banyak lagi contoh-contoh ajaran Islam yang tertera di Alquran dan Hadits yang
sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan. Surat Al Baqarah Ayat 222 misalnya,
menjelaskan mengenai orang-orang yang mau bertaubat dan yang menjaga kebersihan sangat
dimuliakan oleh Allah, karena Allah akan mencintainya. Dan orang orang yang memelihara
kebersihan ini dijanjikan surga oleh Allah, seperti diterangkan dalam salah satu hadits riwayat
Thabraani, Sesungguhnya Allah membangun Islam di atas kebersihan. Dan tidak akan
masuk surga kecuali orang-orang yang memelihara kebersihan.
Mengenai cuci tangan sesudah makan, Abu Hurairah radhiyallahu anhu meriwayatkan,
bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barang siapa yang tidur dalam
keadaan tangannya masih bau daging kambing dan belum dicuci, lalu terjadi sesuatu, maka
janganlah dia menyalahkan kecuali dirinya sendiri. (HR. Ahmad, no. 7515, Abu Dawud,
3852 dan lain-lain, hadits ini dishahihkan oleh al-Albani).
Abu Juhaifah mengatakan, bahwa dia berada di dekat Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam, kemudian Rasulullah berkata kepada seseorang yang berada di dekat beliau, Aku
tidak makan dalam keadaan bersandar. (HR Bukhari).
Duduk sambil bersandar dalam hadits tersebut adalah segala bentuk duduk yang bisa disebut
duduk sambil bersandar, dan tidak terbatas dengan duduk tertentu. Makan sambil bersandar
dimakruhkan dikarenakan hal tersebut merupakan duduknya orang yang hendak makan
dengan lahap.
7. Tidak tengkurap
Termasuk gaya makan yang terlarang adalah makan sambil tengkurap. Dari Ibnu Umar
radhiyallahu anhu beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang
dua jenis makanan: yaitu duduk dalam jamuan makan yang menyuguhkan minum-minuman
keras dan makan sambil tengkurap. (HR Abu Daud dan Ibnu Majjah. Hadits ini dishahihkan
oleh al-Albani.
Cara duduk pertama yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, beliau mengatakan, Aku
melihat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam memakan kurma sambil duduk
dengan meletakkan pantat di atas lantai dan menegakkan dua betis kaki. (HR Muslim)
Dan cara duduk kedua, diriwayatkan dari Abdullah bin Busrin, Aku memberi hadiah daging
kambing kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu beliau memakannya sambil
duduk berlutut. Ada seorang Arab Badui mengatakan, Mengapa engkau duduk dengan gaya
seperti itu? Lalu Nabi bersabda, Sesungguhnya Allah menjadikanku seorang hamba yang
mulia dan tidak menjadikanku orang yang sombong dan suka menentang. (HR Ibnu Majah,
sanad hadits ini dinilai hasan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari, 9/452).
Dari Anas radhiyallahu anhu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika makan
malam sudah disajikan dan Iqamah shalat dikumandangkan, maka dahulukanlah makan
malam. (HR Bukhari dan Muslim)
Hikmah dari larangan dalam hadits di atas adalah supaya kita tidak melaksanakan shalat
dalam keadaan sangat ingin makan, sehingga hal tersebut mengganggu shalat kita dan
menghilangkan kekhusyukannya. Tetapi, jika makanan sudah disajikan namun kita tidak
dalam kondisi terlalu lapar, maka hendaknya kita lebih mengutamakan shalat dari pada
makan.
9. Makan dengan tiga jari
Di antara petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah makan dengan menggunakan
tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sesudah selesai makan.
Dari Kaab bin Malik dari bapaknya beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum
dibersihkan. (HR Muslim no. 2032 dan lainnya)
Berkenaan dengan hadits ini Ibnu Utsaimin mengatakan, Dianjurkan untuk makan dengan
tiga jari, yaitu jari tengah, jari telunjuk, dan jempol, karena hal tersebut menunjukkan tidak
rakus dan ketawadhuan. Akan tetapi hal ini berlaku untuk makanan yang bisa dimakan
dengan menggunakan tiga jari. Adapun makanan yang tidak bisa dimakan dengan
menggunakan tiga jari, maka diperbolehkan untuk menggunakan lebih dari tiga jari, misalnya
nasi. Namun, makanan yang bisa dimakan dengan menggunakan tiga jari maka hendaknya
kita hanya menggunakan tiga jari saja, karena hal itu merupakan sunnah Nabi shallallahu
alaihi wa sallam. (Syarah Riyadhus shalihin Juz VII hal 243)
Dengan menggunakan tiga jari (jempol, telunjuk, dan jari tengah), makanan yang masuk ke
mulut lebih seimbang jumlahnya dengan jumlah enzim, sehingga enzim amilase dan lisozim
yang diproduksi kelenjar saliva mencerna makanan dengan maksimal . sehingga makanan
menjadi lembut dan mudah dicerna.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika
salah satu di antara kalian makan, maka janganlah dia bersihkan tangannya sehingga dia
jilati atau dia minta orang lain untuk menjilatinya. (HR. Bukhari no. 5456 dan Muslim no.
2031).
Dengan menjilati atau menghisap jari maka dapat merangsang proses keluarnya air liur dan
enzyme (sejenis alat percerna makanan) lebih banyak, sehingga pencernaan lebih sempurna.
Termasuk dalam tuntunan cara makan Rasulullah shallallahu alaihi wasalam adalah
mengambil bila makanan tersebut terjatuh dari tangan. Ini bukan berarti bahwa Islam tidak
menjaga kebersihan dan kesehatan. Oleh karenanya ketika mengambil makanan yang jatuh
tersebut harus dibersihkan bila terdapat kotoran padanya. Dalam hal ini seseorang tidak boleh
beranggapan bahwa mengambil makanan yang jatuh termasuk merusak adab Islam.
Mari cermati apa yang diajarkan dan dibimbingkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi
wasalam kepada umatnya Apabila terjatuh makanan salah seorang dari kalian, maka
ambillah lalu bersihkan kotoran yang ada padanya kemudian makanlah dan jangan
membiarkannya bagi setan. (HR. Muslim no. 2033).
Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam menyebutkan salah satu adab makan
dan minum yaitu apabila ada makanan yang terjatuh, dianjurkan bagi kita untuk
mengambilnya bila tidak terdapat kotoran padanya, dan bila padanya ada kotoran maka
hendaklah kita member-sihkannya bila memungkinkan.
Bila tidak memungkinkan apa yang harus diperbuat? Al-Imam An-Nawawi mengatakan Di
dalam hadits-hadits ini terdapat beberapa sunnah (di antaranya) disunnahkan mengambil dan
memakan makanan yang jatuh setelah dibersihkan dari kotoran, yang demikian ini bila
makanan itu tidak terjatuh pada tempat najis. Bila terjatuh pada tempat yang najis, maka
makanan tersebut akan menjadi najis dan harus dibasuh jika memungkinkan. Bila tidak
memungkinkan maka dia memberikannya untuk binatang dan jangan dia membiarkan untuk
setan. (Syarah Shahih Muslim, 7/204)
Hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasalam ini mengingatkan kepada kita jangan sampai
kita membiarkan kesempatan bagi setan untuk menyantap makanan yang pada akhirnya
mendapatkan kekuatan untuk mengganggu Bani Adam.
Telah dinukilkan oleh pengarang kitab Ar-Raudhah An-Nadiyyah, dari salah seorang ulama
bahwa dia berkata Salah seorang sahabat kami berziarah (mengunjungi) kami, lalu kami
keluarkan makanan baginya. Di saat mereka makan, banyak makanan yang berjatuhan dari
tangannya dan berserakan di tanah. Dia berusaha dengan penuh kesungguhan untuk
mengambilnya dan kemudian memakannya, lalu aku menjauh darinya dan hal ini menjadikan
yang hadir terheran-heran. Pada suatu hari ada seseorang kesurupan, lalu setan tersebut
berbicara melalui lisannya dan di antara percakapannya adalah Sesungguhnya aku akan
melewati orang yang sedang makan dan makanan itu sangat mengundang selera. Orang
tersebut tidak mau memberiku sedikitpun, aku berusaha menyambarnya dari tangannya lalu
dia mencabutnya balik dari tanganku. (At-Taliqat Ar-Radhiyyah, 3/81)
Larangan ini berlaku pada saat makan bersama tidak pada saat sendirian, dari Syubah dari
Jabalah beliau bercerita: Kami berada di Madinah bersama beberapa penduduk Irak, ketika
itu kami mengalami musim paceklik. Ibnu Zubair memberikan bantuan kepada kami berupa
kurma. Pada saat itu, Ibnu Umar melewati kami sambil mengatakan, Sesungguhnya
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang mengambil makanan lebih dari satu
kecuali sesudah minta izin kepada saudaranya. (HR Bukhari no. 2455 dan Muslim no 2045)
Ibnul Jauzi mengatakan, Hadits ini berlaku pada saat makan bersama-sama. Pada saat makan
bersama biasanya orang hanya mengambil satu kurma saja. Maka jika ada orang yang
mengambil lebih dari satu, maka berarti dia lebih banyak daripada yang lain. Sehingga harus
minta izin terlebih dahulu dari orang lain. (Kaysful Musykil, 2/565)
(Bersambung)
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2015). Sanitasi Dalam Sudut Pandang Islam.
http://stbm-indonesia.org/dkconten.php?id=6847-diakses pada Mei 2015
Munandar, Aris (2008). Adab Makan Seorang Muslim. www.muslim.or.id- diakses Mei 2015
Adab Makan dan Minum Menurut Pandangan Islam dan
Kesehatan
Nanda Pamungkas March 24, 2016 Dunia Islam No Comments
Apakah kamu termasuk orang-orang yang mengalami masalah berat badan? Atau kamu
mengalami maslah gangguan pencerneaan? Segala cara sudah kamu lakukan tapi belum juga
menemukan solusinya. Mungkin kamu adalah termasuk orang yang belum tahu atau belum
benar dalam menerapkan ajaran Rasulullah SAW mengenai adab yang baik dan benar.
Apalagi kamu masih makan dan minum sambil berbiri. Padahal Rasulullah sendiri sangat
melarang umatnya yang makan dan minum sambil berdiri.
Jangan kalian minum sambil berdiri, apabila kalian lupa, maka hendaknya
dimuntahkan. (HR. Muslim)
Sehubungan dengan larangan minum tersebut, sebuah hadist yang diriwayatkan Imam
Muslim dan Tirmidzi mengemukan:
Seorang sahabat yaitu qotadah bertanya kepada Rasulullah: bagaimana dengan makan?
Rasulullah menjawab: itu lebih buruk lagi. (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Sekitar 14 abad yang lalu, Rasulullah telah memberi tahu kepada umatnya bahwa makan dan
minum sambil berdiri merupakan prilaku yang buruk. Islam sendiri melarang makan dan
minum sambil berdiri disebabkan agar proses pencernaan dapat berjalan dengan baik, dan
agar peredaraan daran di saluran pencernaan juga lancar.
Pada saat duduk, jumlah darah yang mengalir ke organ-organ saluran pencernaan hampir dua
setengah kali lebih banyak daripada saat aktif melakukan kegiatan. Lalu pada saat seseorang
makan dan minum sambil berdiri, aliran darah pada organ-organ ke saluran pencernaan
tersebut akan menjadi lebih sedikit sehingga proses pengolahan makanan tidak dapat
berjalan secara efektif. Hal inilah yang membawa pengaruh buruk untuk kesehatan.
Makanan Muslim via google image
Islam juga mengajarkan pola makan yang baik dan efisien serta sangat mudah dilakukan
untuk setiap orang. Caranya adalah dengan mengisi sepertiganya dengan makanan padat,
sepertinya dengan air, dan sepertiganya dengan udara yang berasal dari pernafasan.
Rasulullah bersabda:
Lambung (perut) adalah kolam tubuh urat-urat seluruhnya bermuara kepadanya, karena
itu jika lambung sehat maka urat-urat akan tumbuh sehat, jika lambung sakit, maka urat-
urat akan tumbuh sakit. (HR. Thabrani)
Menurut Dokter Abdul Razaq Al-Kilani, makan dan minum dalam keadaan duduk lebih
tepat, lebih sehat, lebih tenang dan lebih menyegarkan. Minum dalam keadaan berdiri akan
menyebabkan jatuhnya cairan minuman tersebut secara tajam dan keras ke dasar lambung
sehingga menimbulkan benturan keras. Makan dan minum dalam keadaan berdiri yang
dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang lama akan mengakibatkan lambung lemah.
Seiring berjalannya waktu kekuatan lambung akan menurun yang akan menyebabkan
disfungsi pencernaan.
Dikatakan oleh dokter Ibrahim Al-Rawi bahwa saat seseorang dalam keadaan berdiri
tubuhnya akan sering mengalami goncangan karena tidak stabil. Sementara itu, agar
seseorang dapat berdiri tegak, organ-organ keseimbngann dalam pusat syarafnya harus dalam
kondisi efektif untuk mengendalikan seluruh otot tubuh agar tetap seimbang.
Dalam kondisi seperti ini, seseorang sulit mendaptkan ketenangan sehingga sulit pula untuk
makan dan minum. Padahal ketenangan adalah syarat utama dalam melakukan kegiatan
tersebut. Ketenangan seperti ini hanya dapat diperoleh seseorang dalam keadaan duduk
karena sekumpulan urat syaraf dan otot-otot tubuh berada dalam kondisi tenang saat duduk.
Dia juga menerangkan bahwa makan dan minum sambil berdiri bisa mengakibatkan refleksi
syaraf oleh reaksi syarpagus yang banyak tersebar pada lapisan endoter yang mengelilingi
usus. Repleksi secara keras dan tiba-tiba dapat menyebabkan disfungsi pada syaraf tersebut
dalam menghantarkan detak jantung. akibatnya, detak jantung terhenti sehingga akan terjadi
pingsan atau bahkan kematian mendadak.
Terbiasa makan dan minum sambil berdiri juga membahayakan mukosa gasters, hal ini juga
memungkinkan terjadinya luka pada lambung, kondisi kesemimbangan saat berdiri juga
disertai pengerutan otot pada tenggorokan yang menghalangi jalannya makanan ke usus
secara mudah dan terkadang menyebabkan rasa sakit yang sangat yang menganggu fungsi
pencernaan.
Kondisi kesimbangan saat berdiri juga disertai pengerutan otot pada tenggorokan yang
menghalangi jalannya makanan ke usus, secara mudah dan terkadang menyebabkan rasa sakit
yang sangat yang menggangu fungsi pencernaan yang menyebabkan seseorang bisa
kehilangan rasa nyaman saat makan dan minum.
Dari segi kesehatan, air yang masuk dengan cara duduk akan disaring dengan springter.
Pringter adalah suatu struktur maskuler berotot yang bisa membuka sehingga air kemih bisa
lewat dan menutup. Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada pos-pos penyaringan
yang ada diginjal. Nah, jika kita minum sambil berdiri, air yang kita minum akan disaring
lagi dan langsung menuju akntung kemih. Ketika hal itu terjadi, maka terjadi pengendapan
disaluran ureter. Akibatnya banyak limbah-limbah yang menyisa di ureter. Inilah yang bisa
menyebabkan penyakit krtistal ginjal, salah satu penyakit ginjal yang berbahaya.
Makan sambil duduk via www.independent.co.uk
Diriwayatkan ketika Rasulullah SAW. berada di rumah Aisyah RA. Sedang makan daging
yang dikeringkan di atas talam sambil duduk bertekuk lutut, tiba-tiba masuk seorang
perempuan yang keji mulutnya dan melihat Rasulullah duduk sedemikian itu, lalu berkata:
Lihatlah orang itu seperti budak. Maka dijawab Rasulullah: saya seorang hamba, maka
duduk seperti duduk budak dan makan seperti makan budak. Lalu Rasulullah
mempersilakan wanita itu untuk makan. Adapun duduk bertelekan (duduk bersandar kepada
sesuatu) telah dilarang oleh Rasulullah sebagaimana sabdanya: sesungguhnya akau tidak
makan secara bertelekan. (HR. Bukhori)
Selain makan sambil duduk, mengunyah makanan yang kita sempurna juga perlu dilakukan.
Namun kebanyakan manusia mengunyah makanan dalam waktu yang singkat dan cepat.
Padahal hal tersebut kurang baik untuk kesehatan tubuh, terutama untuk organ pencernaan.
Mengunyah makanan dalam waktu yang lama merupakan hal yang sangat dianjurkan dan
harus dilakukan. Sebaiknya, kunyah makanan sampai halus baru ditelan. Hal tersebut
bertujuan agar lambung tidak bekerja terlalu berat yang lama kelamaan dapat menimbulkan
gangguan pada organ pencernaan. Makanan yang disantap secara perlahan juga dapat mebuat
seseorang lebih menikmati makanan dan mampu menjaga kesehatan mental serta dapat
melindungi seseorang dari stress yang berlebihan.
Tidak terburu-buru mengunyah makanan juga bisa menjadi solusi untuk menurunkan berat
badan, sebab dengan mengunyah makanan sampai halus dapat membuat seseorang
mengkonsumsi kalori lebih rendah sehingga mampu membuat tubuh lebih ideal dan tetap
terjaga bentuknya.
Selain itu, otak juga akan memberi respon yang dapat memberikan informasi jika perut sudah
kenyang. Apabila seseorang terlalu cepat mengunyah makanan dan langsung menelannya, hal
itu dapat melewati waktu respon dari otak. Namun, sebaliknya, apabila mengunyah makanan
secara perlahan dan dalam waktu yang lama maka respon perut kenyang akan diterima oleh
otak dengan sempurna dan tidak akan terlewat. Kemudian, jika makanan yang telah kita telan
melalui proses pengunyahan yang lama, makanan tersebut akan lebih halus dan mudah
dicerna oleh tubuh.
http://www.isikulkas.com/adab-makan-dan-minum-menurut-pandangan-islam-
dan-kesehatan/