wilayah Kabupaten Poso, wilayahnya membentang dari arah Tenggara ke Barat dan
melebar ke Bagian Timur serta berada di daratan Pulau Sulawesi, terdiri atas pulau-
terletak di Perairan Teluk Tolo, wilayah lainnya terletak di kawasan hutan dan
219 desa termasuk Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) dengan rincian : 105 desa
Luas wilayah daratan secara keseluruhan yakni 15 490.12 km2 (22.77%) dari
seluruh luas wilayah Kabupaten Morowali. Lebih jelasnya disajikan pada Tabel 3.
wilayah pesisir dan masing-masing dua kecamatan berada pada wilayah daratan dan
memiliki luas 3 886.79 km2 (25.09%) dari total luas wilayah Kabupaten Morowali,
wilayah pesisir dan pulau, luasan wilayah terkecil 223.63 km2 atau hanya 1.44%
Selain terletak di daerah Lembah, Punggung Bukit dan daerah dataran, letak
desa-desa yang terdapat di delapan kecamatan umumnya (105 desa atau 47.95%)
mengikuti garis pantai (pesisir) dan pulau Kecamatan Bungku Selatan merupakan
kecamatan yang memiliki desa terbanyak yakni 40 desa pantai, 2 desa berada pada
wilayah dataran dan 1 desa berada pada daerah lembah atau Daerah Aliran Sungai
(DAS). Kecamatan Lembo dan Mori Atas merupakan dua kecamatan yang tidak
memiliki desa di daerah pantai oleh karena wilayah kecamatan ini terletak di daerah
komunikasi antar wilayah. Hal ditunjukkan oleh adanya perbedaan jarak tempuh
dan jenis transportasi yang digunakan dalam melakukan aktivitas. Jarak antar
perjalanan yang harus ditempuh melalui laut dan darat. Jarak terjauh yang
ditempuh melalui laut yakni 171 mil dari ibukota Kecamatan Menui Kepulauan dan
terdekat 45 mil dari ibukota Kecamatan Bungku Utara. Sedangkan jarak terjauh
yang ditempuh melalui darat yakni 115 km dari ibukota Kecamatan Bungku Tengah
Jumlah penduduk Kabupaten Morowali yakni 157 109 jiwa, terdiri atas 80
189 jiwa penduduk pria dan 76 920 jiwa penduduk wanita. Kepadatan penduduk
berkisar antara 4-55 jiwa per km2, atau rata-rata kepadatan penduduk 10 jiwa per
(55 jiwa per km2), sedangkan kepadatan penduduk yang paling rendah yakni
Kecamatan Bungku Utara dan Mori Atas, masing-masing 4 dan 5 jiwa per km2.
Menurut golongan umur dan penduduk yang berumur 5 tahun ke atas,
umumnya (65 767 jiwa atau 48.12%) penduduk Kabupaten Morowali berada pada
golongan umur 25-64 tahun, sedangkan penduduk yang terendah jumlahnya berada
pada golongan umur 65 tahun ke atas (5 197 jiwa atau 3.8% dari total penduduk).
Penduduk dengan golongan umur 25-65 tahun ini diharapkan dapat memberikan
kemampuan untuk mencari dan menyerap inovasi juga semakin besar dan
memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan hanya 1 637 jiwa (1.89%)
rendah yakni terbatasnya kesempatan untuk masuk pasar tenaga kerja. Hal ini
diperlihatkan oleh kecilnya jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor-sektor
penduduk yakni pada sub sektor tanaman pangan (34 230 jiwa atau 42.84%) dan
yang relatif kecil yakni sub sektor peternakan (69 jiwa atau 0.09%). Jumlah
penduduk yang berusaha di bidang perikanan 7 730 jiwa (9.67%) dari total
merupakan penduduk laki-laki dan sisanya (22.21%) adalah penduduk yang berjenis
perikanan budidaya laut, perikanan tangkap dan perikanan air payau. Namun
demikian perikanan air tawar dan perairan umum juga tetap memiliki potensi yang
cukup besar untuk dikembangkan. Potensi perikanan ini berada di wilayah pesisir
dan laut Kecamatan Bungku Tengah, Bungku Selatan, Bungku Utara, Menui
Kepulauan dan Petasia yakni sepanjang 350 km searah garis pantai. Secara khusus,
Kecamatan Bungku Selatan dan Menui Kepulauan merupakan dua kecamatan yang
sehingga potensi perikanan tangkap (pelagis, demersal dan ikan karang), budidaya
(laut dan air payau) dan perairan umum cukup besar. Potensi perikanan Kabupaten
Tabel 7. Potensi Perikanan Budidaya Laut, Air Payau, Air Tawar dan Perairan
Umum di Kabupaten Morowali, Tahun 2003
budidaya, air payau, air tawar dan perairan umum masih cukup besar. Sampai saat
ini potensi perikanan budidaya dan air payau masih relatif kecil pemanfaatan dan
peningkatan sepanjang tahun, baik dalam jumlah nelayan, produksi dan nilai
mencapai 1.64 ton, walaupun mengalami penurunan sepanjang tahun 1995 sampai
1998 namun meningkat kembali menjadi 2.10 ton per nelayan pada tahun 1999.
Demikian pula dengan masuknya inverstor asing maupun domestik pada awal tahun
sehingga nilai produksi yang diterima juga meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh
peningkatan nilai produksi pada tahun 1994 dari Rp 2.92 milyar menjadi Rp 31.75
Kabupaten Morowali pada tahun 1994 sebanyak 2 370 RTP dengan jumlah nelayan
3 502 orang dan pada 1998 tercatat 2 636 RTP dengan jumlah nelayan 4 589.
Pada tahun 2003 jumlah nelayan meningkat menjadi 11 252 orang atau diperkirakan
3 750 RTP. Disamping itu pula, tercatat jumlah petambak 302 orang, petani rumput
Alat tangkap ikan menjadi faktor yang sangat penting dalam produksi
perikanan, dengan syarat alat tangkap tersebut tidak merusak sumberdaya dan
lingkungan. Jumlah alat tangkap ikan menurut jenis alat di Kabupaten Morowali,
cukup sederhana, sementara alat tangkap Purse seine adalah alat tangkap yang
relatif baru dan pengoperasiannya dilakukan oleh tenaga kerja dari luar Morowali.
Kabupaten Morowali adalah bubu (data tersedia), tombak, panah, jala dan alat
pengumpul kerang (data tidak tersedia). Jumlah alat tangkap Bubu diperkirakan 3
240 unit yang dioperasikan oleh 180 nelayan, (umumnya di Kecamatan Bungku
nelayan mulai tahun 1998. Jumlah alat tangkap pancing Tuna diperkirakan 163 unit
atau 20.00% dari total alat Pancing. Intensitas penangkapan Ikan Tuna juga terkait
dengan masuknya Perusahaan PT. Darma Samudra, PT. Sultra Tuna, PT. Fortuna
dan PT. Kinantan, yang berperan dalam menampung hasil tangkapan nelayan dan
kapal dan perahu penggerak baik yang bermotor (mesin) maupun tanpa motor
dengan ukuran antara 0,110 Gross Ton (GT). Perkembangan jumlah armada
Tabel 10 menunjukkan bahwa setiap tahun jumlah dari semua jenis armada
meningkat 109%, sementara pada tahun yang sama perahu tanpa motor meningkat
19.57%. Hal ini terkait dengan upaya nelayan untuk meningkatkan produksi
perikanan dan upaya penangkapan pada wilayah perairan yang lebih luas.
ketersediaan sarana dan prasarana yang sangat terbatas. Hal ini juga berlaku pada
sektor perikanan, dimana prasarana seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI) belum
ada, Pelabuhan Pedaratan Ikan (PPI) hanya 1 buah, penyedia input produksi dan
perikanan yang sangat tinggi), sedangkan yang masih beroperasi yakni PT. Darma
Samudara dan PT. Sultra Tuna. Kedua perusahaan telah memberikan nilai tambah
bagi hasil perikanan nelayan setempat, karena orientasi usaha ditujukan untuk
ekspor. Menurut catatan ekspor ikan dari salah satu perusahaan perikanan, volume
ekspor ikan Cakalang ke negara importir seperti Jepang, Korea dan Amerika yakni
rata-rata 100 ton per bulan. Jika kedua perusahaan eksportir ikan tersebut tetap
ikan di Kabupaten Morowali rata-rata 200 ton per bulan atau 2 400 ton per tahun
(semua jenis ikan ekspor). Nilai ekspor diperkirakan dapat mencapai Rp 19.2
milyar per tahun (harga ikan Rp 7 500 Rp 25 000 per kg pada tahun 2001).