Anda di halaman 1dari 10

V.

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

5.1. Geografis dan Administratif

Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51

tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan

Kabupaten Banggai Kepulauan. Kabupaten ini sebelumnya merupakan bagian

wilayah Kabupaten Poso, wilayahnya membentang dari arah Tenggara ke Barat dan

melebar ke Bagian Timur serta berada di daratan Pulau Sulawesi, terdiri atas pulau-

pulau yang diperkirakan sebanyak 16 pulau.

Wilayah Kabupaten Morowali sebagian besar berada di pesisir pantai,

terletak di Perairan Teluk Tolo, wilayah lainnya terletak di kawasan hutan dan

lembah pegunungan. Secara geografis kabupaten ini terletak pada lintang

1210224123 1536 BT dan 01311203 4648 LS, terdiri atas 8 kecamatan,

219 desa termasuk Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) dengan rincian : 105 desa

berbatasan dengan pantai, 25 desa terletak di sekitar daerah aliran sungai/lembah,

30 desa terletak di daerah perbukitan/lereng dan 59 desa berada di daerah dataran.

Secara administratif, Kabupaten Morowali mempunyai batas-batas wilayah :

1. Sebelah Utara dengan wilayah Kabupaten Poso dan Kabupaten Banggai.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dan

Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Perairan Teluk Tolo.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Poso.

Luas wilayah daratan secara keseluruhan yakni 15 490.12 km2 (22.77%) dari

luas wilayah daratan Provinsi Sulawesi Tengah. Sedangkan luas wilayah




kecamatan yang berada di wilayah pesisir yakni 11 599.54 km 2 (74.88%) dari

seluruh luas wilayah Kabupaten Morowali. Lebih jelasnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Wilayah Kabupaten Morowali Menurut Kecamatan, Tahun 2001

Letak Luas Wilayah Persentase


No. Kecamatan
Wilayah (km2) (%)
1. Menui Kepulauan Pesisir-Pulau 223.63 1.44
2. Bungku Selatan Pesisir-Pulau 2 352.17 15.19
3. Bungku Tengah Pesisir 1 112.80 7.18
4. Bungku Barat Pesisir 1 783.40 11.51
5. Lembo Daratan 1 332.84 8.60
6. Mori Atas Daratan 2 557.74 16.51
7. Petasia Pesisir 2 240.75 14.47
8 Bungku Utara Pesisir 3 886.79 25.09
Jumlah 15 490.12 100.00
Sumber : Kabupaten Morowali dalam Angka (Diolah)

Tabel 3 menunjukkan bahwa, sebanyak empat kecamatan berada pada

wilayah pesisir dan masing-masing dua kecamatan berada pada wilayah daratan dan

pesisir-pulau. Bungku Utara merupakan kecamatan yang terletak di wilayah pesisir,

memiliki luas 3 886.79 km2 (25.09%) dari total luas wilayah Kabupaten Morowali,

sedangkan Menui Kepulauan merupakan salah satu kecamatan yang berada di

wilayah pesisir dan pulau, luasan wilayah terkecil 223.63 km2 atau hanya 1.44%

dari total luas wilayah Kabupaten Morowali.

Selain terletak di daerah Lembah, Punggung Bukit dan daerah dataran, letak

desa-desa yang terdapat di delapan kecamatan umumnya (105 desa atau 47.95%)

mengikuti garis pantai (pesisir) dan pulau Kecamatan Bungku Selatan merupakan

kecamatan yang memiliki desa terbanyak yakni 40 desa pantai, 2 desa berada pada

wilayah dataran dan 1 desa berada pada daerah lembah atau Daerah Aliran Sungai

(DAS). Kecamatan Lembo dan Mori Atas merupakan dua kecamatan yang tidak

memiliki desa di daerah pantai oleh karena wilayah kecamatan ini terletak di daerah

lembah, lereng/perbukitan dan dataran.




Perbedaan bentangan geografi tersebut berpengaruh pada aksesibilitas dan

komunikasi antar wilayah. Hal ditunjukkan oleh adanya perbedaan jarak tempuh

dan jenis transportasi yang digunakan dalam melakukan aktivitas. Jarak antar

wilayah di Kabupaten Morowali disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jarak Ibukota Kabupaten dengan Ibukota Kecamatan di Kabupaten


Morowali, Tahun 2001

Ibukota Jarak Melalui Ditempuh


Kabupaten No. Kecamatan/Ibukota Darat (Km) Laut (mil) Melalui
1. Menui Kepulauan - 171 Laut
KOLONODALE

2. Bungku Selatan - 107 Laut


3. Bungku Tengah 115 63 Darat/Laut
4. Bungku Barat 88 - Darat/Laut
5. Lembo 34 - Darat
6. Mori Atas 85 - Darat
7. Petasia 0 - Darat
8 Bungku Utara - 45 Laut
Sumber : Kabupaten Morowali dalam Angka (Diolah)

Tabel 4 menunjukkan bahwa untuk menjangkau ibukota kabupaten,

perjalanan yang harus ditempuh melalui laut dan darat. Jarak terjauh yang

ditempuh melalui laut yakni 171 mil dari ibukota Kecamatan Menui Kepulauan dan

terdekat 45 mil dari ibukota Kecamatan Bungku Utara. Sedangkan jarak terjauh

yang ditempuh melalui darat yakni 115 km dari ibukota Kecamatan Bungku Tengah

dan jarak terdekat yakni 0 km dari ibukota Kecamatan Lembo.

5.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Morowali yakni 157 109 jiwa, terdiri atas 80

189 jiwa penduduk pria dan 76 920 jiwa penduduk wanita. Kepadatan penduduk

berkisar antara 4-55 jiwa per km2, atau rata-rata kepadatan penduduk 10 jiwa per

km2. Kecamatan Menui Kepulauan merupakan kecamatan terpadat penduduknya

(55 jiwa per km2), sedangkan kepadatan penduduk yang paling rendah yakni

Kecamatan Bungku Utara dan Mori Atas, masing-masing 4 dan 5 jiwa per km2.
Menurut golongan umur dan penduduk yang berumur 5 tahun ke atas,

umumnya (65 767 jiwa atau 48.12%) penduduk Kabupaten Morowali berada pada

golongan umur 25-64 tahun, sedangkan penduduk yang terendah jumlahnya berada

pada golongan umur 65 tahun ke atas (5 197 jiwa atau 3.8% dari total penduduk).

Penduduk dengan golongan umur 25-65 tahun ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi dalam peningkatan produksi perikanan di Kabupaten Morowali.

Peningkatan produksi perikanan juga ditentukan oleh penguasaan teknologi

(inovasi) penangkapan ikan. Nelayan dengan tingkat pendidikan tinggi,

kemampuan untuk mencari dan menyerap inovasi juga semakin besar dan

mendorong terjadinya peningkatan produksi perikanan. Keadaan penduduk menurut

tingkat pendidikan di Kabupaten Morowali disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan


di Kabupaten Morowali, Tahun 2000

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)


1. Tidak/Belum Tamat SD 45 836 33.54
2. SD 58 352 42.69
3. SLTP 17 576 12.86
4. SLTA 13 275 9.71
5. D1 dan D2 620 0.45
6. Akademi/D3 359 0.26
7. Perguruan Tinggi 646 0.47
8. Tak Terjawab 12 0.01
Total 136 676 100.00
Sumber : BPS Propinsi Sulawesi Tengah - Sensus Penduduk (Diolah)

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebanyak 58 352 jiwa (42.69%) penduduk

memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan hanya 1 637 jiwa (1.89%)

penduduk memperoleh pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi (PT). Besarnya

persentase penduduk yang berpendidikan SD kemungkinan dapat memberikan

konsekuensi pada lambannya penyerapan inovasi dan produktivitas tenaga kerja.




Konsekuensi lain yang dihadapi oleh masyarakat dengan tingkat pendidikan

rendah yakni terbatasnya kesempatan untuk masuk pasar tenaga kerja. Hal ini

diperlihatkan oleh kecilnya jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor-sektor

usaha yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tinggi. Jumlah penduduk

yang berumur 15 tahun ke atas menurut lapangan usaha utama di Kabupaten

Morowali disajikan Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama


Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten
Morowali, Tahun 2000

Lapangan Usaha Jumlah (jiwa) Total Persentase


No. (%)
Utama Laki-Laki Perempuan (jiwa)
1. Tanaman Pangan 18 484 15 746 34 230 42.84
2. Perkebunan 8 563 5 548 14 111 17.65
3. Perikanan 6 013 1 717 7 730 9.67
4. Peternakan 37 32 69 0.09
5. Pertanian Lainnya 3 338 1 844 5 182 6.49
6. Industri Pengolahan 735 424 1 159 1.45
7. Perdagangan 1 589 1 865 3 454 4.32
8. Jasa 3 035 1 960 4 995 6.25
9. Angkutan 521 69 590 0.74
10. Lainnya 2 816 5 540 8 356 10.46
11. Tak Terjawab 18 10 28 0.04
Total 45 149 34 755 79 904 100.00
Sumber : BPS Kabupaten Morowali - Sensus Penduduk (Diolah)

Tabel 6 menunjukkan bahwa lapangan usaha yang banyak digeluti oleh

penduduk yakni pada sub sektor tanaman pangan (34 230 jiwa atau 42.84%) dan

yang relatif kecil yakni sub sektor peternakan (69 jiwa atau 0.09%). Jumlah

penduduk yang berusaha di bidang perikanan 7 730 jiwa (9.67%) dari total

penduduk. Dari total penduduk yang berusaha di bidang perikanan, 77.79%

merupakan penduduk laki-laki dan sisanya (22.21%) adalah penduduk yang berjenis

kelamin perempuan. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha di sektor perikanan

umumnya dilakukan oleh laki-laki (penangkapan ikan), sedangkan perempuan

umumnya melakukan sub pekerjaan pengolahan hasil perikanan.




5.3. Keadaan Perikanan

Usaha perikanan di Kabupaten Morowali umumnya didominasi oleh usaha

perikanan budidaya laut, perikanan tangkap dan perikanan air payau. Namun

demikian perikanan air tawar dan perairan umum juga tetap memiliki potensi yang

cukup besar untuk dikembangkan. Potensi perikanan ini berada di wilayah pesisir

dan laut Kecamatan Bungku Tengah, Bungku Selatan, Bungku Utara, Menui

Kepulauan dan Petasia yakni sepanjang 350 km searah garis pantai. Secara khusus,

Kecamatan Bungku Selatan dan Menui Kepulauan merupakan dua kecamatan yang

memiliki karakteristik perikanan yang beragam dibanding kecamatan lainnya,

sehingga potensi perikanan tangkap (pelagis, demersal dan ikan karang), budidaya

(laut dan air payau) dan perairan umum cukup besar. Potensi perikanan Kabupaten

Morowali disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Potensi Perikanan Budidaya Laut, Air Payau, Air Tawar dan Perairan
Umum di Kabupaten Morowali, Tahun 2003

No. Uraian Keterangan


1. Potensi Budidaya Laut (Ha)
- Rumput Laut 564
- Kerapu (keramba) 171
- Kerang Mutiara 150
- Teripang 202
2. Perikanan Air Payau (Ha)
- Potensi 8 457
- Terolah 3 600
3. Potensi Perikanan Air Tawar dan Perairan
Umum (Ha)
- Kolam 90
- Danau 1 000
- Rawa 1 200
- Sungai 216
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Morowali (Diolah)

Tabel 7 menunjukkan bahwa selain perikanan tangkap, potensi perikanan

budidaya, air payau, air tawar dan perairan umum masih cukup besar. Sampai saat


ini potensi perikanan budidaya dan air payau masih relatif kecil pemanfaatan dan

pengembangannya terutama di Kecamatan Menui Kepulauan, Bungku Selatan,

Bungku Tengah dan Bungku Utara.

5.3.1. Perkembangan Perikanan Laut

Kondisi perikanan laut Kabupaten Morowali secara umum mengalami

peningkatan sepanjang tahun, baik dalam jumlah nelayan, produksi dan nilai

produksi perikanan. Perkembangan perikanan laut di Kabupaten Morowali,

disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Perkembangan Perikanan Laut selama 7 Tahun Terakhir di Kabupaten


Morowali, Tahun 1994 -2000

Jumlah Produksi Produktivitas Nilai


No. Tahun nelayan (ton/org)
nelayan (org) (ton) (Rp juta)
1. 1994 3 502 5 750.69 1.64 2 921.58
2. 1995 3 711 6 035.31 1.63 3 855.45
3. 1996 4 240 6 334.75 1.49 3 730.87
4. 1997 4 551 6 608.39 1.45 5 479.53
5. 1998 4 589 5 763.10 1.26 12 454.06
6. 1999 3 429 7 204.20 2.10 31 745.45
7. 2000 7 730 - - -
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Poso Morowali (Diolah)
Keterangan : - = tidak ada data

Tabel 8 menunjukkan bahwa pada tahun 1994, produktivitas nelayan

mencapai 1.64 ton, walaupun mengalami penurunan sepanjang tahun 1995 sampai

1998 namun meningkat kembali menjadi 2.10 ton per nelayan pada tahun 1999.

Demikian pula dengan masuknya inverstor asing maupun domestik pada awal tahun

1998 menyebabkan pemasaran hasil perikanan juga mengalami peningkatan,

sehingga nilai produksi yang diterima juga meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh

peningkatan nilai produksi pada tahun 1994 dari Rp 2.92 milyar menjadi Rp 31.75

milyar di tahun 1999.




5.3.2. Rumahtangga Perikanan

Perkembangan Rumahtangga Perikanan (RTP) di wilayah otonom

Kabupaten Morowali pada tahun 1994 sebanyak 2 370 RTP dengan jumlah nelayan

3 502 orang dan pada 1998 tercatat 2 636 RTP dengan jumlah nelayan 4 589.

Pada tahun 2003 jumlah nelayan meningkat menjadi 11 252 orang atau diperkirakan

3 750 RTP. Disamping itu pula, tercatat jumlah petambak 302 orang, petani rumput

laut 539 orang dan petani air tawar 139 orang.

5.3.3. Perkembangan Alat Tangkap dan Armada Penangkapan Ikan

Alat tangkap ikan menjadi faktor yang sangat penting dalam produksi

perikanan, dengan syarat alat tangkap tersebut tidak merusak sumberdaya dan

lingkungan. Jumlah alat tangkap ikan menurut jenis alat di Kabupaten Morowali,

disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Alat Tangkap Ikan Menurut Jenisnya di Kabupaten Morowali,


Tahun 2003

No. Jenis Alat Tangkap Jumlah Alat (Unit)


1. Pukat Kantong 18
2. Pukat Cincin (Purse seine) 34
3. Jaring Insang (Gillnet) 124
4. Jaring Angkat (Bagan) 47
5. Pancing 815
6. Lainnya 1 236
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Poso Morowali (Diolah)

Tabel 9 menunjukkan bahwa alat tangkap dominan yang dioperasikan

nelayan di Kabupaten Morowali adalah Pancing. Hal ini disebabkan karena

Pancing merupakan alat tangkap yang bersifat turun-temurun dan pengoperasiannya

cukup sederhana, sementara alat tangkap Purse seine adalah alat tangkap yang

relatif baru dan pengoperasiannya dilakukan oleh tenaga kerja dari luar Morowali.


Jenis alat tangkap lain yang digunakan oleh masyarakat nelayan di

Kabupaten Morowali adalah bubu (data tersedia), tombak, panah, jala dan alat

pengumpul kerang (data tidak tersedia). Jumlah alat tangkap Bubu diperkirakan 3

240 unit yang dioperasikan oleh 180 nelayan, (umumnya di Kecamatan Bungku

Selatan dan Menui Kepulauan). Pengoperasian Pancing Tuna intensif dilakukan

nelayan mulai tahun 1998. Jumlah alat tangkap pancing Tuna diperkirakan 163 unit

atau 20.00% dari total alat Pancing. Intensitas penangkapan Ikan Tuna juga terkait

dengan masuknya Perusahaan PT. Darma Samudra, PT. Sultra Tuna, PT. Fortuna

dan PT. Kinantan, yang berperan dalam menampung hasil tangkapan nelayan dan

melakukan penangkapan ikan pada daerah operasi di atas 12 mil.

Kelancaran pengoperasian alat tangkap ikan tergantung pada jenis armada

kapal dan perahu penggerak baik yang bermotor (mesin) maupun tanpa motor

dengan ukuran antara 0,110 Gross Ton (GT). Perkembangan jumlah armada

penangkap ikan di Kabupaten Morowali disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan selama 10 Tahun


Terakhir di Kabupaten Morowali, Tahun 1991-2000

Kapal (> 1 GT) Perahu Motor Perahu Tanpa Motor


No. Tahun Jumlah Perkembangan Jumlah Perkembangan Jumlah Perkembangan
(unit) (%) (unit) (%) (unit) (%)
1. 1991 10 - 212 - 969 -
2. 1992 15 50.00 230 8.49 1 004 3.61
3. 1993 21 40.00 272 18.26 1 050 4.58
4. 1994 35 66.67 360 32.35 1 227 16.86
5. 1995 57 62.86 526 46.11 1 290 5.13
6. 1996 65 1.75 569 8.17 1 361 5.50
7. 1997 69 6.15 653 14.76 1 370 0.66
8. 1998 38 -43.48 585 -10.41 1 281 -6.49
9. 1999 53 39.47 778 32.99 1 763 37.63
10. 2000 111 109.43 1 633 109.89 2 108 19.57
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Poso - Morowali

Tabel 10 menunjukkan bahwa setiap tahun jumlah dari semua jenis armada

kapal penangkap ikan di Kabupaten Morowali mengalami peningkatan terutama




kapal/perahu yang menggunakan motor. Tahun 2000, jumlah perahu/kapal motor

meningkat 109%, sementara pada tahun yang sama perahu tanpa motor meningkat

19.57%. Hal ini terkait dengan upaya nelayan untuk meningkatkan produksi

perikanan dan upaya penangkapan pada wilayah perairan yang lebih luas.

5.3.4. Prasarana Penunjang Sektor Perikanan

Kabupaten Morowali merupakan salah satu kabupaten baru dengan

ketersediaan sarana dan prasarana yang sangat terbatas. Hal ini juga berlaku pada

sektor perikanan, dimana prasarana seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI) belum

ada, Pelabuhan Pedaratan Ikan (PPI) hanya 1 buah, penyedia input produksi dan

pengolahan hasil perikanan masih sangat terbatas.

Hasil tangkapan ikan umumnya dipasarkan ke desa-desa setempat dan masih

terbatas ke perusahaan perikanan. Beberapa perusahaan perikanan menghentikan

usahanya (akibat kebijakan pemerintah daerah yang menetapkan retribusi usaha

perikanan yang sangat tinggi), sedangkan yang masih beroperasi yakni PT. Darma

Samudara dan PT. Sultra Tuna. Kedua perusahaan telah memberikan nilai tambah

bagi hasil perikanan nelayan setempat, karena orientasi usaha ditujukan untuk

ekspor. Menurut catatan ekspor ikan dari salah satu perusahaan perikanan, volume

ekspor ikan Cakalang ke negara importir seperti Jepang, Korea dan Amerika yakni

rata-rata 100 ton per bulan. Jika kedua perusahaan eksportir ikan tersebut tetap

menanamkan invetasinya di sektor perikanan, maka dapat diestimasi volume ekspor

ikan di Kabupaten Morowali rata-rata 200 ton per bulan atau 2 400 ton per tahun

(semua jenis ikan ekspor). Nilai ekspor diperkirakan dapat mencapai Rp 19.2

milyar per tahun (harga ikan Rp 7 500 Rp 25 000 per kg pada tahun 2001).

Anda mungkin juga menyukai