IV-1
BAB IV hasil pERCOBAAN dan pembahasan
9 294 22
10 375 19
Mengembun, keruh dan mulai mengental
11 432 16
12 496 13
13 537 10
Mulai sedikit membeku, keluar warna
14 662 7
putih (lilin)
15 833 4
Mengental dan membeku sekitar 40%,
suhu tidak bisa diturunkan lagi,
16 1257 1
kandungan lilin atau cairan warna putih
banyak
*pour point yang didapat dari percobaan adalah 1 oC tidak sesuai dengan literatur dari
Pelumas Biosolar
Laboratorium Teknik IV - 2
Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
BAB IV hasil pERCOBAAN dan pembahasan
5 88 34
6 104 31
7 194 28
8 248 25
9 292 22
10 378 19
Mengembun, keruh dan mulai mengental
11 446 16
12 583 13
13 673 10
Mulai sedikit membeku, keluar warna
14 742 7
putih (lilin)
15 966 4
Mengental dan membeku sekitar 40%,
suhu tidak bisa diturunkan lagi,
16 1265 1
kandungan lilin atau cairan warna putih
banyak
*pour point yang didapat dari percobaan adalah 1 oC tidak sesuai dengan literatur dari
Pelumas Biosolar
Laboratorium Teknik IV - 3
Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
BAB IV hasil pERCOBAAN dan pembahasan
2 50 43
3 57 40
4 78 37
5 99 34
6 118 31
7 208 28
8 242 25
9 286 22
10 398 19
Mengembun, keruh dan mulai mengental
11 457 16
12 587 13
13 691 10
Mulai sedikit membeku, keluar warna
14 748 7
putih (lilin)
15 957 4
Mengental dan membeku sekitar 40%,
suhu tidak bisa diturunkan lagi,
16 1258 1
kandungan lilin atau cairan warna putih
banyak
*pour point yang didapat dari percobaan adalah 1 oC tidak sesuai dengan literatur dari
Pelumas Biosolar
IV.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan pour point pada Tabel IV.1 dengan menggunakan sampel Biosolar,
dapat dilihat pada percobaan reproducibility bahwa sampel mulai berhenti mengalir yaitu pada
temperatur 1 oC. Pengamatan reproduciblity sesuai dengan ASTM D97-04 untuk pour point pada
pengamatan reproducibility tidak melebihi batas range suhu antara -33 oC sampai 55 oC dan
tidak sesuai dengan karakteristik pada pelumas Biosolar nilai pour point yaitu 6 oC.
50
45
40
35
30
25
Temperatur (oC)
20 Repeatabiity 1
15 Reproducibility 1
10
5
0
0 500 1000 1500
Waktu (detik)
Dari Grafik IV.1 dapat ditentukan kecepatan pendinginan pelumas Biosolar pada
Repeatability 1, Reproducibility 1 antara slope 1, slope 2, slope 3, slope 4 dan slope 5. Untuk
menentukan rata-rata kecepatan pendinginan dapat dilihat pada Tabel IV. 7 berikut.
Laboratorium Teknik IV - 4
Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
BAB IV hasil pERCOBAAN dan pembahasan
Dari hasil perhitungan pada Tabel IV. 7 dapat ditentukan kecepatan pendinginan sampel
pelumas Biosolar, pada slope 1 sebesar 0,135 oC/detik, slope 2 sebesar 0.046 oC/detik, slope 3
sebesar 0.041 oC/detik, slope 4 sebesar 0.027 C/detik dan slope 5 sebesar 0.012 C/detik. Sehingga
rata-rata kecepatan pendinginan slope 1, 2, 3, 4 dan 5 sebesar 0.052 oC/detik. Hal ini membuktikan
bahwa semakin lama waktu pendinginan maka penurunan suhu semakin kecil.
50
45
40
35
30
25
Temperatur (oC)
20 Repeatability 1
15 Reproducibility 2
10
5
0
0 500 1000 1500
Waktu (detik)
Dari Grafik IV.2 dapat ditentukan kecepatan pendinginan pelumas Biosolar pada
Repeatability 1, Reproducibility 1 antara slope 1, slope 2, slope 3, slope 4 dan slope 5. Untuk
menentukan rata-rata kecepatan pendinginan dapat dilihat pada Tabel IV. 8 berikut.
Laboratorium Teknik IV - 5
Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
BAB IV hasil pERCOBAAN dan pembahasan
Dari hasil perhitungan pada Tabel IV. 8 dapat ditentukan kecepatan pendinginan sampel
pelumas Biosolar, pada slope 1 sebesar 0,172 oC/detik, slope 2 sebesar 0.034 oC/detik, slope 3
sebesar 0.049 oC/detik, slope 4 sebesar 0.024 C/detik dan slope 5 sebesar 0.007 C/detik. Sehingga
rata-rata kecepatan pendinginan slope 1, 2, 3, 4 dan 5 sebesar 0.069 oC/detik. Hal ini membuktikan
bahwa semakin lama waktu pendinginan maka penurunan suhu semakin kecil.
50
45
40
35
30
25
Temperatur (oC)
20 Repeatability 1
15 Reproducibility 3
10
5
0
0 500 1000 1500
Waktu (detik)
Dari Grafik IV.3 dapat ditentukan kecepatan pendinginan pelumas Biosolar pada
Repeatability 1, Reproducibility 1 antara slope 1, slope 2, slope 3, slope 4 dan slope 5. Untuk
menentukan rata-rata kecepatan pendinginan dapat dilihat pada Tabel IV. 9 berikut.
Dari hasil perhitungan pada Tabel IV. 9 dapat ditentukan kecepatan pendinginan sampel
pelumas Biosolar, pada slope 1 sebesar 0,128 oC/detik, slope 2 sebesar 0.050 oC/detik, slope 3
sebesar 0.025 oC/detik, slope 4 sebesar 0.023 C/detik dan slope 5 sebesar 0.012 C/detik. Sehingga
rata-rata kecepatan pendinginan slope 1, 2, 3, 4 dan 5 sebesar 0.047 oC/detik. Hal ini membuktikan
bahwa semakin lama waktu pendinginan maka penurunan suhu semakin kecil.
Laboratorium Teknik IV - 6
Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
BAB IV hasil pERCOBAAN dan pembahasan
50
45
40
35
30
Temperatur (oC) 25
20
Repeatability 2 Reproducibility 1
15
10
5
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Waktu (detik)
Dari Grafik IV.4 dapat ditentukan kecepatan pendinginan pelumas Biosolar pada
Repeatability 1, Reproducibility 1 antara slope 1, slope 2, slope 3, slope 4 dan slope 5. Untuk
menentukan rata-rata kecepatan pendinginan dapat dilihat pada Tabel IV. 10 berikut.
Dari hasil perhitungan pada Tabel IV. 10 dapat ditentukan kecepatan pendinginan sampel
pelumas Biosolar, pada slope 1 sebesar 0,144 oC/detik, slope 2 sebesar 0.061 oC/detik, slope 3
sebesar 0.029 oC/detik, slope 4 sebesar 0.023 C/detik dan slope 5 sebesar 0.010 C/detik. Sehingga
rata-rata kecepatan pendinginan slope 1, 2, 3, 4 dan 5 sebesar 0.057 oC/detik. Hal ini membuktikan
bahwa semakin lama waktu pendinginan maka penurunan suhu semakin kecil.
Laboratorium Teknik IV - 7
Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
BAB IV hasil pERCOBAAN dan pembahasan
50
45
40
35
30
25
Temperatur (oC)
20 Repeatability 2
15 Reproducibility 2
10
5
0
0 500 1000 1500
Waktu (detik)
Dari Grafik IV.5 dapat ditentukan kecepatan pendinginan pelumas Biosolar pada
Repeatability 1, Reproducibility 1 antara slope 1, slope 2, slope 3, slope 4 dan slope 5. Untuk
menentukan rata-rata kecepatan pendinginan dapat dilihat pada Tabel IV. 11 berikut.
Dari hasil perhitungan pada Tabel IV. 11 dapat ditentukan kecepatan pendinginan sampel
pelumas Biosolar, pada slope 1 sebesar 0,130 oC/detik, slope 2 sebesar 0.049 oC/detik, slope 3
sebesar 0.038 oC/detik, slope 4 sebesar 0.034 C/detik dan slope 5 sebesar 0.011 C/detik. Sehingga
rata-rata kecepatan pendinginan slope 1, 2, 3, 4 dan 5 sebesar 0.052 oC/detik. Hal ini membuktikan
bahwa semakin lama waktu pendinginan maka penurunan suhu semakin kecil.
Laboratorium Teknik IV - 8
Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
BAB IV hasil pERCOBAAN dan pembahasan
50
45
40
35
30
Temperatur (oC) 25
20
Repeatability 2 Reproducibility 3
15
10
5
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Waktu (detik)
Dari Grafik IV.6 dapat ditentukan kecepatan pendinginan pelumas Biosolar pada
Repeatability 1, Reproducibility 1 antara slope 1, slope 2, slope 3 dan slope 4. Untuk
menentukan rata-rata kecepatan pendinginan dapat dilihat pada Tabel IV. 12 berikut.
Dari hasil perhitungan pada Tabel IV. 12 dapat ditentukan kecepatan pendinginan sampel
pelumas Biosolar, pada slope 1 sebesar 0,127 oC/detik, slope 2 sebesar 0.077 oC/detik, slope 3
sebesar 0.032 oC/detik dan slope 4 sebesar 0.016 C/detik. Sehingga rata-rata kecepatan
pendinginan slope 1, 2, 3 dan 4 sebesar 0.063 oC/detik. Hal ini membuktikan bahwa semakin
lama waktu pendinginan maka penurunan suhu semakin kecil.
Tabel IV.13 Perbandingan Percobaan Pour Point pada Sampel Biosolar Hasil Praktikum dengan
Literatur
Repeatibility Reproducibility Pour Point Literatur
Keterangan
No Ke- Ke- (Praktikum) (Disebutkan)
1 4 oC 6 oC Tidak Sesuai
1 1 2 4 oC 6 oC Tidak Sesuai
3 o
4 C o
6 C Tidak Sesuai
Laboratorium Teknik IV - 9
Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
BAB IV hasil pERCOBAAN dan pembahasan
2 2 1 4 oC 6 oC Tidak Sesuai
2 2 4 oC 6 oC Tidak Sesuai
3 4 oC 6 oC Tidak Sesuai
Dari Tabel IV. 13 menunjukkan perbandingan percobaan pour point pada sampel
biosolar hasil praktikum dengan literatur. Hasil praktikum yang diperoleh yaitu sampel
biosolar memiliki nilai pour point pada temperatur 4 oC.
Menurut Gunawan (2016), pour point pada sampel biosolar adalah 6 oC. Dari hasil
praktikum yang telah dilakukan diperoleh pour point pada sampel biosolar adalah 4 oC.
Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa nilai pour point pada
sampel biosolar adalah 6 oC. Ketidaksesuaian ini disebabkan karena nilai pour point pada
sampel biosolar tinggi sehingga alirannya tidak isothermal. Temperatur biosolar akan turun
karena adanya transfer panas dari biosolar ke lingkungan. Temperatur akan turun sampai
dibawah pour point sehingga menyebabkan aliran biosolar terhenti akibat biosolar berubah
menjadi parafin (Darmadi dkk, 2009).
Laboratorium Teknik IV - 10
Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh