Disusun oleh :
Muryoto
B. Lokasi
1. Lokasi depot air minum harus berada di daerah yang bebas dari
pencemaran lingkungan.
2. Tidak pada daerah : tergenang air dan rawa, tempat pembuangan
kotoran dan sampah, penumpukkan barang-barang bekas atau
bahan berbahaya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga
dapat menimbulkan pencemran terhadap air minum.
C. Bangunan
1. Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah
pemeliharaannya.
2. Tala ruang usaha Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari:
- Ruangan proses pcngolahan
- Ruangan tempat penyimpanan
- Ruangan tcmpat pembagian/penycdiaan
- Ruang tunggu pengunjung
3. Lantai
Lantai depot Air Minum harus memenuhi syarat sehagai berikut:
- Bahan kedap air
- Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu
dan mudah dibersihkan
- Kemiringannya cukup untuk memudahkan pembersihan
- Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu
4. Dinding
Dinding depot air minum harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- Bahan kedap air
- Permukaan rata, halus, tidak menycrap debu dan mudah
dihersihkan
- Warna dinding terang dan cerah
- Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari
pakaian tergantung
5. Alas dan langit-langit
- Atap bangunan harus halus, menutup sempuma dan tahan
terhadap air dan tidak bocor
- Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof)
- Bahan langit-langit, mudah dibersihkan, dan tidak menyerap
debu
- Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang
- Tinggi langit-langit minimal 2.4 meter dari lantai
6. Pintu
- Bahan pintu harus kuat, tahan lama
- Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah
dibersihkan
- Pemasangannya rapih sehingga dapat menutup dengan baik
7. Pencahayaan
Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran
cahaya dengan minimal 10-20 fool candle atau 100-200 lux.
8. Ventilasi
Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi yang
dapat mcnjaga suhu yang nyaman dengan cara :
- Menjamin terjadi peredaran udara dengan baik
- Tidak mcncemari proses pengolahan dan atau air minum
- Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan
D. Akses Terhadap Ventilasi Sanitasi
Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas
sanitasi sebagai berikut :
1. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan
saluran limbah
2. Fasilitas sanitasi (jamban dan peturasan)
3. Tempat sampah yang memenuhi persyaratan
4. Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel
setiap pengisian air baku.
F. Air Baku
1. Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/
1990 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitus Air.
2. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai
dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan
air minum.
3. Untuk menjamin kualitas air baku dilakukan pengambilan sampel
secara periodik.
G. Air Minum
1. Air Minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK;VII;2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
2. Pemerikasaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali
pengisian air baku, pemeriksaan ini dapat menggunakan metode
H2S.
3. Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengamhilan sampel
secara periodik.
H. Pelayanan Konsumen
1. Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan
bersih
2. Proses pencucian botol dapat disediakan oleh pengusaha
pengelola Depat Air Minum
3. Setiap wadah yang telah diisi harus ditutup dengan penutup wadah
yang sanill:r
4. Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan kepada
pelanggan, dan tidak boleh disimpan di Depot Air Minum (> 1 x 24
jam).
I. Karyawan
1. Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular
2. Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat
menjadi sumber pencemaran
3. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali
setahun)
4. Memakai pakaian kerja/seragam yang bersih dan rapih
5. Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen
6. Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk. mengorek
hidung telinga/gigi pada waktu melayani konsumen
7. Telah memiIiki Surat Keterangan telah mengikuti Kursus Operator
Depot Air Minum.
J. Pekarangan
1. Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi
genangan
2. Selalu dijaga kebersihannya setiap saat
3. Bebas dari kegiatan lain atau sumber pencemaran lainnya
K. Pemeliharaan
1. Pemilik/Penanggungjawab dan operator wajib memelihara sarana
yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Melakukan sistim pencatatan dan pemantauan secara ketat
meliputi:
a. Tugas dan kewajiban karyawan
b. Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern
c. Data alamat pelanggan (untuk tujuan memudahkan investigasi
dan pembuktian)
FORMAT PEMERIKSAAN FISIK
Petunjuk Pengisian
I. CARA PENGISIAN : Obyek yang memenuhi
syarat diberikan tanda () pada kolom tanda
yang tersedia.
Untuk obyek yang tidak memenuhi persyaratan,
kolom tersebut dikosongkan.
II. CARA PENILAIAN : Penilaian adalah
merupakan jumlah bobot objek yang memenuhi
syarat yaitu dengan cara menjumlahkan nilai
bobot yang bertanda ()
Sumber bacaan
Depkes RI, 2010, Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene
Sanitasi Depot Air Minum, Jakarta.
Hasil Penelitian
1. Hasil uji petik Depot air minum Bulan Juli sampai dengan Agustus
2012 oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.
Uji petik pengawasan depot ari minum oleh Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta dapat dilihat pada table 1
2. MPN Coliform Air Depot AMIU Sebelum Perlakuan CIP Cara Kimia
MPN Coliform Air Depot AMIU Sebelum Perlakuan CIP Cara Kimia
dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. MPN Coliform Air Depot AMIU Sebelum Perlakuan CIP Cara
Kimia.
No Depot AMIU MPN coliform MS TMS
1 Rois 12 -
2 Arwan 0 -
3 Sari Tirta 5 -
Jumlah 17 1 2
Tabel 2 menunjukkan rata-rata MPN Coliform air minum antara 0-5, 2
yang tidak memenuhi syarat.
3. MPN Coliform Air Depot AMIU Sebelum Perlakuan CIP Cara Fisik
MPN Coliform Air Depot AMIU Sebelum Perlakuan CIP Cara Fisik dapat
dilihat pada tabel 3
Tabel 3. MPN Coliform Air Depot AMIU Sebelum Perlakuan CIP Cara
Fisik.
4. MPN E. coli Air Depot AMIU Sebelum Perlakuan CIP Cara Kimia
MPN E. coli Air Depot AMIU Sebelum Perlakuan CIP Cara Kimia dapat
dilihat pada tabel 4
Tabel 4. MPN E. coli Air Depot AMIU Sebelum Perlakuan CIP Cara
Kimia.
No Depot AMIU MPN MS TMS
E.coli
1 Rois 0 -
2 Arwan 0 -
3 Sari Tirta 0 -
Jumlah 0 3 0
Tabel 4 menunjukkan rata-rata MPN E. coli air minum 0, semua
memenuhi syarat.
5. MPN E. coli Air Depot AMIU Sebelum Perlakuan CIP Cara Fisik
MPN E. coli Air Depot AMIU Sebelum Perlakuan CIP Cara Fisik dapat
dilihat pada tabel 5
Tabel 5. MPN E. coli Air Depot AMIU Sebelum Perlakuan CIP Cara Fisik.
No Depot AMIU MPN MS TMS
E.coli
1 Tirta Alami 0 -
2 TN Water RO 0 -
3 TN Water V 0 -
Jumlah 0 3 0
Tabel 5 menunjukkan rata-rata MPN E. coli air minum 0, semua
memenuhi syarat.
8. MPN Coliform Air Depot AMIU Sesudah Perlakuan CIP Fisik dan
Kimia.
MPN Coliform Air Depot AMIU Sesudah Perlakuan CIP Fisik dan Kimia
dapat dilihat pada tabel 8
Tabel 8. MPN Coliform Air Depot AMIU Sesudah Perlakuan CIP Fisik
dan Kimia.
No Depot AMIU % MS MPN Coliform
Cara Fisik Cara Kimia
1 Rois 55
2 Arwan 88
3 Sari Tirta 11
4 Tirta Alami 22
5 TN Water V 55
6 TN Water RO 100
Rata-rata 59 51,33
Tabel 8. Menunjukkan persentase bebas cemaran antara cara CIP fisik
dan kimia secara statistik uji T.test bebas menunjukkan P= 0,250, jadi
tidak ada beda persentase bebas cemaran yaitu 59%.
9. Waktu Bebas MPN Coliform Air Depot AMIU Cara CIPFisik dan Kimia
Waktu Bebas MPN Coliform Air Depot AMIU Cara CIPFisik dan Kimia
dapat dilihat pada tabel 9
Tabel 9. Waktu Bebas MPN Coliform Air Depot AMIU Cara CIPFisik dan
Kimia
No Depot AMIU Waktu Bebas Coliform (Jam)
Cara Fisik Cara Kimia
1 Rois 15
2 Arwan 24
3 Sari Tirta 3
4 Tirta Alami 6
5 TN Water V 24
6 TN Water RO 15
Rata-rata 15 14
Tabel 9. Menunjukkan waktu bebas cemaran antara cara CIP fisik dan
kimia secara statistik uji T.test bebas menunjukkan P= 0,102, jadi tidak
ada beda waktu bebas cemaran yaitu 15 jam.
A. Pembahasan
Air minum depot AMIU di Yogyakarta umumnya bebas cemaran E-coli.
Artinya belum kontak dengan tinja manusia. Hanya 16,4% tercemar coliform,
artinya pernah terkontaminasi oleh limbah cair air kotor, sehingga kurang
estetik untuk diminum.
Teknik pengolahan hampir semua depot AMIU tidak mengunakan Ozon,
sehingga sumber kontaminan bisa berasal dari operator, filter memberan dan
botol kemasan. Upaya mengurangi kontaminan dilakukan menggunakan
cara Back Washing pada filter carbon dan pasir aktif secara periodic bila
debit pengisian air minum kurang dari 8 galon per menit.
Pengantian filter membran salah satu dari 3 membran yang ada ukuran
0,5, 0,3, 0,1 mikron dilakukan oleh operator bila hasil uji petik Dinas
Kesehatan menunjukkan positif MPN Coliform, sehingga waktu bebas
cemaran coliform sangat ditentukan oleh adanya uji petik.
Dari 6 depot AMIU sebelum perlakuan CIP fisik dan kimia menunjukkan
MPN E-Coli nol. Rata-rata NPM coliform cara kimia 5, pada cara fisik 4.
Rentan cemaran coliform selama 24 jam setelah CIP kimia antara 0-371
dengan persentase bebas cemaran 51,33%. Rentan cemaran coliform
selama 24 jam setelah CIP cara fisik antara 0-94 dengan persentase bebas
cemaran 59%.
Hasil uji T.Test pada P 0,05 menunjukkan tidak ada beda antara cara
CIP fisik dan kimia. Sehingga cara fisik dapat disarankan sebagai tindakan
koreksi cemaran coliform pada pencucian membran filter ukuran 0,5 - 0,1
micron dengan cara perendaman membran pada suhu air (70-90 0C) waktu
kontak 30 menit.
Waktu bebas coliform cara CIP kimia dan fisik 14 jam dan 15 jam juga
tidak ada beda pada P 0,05 sehingga disarankan setiap 15 jam memberan
filter digunakan harus di CIP fisik. Bila waktu pelayanan 12 jam sehari maka
disarankan setiap malamnya digunakan waktu untyuk CIP fisik.
Rentan MPN Coliform air minum depot AMIU di Kota Yogyakarta (0-94)
dan (0-371) lebih rendah dari pada air minum depot AMIU di Jakarta (0-
1600), tetapi persentase bebas cemaran MPN coli form (51-59)% lebih
rendah dari air minum depot AMIU di jakrta 62,1%. Hal ini disebabkan oleh
sumber air baku di Jakarta sebagian besar menggunakan mata air
pegunungan. Tetapi faktor personal hygiene operator lebih baik di Jogja dari
pada di Jakarta karena jumlah konsumen lebih banyak di Jakarta dari pada
di Jogjakarta (Athena, 2003)
Instalasi depot AMIU di Yogyakarta umumnya belum menggunakan
ozon, ozonisasi merupakan oksigen kuat yang mampu membunuh bakteri
pathogen termasuk virus. Keuntungan menggunakan ozon adalah pipa,
peralatan dan kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan
akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon
merupakan bahan sanitasi air yang efektif disamping sangat aman
(Widiyanti, 2004). Oleh karena agar persentase bebas cemaran MPN coli
form di Yogyakarta lebih dapat setara di Jakarta agar menggunakan ozon
pada instalasi depot air minum setelah pada tahap filtrasi membran 0,5
Kesimpulan
1. Air minum isi ulang hasil depot air minum isi ulang di kota Yogyakarta
bebas cemaran NPM E-coli
2. Cemaran NPM coliform pada air minum isi ulang antara 0 5 per
100ml
3. Tidak ada beda CIP cara fisik dan kimia baik dalam beban waktu
tercemar yaitu 15 jam sehari.
4. Tidak ada beda CIP cara fisik dan kimia dalam persentase beban
cemaran NPM coliform yaitu 59%
Saran
1. Agar depot air minum
mempertahankan bebas NPM E-coli dengan melakukan higene
perorangan operator, higene tempat depot air minum, kebersihan filter
dan gallon kemasan.
2. Agar depot air minum
memperhatikan debit pengisian gallon, bila pergalon lebih 1 menit
segera dilakukan sistem back washing.
3. Agar depot air minum mencuci
sehari sekali dengan cara CIP fisik, yaitu perendaman membrane 0,5,
0,3 dan 0,1 pada suhu air panas 70-900C selama 30 menit.