SKRIPSI
i
ii
Oleh:
i
iii
iv
v
vi
Dengan adanya Hak Bebas Royalti ini maka, Stikes Muhammadiyah Banjarmasin
mempunyai kebebasan secara penuh untuk menyimpan, melakukan editing,
mengalihkan ke format/media yang berbeda, melakukan kelolaan berupa
database, serta melakukan publikasi tugas akhir saya ini dengan pertimbangan
tetap mencantumkan nama penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta
Peryataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Banjarmasin
Pada Tanggal : Agustus 2015
Saya yang menyatakan,
ABSTRAK
Permasalahna pada lansia cukup banyak salah satunya osteoartrhitis yang dapat
mengganggu aktivitas fisik lansia. Osteoarthritis cukup mengganggu aktivitas
fisik lansia, salah satu cara mengatasi osteoarthritis dengan mengikuti senam
lansia.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap aktivitas
fisik lansia pada penderita Osteoartritis.
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experiment dengan rancangan pretest
posttest. Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia di Panti Tresna Werdha
Banjarbaru yang memiliki masalah osteoartritis dengan jumlah 15 responden
yang diberikan intervensi senam lansia. Penelitian ini menggunakan metode
random dengan uji wilcoxson.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan sebelum dan sudah senam lansia
yang di lakukan dengan uji wilcoxson di dapatkan hasil 0.001 hasil tersebut
kurang dari alfa p0,05, dengan kata lain ada pengaruh senam lansia terhadap
aktivitas fisik lansia pada penderita osteoarthritis.
KATA PENGANTAR
vi
viii
Assalamualaikum.wr.wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang tiada
pernah berhenti dicurahkan kepada semua hamba-Nya yang mau berdoa dan
berusaha tiada henti. Shalawat dan salam tidak lupa pula penulis haturkan pada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Atas kekuatan dan kemampuan yang
diberikan-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak M. Syafwani, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Jiwa selaku ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin dan juga sebagai pembimbing I
yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan perbaikan dalam hal
materi, petunjuk maupun saran kepada penulis.
2. Bapak Solikin, Ns.,M.Kep.,Sp.KMB selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Ibu Noor Amaliah, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing Akademik (PA) yang
sangat berjasa dalam proses perkuliahan penulis selama kurang lebih 4 tahun
ini.
4. Bapak Suroto,SKM.,M.kes selaku pembimbing II tentang metodologi
penelitian sekaligus pembimbing teknik penulisan yang telah memberikan
bimbingan tentang cara metodologi penelitian dan teknik penulisan yang
baik.
5. Bapak dan Ibu dosen pengajar beserta staf Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin yang selama ini banyak
memberikan bekal pengetahuan kepada penulis dan telah membantu
demi lancarnya segala urusan dalam penelitian ini.
6. Bapak Poniman dan Ibu Sriwulan selaku orang tua serta keluarga besar yang
sangat peneliti sayangi, yang terus mendoakan dan memberikan dukungan
serta memfasilitasi untuk keberhasilan penulis.
vii
ix
Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam
penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapakan banyak terimakasih dan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan penulis sendiri khususnya.
Penulis
x
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 4
1.5 Penelitian Terkait ...................................................................... 5
ix
xi
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
xi
xiii
DAFTAR GAMBAR
xii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu
masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada
struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada
pada tubuh manusia.
Ada 2 proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan secara
sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan pada tingkat
sel, sedangkan penuaan sekunder merupakan proses penuaan akibat faktor
lingkungan fisik dan sosial, stres fisik/psikis, serta gaya hidup dan diet dapat
mempercepat proses menjadi tua.
Lanjut usia (lansia) sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering
diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Jumlah
1
2
penduduk lanjut usia diperkirakan 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan
diperkirakan pada tahun 2020 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju
seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia 1000 orang perhari.
Salah satunya yang sering diderita para lansia karena penurunan kerja
jantung, tetapi terkadang ada lansia yang kurang berperan aktif dalam
aktifitas senam lansia dikarenakan keterbatasan fisiknya, tetapi sebagai tenaga
kesehatan harus mempunyai solusi agar tetap menyamaratakan untuk
3
Jadi, senam lansia ini dapat mengurangi resiko terjadinya osteoatrhitis pada
lansia dan dapat mengidentifikasi hasil dari senam lansia terhadap aktifitas
pada lansia pre dan post melakukan kegiatan senam lansia yang dilakukan
secara rutin setiap 1 kali dalam seminggu.
Lanjut Usia (Lansia) adalah orang tua yang berusia 55 tahun keatas
(Depkes RI,2001). Ketika usia pensiun ditentukan pada usia 65 tahun
melalui legislasi Social Security pada tahun 1930-an, maka masyarakat
Amerika menerima usia 65 tahun sebagai awal usia tua, ini
menunjukkan definisi kronologis usia yang paling sering dipakai dalam
masyarakat. Namun, usia fungsional dan fisiologis berbeda dari satu
individu dengan lainnya dan karenanya tidak bisa distandardisasi.
(Menurut Nugroho, Wahjudi.2000).
6
7
2.1.3 Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan,
yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari
oleh setiap individu. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-
perubahan pada struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ
dan sistem yang ada pada tubuh manusia.
Ada dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan
secara sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan
pada tingkat sel, sedangkan penuaan sekunder merupakan proses
penuaan akibat faktor lingkungan fisik dan sosial, stres fisik/psikis,
8
serta gaya hidup dan diet dapat mempercepat proses menjadi tua.Secara
umum, perubahan fisiologis proses penuaan adalah sebagai berikut :
a. Perubahan mikro merupakan perubahan yang terjadi dalam sel
seperti :
1) Berkurangnya cairan dalam sel.
2) Berkurangnya ukuran sel.
3) Berkurangnya jumlah sel.
b. Perubahan makro, yaitu perubahan yang jelas dapat diamati atau
terlihat seperti:
1) Erosi pada permukaan sendi-sendi
2) Terjadinya osteoporosis
3) Otot-otot mengalami atrofi
4) Presbiopi
5) Adanya arteriosklerosis
6) Menopouse pada wanita
7) Kulit tidak elastis
8) Rambut memutih.
Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat pula
berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan
sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan
9
Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih mempunyai
kemampuan untuk bekerja. Permasalahannya yang dapat timbul adalah
bagaimana memfungsikan tenaga dan kemampuan mereka tersebut didalam
situasi keterbatasan kesempatan kerja.
2.2.1 Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan
psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor
fsikologis, masalah fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi
imobilisasi tersebut dan menyebabkan komplikasi sekunder (Watson,
2003).
faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup
frakturekstremitas, nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan
penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovarkular yang menimbulkan
kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga tidak terjadi
ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson dengan
gejala tumor dan ketidakmampuan untuk berjalan merupakan
penyebab imobilisasi.
2.2.2 Ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh
lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding
pria. Jatuh adalah sesuatu kejadian yang di laporkan penderita atau
saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring dan terduduk dilantai tau tempat yang lebih
10
rendah dengan atau tanpa kehilangan kesdaran atau luka yang akibat
jatuh dapat menyebabkan imobilisasi (Watson, 2003).
Jadi, senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan
terarah serta yang diikuti oleh lansia yang dilakukan dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga. Senam lansia ini dirancang
secara khusus untuk melatih bagian-bagian tubuh serta pinggang, kaki
serta tangan agar mendapatkan peregangan bagi para lansia, namun
dengan gerakan yang tidak berlebihan. Jika diperhatikan, senam lansia
tidak membuat pesertanya banyak bergerak seperti olahraga aerobik,
tujuannya adalah agar stamina dan energi para lansia tidak terkuras
habis.
12
2.5.4 Berpindah
Berpindah dari tempat tidur seperti berpindah ke dan dari kursi tanpa
bantuan (mungkin menggunakan alat/objek untuk mendukung spserti
tempat atau alat bantu jalan), berpindah ke dan dari tempat tidur atau
kursi dengan bantuan, bergerak naik atau turun dari tempat tidur.
2.5.5 Kontinen
Mengontrol perkemihan dan defekasi dengan komplit oleh diri sendiri,
kadang-kadang mengalami ketidakmampuan untuk mengontrol
perkemihan dan defekasi, pengawasan membantu mempertahankan
control urin atau defekasi, kateter digunakan atau kontnensa.
2.5.6 Makan
Makan sendri tanpa bantuan, makan sendiri kecuali mendapatkan
bantuan dalam mengambil makanan sendri, menerima bantuan dalam
makan sebagian atau sepenuhnya dengan menggunakan selang atau
cairan intravena.
2.7 Osteoartritis
2.7.1 Definisi
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non
inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilogi sendi. Penyakit ini
bersifat progresif lambat, ditandai dengan adanya degenerasi tulang
rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya, sklerosis tulang subkondral,
perubahan pada membran sinoval, disertai nyeri, biasanya setelah
aktivitas berkepanjangan, dan kekakuan, khususnya pada pagi hari atau
setelah aktivitas. Penyakit ini disebut juga degenerative arthritis,
hypertrophic arthritis, dan degenerative joint disease. Osteoartritis
adalah bentuk artritis yang paling umum terjadi yang mengenai mereka
di usia lanjut atau usia dewasa dan salah satu penyebab terbanyak
kecacatan di negara berkembang.
23
2.7.2 Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan oleh Altman et al menjadi 2 golongan
yaitu OA primer dan OA sekunder.
Tulang rawan (kartilago) sendi dibentuk oleh sel kondrosit dan matriks
ekstraseluler, yang terutama terdiri dari air (65%-80%), proteoglikan,
dan jaringan kolagen. Kondrosit berfungsi mensintesis jaringan lunak
kolagen tipe II untuk penguat sendi dan proteoglikan untuk membuat
ajringan tersebut elastis, serta memelihara matriks tulang rawan
sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik.
Kartilago tidak memiliki pembuluh darah sehingga proses perbaikan
pada kartilago berbeda dengan jaringan-jaringan lain. Di kartilago,
tahap perbaikannya sangat terbatas mengingat kurangnya vaskularisasi
dan respon inflamasi sebelumnya.
c. Kaku Pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam
diri atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di
kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan
setelah bangun tidur di pagi hari ( Soeroso, 2006).
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang
sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada
awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang
patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.
Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat
terdengar hingga jarak tertentu. (Soeroso,2006).
g. Tanda-tanda Peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna
kemerahan) dapat dijumpai pada OA karena adanya
synovitis. Biasanya tnda-tanda ini tidak menonjol dan
timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala
ini dijumpai pada OA lutut (Soeroso,2006).
29
2.7.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada OA bertujuan untuk mengontrol nyeri,
memperbaiki fungsi sendi yang terserang, menghambat progresifitas
penyakit, serta edukasi pasien.
Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh
berulang-ulang serta yang ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani
disebut olahraga. Manfaat olahraga pada lansia antara lain dapat
memperpanjang usia, menyehatkan jantung,otot, dan tulang, membuat lansia
lebih mandiri, mencegah obesitas,mengurangi kecemasan dan depresi, dan
memperoleh kepercayaan diri yang lebih tinggi.
Pengaruh senam Lansia terhadap aktivitas fisik pada lansia di PSTW Budi
Sejahtera Banjarbaru.
Senam Lansia
Keterangan : Diteliti
Berhubungan
BAB 3
METODE PENELITIAN
Keterangan:
1. O1 : Pre test untuk mengetahuai aktivitas fisik pada lansia osteoarthritis
sebelum di lakukan senam lansia.
2. X : Perlakuan (Senam Lansia).
3. O2 : Post test untuk mengetahui perubahan aktivitas fisik pada lansia
osteoarthritis setelah di lakukan senam lansia.
23
34
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai subyek
penelitian (Nursalam, 2003). Sampel adalah sebagian jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi misalnya
keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2003).
Prosedur pengambilan data yang dilakukan secara langsung pada subyek yang
dirawat di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru. Pertama yang dilakukan peneliti
ialah mengidentifikasi tempat penelitian dan populasi target kemudian
mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian. Persetujuan
telah didapatkan kemudian penelitian melakukan pendekatan kepada calon
responden, bila mendapat persetujuan maka responden bersedia dengan
menandatangani surat persetujuan. Peneliti kemudian bekerja sama dengan
instruktur senam yang sudah profesional untuk memberikan perlakuan pada
responden yang memenuhi kriteria pada kelompok yang di berikan perlakuan.
Rumus Wilcoxson :
( )
Z=
( )( )
Keterangan :
Z = Nilai hitung n = Nilai yang tidak sama
T = Jumlah rangking terkecil
3.8.3 Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
40
BAB 4
HASIL PENELITIAN
40
41
Tabel 4.1 Luas Wilayah Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru Tahun 2015
No Bangunan Luas wilayah (m2)
1 Kantor 500
2 Aula 250
3 Wisma tamu 70
4 Poliklinik 100
5 Wisma (13) 90-135
6 Dapur 220
7 Mushala 80
8 Gudang 48
9 Rumah dinas (7 buah) -
10 Pos jaga 24
Tabel 4.2 Jumlah Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Banjarbaru
No Wisma Jumlah Lanjut Usia
Laki-Laki Perempuan
1 Dahlia 0 7
2 Teratai 0 8
3 Seroja 10 0
4 Melati 0 8
5 Sakura 0 9
6 Flamboyant 9 0
7 Anggrek 7 0
8 Mawar 0 7
9 Isolasi A 0 8
10 Isolasi B 5 0
11 Aster 10 0
12 Cempaka 0 9
13 Kenanga 0 6
14 Nusa indah 9 0
Total 50 62
Dari data tabel 4.4 diatas nilai data responden berdasarkan jenis
kelamin mayoritas responden terbanyak adalah laki-laki sebanyak 12
orang (80%)
44
Dari data tabel 4.5 diatas nilai data responden berdasarkan umur
mayoritas responden terbanyak adalah 72 dan 75 tahun yaitu masing-
masing 2 orang yaitu dengan masing masing 13.3% .
4.3 Pembahasan
4.4.1 Kondisi aktivitas fisik sebelum melakukan senam lansia pada lansia
osteoatritis.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas
responden di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Sejahtera
Provinsi Kalimantan Selatan Banjarbaru sebelum dilakukan intervensi
didapatkan mayoritas aktivitas responden sebelum senam lansia dengan
kategori cukup sebanyak 11 orang (73.3%).
Latihan fisik akan membuat seseorang lebih kuat menghadapi stres dan
gangguan hidup sehari-hari, lebih dapat berkonsentrasi, tidur lebih
nyenyak. Hal ini disebabkan karena gerakann fisik bisa digunakan
untuk memproyeksikan ketegangan, sehingga setelah latihan, orang
merasa ada beban jiwa yang terbebaskan. Disamping iu penurunan
kadar garam dan peningkatan kadar epineprhin serta endorphin
membuat orang merasa bahagia, tenang dan percaya diri.
Bagi orang berusia lanjut, dimana penurunan fleksibilitas sendi dari usia
30 sampai 30 tahun bisa mencapai 40 sampai 50% di anjurkan aktivitas
bergerak bebas pada kesendian untuk mencegah proses degenerasi
dengan gerakan yang tidak menimbulkan beban berlebihan pada otot,
sehingga ada kesempatan otot untuk melakukan pemulihan pada tahap
awal (wold 2004).
peredaran darah), lemak tubuh kekuatan otot dan ketentuan (Glam &
Teh, 1993).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan oleh
peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi aktivitas fisik terhadap
osteoatritis pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Banjarbaru
adalah sebagai berikut:
5.1.1 Kondisi aktivitas fisik sebelum mengikuti senam lansia pada lansia
osteoatritis di dapatkan mayoritas katagori aktivitas responden sebelum
senam lansia terbanyak adalah cukup sebanyak 11 orang yaitu 73,3%.
5.1.2 Kondisi aktivitas fisik sesudah mengikuti senam lansia pada lansia
osteoatritis di dapatkan mayoritas katagori aktivitas responden sesudah
senam lansia yang adalah baik sebanyak 11 orang yaitu 73.3%.
5.1.3 Ada Pengaruh senam lansia terhadap aktivitas fisik lansia osteoatritis
dengan nilai signifikan didapatkan sebesar 0,001. Hal ini menandakan
bahwa nilai tersebut lebih kecil dari alfa yaitu P 0,05.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan penelitian yang diberikan tersebut peneliti dapat
memberikan saran sebagai berikut:
52
53
DAFTAR RUJUKAN
Suroto. (2004). Buku Pegangan Kuliah (Pengertian Senam, Manfaat Senam, Dan
Urutan Gerakan).Semarang:UNDIP
Watson, R.( 2002). Anatomi dan fisiologi untuk perawat.Edisi 10, Jakarta: EGC
Ayu. (2012). Pemberian intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut.
Jurnal Nursing Studies, Vol.1, No.1, 60-65
Hikmaharida. (2011). Pengaruh senam Tai Chi terhadap tekanan darah wanita
berusia 50 tahun ke atas. FK Undip
Wijayakusuma hembing 2007 atasi rematik dan asam urat ala hembing Jakarta:
puspa swara
Yatim faisal 2006 penyakit tulang dan persendian arthritis atau arthralgia
Jakarta:pustaka popular obor
Putra B M & srikandi W 2010 the book of antiagung rahasia awet muda MIND-
BODY-SPIRIT Jakarta: elex media komputindo
56
JUDUL PENELITIAN
KepadaYth. (Responden)
AssalamualaikumWr. Wb.
Nama saya Asmara Ari Sandi (11312 AS1), mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan NersA Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Banjarmasin. Saya bermaksud mengadakan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan
sebagai salah satu kegiatan dalam penyelesaian tugas akhir Program Studi S1
Keperawatan NersA Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Banjarmasin untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan.
Untuk keperluan di atas saya mohon kesediaan Saudara/i untuk menjadi
responden. Semua data yang terkumpul akan dirahasiakan dan tanpa nama.
Partisipasi saudara/i adalah secara sukarela tanpa adanya paksaan, apa bila
anda berkenan menjadi responden. Atas partisipasi Saudara/i, saya ucapkan
terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan ganjaran pahala yang berlipat
ganda kepada Saudara/i. Amin
WassalamualaikumWr. Wb.
Peneliti,
Oleh
Asmara Ari Sandi
11312 ASI
Setelah membaca maksud dan tujuan dari peneliti ini, maka saya dengan sadar
menyatakan: bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Tandatangan saya di bawah ini sebagai bukti kesediaan saya menjadi responden.
No. Responden :
Hari/Tanggal :
Tanda tangan :
59
LEMBAR OBSERVASI
SENAM LANSIA
> 20 menit
20 menit
15 menit
< 15 menit
Aktif
Ku
60
LEMBAR OBSERVASI
KEGIATAN SEHARI - HARI
Index Makan
NPar Tests
[DataSet1] E:\BAB 4\pengaruh senam lansia terhadap aktifitas.sav
Ranks
Test Statisticsb
setelah
senam -
sebelum
senam
Z -3.464a
Asy mp. Sig. (2-tailed) .001
a. Based on positiv e ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
66
Frequencies
[DataSet1] E:\BAB 4\pengaruh senam lansia terhadap aktifitas.sav
Statistics
sebelum setelah
jenis kelamin usia waktu senam senam senam
N Valid 15 15 15 15 15
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
jeni s kelamin
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid perempuan 3 20.0 20.0 20.0
laki-laki 12 80.0 80.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
usia
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 65 1 6.7 6.7 6.7
67 1 6.7 6.7 13.3
68 2 13.3 13.3 26.7
69 1 6.7 6.7 33.3
70 1 6.7 6.7 40.0
72 2 13.3 13.3 53.3
73 1 6.7 6.7 60.0
74 1 6.7 6.7 66.7
75 2 13.3 13.3 80.0
76 1 6.7 6.7 86.7
78 1 6.7 6.7 93.3
80 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
67
waktu senam
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20 menit 8 53.3 53.3 53.3
>20 menit 7 46.7 46.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
sebelum senam
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 1 6.7 6.7 6.7
cukup 11 73.3 73.3 80.0
kurang 3 20.0 20.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
setelah senam
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 11 73.3 73.3 73.3
cukup 3 20.0 20.0 93.3
kurang 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
68
Crosstabs
[DataSet1] E:\BAB 4\pengaruh senam lansia terhadap aktifitas.sav
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
sebelum senam
15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
* setelah senam
setelah senam
baik cukup kurang Total
sebelum baik Count 1 0 0 1
senam % of Total 6.7% .0% .0% 6.7%
cukup Count 10 1 0 11
% of Total 66.7% 6.7% .0% 73.3%
kurang Count 0 2 1 3
% of Total .0% 13.3% 6.7% 20.0%
Total Count 11 3 1 15
% of Total 73.3% 20.0% 6.7% 100.0%
69