Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dalam bidang olahraga. Kata
kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu currir yang berarti pelari dan curere
yang berarti tempat berpacu. Jadi istilah kurikulum pada zaman Romawi Kuno
mengandung pengertian sebagai suatu jarak yang harus ditempuh oleh para pelari
dari garis start samapi garis finis. Pada tahun 1855, istilah kurikulum dipakai
dalam bidang pendidikan yang mengandung arti sejumlah mata pelajaran pada
perguruan tinggi (Hidayat, 2013).
Sampai saat ini, Para ahli memiliki banyak definisi yang berbeda mengenai
kurikulum dikarenakan sudut pandang mereka yang berbeda-beda. Salah satu
pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan.
Adapun kegiatan yang terkait dengan kurikulum adalah pengembangan
kurikulum. Pengembangan merupakan bagian yang esensial dalam implementasi
kurikulum dalam proses pendidikan. Tujuan pengembangan kurikulum adalah
untuk meningkatkan kualitas dari pendidikan. Pengembangan kurikulum ini
merupakan salah satu hal yang benar-benar harus dipertimbangkan, karena
dengannya guru sebagai subjek pendidikan bisa melaksanakan tugasnya dengan
baik.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang
bersifat dinamis, maka harus selalu dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai
dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperhatikan
kondisi masyarakat, terutama siswa yang menjadi objek pendidikan. Hal ini
dimaksudkan agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat,
bakat kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah, sehingga dapat
mempelancar program pendidikan salam rangka perwujudan dan pencapaian
tujuan pendidikan nasional.
Dalam pengembangan kurikulum, salah satu hal yang wajib dilaksanakan
adalah menganut beberapa prinsip dan melakukan pendekatan yang sesuai,
sehingga di dalam penerapannya sebuah kurikulum dapat mencapai sebuah tujuan
seperti yang di harapkan. Banyak pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli,
akan tetapi hanya beberapa pendekatan pengembangan kurikulum akan dibahas
pada bab berikut ini.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pendekatan pengembangan kurikulum?
2. Apa saja pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum?

3. Tujuan
Berdasarkan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian pendekatan pengembangan kurikulum.
2. Mengetahui macam-macam pendekatan pengembangan kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Dalam sistem pendidikan, kurikulum seringkali dijadikan pusat dari sistem
penggerak komponen pendidikan lainnya. Pemahaman seperti itu bisa diterima
karena kurikulum bisa diartikan sebagai kumpulan dari berbagai pengalaman yang
akan dipelajari oleh peserta didik. Agar peserta didik sukses menguasai berbagai
pengalaman belajar tersebut, maka dibutuhkan berbagai sumber belajar, guru,
sarana dan prasarana, anggaran, kebijakan, dan sistem pengelolaan yang baik.
Dengan demikian, kurikulum berada di pusat sistem pendidikan.
Oemar Hamalik (2000) dalam Ahmad Yani menyebutkan bahwa untuk
mengembangkan kurikulum dibutuhkan tiga langkah yang harus dilalui, yaitu
mengkontruksi kurikulum, mengembangkan kurikulum dan implementasi
kurikulum. Ketiganya merupakan rangkaian yang harus dilalui dan harus
dirancang secara matang dan tidak boleh ditinggalkan satu komponennya karena
akan menimbulkan kemandekan sistem, termasuk di dalamnya adalah mengkaji
prasyarat kurikulum sebelum dilaksanakan. Prasyarat pelaksanaan kurikulum
sangat penting untuk dipertimbangkan karena akan berdampak sistemik jika
terdapat paksaan dalam pelaksanaannya.
Dalam mengembangan kurikulum diperlukan pendekatan-pendekatan agar
kurikulum itu dapat sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Yang
dimaksud dengan pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan
metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang
sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik
tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.

2.2 Macam-macam Pendekatan Pengembangan Kurikulum


2.2.1 Pendekatan Subjek Akademik
Pendekatan subjek akademik menggunakan bidang studi atau mata pelajaran
sebagai dasar organisasi kurikulum, di antaranya adalah matematika, sains,
sejarah, geografi, atau IPA, IPS, seperti yang lazim didapati dalam system
pendidikan sekarang ini disemua sekolah dan perguruan tinggi (Nasution, 2010).
Pendekatan ini mengutamakan penguasaan bahan dan proses dalam disiplin
ilmu tertentu karena setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu dan
berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembagan kurikulum subyek
akademik dilakukan dengan cara menetapkan terlebih dahulu mata pelajaran apa
yang harus dipelajari peserta didik dan yang diperlukan untuk (persiapan)
pengembangan disiplin ilmu.
Dari pendekatan subjek akademik ini diharapkan agar peserta didik dapat
menguasai semua pengetahuan yang ada di kurikulum tersebut. Karena kurikulum
sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikan lebih bersifat intelektual.
Kurikulum subjek akademik tidak berarti hanya menekankan pada materi yang
disampaikan, dalam perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan
proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar yang dipilih sangat bergantung
pada hal apa yang terpenting dalam materi tersebut.
Prof. Sukmadinata dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Kurikulum
menyatakan bahwa ekurang-kurang ada tiga pendekatan dalam perkembangan
Kurikulum Subjek Akademis yaitu sebagai berikut.
(1) Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Murid-
murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan
sekadar mengingat-ingatnya.
(2) Pendekatan kedua, adalah studi yang bersifat integrative. Pendekatan ini
merupakan respons terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-
model pengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu. Pelajaran tersusun atas
satuan-satuan pelajaran, dalam satuan-satuan pelajaran tersebut batas-batas
ilmu menjadi hilang. Pengorganisasian tema-tema pengajaran didasarkan atas
fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah dan problema-problema yang
ada.
(3) Pendekatan ketiga, adalah pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah
fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasarkan mata-mata pelajaran
dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah-masalah
matematis. Pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu kealaman, ilmu sosial, dan
lain-lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis pemecehan
masalah dalam kehidupan.
Dalam pendekatan pengembangan kurikulum ini mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
(1) Tujuan kurikulum subjek akademik adalah pemberian pengetahuan yang
solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses
penelitian. Para siswa harus belajar mengunakan pemikiran dan dapat
mengontrol dorongan-dorongannya, sehingga diharapkan siswa
mempunyai konsep dan cara yang terus dapat dikembangkan di
masyarakat yang lebih luas.
(2) Metode yang banyak digunakan dalam pendekata subjek akademik adalah
pendekatan metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru
kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai.Dalam
materi disiplin ilmu yang diperoleh, dicari berbagai masalah penting,
kemudian dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.
(3) Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subyek
akademik. Pola-pola organisasi yang terpenting di antaranya:
Correlated curriculum, adalah pola organisasi materi atau konsep yang
dipelajari dalam suatu pelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan
pelajaran lainnya.
Unified atau Concentrated, adalah pola organisasi bahan pelajaran
tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari
berbagai pelajaran disiplin ilmu.
Intregrated curriculum, kalau dalam unified masih tampak warna displin
ilmunya, maka dalam pola yang integrated warna disiplin ilmu tersebut
sudah tidak kelihatan lagi. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu
persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.
Problem Solving curriculum, adalah pola organisasi isi yang beriisi topic
pemecahan masalah social yang dihadapi dalam kehidupan dengan
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari berbagai
mata pelajaran atau disiplin ilmu.
(4) Evaluasi
Kurikulum subjek akademik menggunakan bentuk evaluasi yang
bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. Dalam bidang
studi humaniora lebih banyak digunakan bentuk uraian (essay test) dari tes
objektif. Karena bidang studi ini membutuhkan jawaban yang merefleksikan
logika, koherensi, dan integrasi secara menyeluruh.

2.2.2 Pendekatan Humanistik


Pendekatan humanistik siftanya adalah berpusat pada siswa, jadi bisa
dikatakan bahwa pendekatan ini student centered dan mengutamakan
perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari
proses belajar. Menurut Somantrie dalam Abdullah Idi, bahwa pada pendekatan
humanistik prioritasnya adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap
tanggapan minat, kebutuhan dan kemampuan anak.
Baharuddin & Makin dalam buku mereka yang berjudul Pendidikan
Humanistik menyebutkan bhawa dalam Dunia Pendidikan Permasalahan yang
perlu disadari adalah bahwa materi bukanlah tujuan. Dengan demikian,
keberhasilan pendidikan tidak semata-mata diukur dengan lancarnya proses
transmisi nilai-nilai (dalam hal ini materi pelajaran yang terformat dalam
kurikulum), melainkan lebih dari sekadar hal itu. Pendidikan humanistik
menganggap materi pendidikan lebih merupakan sarana, yakni sarana untuk
membentuk pematangan humanisasi peserta didik, jasmani dan ruhani secara
gradual.
Pada pendekatan humanistik tujuan dari pendidikan itu bukan hanya pada
nilai-nilai yang dapat dicapai pesera didik, tapi lebih kepada pembentukan
perubahan pada peserta didik, baik secara jasmani maupun rohani. Selanjutnya
siswa hendaknya diturut sertakan dalam penyelenggaraan kelas dan keputusan
instruksional. Dan siswa hendaknya turut serta dalam pembuatan, pelaksanaan,
dan pengawasan peraturan sekolah. Siswa hendaknya diperbolehkan memilih
kegiatan belajar, dan siswa boleh membuktikan hasil belajarnya melalui berbagai
macam karya atau kegiatan.
Pendidikan yang humanistik memandang manusia sebagai manusia, yakni
makhluk hidup ciptaan Allah dengan fitrah-fitrah tertentu. Sebagai makhluk
hidup, ia harus melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan
hidupnya. Sebagai pribadi, manusia juga sebagai makhluk social yang memilki
hak-hak sosial dan harus menunaikan kewajiban-kewajiban sosialnya.
Dalam kurikulum humanistik, guru diharapkan dapat membangun
hubungan emosional yang baik dengan peserta didiknya, untuk perkembangan
individu peserta didik itu selanjutnya. Oleh karena itu, peran guru yang
diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif
2. Menghormati individu peserta didik, dan
3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat (Hamalik, 2008).
Tugas guru dalam kurikulum humanistik adalah menciptakan situasi yang
permisif dan mendorong peserta didik untuk mencari dan mengembangkan
pemecahan sendiri. Dan tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran diri
sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Dari sini
jelaslah bahwa pendekatan pengembangan kurikulum humanistik ini
mengaharapkan perkembangan diri siswa sehingga dapat menemukan
kepribadiannya yang hidup ditengah-tengah masyarakat.
Pendekatan pengembangan kurikulum ini mempunyai beberapa ciri-ciri,
yaitu sebagai berikut.
1. Tujuan
Tujuan pendidikannya adalah oroses perkembangan pribadi yang dinamis
yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadiaan, sikap
yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar. Semuanya itu merupakan
bagian dan cita-cita perkembangan manusia yang teraktualisasi (self actualizing
person). Seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan diri adalah orang yang
telah mencapai keseimbangan (harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya
baik aspek kognitif, estetika, maupun moral.
2. Metode
Pengembangan kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional yang
baik antara guru dan siswa. Karenanya, menuntut kemampuan guru untuk
memilih metode pembelajaran yang dapat menciptakan hubungan yang hangat
antara guru dengan murid, antara murid dengan murid, dapat memberikan
dorongan agar saling percaya. Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak boleh
memaksakan sesuatu yang tidak disenangi oleh peserta didik.
3. Organisasi Isi
Kurikulum humanistik harus mampu memberikan pengalaman yang
menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal-penggal. Karenanya peran guru
yang diharapkan adalah sebagai berikut.
1. Mendengarkan pandangan realitas peserta didik secara komprehensif
2. Menghormati individu peserta didik, dan
3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.
4. Evaluasi
Evaluasi kurikulum humanistik berbeda dengan evaluasi pada umumnya, yang
lebih ditekankan pada hasil akhir atau produk. Sebaliknya, evaluasi kurikulum
humanistik lebih menekankan pada proses yang dilakukan. Kurikulum ini melihat
kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta didik masa depan. Kelas yang baik
akan menyediakan berbagai pengalaman untuk mambantu peserta didik
menyadari potensi mereka dan orang lain, serta dapat mengembangkannya. Pada
kurikulum ini, guru diharapkan mengetahui respon peserta didik terhadap kegiatan
mengajar. Guru juga diharapkan mengamati apa yang sudah dilakukannya, untuk
melihat umpan balik setelah kegiatan belajar dilakukan.
Sebagai suatu hal yang alamiah, kurikulum humanistik memilki beberapa
kelemahan, di antaranya adalah.
1. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi
perkembangan individual peserta didik
2. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik, pada
kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta didik
3. Kurikulum ini kurang memerhatikan kebutuhan masyarakat secara
keseluruhan, dan
4. Dalam kurikulum ini, prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang
terhubungkan.

2.2.3 Pendekatan Teknologis


Saat ini perkembangan teknologi di dunia sangat pesat, hal itu bisa dilihat
pada pesatnya arus informasi melalui berbagai alat teknologi seperti telepon,
radio, televisi, teleconference sampai dengan satelit, dan internet. Kehadiran
teknologi seperti itu perlu dimanfaatkan oleh dunia pendidikan dalam upaya
pemerataan kesempatan, peningkatan mutu, relevansi dan efesiensi pendidikan.
Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas dan
efisiensi program metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan
keberhasilan. Teknologi memengaruhi kurikulum dalam dua cara, yaitu aplikasi
dan teori. Aplikasi teknologi merupakan suatu rencana penggunaan beragam alat
dan media, atau tahapan basis instruksi. Sebagai teori, teknologi digunakan dalam
pengembangan dan evaluasi material kurikulum dan instruksional.
Pandangan yang pertama menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi lebih
diarahkan pada bagaimana cara guru mengajar, bukan apa yang guru ajarkan.
Sementara pandangan kedua menyatakan bahwa teknologi diarahkan pada
penerapan tahapan instruksional.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum
adalah dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat
keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal
sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi
perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system technology).
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada
penggunaan alat-alat teknologi untuk menunjang efisiensi dan efektifitas
pendidikan. Kurikulumnya berisikan rencana-rencana penggunaan berbagai alat
dan media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan
alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan
film dan video, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul.
Pengajaran dengan bantuan komputer, dan lain-lain.
Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan
memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:
1. Tujuan
Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam
bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci
menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau tujuan instruksional.
Objektif ini menggambarkan perilaku, perbuatan atau kecakapan-ketrampilan
yang dapat diamati.
2. Metode
Metode merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai
proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila
terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat.
3. Organisasi bahan ajar
Bahan ajar dan isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi
telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu
kompetensi. Bahan ajar atau kompetensi yang luas/besar dirinci menjadi bagian-
bagian atau subkompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan objektif.
Urutan dari objektif-objektif ini pada dasarnya menjadi inti organisasi bahan.
4. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran,
suatu unit atau semester. Fungsi evaluasi ini bermacam-macam, sebagai umpan
balik bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran
(evaluasi formatif), umpan balik bagi siswa pada akhir suatu program atau
semester (evaluasi sumatif). Juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan
pengembang kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum. Tes evaluasi yang biasa
dilakukan adalah tes objektif (Sukmadinata, 2008).

2.2.4 Pendekatan Rekonstruksionisme


Pendekatan ini disebut Rekonstuksi sosial. Kurikulum rekonstruksi sosial
sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik
perkembangan ekonomi. Banyak prinsip kelompok ini yang konsisten dengan
cita-cita tertinggi, contohnya masalah hak asasi kaum minoritas, keyakinan dalam
intelektual masyarakat umumnya, dan kemampuan menentukan nasib sendiri
sesuai arahan yang mereka inginkan.
Pengajaran kurikulum rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-
daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi.
Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari
potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha
mengembangna potensi tersebut. Di daerah pertanian misalnya maka sekolah
harus mengembangkan bidang pertanian, sementara kalau daerah industry maka
yang harus dikembangkan oleh sekolah adalah bidang industri. Sehingga
kurikulum tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakatdaerah tersebut.
Kurikulum rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapka peserta didik
pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusian. Para pendukung kurikulum
ini yakin, bahwa permasalahan yang muncul tidak harus diperhatikan oleh
pengetahuan sosial saja, tetapi oleh setiap disiplin ilmu.
Oemar Hamalik menyatakan bahwa Kegiatan yang dilakukan dalam
kurikulum rekonstruksi sosial antara lain melibatkan:
1. Survei kritis terhadap suatu masyarakat,
2. Studi yang melibatkan hubungan antara ekonomi lokal dengan ekonomi
nasional atau internasional,
3. Studi pengaruh sejarah dan kencenderungan situasi ekonomi lokal,
4. Uji coba kaitan praktik politik dengan perekonomian,
5. Berbagai pertimbangan perubahan politik, dan,
6. Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya.
Dari pemikiran diatas, maka penyusunan dan pengembangan kurikulum
harus bertitik tolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat. Pendekatan
kurikulum rekonstrksi sosial ini selain menekan pada isi pembelajaran, sekaligus
juga menekankan pada proses pendidikan dari pengalaman belajar. Ini
dikarenakan, pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahwa, manusia adalah
makhluk sosial yang sepanjang kehidupannya membutuhkan orang lain, selalu
bersama, berinteraksi dan bekerjasama.
Dari pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini, nantinya diharapkan
peserta didik mempunyai tanggung jawab dalam masyarakatnya guna membantu
pemerintah dalam perbaikan-perbaikan dalam masyarakatnya yang lebih baik lagi
kedepannya. Adapun pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini mempunyai
ciri-ciri berkenaan dengan:
1. Tujuan
Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para
peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-
gangguan yang dihadapi manusia. Karena itu, tujuan program pendidikan setiap
tahun berubah. Tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang garapan selain
bidang studi agama, juga perlu didekati dari bidang-bidang lain seperti ekonomi,
sosiologi, ilmu pengetahuan alam, estetika, matematika dan lain-lain.
2. Metode
Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran dalam kurikulum rekonstruksi
sosial, yaitu: berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan
tujuan peserta didik. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus
dapat membantu para peserta didik untuk menemukan minat dan kebutuhannya.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan dalam
persoalan-persoalan tersebut di atas dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode antara lain: (1) mengadakan survei kritis kepada masyarakat; (2)
mengadakan studi banding ekonomi lokal dan nasional; (3) mengevaluasi semua
rencana dengan criteria, apakah telah memenuhi kepentingan sebagian besar
orang.
3. Organisasi Isi
Pola organisasi isi kurikulum rekonstruksi sosial disusun seperti roda.
Ditengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema
utama dan dibahas secara pleno. Tema-tema tersebut dijabarkan ke dalam
sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan
dan lain-lain. Topik-topik dengan berbagai kelompok ini merupakan jari-jari.
Semua kegiatan jari-jari tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai
bingkai atau velk.
4. Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi para peserta didik dilibatkan. Keterlibatan para
peserta didik terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan
diujikan. Soal-soal yang akan diujikan terlebih dahulu diuji untuk menilai
ketepatan maupun keluasan isinya. Selain itu juga untuk menilai keampuhannya
dalam menilai pencapaian tujuan-tujuan pembangunan kehidupan keberagaman
masyarakat yang sifatnya kualitatif.
2.2.5 Pendekatan Accountability (The Accountability Approach)
Accountability atau pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang
pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagai pengaruh
yang penting dalam dunia pendidikan. Namun, menurut banyak pengamat
pendidikan accountability ini telah mendesak pendidikan dalam arti yang
sebenarnya menjadi latihan belaka.
Accountability yang sistimatis yang pertama kalinya diperkenalkan
Frederick Taylor dalam bidang industri pada permulaan abad ini. Pendekatannya,
yang kelak dikenal sebagai scientific management atau manajemen ilmiah,
menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan pekerja dalam waktu
tertentu.

2.2.6 Pendekatan Pembangunan Nasional (National Development Approach)


Pendekatan ini mengandung tiga unsur :
1. Pendidikan kewarganegaraan
Dalam masyarakat demokratis, warganegara dapat dimasukkan dalam tiga
kategori:
Warganegara yang apatis
Warganegara yang pasif
Warganegara yang aktif
2. Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Para pengembang kurikulum bertugas
untuk mendisain program yang sesuai dengan analisis jabatan yang akan
diduduki.
3. Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari
Keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari- hari dapat dibagi
dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak keterampilan akan tetapi juga
mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu:
1. Keterampilan untuk mencari nafkah dalam rangka sistim ekonomi suatu
negara.
2. Keterampilan untuk mengembangkan masyarakat.
3. Keterampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
4. Keterampilan sebagai warganegara yang baik

Dari beberapa pendekatan pengembangan kurikulum ini, maka


penyusunan kurikulum harus dapat melihat kepada ilmu pengetahuan itu sendiri
yang dapat dikaitkan dengan kepentingan peserta didik sebagai manusia/individu,
dan kurikulum juga harus dapat menyesuaikan dengan perkemgangan teknologi
sekarang ini, dan yang tidak kala pentingnya adalah kurikulum dibuat dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat tiap-tiap daerah.

BAB III
PENUTUP
Dari uraian-uraian diatas tentang pendekatan pengembangan kurikulum,
maka sebagai penutup dapatlah diambil kesimpulan, yaitu:
1. Kurikulum adalah seperangkat alat untuk dapat mencapai tujuan
pendidikan, oleh karena itu harus dikembangkan dengan beberapa pendekatan,
diantaranya adalah pendekatan subyek akademik, pendekatan humanistik,
pendekatan teknologi dan pendekatan rekonstruksi sosial.
2. Pendekatan subjek akademik adalah pendekatan yang diharapkan agar
peserta didik dapat menguasai semua pengetahuan yang ada di kurikulum
tersebut. Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan, maka pendidikan
lebih bersifat intelektual. Nama-nama mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum
hampir sama dengan nama disiplin ilmu lainnya.
3. Pendekatan humanistik adalah Pendidikan humanistik menganggap materi
pendidikan lebih merupakan sarana, yakni sarana untuk membentuk pematangan
humanisasi peserta didik, baik secara jasmani maupun rohani. Dan pendekatan ini
memandang manusia sebagai manusia, yaitu sebagai individu yang ingin
mengembangkan dirinya.
4. Pendekatan teknologi adalah pendekatan dimana kurikulum harus dapat
menyesuaikan dengan era globalisasi sekarang ini, yang mana kurikulum yang
harus menggunakan media pembelajaran dengan memanfaat teknologi yang ada
sekarang ini. Dimana pada pendekatan pengembangan kurikulum ini siswa
diharapkan tidak saja belajar dari buku-buku yang ada tetapi juga dapat
memanfaatkan
5. Pendekatan rekonstruksi sosial adalah dimana kurikulum harus melihat
kebutuhan yang ada di dalam masyarakat tersebut, kurikulum ini harus
memperhatikan lingkungan sosial masyarakat disekitarnya guna mengetahui hal-
hal apa yang dapat dikembangkan dalam masyarakat tersebut. Sehingga hasil
akhir dari ilmu yang dicapai dapat digunakan dalam masyarakat tersebut.
6. Pendekatan Accountability atau pertanggungjawaban lembaga pendidikan
tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagai
pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan.
7. Pendekatan Pembangunan Nasional tujuan pendidikan ini adalah
mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan. Para pengembang kurikulum bertugas untuk mendisain program
yang sesuai dengan analisis jabatan yang akan diduduki.
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin & Makin. 2007. Pendidikan Humanistik:Konsep, Teori, dan Aplikasi


Praktis dalam Dunia Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja


Rosdakarya Offset.

Idi, Abdullah. 2011. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik . Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.

Nasution, S. 2010. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan


Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yani, Ahmad. 2014. Mindset Kurikulum 2013. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai