Anda di halaman 1dari 4

1

PEMBAHASAN

Manusia Berbicara

Manusia merupakan mahluk yang bisa dikatakan sempurna dibandingkan


binatang. Salah satunya adalah kemampuan manusia yang berbeda dengan binatang
adalah kemampuan berbicara. Berbicara merupakan cara manusia untuk mengisyaratkan
segala pemikiran dan perasaannya. Tidak hanya itu, kegiatan ini juga dilakukan dengan
memberikan tanda-tanda berupa suara. Kegiatan berbicara merupakan hal awal yang
mudah dikenal dari manusia itu sendiri. Karena itu adalah gejala yang sudah dikenal
dengan baik dan jelas, sehingga secara relatif mudah dipelajari oleh setiap orang (Leahy,
1989:25). Kegiatan berbicara juga ikut berperan dalam mewujudkan eksistensi manusia.

Santo Gregorius juga menyatakan dalam bukunya bahwa manusia mempunyai


kelebihan dibandingkan binatang yakni, ia bisa berbicara dengan lidahnya serta
mengisyaratkan dengan tangannya. Lain halnya dengan Descartes yang menyatakan
bahwa ada sesuatu hal yang membedakan antara manusia dan binatang. Terlepas dari
hal itu, manusia sebagai mahluk yang mempunyai kemampuan bicara menggunakan
bahasa tidak hanya mengemukakan pikirannya, melainkan juga membentuknya.
Namun, dalam hal ini Freud berkata bahwa ia mengemukakan pendapatanya secara
sadar dan disengaja yang dikomunikasikannya melalui tanda atau simbol. Berbicara
memberikan corak khas terhadap ada-nya manusia (Leahy, 1989:28).

Isyarat yang dimunculkan oleh manusia merupakan tanda-tanda. Tanda adalah


suatu kesatuan yang kompleks, terdiri dari suatu unsur, yang bersifat material serta
suatu unsur yang matemarial (Leahy, 1989:29). Selain itu, tanda juga membawa makna
atau tujuan serta fungsi yang ditangkap atau diterima oleh manusia. Tanda bisa bersifat
natural maupun konvensional. Tanda yang natural jika ada hubungan antara tanda dan
yang diisyaratkan muncul secara alami, contohnya asap yang merupakan tanda alamiah
dari api. Sedangkan, tanda bersifat konvensional jika ada hubungan antara tanda dan
yang diisyaratkan merupakan hasil dari suatu konvensi dan kebiasaan.
2

Lambang merupakan unsur dari sebuah tanda. Lambang merupakan tanda


analog yang makna awalnya cukup jelas, namun arti keduanya membutuhkan
penjelasan supaya jelas. Dalam lambang maupun tanda terdapat peran penting dari
adanya susunan kata. Kata-lah yang menyusun adanya sebuah bahasa maupun
percakapan.

Berbicara mengenai bahasa, terdapat perbedaan-perbedaan antara bahasa


binatang dengan percakapan manusia. Jika bahasa binatang merupakan sesuatu yang
diberikan saat dia lahir, bukan merupakan hasil pembelajaran, dan berkembang sesuai
dengan perkembangan organismenya. Sedangkan manusia, memerlukan seseorang yang
mengajarinya untuk berbicara. Selain itu, seekor anak binatang yang berteriak atau
mengeluarkan suara tidak diikuti oleh suatu perubahan, sedangkan anak manusia hal
tersebut merupakan suatu tanda awal dalam keingintahuannya serta kreativitasnya.
Teriakan pada binatang merupakan suatu ungkapan dari keperluan atau perasaan yang
tak dapat ditahan dan merupakan perintah langsung oleh keadaan afektif (Leahy,
1989:35). Sebaliknya, reaksi manusia tidak pernah diperintah oleh situasi maupun
keadaan afektif. Perbedaan yang ketiga adalah bahasa binatang tidak berkembang sama
sekali dan bahasa manusia bersifat dinamis. Perbedaan-perbedaan tersebut yang
membawa kita ke dalam anggapan bahwa manusia terdapat kemungkinan berpikir
sebelum membuat pertimbangan. Namun, hal tersebut tidak terjadi pada setiap manusia.
Terkadang manusia juga menggunakan instingnya untuk bertindak, bisa jadi sikapnya
juga mirip dengan binatang.

Berbicara merupakan suatu bentuk kegiatan yang dapat menentukan


karakteristik setiap orang. Selain itu, berbicara juga memperlihatkan adanya
kemampuan untuk menerima dan menunjukkan bahwa ia adalah sesuatu yang hidup
(Leahy, 1989:39). Manusia yang berbicara dan mengisyaratkan mampu mengetahui dan
mempunyai afektivitas. Selain itu juga, terdiri dari badan dan roh. Badan yang dapat
ditangkap secara inderawi, sedangkan roh untuk dapat menangkap dan menerima tanda
ataupun lambang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berbicara juga dapat
membuktikan bahwa kita adalah manusia.
3

Manusia Sebagai Makhluk Hidup

Manusia sebagai mahluk hidup memiliki peran, karena karunia akal yang
dimilikinya melebihi atas kemampuan yang dimiliki makhluk lainnya. Dalam hal ini,
terdapat beberapa ciri mahluk hidup khususnya manusia. Pertama, mahluk hidup
berkembang dan mengembangkan diri dengan mengubah apa yang dimakan dan dicerna
menjadi substansinya sendiri (Leahy, 1989:45). Selain itu, ia juga mampu memperbaiki
dan mengobati ketika mengalami rasa sakit atau derita-deritanya. Ketiga, mahluk hidup
juga mampu berkembang biak untuk meneruskan keturunannya. Dan mahluk hidup juga
mampu bereaksi atas pengaruh-pengaruh yang diterimanya atau keadaan-keadaan yang
mengkodisikan terkait keberadaannya.

Mahluk hidup merupakan sesuatu yang selalu ingin menyempurnakan dirinya


sendiri. Terdapat dua aspek yang esensial pada diri setiap mahluk hidup, yakni badan
dan jiwa. Badan merupakan keseluruhan yang tersusun dan berorgan, sedangkan jiwa
kesatuan substansial. Kesatuan substansial sendiri adalah kesatuan yang dapat
berkembang dan terstruktur dengan sumber utamanya adalah aktivitas yang bermacam-
macam dan terkoordinir. Sifatnya pun interior dan natural, dapat dikatakan interior
ketika mahluk hidup mengembangkan dirinya tanpa adanya penggabungan materi.
Sedangkan bersifat natural, ketika tidak ada tahap terakhir yang terjadi dalam
keseluruhan aktivitasnya.

Kesatuan substansial seharusnya mempunyai sesuatu yang menyebabkannya


hadir pada diri mahluk hidup, khususnya manusia. Karena hal tersebut dapat
mendukung mahluk hidup untuk mengarahkan gambaran atau ide-ide dari keadaannya
sekarang dan yang akan mendatang. Meskipun mahluk hidup adalah sesuatu yang
bersifat satu secara substansial, namun itu bukan suatu realitas yang sederhana (Leahy,
1989:50).

Aspek esensial yang telah dijelaskan, juga berperan penting dalam mewujudkan
kesatuan substansial. Salah satunya, jiwa. Para filsuf Yunani mempunyai konsep jiwa
bahwa bukan suatu elemen dari mahluk hidup, tetapi merupakan keseimbangan yang
harmonis dari mahluk hidup tersebut. Menurut mereka, badan bisa dibandingkan dengan
4

sebuah kecapi, sedang jiwa adalah nyanyian dari kecapi itu, harmoni yang
menyebabkan kecapi menjadi sesuatu yang bergetar dan bernyanyi. Jiwa adalah getaran
yang berirama dan khas dengan mahluk hidup (Leahy, 1989:53). Selain itu, jiwa juga
lebih unggul daripada badan karena jiwa merupakan substansi yang eksistensinya
mendahului badan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa jiwa sesuatu yang
menjadi satu dengan badan.

Berbicara mengenai badan, badan manusia mempunyai tempat di dunia yang


berbentuk material, dapat diukur dan dihitung, dan terikat pada perubahan dan waktu.
Badan juga dilengkapi dengan sistem penggerak, sehingga mampu berpindah. Selain
itu, badan juga dilengkapi dengan panca indera yang membuat sadar akan sekelilingnya.
Dan badan manusia juga dilengkapi dengan sistem saraf serta sebuah otak yang jauh
lebih kompleks daripada yang terdapat pada binatang, yang memungkinkannya
mengetahui dan menentukan jumlah korelasi yang tak terbatas (Leahy, 1989:63).
Sistem-sistem yang menyusun badan manusia saling berhubungan dan mempengaruhi.
Manusia dengan segala kompleksitasnya dapat mempertahakan kesatuan atas dirinya
yang esensial. Dengan demikian, dari segala kekurangan yang dimiliki setiap manusia,
maka ia mampu meraih prestasi atas pencapaian dirinya, untuk menutupi kekurangan
tersebut.

Daftar Pustaka

Leahy,Louis. (1989). Manusia Sebuah Misteri: Sintesa Filosofis tentang Makhluk


Paradoksal. Jakarta: PT.Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai