Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis menurut Hierarki
Maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen sangat berperan
dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen harus terpenuhi karena apabila
kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak
dan akan terjadi kematian . system yang berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan
adalah system pernafasan, persarafan, dan kardiovaskular.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kebutuhan oksigenisasi?
2. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan oksigenisasi?
3. Bagaimana terjadinya proses oksigenisasi ?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi?

C. Tujuan
Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan
oksigenisasi
Untuk mengetahui terjadinya proses oksigenisasi
Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhui kebutuhan
oksigenisasi

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebutuhan Oksigenasi
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau
bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan
yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen
akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen.
Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang
menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti
adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya
oksigen. Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan
dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada , dan cara pengisapan lendir (suction).

B. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi

2
Saluran pernapasan bagian atas:
a. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung.
b. esophagus.
c. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat proses menutup.

Saluran pernapasan bagian bawah:


a. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae torakalis
kelima.
b. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi bronchus kanan dan
kiri.
c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen dengan
karbondioksida.
e. Paru-Paru (Pulmo), Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.

C. Proses Oksigenasi

3
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proscs keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalem alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan twkanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat, maka
twkanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah, maka tempat
tekanan udara semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang
kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot
polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan
simpatis dapat mc:nycbabkan relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi, kcmudian kerja saraf
parasimpatis dapat mcnycbabkan kontriksi schingga dapat mcnvebabkan vasokontriksi atau
proses penyempitan.
d. Adanva peran mukus siliaris scbagai pcnangkal benda asing yang mengandung interveron dan
dapat rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah contpliemce recoil.
Complience yaitu kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan dan adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan
toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien
menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi
menyempitnya paru. Apabila contplience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat
di keluar secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat
memengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.
Peningkatan CO, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan
bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat
pernapasan.

2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO, di
kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial keduanya
ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O hal ini dapat terjadi sebagaimana O, dari alveoli masuk
ke dalam darah oleh karena tekanan O, dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O, da1am
darah vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis
juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.

3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapile;r ke jaringan tubuh dan CO2
jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan dengan Hb membentuk
Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb

4
membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi
HC03 berada pada darah (65%).

Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranva:


a. Kardiak output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.

D. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi

5
1. Saraf Otonomik
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat memengaruhi kemampuan
untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat baik oleh simpatis maupun parasimpatis
ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (untuk simpatis dapat
mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis
mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkokonstriksi) karena pada saluran
pernapasan terdapat resoptor adrenergik dan reseptor kolinergik.

2. Hormonal dan Obat


Semua hormon termasuk derivat katekolamin dapat, melebarkan saluran pernapasan. Obat yang
tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropin, ekstrak Belladona
dan obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran
napas (bronkokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.

3. Alergi pada Saluran Napas


Baktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang terdapat di dalam hawa
pernapasan, bulu binatang, serbuk benangsari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. lni
menyebabkan bersin. Apahila ada rangsangan di daerah nasal, batuk apabila di saluran napas
bagian atas, dan bronkokontriksi terjadi pada asma bronkial, dan jika terletak saluran napes
bagian bawah menyebabkan rhinitis.

4. Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, mengingat usia
organ dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia
prematur, yaitu adanya kecenderungannya kurang pembentukan surfaktan. Demikian juga setelah
anak tumbuh menjadi dewasa kemampuan kematangan organ seiring dengan bertambahnva usia.

5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigen seperti faktor alergi, ketinggian,
maupun suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.

6. Faktor Perilaku
Perilaku yang dimaksud adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi), seperti
orang obesitas dapat memengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian perilaku
aktivitas yang dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, perilaku merokok
dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP

6
KESIMPULAN
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Hal ini
telah terbukti pada seseorang yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia dan akan
terjadi kematian. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan
oksigen akan mengalami gangguan. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan
yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.

SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kami harapkan pada pembaca agar memahami isi dari
makalah kami , alangkah lebih baik jika pembaca dapat mencari referensi atau langsung dapat
mempraktekannya di kehidupan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

7
Hidayat, Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. (2002). Buku Saku Pratikum
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: penerbit buku kedokteran.

http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.co.id/2012/12/kebutuhan-
oksigenasi.html

Anda mungkin juga menyukai