Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR OTAK

Disusun Oleh :

PUTRI HANDAYANI

P1337420214051

II A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2016
LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR OTAK

A. PENGERTIAN
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono,
MA, Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000).
Tumor cerebri / tumor otak adalah lesi intracranial setempat yang menempati ruang
didalam tulang tengkorak (Baughman, Piaree, 2000).
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak
(buku ajar patofisiologi)

B. ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya
suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
6. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput
otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum
diketahui
C. PATOFISIOLOGI
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, gangguan neurologi pada tumor otak
disebabkan oleh 2 faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan
TIK.
1. Gagguan fokal, terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parekim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu
saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat
(misalnya glioblastama multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan perubahan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan
dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa
tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal.
2. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor : bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa
karena ia mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menyebabkan oedema dalam jaringan otak
sekitarnya. Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan
oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyeparan cairan tumor. Beberapa tumor
dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan
oleh kerusakan sawar darah-otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intrakranial dan kenaikan TIK.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan sub
araknoid menimbulkan hidrosepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu
penyebab yang akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan
oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi
antara lain : bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan
serebrospinal, kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim.
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus / serebellum.
Herniasi ulkus menekan mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf
otak ketiga. Pada herniasi cerebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum
oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dari henti pernafasan
terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi dengan cepat. Perubahan
fisiologis lain terjadi akibat peningkatan TIK yang cepat adalah bradikardia
progesif, hipertensi sitemik, (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernafasan.

D. PATHWAY
E. TANDA DAN GEJALA
Menurut Price, Sylvia Ardeson,2000 :

1. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada penderita
tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus menerus,
tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi hari dan
lebih menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK seperti
membungkuk, batuk, mengejan pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika
diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.
2. Nausea dan muntah
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah
paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan peningkatan TIK diserta
pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadoi tanpa didahului nausea dan dapat
proyektif.
3. Papiledema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla nervioptist.
Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada kenaikan TIK.
Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak oleh
karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun TIK
tidak amat tinggi. Dalam hubungannya dengan papiledema mungkin terjadi
beberapa gangguan penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik buta dan
amaurusis fugun (perasaan berkurangnya penglihatan).
4. Vertigo
Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh.

F. DATA PENUNJANG

1. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem


ventrikel dan cisterna.

2. CT SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.

3. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,


penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi
selatursika.

4. Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan


neuron.

5. Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.

6. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat


radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
G. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita
tumor otak ialah :
a. Gangguan fisik neurologist
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual

H. PENATALAKSANAAN
Menurut Brunner dan Suddarth 1987 :
1. Pembedahan
Merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak. Tujuan diagnosis
definitive dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan dari semua tumor
menimbulkan defisit neurologis yang berat.
2. Terapi radiasi
a. Radioterapi, untuk mengatasi daerak eksisi dimana lesi metastatic tumor telah
diangkat.
b. Kemoterapi, untuk mengatasi kalignasi tumor otak.
Obat-obatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan CCNU karena obat ini
mampu melewati sawar darah / otak. Selama pemberian obat-obatan ini pasien
harus menghindari makanan yang tinggi tiramin (misalnya anggur, yogurt,
keju, hati ayam, pisang) dan alcohol, karena pokorbazine menghambat dan
melemahkan aktivitas inhibitor monoamine oksidase (MAO). Prokabazine
dikaitkan dengan mual dan muntah yang mungkin hilang atau berkurang saat
pertama kali atau saat pengobatan sedang dilakukan.
c. Imunoterapi
1) Dengan menggunakan antibody monoclonal yang diciptakan secara khusus
untuk menyerang dan menghancurkan sel tumor otal.
2) Interleukin-2 digunakan untuk mengganti lesi-lesi metastatic dari kanker
primer ginjal dan melanoma, akan tetapi kemanjurannya masih perlu
dibuktikan.
d. Pengobatan penyelidikan
1) BCNU digabungkan dalam bentuk tablet tipis yang mematikan secara
biologis untuk ditempatkan pada daerah tumor selama pembedahan
kraniotomi.
2) Penempatan kateter arteri dekat dengan tumor. Beri infus manitol untuk
perusakan dari barier darah atau otak.
3) Transplantasi sumsum tulang juga sedang digunakan dalan uji klinis untuk
penatalaksanaan astrosiloma.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan
a. Riwayat keluarga denga tumor
b. Terpapar radiasi berlebih.
c. Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan diplopia
d. Kecanduan Alkohol, perokok berat
e. Terjadi perasaan abnormal
f. Gangguan kepribadian / halusinasi
2. Pola nutrisi metabolic
a. Riwayat epilepsy
b. Nafsu makan hilang
c. Adanya mual, muntah selama fase akut
d. Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
e. Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)
3. Pola eliminasi
a. Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)
b. Bising usus negative
4. Pola aktifitas dan latihan
a. Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat kesadaran
b. Resiko trauma karena epilepsy
c. Hamiparase, ataksia
d. Gangguan penglihatan
e. Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia)
5. Pola tidur dan istirahat
Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur.
6. Pola persepsi kognitif dan sensori
a. Pusing
b. Sakit kepala
c. Kelemahan
d. Tinitus
e. Afasia motorik
f. Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
g. Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
h. Penurunan memori, pemecahan masalah
i. Kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
j. Penurunan kesadaran sampai dengan koma.
k. Tidak mampu merekam gambar
l. Tidak mampu membedakan kanan/kiri
m. Pola persepsi dan konsep diri
n. Perasaan tidak berdaya dan putus asa
o. Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
7. Pola peran dan hubungan dengan sesame
a. Masalah bicara
b. Ketidakmampuan dalam berkomunikasi ( kehilangan komunikasi verbal/
bicara pelo)
c. Reproduksi dan seksualitas
d. Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
e. Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
8. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
a. Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
b. Mekanisme koping yang biasa digunakan
c. Perasaan tidak berdaya, putus asa
d. Respon emosional klien terhadap status saat ini
e. Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
f. Mudah tersinggung
g. Sistem kepercayaan
h. Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Op
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
b. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis
c. Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan persepsi,
transmisi
d. Gangguan komunikais verbal berhubungan dengan tumor otak
e. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang
relevan
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
2. Post OP
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur bedah
b. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan trauma intrakranial
c. Keterlambatan tumbang berhubungan dengan efek dari kecatatan fisik
d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
f. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian
C. INTERVENSI
1. Pre operasi
a. Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
NOC : Perilaku Mengendalikan Nyeri
Tujuan : Klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang
dapat diterima klien
Kriteria hasil :
Tidak menunjukkan adanya nyeri atau minimalnya bukti-bukti
ketidaknyamanan
TIK dalam batas normal
Tidak menunjukkan bukti-bukti peningkatan TIK
Belajar dan mengimplementasikan strategi koping yang efektif.
Skala :
1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada

NIC : Menejemen Nyeri


Intervensi :

1. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (misal lampu


ruangan redup, tidak ada kebisingan, tidak ada gerakan tiba-tiba).
2. Berikan analgesia sesuai ketentuan, observasi adanya efek samping.
3. Lakukan strategi sesuai non farmakologi untuk membantu mengatasi
nyeri.
4. Gunakan strategi yang dikenal klien atau gambarkan beberapa strategi
dan biarkan klien memilih.
5. Libatkan keluarga dalam pemilihan strategi
6. Ajarkan klien untuk menggunakan strategi non farmakologi sebelum
terjadi nyeri atau sebelum menjadi lebih berat.
b. Dx 2 : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis
NOC : Keamanan Sosial
Tujuan : Klien tidak mengalami cedera
Kriteria hasil :
Bebas dari cedera
Klien dan keluarga menyetujui aktivitas atau modifikasi aktivitas yang tepat
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Mencegah Jatuh
1. Tekankan pentingnya mematuhi program terapeutik
2. Dampingi klien selama aktivitas yang diijinkan
3. Jaga agar penghalang tempat tidur tetap terpasang
4. Bantu ambulasi dan aktivitas hidup sehari-hari dengan tepat
.
c. Dx 3 : Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan
persepsi, transmisi
NOC : Pengendalian Ansietas
Tujuan : Klien menunjukkan tanda-tanda penyesuaian terhadap defisit sensoris
/ persepsi
Kriteria hasil :
Klien menyesuaikan diri pada defisit sensoris / persepsi
Klien menunjukkan sikap dan rasa aman dalam lingkungan
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengelolaan Lingkungan
1. Berikan lingkungan yang mendorong rasa akrab dan rasa aman
2. Dorong partipasi dalam bermain aktif
3. Diskusikan bersama keluarga pentingnya membatasi lingkungan.
d. Dx 4 : Gangguan komunikais verbal berhubungan dengan tumor otak
NOC : Neurogical Status
Tujuan : Klien menunjukkan komunikasi verbal yang efektif.
Kriteria hasil :
a. Fungsi neurologis
b. TIK dbn
c. Komunikasi
d. TTV dbn
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengelolaan Lingkungan
1. Membantu keluarga dalam memahami pembicaraan
2. Berbicara kepada klien dengan suara yang jelas
3. Menggunakan kata dan kalimat yang singkat
4. Instruksikan klien dan keluarga untuk menggunakan bantuan berbicara
5. Anjurkan klien untuk mengulangi pembicaraannya jika belum jelas
6. Beri pujian positif ketika klien bisa bicara
e. Dx 5 : Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi
yang relevan
NOC: Decision Making
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga.
Kriteria Hasil:
a. Identifikasi informasi yang relevan
b. Identifikasi alternatif
c. Memilih berbagai alternatif
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Family Support
a. Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusi
b. Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian alternatif lain
c. Tawarkan informasi konsen
d. Bantu keluarga dalam menjelaskan keputusannyapada anggota keluarga
yang lain, jika diperlikan
e. Berikan dukungan secara penuh
f. Dx 6 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
Tujuan : Keluarganya dapat mengerti / lebih paham mengenai penyakit
anaknya dan pengobatannya.
NOC : Knowledge: Proses Penyakit
Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi perawatan anak
Menjelaskan proses penyakit
Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya
Ket:
1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks
NIC : Pengatahuan Proses Penyakit
1. Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah / meningkatkan
motivasi pengobatan
2. Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya pada
individu, keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku kesehatannya.
3. Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti
4. Mengikutsertakan keluarga (bila memungkinkan) dalam melaksanakan
pengobatan/ terapi
2. Post operasi
a. Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan prosedur bedah
NOC : Tingkat Nyeri
Tujuan : Klien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat
yang dapat diterima
Kriteria hasil :
c. Tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
d. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima
Skala :
1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal ruangan tenang,
batasi pengunkung).
2. Berikan analgesia sesuai ketentuan
3. Cegah adanya gerakan yang mengejutkan seperti membentur tempat tidur
4. Cegah peningkatan TIK
b. Dx 2 : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan trauma intrakranial
NOC : Pengendalian Resiko
Tujuan : Klien mengalami stress minimal pada sisi operasi
Kriteria hasil :
a. Stress minimal pada sisi operasi
b. Klien tetap pada posisi yang diinginkan
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Positioning
1. Konsul dengan ahli bedah mengenai pemberian posisi, termasuk derajat fleksi
leher.
2. Posisikan klien datar dan mirirng, bukan terlentang atau tinggikan kepala
3. Balikkan klien dengan hati-hati
4. Hindari posisi trendelenburg
c. Dx 3 : Keterlambatan tumbang berhubungan dengan efek dari kecatatan fisik
NOC : Physical Aging Status
Tujuan : Klien mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal sesuai
usianya.
Kriteria hasil :
a. Rata-rata berat badan
b. Cardiat out put
c. Elastisitas kulit
d. Kekuatan otot
Skala :
1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Tingan
5. Tidak ada
NIC : Developmental Enhancement
1. Bina hubungan saling percaya dengan anak
2. Demonstrasikan aktivitas yang meningkatkan perkembangan anak sesuai
dengan umurnya (contoh bermain icik-icik)
3. Bantu anak belajar ketrampilan
4. Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktivitas motorik/verbal klien
5. Berikan reinforcement positif
d. Dx 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op
NOC : Pengenalian Resiko
Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi atau tidak terdapat tanda-tanda infeksi
pada klien.
Kriteria hasil :
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengendalian Infeksi
1. Pantau tanda / gejala infeksi
2. Rawat luka op dengan teknik steril
3. Memelihara teknik isolasi, batasi jumlah pengunjung
4. Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protap
e. Dx 5 : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan
NOC : Fluid balance
Tujuan : Klien tidak mengalami dehidrasi atau cairan tubuh klien adekuat.
Kriteria hasil :
a. Kulit dan membran mukosa lembab
b. Tidak terjadi demam, TTV normal
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Manajemen cairan
1. Monitor BB tiap hari
2. Catat intake dan output
3. Monitor status hidrasi seperti membran mukosa, nadi, tekanan darah dengan
cepat.
4. Monitor status nutrisi
5. Beri cairan yang sesuai dengan terapi
6. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan banyak minum
f. Dx 6 : Cemas berhubungan dengan ancaman kematian
NOC : Kontrol Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan hilang
atau berkurang.
Kriteria hasil :
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stress
c. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
d. Kondisikan lingkungan nyaman
Skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Enhancement Coping
1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatment dan
prognosis
2. Tetap dampingi kien untuk menjaga keselamatan klien dan mengurangi
3. Instruksikan klien untuk melakukan ternik relaksasi
4. Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah Edisi 8 Volume 2.Jakarta :
EGC.

Carpenito, L.J.1997.Buku Saku Keperawatan Edisi 6 ALih Bahasa Monica Ester.Jakarta :


EGC.

Donna, L.Wong.2002.Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif.2000.Kapita selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Marilynn E.Doengoes. 2002.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai