Anda di halaman 1dari 8

Annisa Putri Lestari

1306367694

KETERATURAN DALAM KETIDAKTERATURAN CAHAYA RUANG PADA


ATURAN GRID

Kaca patri adalah salah satu elemen seni yang banyak dapat kita jumpai tidak hanya di
gereja, tetapi ada pula yang berada di masjid, bangunan-bangunan bersejarah, bahkan rumah-
rumah saat ini. Kaca patri sendiri tersusun atas rangkaian kaca yang disusun sedemikian rupa
hingga terlihat indah dipandang mata. Bagian yang menarik dari kaca patri adalah ketika
bayangan jatuh dari cahaya matahari yang menyentuh kaca patri, terutama apabila kaca patri
yang memiliki warna dengan komposisi yang tepat.

Gambar 1. Kaca patri Frank Lloyd Wright

Salah satu arsitek modern yang terkenal akan kaca patrinya adalah Frank Lloyd Wright.
Bagi Frank Lloyd Wright, kaca patri atau stained glass merupakan turunan dari perspektif
arsitektur. Dalam bangunan-bangunan Wright, bagian dalam dan luar dihubungkan dengan
kaca-kaca yang berbentuk memanjang ataupun melebar ini. Garis-garis yang kompleks dalam
kacanya mempertahankan batasan struktural bangunan, disusun dari bentuk geometris dengan
beragam pola. Membuat pola-pola di atas kacanya yang akhirnya digunakan sebagai jendela,
seakan-akan ia membuat lukisan di atasnya. Dengan pola-pola yang terdiri dari abstraksi
geometri itu Wright telah membuatnya di atas lebih dari 4000 jendela dan pintu pada lebih dari
150 bangunannya (Freeman, 2012). Semua karya-karya art glass Wright terdiri dari geometri
geometri yang disusun seolah-olah abstrak namun memiliki garis garis penentu atau grid.

Frank Lloyd Wright merupakan seorang arsitek yang telah terkenal akan pengaruh
karya-karyanya oleh pengalaman-pengalaman masa kecilnya. Dapat dikatakan bahwa visi
Wright menjadi sangat penting dalam inisiasi awal dari arsitektur modern form and space
pada abad 20, yang berasal dari bagian-bagian teori Froebel, (Dudek, 2000). Menurut
MacCormac, 1968, hal ini dibuktikan dengan investigasi lebih lanjut ke arah intention dan
organisation yang tidak sekedar hanya dari tampilan fasadnya, menunjukkan bahwa waktu
yang ia habiskan saat di Taman Kanak-Kanak sangatlah berarti, yang membuat ia memiliki
filosofi-filosofi dan disiplin kerja kedalam perwujudan arsitektur Wright. Tidak heran bila kaca
patri yang ia buat selalu memiliki kesan ceria atau playful.

Gambar 2. Froebels Gifts ke-7

Gambar 3. Froebels Gifts ke-8

Froebels Gift yang ke-7: parquetry tablets, mengandung berbagai macam bentuk
geometri yang terbuat kayu, plastik, dan kertas. Permainan ini sangat tidak terbatas untuk
dirangkai, karena dapat disusun menjadi bentuk apapun itu, trapesium, segitiga siku-siku,
segitiga sama kaki, dan masih banyak lagi bentuk geometri baru yang dapat diciptakan degan
susunan kepingan mainan tersebut. Kemudian dalam Gifts ke-8 yang disebut dengan Sticks &
Rings, terdapat alas bermain yang berbentuk grid dengan maksud agar dapat mempermudah
anak-anak dalam merangkai komposisi bentuk batang-batangan yang telah disediakan. Melihat
bagaimana permainan-permainan tersebut ini dimainkan, menjadi salah satu acuan berpikir
saya untuk membongkar metode Wright dalam membuat susunan kaca patrinya, dan terlihat
bahwa Froebel memang memberikan pengaruh besar dalam arsitektur Frank Lloyd Wright.

Dalam kaca patrinya ini, Wright selalu berangkat dari grid-grid yang mengandung
aturan -aturan tertentu pula. Meskipun pada setiap kaca patri yang ia buat memiliki pola yang
berbeda-beda, namun apabila dilihat lebih dalam lagi ada hal-hal yang Wright lakukan dalam
melakukan penyusunan pola-pola tersebut. Berikut beberapa aturan sebelum memulai
membuat pola yang saya temukan terkait kaca patri Wright:
1. Wright selalu menggunakan grid dalam kaca patri yang ia buat. Grid yang
menjadi dasar membuat pola ini sangat terlihat dari garis-garis kacanya. Meskipun
tidak semua grid yang ia gunakan ditunjukkan pada kaca patri yang sudah
terpasang.
2. Memiliki garis tepi atau margin sebesar kotak-kotak grid yang dipakainya pada
kaca patri yang bersangkutan. Margin yang ia buat ini pun dapat langsung terlihat
dari garis-garis dikaca, yang mana ia perlihatkan dengan jelas pada setiap pola
kaca patri karya Wright.
3. Pada setiap pola yang Wright buat, penumpukkan komponen bentuk-bentuk
geometrinya terbagi menjadi dua zona, yaitu atas dan bawa. Memang masih
terdapat beberapa bentuk di bagian tengah kaca, namun hanya sedikit bentuk
geometri yang berada diantara keduanya.
4. Terlihat jelas pada hampir setiap pola kaca Wright bahwa ia membuatnya
simetris secara horizontal. Terdapat garis tengah dimana kedua sisi saling
terduplikasi.

Gambar 4.
Aturan dasar
pola kaca patri
Wright

Gambar 5. Diagram pembongkaran metode


Setelah menelusuri satu persatu kaca patri Wright maka saya menemukan bahwa rules
yang ia gunakan merupakan rules dasar dalam shape grammar. Pertama adalah reflecting,
sebelumnya saya sudah menjelaskan bahwa pola-pola kaca patrinya seperti diduplikasi, atau
dapat disebut dicerminkan sehingga terlihat simetris. Kedua adalah merging, dalam beberapa
kaca dapat terlihat bahwa terjadi penggabungan antara bentuk geometri satu dengan yang
lainnya, baik itu hanya dengan menggunakan outline, ataupun dengan persamaan warna.
Ketiga adalah intersection, dengan adanya perbedaan warna atau garis dengan outline dan
bentuk yang berbeda saling menindih satu dengan lainnya, maka terjadi peristiwa berpotongan
disini. Dengan ketiga rules itu, dalam satu kaca dapat dilakukan beberapa repetisi dari
reflecting, merging, dan intersection.

Gambar 6. Penggunaan warna kaca patri Frank Lloyd Wright

Selain dari rules yang saya sebutkan sebelumnya, sebenarnya bila saya perhatikan
terdapat aturan lainnya yang selalu Wright gunakan. Hal ini menyangkut penggunaan warna
dalam hampir semua kaca patri Wright. Warna-warna tersebut adalah warna yang memiliki
kesan warm atau memberi suasana ruang seperti musim gugur, seperti kuning, hijau lumut,
orange, dan warna-warna netral lainnya. Untuk warna yang lebih berani, ia menggunakan
komposisi warna kuning, biru, hijau, dan merah.

Bagaimana jika sebuah keteraturan dalam keselarasan garis dapat dilihat dalam
keteraturan berwujud susunan cahaya abstrak ?

Metode komposisi Wright dalam grid ini kemudian saya pertanyakan, bukan mengenai
kebenarannya, tetapi mengenai kemungkinan adanya cara untuk menghadirkan regularitas sifat
grid kedalam bentuk ruang abstrak atau tidak beraturan dengan adanya tambahan metode.
Dengan menggunakan metode yang telah saya sebutkan sebelumnya, namun diterjemahkan
menjadi bentuk atau cara aplikasi yang berbeda. Teknik aplikasi metode disini menjadi penting
agar dapat menghasilkan hasil yang tepat, karena medianya yang fleksibel dan sulit diatur. Hal
lainnya yang menjadi penting dalam eksperimen ini adalah bagaimana saya menerjemahkan
metode-metode yang digunakan Wright kedalam bentuk teknik-teknik yang saya pakai dalam
proses pengerjaan.

Ada 2 material utama yang digunakan, yaitu plastik


mika dan cat poster yang dicampurkan dengan air. Plastik
mika, karena sifatnya yang mudah dilipat dan tidak rigid,
sehingga dapat direkatkan antara satu dengan yang lainnya
hanya menggunakan tekanan panas. Sedangkan cat poster
warna primer (merah, biru, dan kuning), untuk membuat
Gambar 7. Mika di atas grid
pencampuran warna yang nantinya menghasilkan warna-
warna pada kaca patri Wright. Saya juga membuat bidang kertas A3 yang diisi dengan garis-
garis grid sebagai acuan membuat pola di atas mika. Dengan begitu, yang ingin saya lakukan
adalah menghadirkan kembali regularitas Wright pada akhir ekperimen yang saya lakukan.

Gambar 8. Diagram pembuatan metode baru


Sebelum saya memulainya, pertama-tama perlu untuk menentukan pola yang akan
digunakan di atas bidang kerja, berdasarkan hasil analisa metode sebelumnya. Dengan
menggunakan warna-warna primer, saya menyusun komposisi berdasarkan kotak grid, jadi
tidak membentuk sesuatu yang spesifik seperti segitiga atau lingkaran. Selain menumpuk pola
di bagian atas dan bawah, saya juga hanya mengisi setengah dari bidang kerja, karena nantinya
akan ada langkah lebih lanjut yang membuatnya menjadi menyatu ke sisi lainnya. Setelah itu,
merencanakan metode yang kemudian akan diaplikasikan di atas bidang kerja, seperti yang ada
pada gambar di atas. Pada tahap reflecting, bidang kerja sudah terisi kedua sisi dengan garis
merah ditengah sebagai sumbu acuan refleksi. Kemudian penyatuan atau merging dan terakhir
adalah proses baru yang saya tambahkan, yaitu blurring. Tahap inilah yang akan membuat pola
menjadi tidak beraturan atau abstrak.

Gambar 9. Pengerjaan membaca ulang metode Wright (1)

Selanjutnya saya akan menjelaskan bagaimana saya menerjemahkan metode-metode di


atas ke dalam bidang kerja sesungguhnya. Pertama adalah pemberian pola pada sebagian
bidang kerja, saya menggunakan kuas dan hanya memberikan setetes cat cair di atas setiap
kotak yang sudah ditentukan. Hal ini dikarenakan sifat permukaan dari mika yang licin,
sehingga apabila menarik garis panjang maka pada akhirnya akan terputus-putus. Penentuan
banyaknya warna merah atau biru akan sangat menentukan hasil akhir eksperimen. Kedua
adalah reflecting, setelah sebelumnya hanya mengisi setengah bidang kerja maka kemudian
melipat dua mika sehingga menjadi bidang yang lebih kecil.

Gambar 9. Pengerjaan membaca ulang metode Wright (2)


Berikutnya adalah tahap merging, yaitu meyatukan cat yang sudah berada di dalam
mika ini dengan memainkan permukaan. Dalam arti menggesekkan penggaris di atas mika
secara horizontal misalnya, hingga cat air di dalamnya sudah cukup meyatu. Kemudian adalah
blurring, saatnya menyamarkan cat dan merekatkan mika menjadi satu bidang permukaan,
dengan menggosokan setrika di atasnya. Perlu diperhatikan, pada tahap merging dan blurring
ini dikerjakan dengan arah pengerjaan yang sama, vertikal, horizontal, ataupun diagonal.
Setelah tahap ini, maka mengerjakannya lagi di atas bidang baru dengan pola yang berbeda,
namun metode yang sama.

Gambar 10. Pengembalian grid kembali menggunakan media abstrak

Untuk melihat bagaimana ruang bekerja diperlukan lampu sebagai sumber cahaya di
dalamnya, agar dapat mengeluarkan cahaya yang meneruskan warna sisi-sisi pembentuk ruang.
Meskipun pada setiap sisinya terdiri dari warna yang beragam serta tidak beraturan, namun
warna yang dikeluarkan oleh kotak hasil percobaan tersebut memantulkan warna homogen atau
satu jenis warna. Terlihat seolah-olah seperti ada garis yang memisahkan antara dua warna
pantulan, sehingga terbentuklah kembali grid-grid yang hilang selama proses pengerjaan
percobaan. Seperti yang dikatakan oleh Friedrich Froebel, "Play is delicious for its own sake,
not from any result which may arise from it; it is absolutely unconscious of purpose."
(http://www.froebelgifts.com/gift6.htm, diakses pada 8 juni 2016), sebenarnya apa yang saya
lakukan adalah bermain. Bermain dengan metode Wright, yang kemudian mencari sesuatu
yang juga sebenarnya tidak saya sadari kearah mana percobaan ini akan membawa saya, hingga
benar-benar mencapai akhir proses dari pencarian pertanyaan saya.

Dari permainan pencarian pertanyaan mengenai kemungkinan adanya cara untuk


menghadirkan regularitas sifat grid kedalam bentuk ruang abstrak atau tidak beraturan, saya
menemukan bahwa tidak selamanya keteraturan dalam grid harus ditampilkan dengan jelas
seperti yang dilakukan wright. Dengan metode yang sama, membuatnya menjadi tidak
beraturan atau abstrak pada akhirnya pada pula menghasilkan sebuah keteraturan dalam arti
baru. Hal ini dapat menjadi sebuah metode dalam merancang, yang mana bisa saja sesuatu yang
tidak linear ataupun beraturan memiliki keraturan dalam makna yang berbeda.

Referensi

Dudek, Mark. 2000. Kindergarten Architecture: Space for the Imagination. New York,
Spon Press.
Architectaria. 2015. Beberapa Hal yang Harus Diketahui Tentang Kaca Patri (Stained
Glass). http://architectaria.com/beberapa-hal-yang-harus-diketahui-tentang-kaca-patri-
stained-glass.html, diakses pada 8 Juni 2016.
Freeman, Mark. 2012. Coonley Playhouse Riverside, IL - 1911-1912. Western
Pennsylvania Conservancy. http://franklloydwright.tercenim.com/Coonley.htm, diakses pada
14 Mei 2016.
Richard MacCormac. 1968. The Anatomy Of Wrights Aesthetic.
http://www.mjparchitects.co.uk/about/publications/the-anatomy-of-frank-lloyd-wrights-
aesthetic/, diakses pada 8 juni 2016.
Froebels Gift Foundation. 2013. Froebel Gift 7: Parquetry Tablets.
http://www.froebelgifts.com/gift7.htm, diakses pada 8 juni 2016.
Froebels Gift Foundation. 2013. Sticks & Rings: Froebel Gift 8.
http://www.froebelgifts.com/gift8.htm, diakses pada 8 juni 2016.
Froebels Gift Foundation. 2013. Gift Six: Classic Building Blocks.
http://www.froebelgifts.com/gift6.htm, diakses pada 8 juni 2016.

Anda mungkin juga menyukai