Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN CA ENDOMETRIUM


DI RUANG 9 RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

DEPARTEMEN MATERNITAS

Disusun oleh:
ERISKA PRATIWI
150070300011126
PSIK A/PROFESI NERS 2016
Kelompok 1

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2017
LAPORAN PENDAHULUAN CA ENDOMETRIUM

A. Konsep Dasar Kanker Endometrium


1. Definisi
Kanker endometrium merupakan tumor ganas primer yang berasal dari endometrium
atau miometrium. Sebagian besarnya merupakan adenokarsinoma (90%). Karsinoma
endometrium terutama adalah penyakit pada wanita pascamenopause, walaupun 25% kasus
terdapat pada wanita yang berusia kurang dari 50 tahun dan 5% kasus terdapat pada usia
dibawah 40 tahun (Patofisiologi, Konsep klinis Proses-proses Penyakit.hal 1984).

2. Etiologi
Penyebab pasti kanker endometrium tidak diketahui. Kebanyakan kasus kanker
endometrium dihubungkan dengan endometrium terpapar stimulasi estrogen secara kronis.
Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel pada
rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan pada hewan percobaan di laboratorium
menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker (Brunner and Suddarth: 1999).

3. Epidemiologi
Kanker rahim (uterus) merupakan salah satu jenis kanker yang menakutkan bagi
seorang perempuan. Kanker ini dianggap menjadi penyebab kematian terbesar wanita di
dunia. Ada beberapa penyebab kanker ini, antara lain, hubungan intim di bawah usia 17
tahun.
Kanker rahim merupakan tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim). Kanker ini
sering menyerang wanita di atas usia 50 tahun, tetapi dalam perkembangannya saat ini sudah
sering menyerang wanita di bawahnya akibat gaya hidup tidak sehat. Kanker ini bisa
menyebar (metastase) secara cepat dan pasti. Menyebarnya sel kanker ini bisa secara local
(daerah rahim saja) maupun menyebar ke bagian tubuh lainnya seperti kanalis servikalis, tuba
falopii, ovarium, daerah sekitar rahim, system getah bening atau bagian tubuh lain melalui
pembuluh darah.

4. Faktor risiko
4.1 Faktor resiko reproduksi dan menstruasi.
Kebanyakan peneliti menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai risiko 3x lebih besar
menderita kanker endometrium dibanding multipara. Hipotesis bahwa infertilitas menjadi
factor risiko kanker endometrium didukung penelitian-penelitian yang menunjukkan risiko
yang lebih tinggi untuk nullipara dibanding wanita yang tidak pernah menikah. Perubahan-
perubahan biologis yang berhubungan dengan infertilitas dikaitkan dengan risiko kanker
endometrium adalah siklus anovulasi ( terekspos estrogen yang lama tanpa progesterone yang
cukup), kadar androstenedion serum yang tinggi (kelebihan androstenedion dikonversi
menjadi estrone), tidak mengelupasnya lapisan endometrium setiap bulan (sisa jaringan
menjadi hiperplastik) dan efek dari kadar estrogen bebas dalam serum yang rendah pada
nulipara.
Usia menarch dini (<12 tahun) berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker
endometrium walaupun tidak selalu konsisten. Benyak penelitian menunjukkan usia saat
menopause mempunyai hubungan langsung terhadap meningkatnya kanker ini. Sekitar 70%
dari semua wanita yang didiagnosis kanker endometrium adalah pascamenopause. Wanita
yang menopause secara alami diatas 52 tahun 2,4 kali lebih beresiko jika dibandingkan
sebelum usia 49 tahun (Hidayat: 2009).

4.2 Hormon.
1. Hormone endogen
Risiko terjadinya kanker endometrium pada wanita-wanita muda berhubungan dengan
kadar estrogen yang tinggi secara abnormal seperti polycystic ovarian disease yang
memproduksi estrogen.

2. Hormone eksogen pascamenopause.


Terapi sulih hormone estrogen menyebabkan risiko kanker endometrium meningkat 2
sampai 12 kali lipat. Peningkatan risiko ini terjadi setelah pemakaian 2-3 tahun. Risiko
relative tertinggi setelah pemakaian selama 10 tahun.

4.3 Kontrasepsi oral.


Peningkatan risiko secara bermakna terdapat pada pemakaian kontrasepsi oral yang
mengandung estrogen dosis tinggi dan rendah progestin. Sebaliknya pengguna kontrasepsi
oral kombinasi estrogen dan progestin dengan kadar progesterone tinggi mempunyai efek
protektif dan menurunkan risiko kanker endometrium setelah 1-5 tahun pemakaian.

4.4 Obesitas.
Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker endometrium. Kelebihan 13-22 kg BB ideal
akan meningkatkan risiko sampai 3 x lipat. Sedangkan kelebihan di atas 23 kg akan
meningkatkan risiko sampai 10x lipat.

4.5 Merokok.
Wanita perokok beresiko kali jika dibandingkan yang bukan perokok (factor proteksi)
dan diperkirakan menopause lebih cepat 1-2 tahun.

5 Patofisiologi
Kanker endometrium adalah kanker yang terbentuk di dalam endometrium yang
merupakan lapisan dalam halus rahim atau rahim. Rahim terletak di daerah panggul dan
menyerupai bentuk sebuah pepaya atau buah pir. 90% dari semua kanker rahim yang
terbentuk di endometrium. Profesional medis tidak tahu persis apa yang menyebabkan kanker
endometrium, tetapi telah dikaitkan dengan estrogen terlalu banyak, yang merupakan hormon
wanita. Ini adalah ovarium yang memproduksi estrogen, tetapi mereka juga memproduksi
hormon lain yang disebut progesteron yang membantu untuk menyeimbangkan estrogen.
Kedua hormon harus seimbang, tetapi jika terlalu banyak estrogen yang diproduksi akan
menyebabkan endometrium tumbuh, sehingga meningkatkan risiko kanker endometrium. Ada
faktor lain yang meningkatkan kadar estrogen dan salah satunya adalah obesitas. Jaringan
lemak dalam tubuh juga memproduksi hormon estrogen. Pola makan dengan asupan tinggi
lemak hewani, termasuk daging, susu, dan unggas, bersama dengan makanan olahan dan gula
halus adalah nomor satu penyebab obesitas. Makanan ini harus dihindari terutama oleh
mereka yang beresiko. Mereka yang berisiko adalah wanita yang telah melalui menopause,
tidak punya anak, menderita diabetes, memiliki kanker payudara, atau sering mengkonsumsi
makanan dengan lemak tinggi.
Tanda pertama kanker endometrium adalah perdarahan atau bercak. Pendarahan atau
bercak mungkin tidak selalu hasil dari kanker, tetapi ide yang baik untuk segera
memeriksakan ke dokter agar diperiksa lebih detail lagi. Gejala lain dari kanker endometrium
adalah penurunan berat badan, kelelahan, nyeri panggul, kesulitan buang air kecil dan nyeri
selama hubungan seksual. Kanker ini terutama mempengaruhi wanita yang telah melewati
menopause. Mayoritas kasus pada perempuan berusia 55-70 tahun (Corwin: 1999).

6. Manifestasi Klinis
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan pasca
menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien
yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling banyak
menyertai keluhan utama. Gejalanya bisa berupa:
1) Perdarahan rahim yang abnormal
2) Siklus menstruasi yang abnormal
3) Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi)
4) Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
5) Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40 tahun)
6) Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
7) Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
8) Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
9) Nyeri ketika melakukan hubungan seksual (Isdaryanto: 2010).

7. Klasifikasi Stadium
Saat ini, stadium kanker endometrium ditetapkan berdasarkan surgical staging, menurut
The International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) 1988 :
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ, lesiparaneoplastik seperti hyperplasia
adenomatosa endometrium atau hyperplasia endometrium atipik
I Proses masih terbatas pada korpus uteri
IA Tumor terbatas pada endometrium (miometrium intak)
IB Invasi miometrium minimal, kurang dari separuh miometrium
IC Invasi miometrium lebih dari separuh tebal miometrium
II Proses sudah meluas ke servik, tapi tidak meluas ke atas uterus
IIA Keterlibatan kelenjar endoserviks
IIB Sudah melibatkan stroma serviks
III Proses sudah keluar uterus,tapi masih berada dalam panggul kecil
IIIA Invasi cairan serosa uterus, adneksa, atau hasil positif pada sitologi
cairan peritoneum
IIIB Invasi ke vagina
IIIC Metastasis ke kelenjar getah bening pelvis dan/atau paraaorta
IV Proses sudah keluar dari panggul kecil
IVA Invasi ke kandung kemih dan/atau rectum
IVB Metastasis jauh, termasuk ke organ visera atau KGB inguinal

8. Diagnosis
1) Pelvic exam, dokter memeriksa daerah sepanjang kandungan apakah terdapat lesi, benjolan,
atau mengetahui daerah mana yang terasa sakit jika diraba. Untuk daerah kandungan bagian
atas dokter menggunakan alat speculum. Teknik pemeriksaan ini sebenarnya harus rutin
dilakukan oleh wanita untuk mengetahui kondisi vaginanya (Hidayat: 2009).

Transvaginal untrasound, adalah suatu alat yang dimasukkan ke dalam rahim dan berfungsi
untuk mengetahui ketebalan dinding rahim. Ketebalan dinding yang terlihat abnormal akan
dicek lanjutan dengan pap smear atau biopsi. Pada pemeriksaan USG didapatkan tebal
endometrium di atas 5 mm pada usia perimenopause. Pemeriksaan USG dilakukan untuk
memperkuat dugaan adanya keganasan endometrium dimana terlihat adanya lesi hiperekoik
di dalam kavum uteri/endometrium yang inhomogen bertepi rata dan berbatas tegas dengan
ukuran 6,69 x 4,76 x 5,67 cm. Pemeriksaan USG transvaginal diyakini banyak penelitian
sebagai langkah awal pemeriksaan kanker endometrium, sebelum pemeriksaan-pemeriksaan
yang invasif seperti biopsi endometrial, meskipun tingkat keakuratannnya yang lebih rendah,
dimana angka false reading dari strip endometrial cukup tinggi. Sebuah meta-analisis
melaporkan tidak terdeteksinya kanker endometrium sebanyak 4% pada penggunaan USG
transvaginal saat melakukan pemeriksaan pada kasus perdarahan postmenopause, dengan
angka false reading sebesar 50%. USG transvaginal dengan atau tanpa warna, digunakan
sebagai tehnik skrining. Terdapat hubungan yang sangat kuat dengan ketebalan endometrium
dan kelainan pada endometrium. Ketebalan rata-rata terukur 3,41,2 mm pada wanita dengan
endometrium atrofi, 9,72,5 mm pada wanita dengan hiperplasia, dan 18,26,2mm pada
wanita dengan kanker endometrium. Pada studi yang melibatkan 1.168 wanita, pada 114
wanita yang menderita kanker endometrium dan 112 wanita yang menderita hiperplasia,
mempunyai 5 mm. Metode non-invasif lainnya adalah sitologi ketebalan endometrium
endometrium namun akurasinya sangat rendah (Hidayat: 2009).
3) Pap Smear
adalah metode skrining ginekologi, dicetuskan oleh Georgias Papanikolaou, untuk
mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human papilomavirus. Pengambilan sampel
endometrium, selanjutnya di periksa dengan mikroskop (PA). Cara untuk mendapatkan
sampel adalah dengan aspirasi sitologi dan biopsy hisap (suction biopsy) menggunakan suatu
kanul khusus. Alat yang digunakan adalah novak, serrated novak, kovorkian, explora
(mylex), pipelly (uniman), probet (Hidayat: 2009).
4) Dilatasi dan Kuretase (D&C)
Caranya yaitu leher rahim dilebarkan dengan dilatator kemudian hiperplasianya dikuret. Hasil
kuret lalu di cek di lab Patologi. Memasukkan kamera (endoskopi) kedalam rahim lewat
vagina. Dilakukan juga pengambilan sampel untuk di cek di lab Patologi (Hidayat: 2009).
5) Biopsi endometrium
Endometrial biopsi, teknik pengambilan dan pemeriksaan sampel sel jaringan rahim yang
bertujuan menemukan kanker endometrial dan hanya dilakukan pada pasien yang beresiko
tinggi (Hidayat: 2009).

9. Komplikasi
a. Anemia disebabkan oleh sifat fagosit sel tumor atau adanya perdarahan.
b. Obstruksi khusus disebabkan pembesaran sel-sel tumor yang dapat menekan usus.
c. Depresi sum-sum tulang disebabkan faktor penghasil sel darah merah dari sum-sum tulang
sebagai sistem imun. Sel darah merah berusaha untuk menghancurkan sel-sel tumor sehingga
kerja sel-sel tumor optimal.
d. Perdarahan disebabkan pembesaran tumor pada ovarium yang dapat menyebabkan ruptur

10. Prognosis
Lebih atau kurang 80.000 wanita didiagnosis dengan kanker pada tahun 2005 (panggul
ginekologi keganasan) dan banyak kasus ini kanker rahim. Kanker Serviks Stadium
Prognosis Dari rahim Kanker sekitar 95% adalah endometrium. kanker rahim kebanyakan
terjadi pada wanita menopause dan pada dasarnya adalah pertumbuhan sel yang abnormal di
dalam rahim (neoplasma).
Setelah masalah didiagnosis adalah perawatan yang tepat dapat dimulai. Para gejala yang
paling umum dalam kanker rahim adalah perdarahan postmenopause dan mayoritas
perempuan akan mengidentifikasi ini sebagai tanda peringatan bahwa mereka mungkin
memiliki masalah dan membutuhkan bantuan medis. Untungnya hanya 10% sampai 20%
wanita dengan gejala perdarahan postmenopause sebenarnya memiliki pertumbuhan ganas -
perdarahan abnormal harus dievaluasi medis tanpa penundaan seperti ini sering hasil dalam
diagnosis penyakit pada tahap pertama ketika itu berpotensi dapat disembuhkan dan sangat
diobati.
Beberapa faktor risiko kanker endometrium infertilitas (atau tidak ada anak), estrogen
dihambat, menopause terlambat, obesitas, diabetes, diet tinggi lemak hewani, hipertensi dan
terapi radiasi.

11. Penatalaksanaan
Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan pilihan terapi
untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi, sedangkan staging surgical yang
meliputi histerektomi simple dan pengambilan contoh kelenjar getah bening para-aorta adalah
penatalaksanaan umum adenokarsinoma endometrium.
1) Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim). Kedua tuba
falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor bisa
menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal
kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. Jika ditemukan
sel-sel kanker di dalam kelenjar getah bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah bening
tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka
kemungkinan kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Jika sel kanker belum
menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim), maka penderita tidak perlu menjalani
pengobatan lainnya.

2) Radioterapi
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di daerah yang
disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan. Angka
ketahanan hidup 5 tahun pada pasien kanker endometrium menurun 20-30% dibanding
dengan pasien dengan operasi dan penyinaran. Penyinaran bisa dilakukan sebelum
pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh
sel-sel kanker yang tersisa). Stadium I dan II secara medis hanya diberi terapi penyinaran.
Pada pasien dengan risiko rendah (stadium IA grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi
adjuvan pasca operasi.
- Radiasi adjuvan diberikan kepada :
Penderita stadium I, jika berusia diatas 60 tahun, grade III dan/atau invasi melebihi setengah
miometrium.
Penderita stadium IIA/IIB, grade I, II, III.
Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberi terapi tersendiri (Prawirohardjo, 2006).
Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker endometrium :
Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk mengarahkan sinar ke
daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama beberapa
minggu dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pada radiasi eksternal tidak ada zat
radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh.
Radiasi internal (AFL): digunakan sebuah selang kecil yang mengandung suatu zat radioaktif,
yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama beberapa hari. Selama menjalani
radiasi internal, penderita dirawat di rumah sakit.
3) Kemoterapi
Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi merupakan terapi sistemik
yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau
metastase ke tempat lain.
A. Tujuan Kemoterapi
Kemoterapi bertujuan untuk :
(1) Membunuh sel-sel kanker.
(2) Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
(3) Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.
B. Jenis kemoterapi:
1) Terapi adjuvan
Kemoterapi yang diberikan setelah operasi, dapat sendiri atau bersamaan dengan radiasi, dan
bertujuan untuk membunuh sel yang telah bermetastase.
2) Terapi neoadjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa tumor, biasanya
dikombinasi dengan radioterapi.
3) Kemoterapi primer
Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan kecil untuk diobati, dan
kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol gejalanya.
4) Kemoterapi induksi
Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya.
5) Kemoterapi kombinasi
Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi.

C. Kemoterapi pada Kanker Endometrium


Adjuvan AP (Doxorubicin 50-60 mg/m2,
Cisplatinum 60 mg/m2 dengan interval 3
minggu)
Kemoradiasi Cis-platinum 20-40 mg/m2 setiap minggu
(5-6 minggu)
Xelloda 500-1000mg/hari (oral)
Gemcitabine 300mg/m2
Paclitacel 60-80 mg/m2, setiap minggu
(5-6 minggu)
Docetaxel 20 mg/m2setiap minggu (5-6
minggu)
Peran kemoterapi dalam pengobatan kanker endometrium sedang dalam penelitian
clinical trial fase II . Kemoterapi yang dipakai antara lain Daxorubicin, golongan platinum,
fluorouracil, siklofosfamid, ifosfamid, dan paclitaxel. Hasil penelitian menunjukkan kanker
endometrium pasca operasi yang diikuti kemoterapi kombinasi memiliki angka survival lebih
tinggi.Berikut ini rekomendasi pemberian kemoterapi:

Karakteristik penderita Rekomendasi


Tumor stadium lanjut atau rekuren Kemoterapi
(cisplatin/doxorubicin/paclitaxel)
Tumor stadium lanjut atau rekuren Hormonal therapy (oral progestin atau
dengan reseptor positif dan/atau grade 1 magestrol asetat)
atau 2
Tumor stadium III-IVA Operasi diikuti kemoterapi

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


B. Pengkajian
1. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas
Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : Wanita yang menopause Umur :
secara alami diatas 52 tahun 2,4 kali lebih beresiko jika dibandingkan sebelum usia 49 tahun.
Suku /bangsa :
Agama :
Pendidikan : Pendidikan dan status social ekonomi diatas rata-rata
meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium akibat konsumsi terapi pengganti
estrogen dan rendahnya paritas.
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
No Telp : No Telp :
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan pasca
menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien
yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling banyak
menyertai keluhan utama.

c. Status Kesehatan
1. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : Usia menarch dini (<12 tahun) berkaitan dengan meningkatnya risiko
kanker endometrium walaupun tidak selalu konsisten.
b. Siklus : dapat mengalami perdarahan diluar siklus haid dan lebih panjang
(banyak atau bercak)
c. Jumlah : lebih banyak
d. Lamanya : dapat memanjang
e. Sifat Darah : encer atau bergumpal
f. Teratur / tidak : mengalami perubahan
g. Dismenorhea : dapat terjadi
h. Fluor albus : berlebihan, berbau, purulen, bercampur darah
i. HPHT :
2. Riwayat Penyakit yang lalu:
Menggali riwayat penyakit yang pernah dan sedang diderita oleh ibu khususnya penyakit
ginekologi,diabetes dan hipertensi.
3. Riwayat penyakit keluarga
Menggali riwayat penyakit keluarga, karena kanker endometrium berisiko pada wanita yang
memiliki riwayat genetik.
4. Riwayat Sosial Budaya
a. Status Emosional :
Menggali kondisi emosional ibu yang berkaitan dengan penyakitnya.
b. Tradisi :
Menggali kebiasaan-kebiasaan terhadap penyakitnya (merokok atau perokok pasif),
sirkumsisi.
5. Riwayat Penyakit Sekarang:
Masalah yang mungkin terjadi ketidaknyamanan yang berkaitan dengan perubahan pola
menstruasi (perdarahan banyak), nyeri, adanya keputihan, keluhan lain yang disebabkan oleh
penekanan tumor pada vesika urinaria, uretra, ureter, rectum, pembuluh darah dan limfe.
d. Pola Fungsi kesehatan Gordon
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker endometrium dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah
kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang mengandung zat zat
kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker endometrium.
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas
dari kanker endometrium gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang
dialami oleh pasien.
3. Pola Nutrisi.
Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh peran nutrisi,
terutama tingginya kandungan lemak hewani dalam diet. Konsumsi sereal, kacang-kacangan,
sayuran dan buah terutama yang tinggi lutein, menurunkan risiko kanker yang memproteksi
melalui pitoestrogen.
4. Pola Eliminasi.
Pola eliminasi yang dialami oleh ibu. Apakah ibu mengalami obstipasi, retensi urine, poliuri
yang dapat disebabkan metastase sel kanker.
5. Pola kognitif perseptual
Pada klien dengan kanker endometrium biasanya tidak terjadi gangguan pada pada panca
indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit kanker
endometrium, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Meskipun penyakit ini tidak
disebabkan dari berganti ganti pasangan.
7. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan latihan.
Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3=
dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
Pasien dengan kanker endometrium wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari
asupan nutrisi yang berkurang akibat dari terapi yang dijalaninya, selain itu pasien juga akan
merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan
aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker endometrium sehingga harus
beristirahat total.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien
menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri
yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya
perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk
dari vagina. Kaji Riwayat penggunana kontrasepsi Menggali jenis dan lama kontasepsi yang
digunakan (pemakaian KB suntik 3 bulan lebih dari 6 tahun, KB IUD).
9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen koping
pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit.

10. Pola peran - hubungan


Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Apakah
penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya. Pasien dengan kanker
endometrium harus mendapatkan dukungan dari suami serta orang orang terdekatnya
karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan pasien. Biasanya koping keluarga akan
melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit kanker
endometrium.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.

2. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN UMUM
a. KU :
b. Tekanan darah : Hipertensi menjadi factor risiko pada wanita pancamenopause
dengan obesitas.
c. Denyut nadi :
d. Pernapasan :
e. Suhu :
f. Berat Badan : Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker endometrium.
Kelebihan 13-22 kg BB ideal akan meningkatkan risiko sampai 3 x lipat. Sedangkan
kelebihan di atas 23 kg akan meningkatkan risiko sampai 10x lipat.

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Muka
Pucat jika mengalami gangguan pola menstruasi
b. Dada
Pemeriksaan ginekologi sadaris (ada tidaknya penyebaran).
c. Abdomen
Pemeriksaan nyeri tekan. Adanya masa.
d. Genetalia
Terdapat sekret pervaginam (banyak, kekuning-kuningan, berbau amis atau busuk, dapat
bercampur darah, purulent), perdarahan.
Terdapat lesi, erosi, tukak kecil, tumor papiller, tumor eksofitik
e. Ekstremitas
Bisa terdapat oedema pada ekstremitas atas dan bawah

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Penanganan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan akibat kanker endometrium.
2. PK Anemia
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan akibat proses penyakit.
4. Disfungsi seksual berhubungan dengan koitus yang nyeri akibat nekrosis jaringan akibat
kanker endometrium.
Post Penanganan Operasi, Radiasi, Chemoterapi
1) Mual berhubungan dengan iritasi gastrointestinal akibat kemoterapi
2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat
kemoterapi
3) PK Anemia
4) Ketidakefektifan kinerja peran berhubungan dengan kehilangan fungsi peran sebagai wanita
akibat tindakan operatif pengangkatan rahim.

4. DIAGNOSA PRIORITAS
1. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan akibat kanker endometrium.
2. Nausea berhubungan dengan iritasi gastrointestinal akibat kemoterapi
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat
kemoterapi
5. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Nyeri kronis Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x NIC Label >> Pain management
berhubungan dengan jam diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol, Lakukan pengkajian yang komprehensif
nekrosis jaringan akibat dengan kriteria hasil: terhadap nyeri, meliputi lokasi, karasteristik,
kanker endometrium. NOC Label >> Discomfort level onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Klien tidak mengeluh nyeri nyeri, serta faktor-faktor yang dapat memicu
Klien tidak merintih kesakitan
nyeri.
Klien tidak gelisah
Observasi tanda-tanda non verbal atau isyarat
Wajah klien tampak relaks
dari ketidaknyamanan.
NOC Label >> Pain level
Gunakan strategi komunikasi terapeutik
Klien tidak melaporkan adanya nyeri
dalam mengkaji pengalaman nyeri dan
Klien tidak merintih ataupun menangis
Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah terhadap menyampaikan penerimaan terhadap respon
nyeri klien terhadap nyeri.
RR dalam batas normal (16-20 kali/menit) Kaji tanda-tanda vital klien.
Nadi dalam batas normal (60-100 kali/menit) Kaji pengetahuan dan pengalaman klien
NOC Label >> Pain control terhadap nyeri klien.
Diskusikan bersama klien mengenai faktor-
Klien dapat mengenali onset nyeri
Klien dapat mendeskripsikan faktor-faktor penyebab faktor yang dapat memperburuk nyeri klien.
Evaluasi bersama klien dan tim medis
nyeri
Klien dapat mengontrol nyerinya dengan mengenai riwayat keefektifan intervensi nyeri
menggunakan teknik manajemen nyeri non yang pernah diberikan pada klien.
Kontrol faktor lingkungan yang dapat
farmakologis
Klien menggunakan analgesik sesuai rekomendasi. menyebabkan ketidaknyamanan, seperti suhu
Klien melaporkan nyeri terkontrol.
ruangan, pencahayaan, kebisingan).
Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri non
farmakologi, (mis: teknik terapi musik,
distraksi, guided imagery, masase dll).
Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai
indikasi.
6. EVALUASI
No DIAGNOSA EVALUASI
1 Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan akibat Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x jam diharapkan
kanker endometrium. nyeri berkurang atau terkontrol, dengan kriteria hasil:
NOC Label >> Discomfort level
Klien tidak mengeluh nyeri telah tercapai
Klien tidak merintih kesakitan telah tercapai
Klien tidak gelisah telah tercapai
Wajah klien tampak relaks telah tercapai
NOC Label >> Pain level
Klien tidak melaporkan adanya nyeri telah tercapai
Klien tidak merintih ataupun menangis telah tercapai
Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah terhadap nyeri telah tercapai
RR dalam batas normal (16-20 kali/menit) telah tercapai
Nadi dalam batas normal (60-100 kali/menit) telah tercapai
NOC Label >> Pain control
Klien dapat mengenali onset nyeri telah tercapai
Klien dapat mendeskripsikan faktor-faktor penyebab nyeri telah
tercapai
Klien dapat mengontrol nyerinya dengan menggunakan teknik
manajemen nyeri non farmakologis telah tercapai
Klien menggunakan analgesik sesuai rekomendasi telah tercapai
Klien melaporkan nyeri terkontrol telah tercapai
2 Nausea berhubungan dengan iritasi gastrointestinal akibat Setelah diberikan asuhan keperawatn selama x24 jam diharapkan
kemoterapi
nausea pasien teratasi, dengan criteria hasil:
1. NOC Label >> Nausea and Vomiting Control
Klien menyadari onset dari nausea secara teratur tercapai
Klien dapat menghindari faktor penyebab nausea dengan baik tercapai
Klien melakukan tindakan pencegahan nausea dengan teratur tercapai
Klien dapat melaporkan mual, muntah, dan dapat dapat mengontrol
muntahnya dengan baik tercapai
2. NOC Label >> hidrasi
Status hidrasi: hidrasi kulit membran mukosa baik, tidak ada rasa haus
yang abnormal, urin output normal tercapai
3 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan:
penampilan akibat proses penyakit. NOC>> Adaptation to Physical Disability
Mengungkapkan secara verbal untuk mengatur ketidakmampuan
(skala 5) tercapai
Mampu beradaptasi dari ketebatasan fungsi tubuh (skala 5) tercapai
Mampu menggunakan strategi untuk mengurangi stress yang
berhubungan dengan ketidakmampuan (skala 5) tercapai
Mampu menggunakan sumber komunitas yang ada (skala 5) tercapai
NOC label >> Body Image
Mampu menjelaskan gambaran internal diri (skala 5) tercapai
Sikap mampu menyentuh bagian tubuh yang berpengaruh pada citra
tubuh (skala 5) tercapai
Sikap mampu menggunakan strategi untuk pengingkatan fungsi (skala
5) tercapai
Peningkatan hak perubahan tubuh untuk aging (skala 5) tercapai
NOC label >> Coping
Mampu mengidentifikasi pola koping yang efektif (skala 5) tercapai
Mampu mengidentifikasi pola koping yang tidak efektif (skala 5)
tercapai
Melaporkan penurunan stress (skala 5) tercapai
Melaporkan penurunan perasaan negative (skala 5) tercapai
Melaporkan peningkatan kenyamanan psikologi (skala 5) tercapai

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC
Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC
Hidayat. 2009. Askep Ginekologi. http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/08/askep-ginekologi/. [Akses : Maret 2011]
Isdaryanto. 2010. Tanda-Tanda Kanker Endometrium | Gejala Kanker Mulut Rahim. http://www.isdaryanto.com/cara-mencegah-kanker-
endometrium. [Akses : 7 Juli 2013]
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Moorhed, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2008. Nursing Outcames Classification (NOC) Fourth
Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Dochterman, Joanne M, Gloria N. Bulecheck. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2. Jakarta : EGC
Robbins. 1999. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika
Sjaifoellah Noer. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta : FKUI
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai