Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI KABUPATEN SERANG
Tini Apriani
Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) Kementerian Dalam Negeri
Jl. Kramat Raya No. 132 Senen, Jakarta
No. Telp.: +62 21 3101955
Email : tiniapriani@yahoo.com
Dikirim: 4 Juli 2014 Direvisi: 12 Agustus 2015 Disetujui: 26 Oktober 2015
Abstrak
Diterapkannya sistem desentralisasi memberikan kewenangan yang besar pada daerah untuk
mengembangkan kapasitas pemerintah daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan melalui
pengembangan kapasitas sumber daya manusia aparatur. Namun demikian, selama kurang lebih satu
dasawarsa terakhir, upaya ini masih belum optimal guna mencapai hasil yang diharapkan. Kajian ini
dilakukan untuk memotret pengembangan kapasitas sumber daya manusia aparatur di Kabupaten
Serang, dilaksanakan pada tahun 2012. Metode pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif,
dengan penggunaan data primer dan sekunder. Hasil kajian menunjukkan kualitas sumberdaya manusia
masih rendah, banyak jabatan struktural yang belum terisi, rekrutmen belum didasarkan pada analisis
jabatan, evaluasi jabatan belum dilakukan, penilaian kinerja individu berdasarkan kompetensi belum
dilakukan, serta sebagian besar pegawai belum mendapatkan diklat sesuai dengan jabatannya.
Disarankan untuk melakukan penataan sistem rekrutmen; analisis jabatan; evaluasi jabatan; penyusunan
standar kompetensi jabatan; penilaian individu berdasarkan kompetensi; pengembangan database
pegawai; dan perbaikan kurikulum pendidikan dan pelatihan.
Kata kunci: Sumber Daya Manusia, Pengembangan, Kapasitas.
Abstract
Implementation of a decentralized system gives great authority to the regions to develop the capacity of
local governments in the implementation of government affairs through the development of human
resource capacity of the apparatus. However, for more than a decade, these efforts are still not optimal
to achieve the expected results. This study was conducted to capture the human resource capacity
development of Serang regency officials, implemented in 2012. The method used in this study is
descriptive qualitative method, using the primary and secondary data. The results of the study
demonstrates that the quality of human resources is still low, there are many positions in the
organization structure are unfilled, the employee recruitment system is not based on job analysis, job
position evaluation system have not been implemented, individual performance evaluation is not done
according to competency based assessment, and employees have not received training according to
their job position. It is recommended to perform system setup on recruitment; job analysis; Job
evaluation; setting on job competency standard; competency based individual assessment; employee
database development, and improvement on education and training curricula.
Keywords: Human Resource, Development, Capacity.
290 | Jurnal Bina Praja | Volume 7 Nomor 4 Edisi Desember 2015 : 289 - 300
zaman yang sangat pesat. Siagian (1996) : beberapa (1999): penyelenggaraan tugas pekerjaan
alasan utama perlunya pengembangan SDM, yakni: administrasi negara yang semakin luas dan rumit
1) adanya pegawai baru yang tidak mempunyai menuntut kemampuan dan kemauan (ability and
kemampuan secara penuh untuk melaksanakan willingness) orang-orang untuk memikul tanggung
tugasnya; 2) pengetahuan pegawai yang perlu jawab untuk mengarahkan perilaku mereka sendiri.
pemuktakhiran; 3) perubahan, tidak hanya karena Paling tidak terdapat tiga keterampilan yang perlu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, akan dimiliki setiap pegawai, sehingga proses manajemen,
tetapi juga karena pergeseran nilai-nilai sosial termasuk dibirokrasi dapat berlangsung secara
budaya; dan 4) kemungkinan perpindahan pegawai. rasional, efektif, dan efisien, yakni: keterampilan
Schuler dan Youngblood (dalam Eade, 1998) : teknik, keterampilan kemanusiaan, dan keterampilan
pengembangan SDM aparatur pada suatu organisasi konseptual. Vroom (dalam Luthans, 2002) : rumusan
akan mencakup berbagai faktor, seperti diklat, P = C x M, yang artinya pelaksanaan tugas pekerjaan
perencanaan dan manajemen karir, peningkatan yang dapat memberikan buah hasil yang bermanfaat
kualitas dan produktivitas kerja, serta peningkatan (P= performance) hanya dapat dijamin apabila
kesehatan dan keamanan kerja. Ivancevich (2002) : didukung oleh kemampuan (C = competence) dan
memasukkan pula faktor motivasi kerja dan kemauan (M= motivation) yang memadai.
penilaian prestasi kerja sebagai aspek yang tercakup Berdasarkan pandangan-pandangan di atas,
dalam pengembangan SDM aparatur. Osborne dan dapat dikatakan bahwa pengembangan SDM aparatur
Gaebler (dalam Eade, 1998) : lebih mementingkan dilakukan untuk menciptakan aparatur yang memiliki
pengembangan visi aparat pemerintah dalam profesionalisme, yakni aparatur yang memiliki
memberikan pelayanan kepada publik. Hal itu karakteristik: 1) seseorang yang memiliki
sejalan dengan desentralisasi, pengembangan SDM keterampilan dan keahlian teoritis ilmiah tertentu
aparatur yang perlu diarahkan pada pembentukan sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan
visi, inovasi, dan kemampuan aparat untuk digelutinya; 2) mampu menyumbangkan ilmu dan
melaksanakan semangat wirausaha dalam tenaganya secara optimal untuk kelancaran usaha
pelaksanana tugas mereka. CIDA (dalam Enemark, tempat kerjanya; 3) dapat mendorong peningkatan
2006): bahwa pengembangan SDM aparatur produktivitas yang berkelanjutan; 4) memiliki sikap
menekankan manusia sebagai alat maupun tujuan untuk terus menerus memperbaiki dan meningkatkan
akhir pembangunan keahlian dan keterampilannya; 5) disiplin dan patuh
Dalam jangka pendek, hal itu dapat diartikan aturan profesionalisme dan tempat kerjanya; dan 6)
sebagai pengembangan pendidikan dan pelatihan memiliki kesiapan untuk berubah atau melakukan
untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknis, penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang
kepemimpinan, dan tenaga administrasi sesegera tengah berlangsung atau bahkan mampu
mungkin. Upaya ini ditujukan pada kelompok menciptakan perubahan (Handayaningrat, 1995).
sasaran tertentu, yakni mereka yang terlibat dalam Pengembangan merupakan alat utama untuk
sistem sosial-ekonomi di negara tersebut. Emmeriji menyesuaikan antara tugas dan pekerjaan dengan
(dalam Calquit, 2006) : pengembangan SDM kemampuan, ketrampilan dan kecakapan serta
aparatur merupakan tindakan: a) kreasi SDM; b) keahlian dari setiap pegawai. Pengembangan juga
pengembangannya; dan c) menyusun struktur merupakan faktor yang harus diselenggarakan dalam
insentif atau upah sesuai dengan peluang kerja yang administrasi kepegawaian modern dan merupakan
ada. Luthans (2002) : ada 8 (delapan) tujuan usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai agar
pengembangan SDM aparatur, yaitu: 1) produktivitas lebih cakap, trampil dan memahami dengan jelas
personil organisasi (productivity); 2) kualitas produk tugas yang harus dilakukannya sesuai dengan
organisasi (quality); 3) perencanaan SDM (human kedudukannya sebagai seorang administrator.
resources planning); 4) semangat personil dan iklim Program-program pengembangan SDM yang
organisasi (morale); 5) meningkatkan kompensasi diimplementasikan dalam bentuk off dan on the job
secara tidak langsung (indirect compensation); 6) misalnya tidak dilakukan dengan benar dan terkesan
kesehatan dan keselamatan kerja (health and safety); hanya sekedar menghabiskan anggaran yang
7) pencegahan merosotnya kemampuan personil tersedia, akibatnya dapat diduga bahwa peningkatan
(absolerence prevention); dan 8) pertumbuhan skill, knowledge dan ability sebagai tujuan utama
kemampuan personil (personal growth). Steward yang harus diraih menjadi terdistorsi. Dengan
(dalam Calquit, 2006): mengatakan bahwa modal demikian, kebijakan penyiapan SDM aparatur yang
intelektual merupakan kekayaan organisasi, karena memiliki kinerja akan berkaitan dengan jenis dan
modal intelektual adalah muatan intelektual yang sifat pengembangan yang akan dilakukan untuk
dimiliki pegawai, yang berupa pengetahuan, memenuhi kebutuhan aparatur yang berkualitas.
informasi, hak pemilihan intelektual, pengalaman Komponen pendukung. Reformasi birokrasi
yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. yang selama ini telah banyak dibahas dalam berbagai
Millen (2006): sebab pada dasarnya setiap anggota literatur administrasi publik, menggambarkan
organisasi memiliki tujuan yang sama yaitu perubahan paradigma sekaligus perubahan struktur
mencapai tujuan organisasi. Hersey and Blanchard
292 | Jurnal Bina Praja | Volume 7 Nomor 4 Edisi Desember 2015 : 289 - 300
HASIL DAN PEMBAHASAN pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 2.
Di Kabupaten Serang, masih terdapat pegawai
Jumlah pegawai di Kabupaten Serang pada yang berpendidikan SD dan SLTP, yakni masing-
tahun 2012 adalah sebanyak 3.718 orang yang terdiri masing sebanyak 15 orang (0,40 persen) dan 24
dari 1.441 orang laki-laki atau 38,76 persen dan orang (0,65 persen). Sedangkan pegawai yang
2.277 orang perempuan atau 61,24 persen. Gambaran berpendidikan pascasarjana strata 2 baru sebanyak
mengenai komposisi pegawai berdasarkan kelompok 26 orang (0,70 persen).
umur di kabupaten Serang dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan jabatan yang diduduki, dari
Dilihat dari kelompok umurnya, sebagian sebanyak 360 orang (9,68 persen) pegawai
besar pegawai di lingkungan pemerintah Kabupaten menduduki jabatan struktural, sebanyak 2.653 orang
Serang berada pada usia produktif, yaitu usia 2040 (71,36 persen) menduduki jabatan fungsional khusus,
tahun. Jumlah pegawai usia tersebut adalah sebanyak dan sisanya, 705 orang (18,96 persen) menduduki
972 orang (26,14 persen). Sedangkan jumlah jabatan fungsional umum. Hal itu dapat dilihat pada
pegawai usia di atas 40 tahun adalah sebanyak 401 Tabel 3.
orang (10,79 persen). Dari jabatan struktural yang diduduki
Dilihat dari pendidikannya, sebagian besar pegawai, sebanyak 195 orang (5,24 persen)
pegawai di lingkungan pemerintah Kabupaten menduduki jabatan struktural eselon IV a, sebanyak
Serang berpendidikan SLTA, yakni sebanyak 1.216 68 orang (1,83 persen) menduduki jabatan eselon III
orang (32,71 persen). Sedangkan yang berpendidikan b, 37 orang (1,00 persen) dengan jabatan eselon III a,
di atas SLTA, termasuk sarjana hingga pasca sarjana eselon II b sebanyak 23 orang (0,62 persen) dan
adalah sebanyak 2.463 orang (66,25 persen). eselon II a (0,01 persen) sebanyak 1 orang. Hal
Gambaran komposisi pegawai berdasarkan tingkat tersebut dapat dilihat apada Tabel 4.
Tabel 1. Komposisi Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur Kabupaten Serang Tahun 2012
Tabel 2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Serang Tahun 2012
294 | Jurnal Bina Praja | Volume 7 Nomor 4 Edisi Desember 2015 : 289 - 300
Tabel 5. Komposisi Pegawai Berdasarkan Diklat Yang Diikuti
Kabupaten Serang Tahun 2012
(Kementerian PAN dan BKN) koordinasi mengenai dalam law enforcement-nya. Pertama, aturan hukum
penetapan formasi PNS masih lemah. Peraturan ini mengatur kehidupan PNS termasuk yang tidak
tentang penggajian juga dinilai memiliki kelemahan berkaitan langsung dengan pelaksanaan tugasnya.
karena gaji yang diberikan kepada pegawai kurang Kedua, pelanggaran disiplin terlalu diakomodir dan
mampu memenuhi kebutuhan hidup layak. Di hukuman yang diberikan sangat lunak. Ketiga, dalam
samping itu, gaji yang diberikan kepada pegawai praktiknya aturan-aturan dalam PP No. 30 Tahun
hanya didasarkan pada golongan pangkat/ruang dan 1980 ini seringkali tidak berjalan secara efektif di
masa kerja serta tidak mempertimbangkan kinerja lapangan baik disebabkan oleh individu PNS itu
yang dicapai oleh pegawai. Pejabat pembina yang tidak mematuhi peraturan tersebut maupun oleh
kepegawaian yang dijabat oleh kepala daerah yang pimpinan yang tidak tegas menegakkan aturan. PNS
merupakan pejabat politis, sewaktu-waktu dapat yang akan mengikuti suatu diklat tidak didasarkan
menimbulkan permasalahan bagi pegawai karena pada training needs assessment (TNA) untuk
secara tidak langsung sering terkait dengan isu-isu mengetahui competency gap. Disain kurikulum dan
politik. program pendidikan dan pelatihan yang diikuti oleh
Persoalan lain, aturan-aturan yang terdapat PNS harus mampu memperkecil competency gap
dalam PP No. 30 Tahun 1980 ternyata sangat longgar tersebut. Dalam hal ini, pendekatan pendidikan dan
296 | Jurnal Bina Praja | Volume 7 Nomor 4 Edisi Desember 2015 : 289 - 300
pelatihan merupakan competence-besed training. undangan yang mengatur tentang pola karier
Namun dalam kenyataannya, tidak semua lembaga pegawai. Padahal pola karier pegawai sangat penting
pendidikan dan pelatihan PNS mengikuti pendekatan sebagai dasar pengembangan karier dan potensi
atau metode ini. Bahkan pengiriman PNS ke pegawai sehingga pengangkatan pegawai dalam
pendidikan dan pelatihan dalam rangka menduduki suatu jabatan struktural dapat dilakukan secara adil
jabatan sering terjadi tidak terkait dengan dan transparan. Jika pola karier telah terwujud, maka
pengembangan kariernya. Hal ini tentu sangat boros seorang pegawai dapat mengetahui arah perjalanan
sebagai akibat diabaikannya training needs dan bahkan merencanakan kariernya serta jabatan
assessment. yang akan diembannya sesuai kompetensi yang
Secara lebih mikro, permasalahan dimiliki selama jangka waktu tertentu, misalnya
penyelenggaraan kepegawaian daerah menyangkut sepuluh tahun ke depan. Kondisi pola karier aparatur
seluruh sistem manajemen sumber daya aparatur pemerintah saat ini belum didasarkan pada standar
daerah sejak dari perencanaan, pengadaan, sampai kompetensi baik persyaratan umum, persyaratan
pensiun. manajerial, dan persyaratan teknis, sehingga
Dari sisi perencanaan, hingga saat ini belum berdampak kurang positif terhadap kinerja
terdapat perencanaan kebutuhan pegawai yang jelas instansinya. Sistem kenaikan pangkat yang
dan rinci. Umumnya pemerintah daerah belum diberlakukan selama ini masih bersifat administrasi
memiliki peta kebutuhan pegawai (semacam dan masih belum dikaitkan dengan prestasi kerja
manpower planning), paling tidak untuk lima tahun yang dihasilkan pegawai. Penyebab lainnya adalah
ke depan. Proses rekrutmen selama ini, pemerintah kelemahan sistem pengukuran kinerja sehingga
daerah mengajukan usulan kebutuhan pegawai ke pegawai yang berprestasi kurang mendapat perhatian
pemerintah pusat, namun pemerintah daerah belum dan penghargaan yang adil. Pegawai yang prestasi
menghitung secara sangat cermat mengenai jumlah kerjanya tidak bagus masih memungkinkan untuk
dan kualifikasi pegawai yang dibutuhkan, naik pangkat/golongan. Kendala yang terjadi adalah
ketersediaan anggaran untuk gaji dan tunjangan, ketidaksesuaian antara kompetensi dengan pekerjaan
serta mempertimbangkan kelebihan pegawai yang diemban. Permasalahan ini muncul antara lain
dan/atau tenaga honorer. Perencanaan kebutuhan disebabkan pada saat rekruitmen, kebutuhan yang
pegawai hanya didasarkan pada usulan yang diinginkan oleh pemerintah daerah tidak sesuai
diajukan oleh masing-masing unit kerja kepada dengan lowongan pekerjaaan yang ada. Hal yang
bagian kepegawaian untuk diteruskan oleh kepala lain, pengembangan jabatan fungsional masih selalu
daerah kepada Kementerian PAN untuk diabaikan oleh pemerintah daerah, padahal melalui
mendapatkan penetapan formasi. Perencanaan yang jabatan fungsional dapat dikembangkan
seperti ini hanya bersifat jangka pendek dari tahun ke profesionalisme aparatur.
tahun, sehingga tidak dapat memetakan kebutuhan Persoalan lainnya menyangkut mutasi-
secara menyeluruh terhadap kebutuhan pegawai baik promosi pegawai terkait dengan pengangkatan dalam
kualifikasi pendidikan, keahlian, jumlah, distribusi jabatan struktural yang sangat kental dengan nuansa
menurut instansi dan kriteria-kriteria lain sesuai politik lokal. Dari sisi promosi, promosi pegawai ke
kebutuhan pembangunan dan visi/misi daerah. dalam jabatan struktural belum didasarkan pada
Dari sisi beban kerja, secara umum beban kinerja pegawai yang bersangkutan. Promosi pejabat
kerja mayoritas pegawai belum optimal karena porsi struktural masih dilakukan dengan cara dukung-
pekerjaan yang diselesaikan oleh pegawai masih mendukung. Fenomena ini muncul karena besarnya
berada di bawah kapasitas optimal yang seharusnya. otoritas kepala daerah dalam pengelolaan
Terdapat pengangguran tidak kentara di lingkungan kepegawaian di daerah. Fungsi Badan Pertimbangan
pemerintah daerah karena beban kerja pegawai yang Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) sendiri juga
tidak sepadan dengan jumlah pegawai yang ada. kurang efektif karena Ketua Baperjakat dijabat
Akibatnya, pekerjaan yang seharusnya dapat langsung oleh Bupati. Dengan demikian,
dilakukan oleh dua atau tiga orang, kenyataannya kepentingan politis juga sering mendominasi proses
dilakukan secara gotong royong oleh empat orang promosi pejabat struktural di daerah. Akibatnya,
atau lebih. Pada sisi lain, pegawai yang good sangat sulit memperoleh pejabat struktural yang
performer ini biasanya dipakai oleh pimpinan, kompeten dan profesional di bidangnya karena
sedangkan yang bad performer cenderung kurang pengangkatan dan keberadaan pejabat yang diangkat
dipercaya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan hanya untuk melayani penguasa (pejabat negara pada
yang berat dan serius. Akibatnya, kelompok ini akan daerah yang bersangkutan). Hal ini juga banyak
mengalami under employment sehingga luntang- terjadi pada daerah-daerah lain yang sulit dihindari
lantung di unit kerjanya. Beban kerja pegawai yang dan dikontrol.
tidak seimbang ini pada dasarnya disebabkan oleh Dari sisi mutasi, terdapat permasalahan
tidak tersedianya uraian tugas (job description) pada mengenai obyektivitas pemerintah daerah dalam
saat mereka diterima menjadi calon pegawai. penempatan pegawai sesuai dengan kompetensi
Dari sisi pola karier, sampai saat ini, pegawai dasar dan bidang masing-masing pegawai. Masih
di Indonesia belum memiliki peraturan perundang- sedikit jumlah pemerintah daerah yang secara serius
298 | Jurnal Bina Praja | Volume 7 Nomor 4 Edisi Desember 2015 : 289 - 300
Daftar Pustaka Organisasi dan Manajemen, Voume. 1, Nomor
1, September 2005.
Amri, Agus Suryono dan Suwondo, 2009. Hersey, P. and K. H. Blanchard, 1999. Leadership and
Pengembangan Sumberdaya Aparatur Sebagai the One Minute Manager, New York: William
Upaya Meningkatkan Kinerja: Studi di Kantor Morrow.
Sekretariat Daerah Kabupaten Sumbawa, Ivancevich, John M. and Michael T. Matteson, 2002.
WACANA, Vol. 12 No.3 Juli 2009. Organizational Bahavior and Management,
Armstrong, Michael, 2006. A Handbook of Human Boston: McGraw-Hill.
Resource Management Practice, London, Keban, Yeremias T., 2011, Menuju Sistem
Philadelphia: Kogan Page. Ketatalaksanaan Pemerintahan Yang Baik,
Colquit, Jason A., Jeffery A. LePine & Michael J. bahan presentase pada Diklatpim I Angkatan
Wesson, 2009. Organizational Behavior: XXII LAN RI, 30 September 2011.
Improving Performance and Commitmen in Luthans, Fred, 2002. Organizational Behavior, Boston:
the Workplace, New York: McGraw-Hill- McGraw-HillIrwin.
Irwin. Milen A. 2006. Capacity Building: Meningkatkan
Eade, D., 1998, Capacity Building: An Approach to Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:
People-Centered Development, Oxford, UK: Pembaruan.
Oxfam, GB. Siagian, Sondang P., 1996. Manajemen Sumber Daya
Edralin, J.Sl, 1997. The New Local Governance and Manusia, Jakarta: CV. Haji Masagung
Capacity Building: A Strategic Approach, Siswanto, 2006. Studi Pengembangan Kapasitas
Regional Development Studies, Vol.3, p.148- Litbang Kesehatan di Daerah Provinsi
150. Kalimantan Timur (Suatu Analisis Situasi),
Enemark, Stig, 2006. Capacity Building for Balitbang Depkes, Jakarta.
Institutional Development in Surveying and Soeprapto, Riyadi, 2007. Pengembangan Kapasitas
Land Management, paper presented in the Pemerintah Daerah Menuju Good
Promoting Land Administration and Good Governance, Jakarta: PT Gunung Agung.
Governance, 5th FIG Regional Conference Suryanto, 2006. Reformasi Kebijakan Pelaksanaan
Accra, Ghana, March 8-11, 2006. Administrasi Pemerintahan Daerah,
Hanif, Nurcholis, 2005. Pengembangan Kapasitas Jurnal Desentralisasi Vol. 7 No.4 Tahun 2006.
Pemda: Upaya Mewujudkan Pemda yang http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/6167/
Menyejahterakan Masyarakat, Jurnal diunduh tanggal 14 Agustus 2012