Anda di halaman 1dari 9

RESPIRATORY SYSTEM

Prof.Dr. A.A.Depary, DTM&H, SpParK

Paragonimus westermani
(Kerbert 1878, Braun 1899)

Hospes Definitif : manusia, kucing, kucing hutan, harimau, macan, dll.

Distribusi : Ditemukan di Negara-negara Asia sebagai human paragonimiasis


terutama di China, Korea, Jepang.
Di Indonesia ditemukan autochtone pada binatang.

Besarnya : Badannya tebal, berukuran panjang 10 mm, lebar 5 mm dan tebal 5 mm.
Kira-kira sebesar dan mirip biji kopi.

Habitatnya : Cacing dewasa hidup dalam paru-paru, mungkin juga dalam organ
lain sebagai laesi ektopik.
Pada paragonimiasis, sejumlah laesi ektopik sering ditemukan dalam
rongga dada, rongga perut, diaphragma, pericard, hati, scrotum,
subkutan dinding abdomen, otak, sumsum tulang, orbita, dll.
Cacing dewasa biasanya hidup dalam kapsul fibrosa di parenchym
paru-paru, biasanya berdua-duaan dalam satu kista.
Dalam jaringan paru terjadi pneumonitis, haemorrhagis dan cirrhosis
pulmonal.
Telur keluar bersama sputum, besarnya 95 x 55 .
Siklus hidup : Dalam waktu 3 minggu telur di air, ovum tumbuh menjadi
miracidium dan menetas. Miracidium masuki Hospes Perantara I
(keong air Melania: M S R1 R2 C). Cercaria masuki HP II
(ketam/udang : metacercaria).
Manusia mendapat infeksi dengan memakan ketam/udang yang
mentah. Ekskistasi terjadi dalam duodenum, larva menembus dinding
usus ke rongga peritoneum, menembus diaphragma masuk ke paru-
paru.
Tidak jarang tersesat ke organ lain (extra-pulmonary paragonimiasis,
ectopic paragonimiasis).
Banyak dilaporkan di Jepang, kasus-kasus paragonimiasis pada
manusia karena makan daging babi hutan mentah.
Babi bertindak sebagai Hospes Paratenik metacercaria sesudah makan
kepiting/udang.

Patologi Klinik : Gejala paru berupa batuk-batuk, sesak napas, haemoptysis yang
bercampur telur-telur parasit.
Pemeriksaan sinar-x menunjukkan tanda seperti tuberkulosis paru.

Diagnosis : Menemukan telur dalam sputum/tinja.


Reaksi immunologik

Gambar 1. Potongan paru-paru.


Potongan melintang dari P.westermani yang terletak
di dalam kavitas dengan kapsul fibrosa yang tebal dan berisi 2 parasit.
Gambar 2. P.westermani dewasa. Gambar 3. P.westermani dewasa.
Cacing dewasa dengan permukaan konveks. Cacing yang masih hidup segera
Cacing dewasa dengan permukaan konveks. setelah eksisi, berwarna merah muda; kemungkinan dapat
melihat melalui bagian dalam tubuh.

Gambar 4. P.westermani dewasa. Gambar 5. P.westermanis dewasa.


Spesimen yang dipipihkan dan diwarnai. Spesimen yang dipipihkan dan diwarnai.
Di dapat dari seekor anjing yang diinfeksi dengan metaserkaria Di dapat dari seekor anjing yang diinfeksi dengan metaserkaria
yang dikumpulkan dari kepiting air tawar, yang dikumpulkan dari kepiting air tawar,
Eliocheir japonicus, Ehime, Jepang. Potamon dehaani, Akita, Jepang.
Gambar 6. Telur P.westermani. Gambar 7. Semisulcospira bensoni (sinonim S. Libertina).
Relatif besar, coklat kekuningan dengan penebalan Hospes Perantara pertama dari P.westermani.
pada ujung posterior. Antara bagian kiri dan kanan
terlihat asimetris, dan pelebaran maksimum terlihat
di bagian pertengahan anterior.

Gambar 8. Serkaria dari P.westermani. Gambar 9. P.dehaani


Ekor yang putus atau serkaria microcercous

Gambar 10. Procambarus clarki (betina). Gambar 11. Metaserkaria dari P.westermani
Dikumpulkan dari Niigata, Jepang. Didapat dari insang Eliochoir japonicus, Ehime, Jepang.
Pewarnaan hematoksilin besi.
Gambar 12. Meteserkaria dari P.Westermani. Gambar 13. Sinar X dada dari paragonimiasis paru-paru.
Larva setelah ekskistasi. Pewarnaan Carmine.

Gambar 14. Foto Sinar X dada dari paragonimiasis paru-paru. Gambar 15. Tes intradermal yang positif pada paragonimiasis.
Seorang laki-laki berumur 19 tahun. Respons yang khas terhadap
antigen dari P.westermani.

Amoebiasis paru / pleura


Amoebiasis : adanya infestasi Entamoeba histolytica dalam tubuh
dengan atau tanpa gejala.
Infestasi dapat terjadi di mana saja dalam tubuh, intestinal dan
ekstra-intestinal.
Amoebiasis intestinal biasanya di colon. Di rongga colon
trophozoit Entamoeba histolytica berkembang-biak dalam bentuk
minuta, hidup dari ampas-ampas isi colon dan bakteri-bakteri
(non-pathogenik). Dari bentuk minuta dapat berubah menjadi
bentuk histolytika dan bentuk ini menginvasi jaringan dinding
colon (pathogenik). Atau dari bentuk minuta berubah ke stadium
kista dan keluar secara pasif bersama tinja. E.histolytica stadium
kista inilah yang merupakan anasir penular pada amoebiasis.

Bentuk histolytica (jaringan ekstra-intestinal)

Bentuk histolytica (jaringan dinding colon)

Bentuk minuta (lumen colon) Stadium kista (kontaminan)

Stadium kista (lumen colon) Stadium kista (lingkungan)

Amoebiasis ekstra-intestinal merupakan metastasis hematogen /


lymphogen dari amoebiasis intestinal. Amoebiasis ekstra-intestinal
tersering dijumpai pada hepar, kemudian pada paru / pleura.
Amoebiasis ekstra-intestinal dimana pun dalam tubuh selalu
merupakan abscess. Abses amoeba itu merupakan pseudo-abses,
tidak berisi pus, hanya berisi jaringan yang lysis, steril.
Jadi amoebiasis paru / pleura adalah amoebic pulmonal / pleural
abscess.
Amoebic pulmonal / pleural abscess juga dapat terjadi karena
perforasi amoebic liver abscess. Sering ke paru / pleura kanan
karena amoebic liver abscess tersering di lobus kanan hepar.
Perforasi ke cavum pleurae menyebabkan empyema thorax.
Selanjutnya empyema ini dapat menyebabkan komplikasi fistula
pleurobronchial dan abses paru.
Dalam hal demikian maka isi fistula dan abses adalah jaringan
hepar yang lysis (chocolade pus, anchovy sauce).
Gejala : sesak napas, hemoptysis, demam.
Lab. : leukositosis, LED meningkat
Pemeriksaan tinja kadang E.histolytica +
Pemeriksaan serologik +
Pemeriksaan sputum diharapkan +
Radiologik/ultrasonogram/CT Scan : menentukan adanya, lokasi dan
bersarnya abses.
Therapy : Metronidazole

Lung passage of nematode larvae


Nematoda yang mengalami lung passage dalam siklus
hidupnya :
Ascaris lumbricoides
Necator americanus
Ancylostoma duodenale
Strongyloides stercoralis

Cacing-cacing itu dalam siklus hidupnya dalam tubuh


manusia (tuan rumahnya) harus mengalami lung passage
yaitu larva-larvanya bersama darah melalui paru sebelum
tertelan oleh pharynx melalui oesophagus ke usus halus dan
dewasa.

Dari kapiler-kapiler pembuluh darah paru, larva menembus


masuk ke alveoli, dari alveoli merangkak ke arah proximal
saluran napas sambil berkembang dan tukar kulit.

Selama dalam paru larva cacing ini menyebabkan


pneumonitis dan pada penderita yang hipersensitif dapat
terjadi allergic pneumonitis dengan tanda-tanda dan gejala :
- demam
- batuk-asthmatik
- hemoptysis

Radiologik dijumpai infiltrat paru dan pada pemeriksaan


darah dijumpai eosinophilia.
Biasanya penyakit ini self-limiting dalam beberapa hari.
Penyakit ini dinamai Loefflers Syndrome
Pada pemeriksaan sputum dapat dijumpai larva Ascaris atau
larva Ancylostoma atau telur, larva, cacing dewasa
Strongyloides.
Therapy : simptomatik
Thiabendazol 25 mg/kg BB (kunyak) 2x/hari (2-3 hari)
untuk strongyloidiasis.

Anda mungkin juga menyukai