Anda di halaman 1dari 16

STRATEGI PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH

DENGUE DENGAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN


PENGETAHUAN

OLEH :

MUHAMMAD CRYSTANDY
NIM : 1111192030

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2014
LATAR BELAKANG
Demam Bedarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang
masih menimbulkan masalah kesehatan di negara sedang berkembang
termasuk Indonesia peningkatan insiden DBD tersebut diduga karena
banyaknya vektor dan kepadatan penduduk.
Penyakit yang ditularkan oleh vektor seperti Demam Berdarah
Dengue (DBD), malaria , filariasis dan cikungunya adalah merupakan
suatu masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk di indonesia.
Terjadinya perubahan cuaca atau iklim yang mempengaruhi perubahan
resiko penularan penyakit terutama penyakit yang diakibatkan oleh vektor
nyamuk.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit febris akut
ditemukan pertama kali terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di
Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan
dinamai pada tahun 1779. Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara
pada Tahun 1950-an dan hingga tahun 1975 demam berdarah ini telah
menjadi penyebab kematian utama diantaranya yang terjadi pada anak-
anak di daerah tersebut (Depkes, 2006).
Di Indonesia demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah
satu penyakit yang endemis dan hingga saat ini angka kesakitan DBD
cenderung meningkat dan kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi
di berbagai daerah di Indonesia ( Depkes RI, 2005)
Indonesia sebagai negara yang mempuanyai kota-kota besar
dikenal sebagi kota yang endemik DBD ( Demam Berdarah Dengue)
seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makasar, Lampung, Palembang
termasuk Medan. Di Sumatera Utara, beberapa kabupaten/kota sudah lama
menjadi daerah endemik DBD, seperti Langkat, Tanjung Balai, Binjai,
Deli Serdang, Tebing Tinggi, Serdang Bedagai dan lainnya.
Semakin padat penduduk suatu kota, maka penularan Penyakit
Demam Berdarah Dangue akan semakin mudah dan semakin cepat.
Banyaknya berbagai konsep program pemberantasan dan pencegahan
DBD seperti adanya kelompok kerja atau Kelompok Kerja Fungsional
yang ada di Desa yang dikatakan sangat efektif untuk memberantas sarang
nyamuk.Semuanya merupakan upaya mengurangi populasi nyamuk Aedes
aegypti yang membawa virus dengue.
Kita semua tahu istilah 3M untuk pemberantasan sarang nyamuk,
namun faktanya, penularan penyakit ini masih saja berlanjut sepanjang
tahun, tanpa dipengaruhi intervensi yang dilakukan. Atau, faktanya,
apakah intervensi yang dilakukan sudah benar?
Memang bisa saja rakyat bergerak sendiri tanpa adanya perintah
pimpinan wilayah tetapi berapa banyak partisipasi masyarakat yang
muncul dengan sendirinya. Penurunan jumlah kasus atau lebih dikenal
dengan Incidence Rate yang ditetapkan secara nasional tidak boleh lebih
dari 5 (lima kasus dalam 100.000 penduduk selama satu tahun) tidak
pernah tercapai di suatu daerah endemik. Terlebih lagi terdapat masalah di
bagian sektor informal baik itu yang datang dari pemerintah dalam hal ini
petugas kesehatan atau dinas terkait mengenai masalah pencatatan dan
pelaporan dari seluruh unit layanan kesehatan yang belum maksimal.

Demam Berdarah Dengue


Menurut Depkes (2005), Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirus yang
ditandai dengan demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas,
berlangsung terus menerus selama 27 hari, manifestasi perdarahan
(peteke, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, perdarahan mukosa,
perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji tourniquet
(Rumple Leede) positif, trombositopeni (jumlah trombosit 100.000/l,
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit 20%) disertai atau tanpa
pembesaran hati (hepatomegali).
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai
DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat
menghisap darah manusia.

Ciri-ciri nyamuk Aedes Agypti


Vektor yang menjadi penyebab Penyakit DBD mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
Nyamuk Aedes Aegypti bertubuh belang hitam-putih, suka
berkembang biak di tempat yang bisa digenangi air terutama air
bersih.
Nyamuk betina biasanya yang menghisap darah
Nyamuk ini biasanya menghisap darah setiap 2-3 hari sekali,
biasanya pada pagi hari antara pukul 08.00 12.00 dan sore hari
antara pukul 16.00 17.00 mereka perlu menghisap banyak darah
untuk menyuburkan telurnya.
Setelah kenyang nyamuk betina perlu istirahat, mereka suka santai-
santai si tempat lembab, diruangan remang-remang, digerumbul
tanaman hias, ditirai rumah, bahkan di baju-baju yang di gelantung.

Dan nyamuk ini mempunyai ruang lingkup perkembangan :


Nyamuk Aedes Aegypti biasa bertelur di dinding tempat air yang
tidak mengalir
Setelah 7-10 hari, telur-telur ini akan tumbuh menjadi nyamuk
Rata-rata umur nyamuk betina 2-3 bulan, sedangkan yang jantan
hanya 14 hari.

Cara penularan

Penyakit Demam Berdarah Dengue Terdapat tiga faktor yang


memegang peranan pada penularan, yaitu mausia, virus dan vektor
perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes
Aegypti. Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies
yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang
kurang berperan. Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat
menggigit

Manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang


berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 10 hari (extrinsic
incubation period) sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia pada
saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di
dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama
hidupnya (infektif). Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas
4 6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.
Penularan dari manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum
panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue


Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit
demam berdarah.Pencegahan utama demam berdarah terletak pada
menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Insiatif
untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot
bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan
nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal
hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes
Aegypti.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan
agar terhindar dari penyakit demam berdarah yang mungkin secara pribadi
dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari- hari :

1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin


olahraga, dan istirahat yang cukup;

2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan


tempat tinggal dan melakukan 3M plus , yaitu menguras bak mandi,
menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-
barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik
nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak
baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila
barang-barang bekas tersebut didaur-ulang.

3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa,


sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya
harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan
nyamuk.
4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita
mengalami demam atau panas tinggi karena penanganan yang tepat
dan cepat dalam mengatasi masalah kesehatan dapat berakibat baik
pada masyarakat yang mengalami ganguan kesehatan.

5. Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu


pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan
malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak
nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita
DBD nya.

Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui
metode pengontrolan atau pengendalian vektornya yang mungkin sering
dilakukan dan digalakan oleh para pemerhati Penyakit Demam Berdarah :

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,


modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping
kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.

2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada


tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).

3. Pengasapan/fogging.

4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat


penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-
lain.

Setelah kita mengerti bentuk penyakit DBD baik itu pengertian, cara
penularannya dan pencegahannya penulis ingin mengupas lebih lanjut lagi
mengenai hal-hal apas aja yang mengakibatkan Penyakit ini masih saja mewabah
hingga sampai sekarang ini, dan mengapa sampai saat ini negara Indonesia masih
belum mencapai target nasional dalam menurunkan jumlah kasus dan tingkat
kesakitan yang ada.
Kenapa hal ini tersa sulit terwujud ? hal ini apabila kita telaah dan kita
bahas lebih lanjut ada beberapa hal yang saling terkait dan berhubungan sehingga
kita mengetahui solusi yang terbaik yang bisa jalankan untuk mengatasai
permasalahan tersebut :

Sulitnya Memberantas Vektor Yang Telah Terlihat Nyata.


Sebenarnya beberapa kejadian penyakit yang berhubungan dengan
vektor nyamuk sering terjadi khususnya BBD namun masih saja banyak
Kejadian Luar Biasa terjadi kembali dan berulang untuk kesekian kalinya
di berbagai wilayah yang endemik penyakit DBD baik itu tingkat
kabupaten atau kota di Indonesia. Dapat dipastikan kalau kita tidak
merubah cara penanggulangan DBD secara nasional, menyeluruh dan
serentak, Indonesia tidak mungkin bisa bebas dari suatu Kejadian Luar
Biasa Demam Berdarah Dengue (KLB DBD).
Virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Nyamuk Aedes
aegypti adalah vektor pembawa virus dengue penyebab penyakit demam
berdarah. Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue,
yang merupakan virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus
dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah.
Keempat virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4
Para ilmuwan atau peneliti sampai sekarang ini masih bersaing
dengan virus dangue yang mengalami perkembangan untuk mencari
vaksin yang tepat untuk penangan virus Dangue ini. Jenis vektor penular
yaitu berupa nyamuk DBD sudah tidak asing lagi bagi masyarakat yaitu
Aedes aegypti, masyarakat biasanya mengenal ciri fisik nyamuk tersebut
dengan ciri tubuh berwarna belang-belang hitam putih.
Nyamuk Aedes aegypti mempunyai prilaku yang berbeda dengan
nyamuk biasa hal ini dikarenakan aktif dari pagi sampai sekitar jam 3 sore
untuk menghisap darah yang juga berarti dapat menyebarkan virus demam
berdarah.Perilaku nyamuk dewasa, habitat perkembangbiakannya sudah
dipahami oleh para ilmuwan. Masyarakat pada umumnya sudah mendapat
pengetahuan terhadap nyamuk tersebut yaitu nyamuk menggigit pada
siang hari dan mempunyai tempat perkembangbiakan di genangan air
bersih dan daerah yang mempunyai banyak pohon seperti taman atau
kebun, di kontainer buatan yang berada di permukiman penduduk, dan
juga kontainer alamiah, seperti di pohon dan bunga-bungaan.
Namun ada satu hal yang kita lupakan dari pengamatan kita. Aedes
selalu berupaya mempertahankan spesiesnya dengan merubah perilakunya
agar keturunannya tetap survive. Aedes aigepty juga sudah banyak yang
resisten (kebal) terhadap insektisida yang lazim digunakan apabila
penggunaannya dengan dosis yang tidak sesuai dan daerah jangkauan serta
ritme yang tidak optimal.
Meskipun DBD sudah banyak diketahui oleh petugas kesehatan
dan masyarakat, namun penyakit Demam Berdarah Dengue masih sering
terjadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman tentang DBD dan
cara pengendaliannya serta antisipasi pencegahan masih sangat lemah dan
dapat dikatakan masih sekedar pasrtisipatif dan mengikuti orang lain yaitu
retrorika dan ceremonial belaka, inilah yang menjadi perhatian bersama
terhadap Penyakit Demam Berdarah dan menjadi tolak ukur mengapa
Penyakit DBD masih sering terjadi.

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang Disebabkan


Lingkungan

DBD merupakan salah satu penyakit yang disebabkan lingkungan.


Sehingga tidak ada cara yang lebih baik untuk mencegah terjadinya
penularan kecuali dengan memutus rantai penularan penyakit tersebut,
yaitu mencegah gigitan nyamuk dan memberantas nyamuk penularnya.
Dalam upaya penanggulangannya dibutuhkan pemikiran dan
penelitian para ahli seperti :
Ahli lingkungan sebagai seorang yang mengerti dalam penataan
lingkungan diharapkan nantinya tidak ada tempat yang menjadi
berkembangnya vektor nyamuk,
Ahli serangga sebagai seorang yang mengerti bentuk, ciri dan
perkembangan nyamuk yang di tinjau dari seekor serangga.
Ahli insektisida sebagai seorang yang ahli dalam bidang
pemberantasan vektor nyamuk.
Peranan biologi molekuler juga diperlukan dalam mengamati dan
mengupayakan menghentikan penularan trans-ovarial pada
nyamuk aedes. Penularan trans ovarial adalah penularan secara
intra molekuler pada sel-sel telur nyamuk terinfeksi, sehingga
begitu telur nyamuk menetas menjadi jentik, di dalam tubuhnya
telah mempunyai virus dengue yang menetap hingga nyamuk
dewasa dan siap ditularkan kepada manusia melalui gigitannya.

Dari beberapa ahli tersebut diharapkan nantinya memberikan


sumbangsih masing-masing kepada pengambil keputusan dan memberikan
masukan terkait masalah demam berdarah yang sedang terjadi dan
mewabah di berbagai wilayah yang ada ada di indonesai.
Banyaknya Jumlah kasus DBD berhubungan dengan tingkat
partisipasi masyarakat untuk mengontrol perkembangnya nyamuk Aedes
aegypti sebagai vektor pembawa virus Dengue pada wilayah tertentu.
Partisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh pimpinan wilayah baik
tingkat kelurahan, kecamatan dan wilayah kabupaten/kota. Memang dalam
praktiknya masyarakat mampu bergerak sendiri tanpa komando pimpinan
wilayah namun hanya sedikit masyarakat yang mampu untuk
berpartisipasi untuk melakukannya.
Petugas kesehatan mempunyai kewajiban dan peran yang mutlak
dalam hal Penyakit DBD, bukan saja di bidang pengobatan (kuratif), tapi
lebih kepada promosi kesehatan dan tindakan pencegahan (preventif).
Peranan petugas kesehatan mencakup semia elemen kesehatan
yang ada dalam suatu wilayah baik dalam instansi pemerintah maupun
swasta. Besarnya peranan tenaga kesehatan dalam masyarakat adalah
upaya untuk melakukan penyuluhan dan promosi yang dilakukan secara
terus menerus dan berkesinambungan khususnya pada daerah yang
endemik DBD.
Berbagai lintas sektoral harus juga ikut bertanggung jawab dalam
melakukan kegiatan promosi dan penyuluhan seperti Kepala wilayah
(camat dan lurah) beserta jajarannya yang proaktif turun menjadi
penggerak di masyarakat tentunya akan meningkatkan partisipasi
masyarakat dibandingkan Kepala Wilayah yang hanya berharap kepada
masyarakat bergerak sendiri mengatasi permasalahan yang ada di wilayah
tersebut.
Berbagai upanya pemerintah dalam melakukan penanggulangan
Penyakit Demam Berdarah Dengue ternyata belum berjalan secara efektif
seperti Slogan 3 M plus, karena masih saja hanya sebatas slogan dan tidak
aplikatif dan tidak membudaya.
Berbagai upaya untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan
terutama untuk mencari sumber-sumber tempat hidup nyamuk harus terus
menerus dilakukan. Di dalam rumah, setiap anggota keluarga harus
mengamati tempat-tempat hidupnya jentik nyamuk seperti tampungan air
dispenser, tampungan air di belakang kulkas, bak-bak mandi dan
tampungan air lain didalam rumah. Selain itu vas bunga baik didalam
maupun sekitar rumah harus diamati ada tidaknya air yang tergenang yang
potensial untuk perindukan jentik nyamuk. Semua harus secara terus
menerus diamati agar tidak berpotensi berkembangbiak oleh jentik
nyamuk, hal seperti ini yang harus kita lakukan tidak hanya sebatas
pemahan.
Cuaca juga menjadi fokus kita bersama seperti Kondisi hujan yang
terjadi dan diselingi dengan cuaca panas akan berakibat terbentuknya
genangan air yang memungkinkan telur nyamuk cepat berkembang
menjadi jentik nyamuk dan menjadi dewasa. Harus diamati kaleng-kaleng
bekas, ban-ban bekas, botol-botol bekas minuman, serta drum-drum bekas
dan barang pecah belah lain yang berserakan disekitar rumah yang
potensial untuk digenangi air hujan untuk hidupnya jentik nyamuk.oleh
sebab itu perlu pembenahan dan pendidikan terkait Penyakit Demam
Berdarah Dangue tersebut tidak hanya berpatokan kepada selogan 3 M
plus tetapi lebih memperhatikan dan menyesuaikan kondisi lingkungan
yang ada.

Merubah Pemahaman Masyarakat tentang Demam Berdarah Dangue


Perlu perubahan pemahaman kesehatan lama yang mengutamakan
pelayanan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif digantikan paradigma
pembangunan kesehatan baru, yaitu paradigma sehat yang bersifat
proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan
diharapkan mampu menciptakan masyarakat mandiri dalam menjaga
kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Program DBD harus mengutamakan promotif dan preventif
termasuk peningkatan kualitas petugas sebagai seorang yang paling
didepan dalam meningkatkan pemahaman epidemiologi penyakit.
Langkah ini harus diprogramkan dan dilaksanakan secara
berkesinambungan dan berkerjasama dengan sektor terkait. Tindakan yang
dilakukan tidak hanya dilakukan secara mendadak dan apabila terdapat
suatu masalah kesehatan seperti ketika Kejadian Luar Biasa (KLB), tetapi
tetap dan terus menerus dilakukan. Dengan meningkatkan pemahaman
pada masyarakat, maka masyarakat menjadi mandiri dan mampu secara
aktif melindungi dirinya sendiri.

Upaya penanggulanagan DBD dengan 3M Plus Belum Maksimal


Sampai saat sekaran ini memang masih belum ditemukan
pengobatan yang efektif dalam mengobati baik itu berupa vaksin
pencegahan DDB sehingga pencegahan dan penanggulangan penyakit
DBD ini tergantung pada pengendalian vektor penyakit ini dalam hal ini
nyamik Aiges Aegypti dari hal tersebut maka kita sebagai masyarakat atau
teanaga kesehatan berfikit tentang bagaimana strategi yang baik dilakukan
untuk pengendalian vektor DBD tersebut dan dimana letak kesalahan yang
perlu di perabaiki dalam pengendalian nyamuk yang telah kita lakukan.

Pada beberapa tahun belakangan ini memang secara nasional telah


ditekankan kepada program pembentukan suatu perkumpulan atau
kelompok kerja, yang bertugas memantau kelapangan atau mencatat hasil
suatu laporan penyakit namun sampai saat sekarang ini di berbagai daerah
tingkatan penyakit yang ada semakin meningkat dan menimbulkan
berbagai spekulasi bahwa pembentukan program yang sudah di jalankan
tidah berjalan dengan baik, dalam hal ini tingkatan pemantauan seharusnya
juga dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan.
Ada beberapa program yang sering kita dengar dalam kondisi
penyakit tersebut seperti PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan 3M
yang pada saat sekarang ini lebih mengenal tentang 3M Plus.
Gerakan 3M itu sendiri dikenal dengan gerakan menguras, menutup
dan mengubur.
- MENGURAS bak mandi, vas dan tempat penampungan air
minimal 1 minggu sekali. Menabur bubuk abete atau altosid pada
tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras.
- MENUTUP rapat-rapat tempat penampungan air. Atau,
memelihara ikan di tempat-tempat penampungan air.
- MENGUBUR barang-barang bekas yang dapat menampung air
Seharusnya 3M plus yang digalakan disini adalah terkait plus dalam arti
kata pencegahann yang pentig.
- Perilaku hidup bersih: gerakan 3 M di atas sebenarnya bagian dari
ini, dan tentu perilaku hidup bersih ini masih banyak yang bisa kita
lakukan, baik untuk diri sendiri, rumah maupun lingkungan
- Mengonsumsi makanan bergizi untuk kesehatan prima: adalah
kunci untuk memperkuat pertahanan tubuh agar lebih kuat terhadap
infeksi virus atau kuman penyebab penyakit.
- Memperbaiki kesehatan lingkungan, penyemprotan (fogging,
perbaikan saluran air, tempat sampah umum, dll adalah bagian dari
ini)

Dewasa ini pesan-pesan tentang 3M plus sudah tidak secara gencar


dilakukan, ini menjadi tugas kita bersama untuk kembali menggalakan dan
merencanakan kegiata secara nasional dan serempak dan teratur secara
menyeluruh kegiatan ini juga tidak hanya pada idividu rumah sendiri
namun dari pada itu masyarakat juga harus peduli terhadap rumah atau
fasilitas umum yang tidak dipergunakan lagi seperti rumah yang tak
berpenghuni dan fasilitas umum yang ada di taman yang dapat
menimbulkan genangan air untuk berembangnya vektor dari nuamu
tersebut.
Pada sampai sekarang ini saja di awal tahun ini sudah banyak
kejadian di berbagai daerah dengan peningkatan jumlah kasus yang ada
pada masyarakat seakan-akan masyarakat telah lupa dengan bentuk
pencegahan yang pernah di galakan oleh pemerintah untuk mencegah
penyakit demam berdarah.
Tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan, sangat
erat kaitannya dengan masih rendahnya akses sanitasi kepada masyarakat.
Untuk itu, peningkatan akses masyarakat terhadap akses air bersih, jamban
yang sehat, harus lebih mendapatkan perhatian khusus. Untuk itu,
penerapan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) dan upaya penyehatan
lingkungan, diharapkan bisa menjadi upaya alternatif dalam
mengendalikan dan mengurangi kasus kejadian penyakit berbasis ling-
kungan yang sering menyerang masyarakat kita.

Pemberdayaan masyarakat adalah salah satu starategi penaggulangan


DBD
Penyakit yang menjadi masalah nasiaonal ini sampai sekaran ini
telah menjadi perhatian dan pemikiran kita semua untuk mencari solusi
yang tepat. Tidak ada cara yang lebih ampuh untuk mengatasi penyakit
DBD selain dengan cara memberdayakan masyarakat.
Permasalahan penyakit ini terus menjadi hal yang mengancam di
tengah perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu. Untuk itu
diperlukan kesadaran individu seluruh masyaraka agar berdaya sehat dan
tidak meremehkan berbagai penyakit menular yang mungkin saja bisa
timbul.
Harapanya kedepan dengan masyarakat yang mampu mandiri
dalam kehidupan yang sehat rakyat indonesia diharapkan dapat secara
mandiri, sadar, mau dan mampu mencegah, mengatasi dan
mempromosikan berbagai ancaman kesehatan yang bisa saja timbul
tentunya dengan memanfaatkan potersi daerah setempat yang beragam
secara gotong royong atau saling membantu.
Ketika strtegi dan harapan masyarakat tersebut sudah berjalan
tentunya harus dibarengi dengan meningkatnya akses pelayanan kesehatan
yang berkualitas, meningkatnya penelitian terhadap penyakit,
meningkatnya informasi dan monitoring terhadap setiap kejadian
khususnya DBD serta meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Dengan meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pencegahan
dan penanggulangan penyakit menjadi kunci keberhasilan dalam
pemberantasan Penyakit DBD.untuk mendorong meningkatnya peran aktif
masyarakat tersebut maka upaya-upaya petugas kesehatan sebagai garda
terdepan adalah mengupayakan komunikasi yang efektif dengan berbagai
penyuluhan yang dilaksanakan secara intensif dan berkesinambungan
melalui berbagai media massa dan sarana. Selain itu peranan sektor terkait
baik itu individu dan pemangku jabatan harus lebih intensif dalam
melakukan pertemuan yang berguna untuk memulai perencanaan,
pelaksanaan dan penilain suatu program.
Namun sekarang ini yang tidak boleh dilupakan adalah
peningkatan profasinalisme pengelolaan program DBD sebagaimana
seharusnya agar hal tersebut dapat dicapai tentunya diperlukan adanya
peningkatan sumber daya manusia.
Tentang pola pembinaan masyarakat juga tidak semudah yang bisa
kita bayangkan perlunya pemikiran kegiatan yang tepat untuk masyarakat
yang sesuai dengan tingkatan daerahnya yang tidak hanya berfokus pada
pada tingginya tingkat aspirasi masyarakat saja karna belum tentu
masyarakat mau melakukan program pemberdayaan tersebut namun lebih
kepada mengakui dan menghargaimasyarakat yang ada adalah sebagai
komponen yang mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka, memecahkan
masalah yang terdapat di lingkungannya, serta mampu melakukan upaya-
upaya yang bermanfaat secara bersama-sama. Dalam hal ini tentunya
menekankan kepada pemberian motivasi atau promosi yang mendalam
bagi masyarakat khususnya dalam pemberantasan penyakit DBD.
Perlunya motivasi atau bentuk intervensi dari dinas terkait kepada
masyarakat sehingga masyarakat terangsang untuk dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan yang ada dan memenuhi kebutuhan mereka sendiri
dalam hal ni tidak jauh berbeda dengan pola pendidikan dimana
masyarakat memecahkan masalah sesuai dengan potensi yang ada dalam
sayarakt tersebut.

Kesimpulan
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah
diketahui adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada penderita
lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi
penduduk disekitarnya.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk
diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan
malam hari).
Pemberantasan Penyakit DBD harus dimulai dari akar masalah
yang ada dengan memutus rantai penyakit yang ada dengam
memperhatikan lingkungan karena DBD adalah penyakit yang
berwawasan lingkungan, peningkatan pelayanan dan perubahan
pemahaman masyarakat tentang penyakit ini perlu terus di tingkatkan
untuk mencapai tingkat kesehatan masyarakat tanpa penyakit Demam
Bedarah Dangue. Sejalan dengan itu perlu pengutamaan promotif dan
preventif termasuk peningkatan kualitas petugas kesehatan sebagai bagian
terdepan dalam peningkatan pemahaman epidemiologi penyakit.

Saran
Peningkatan pemahaman tentang DBD perlu dilakukan terhadap
semua lapisan masyarakat, yang diawali pada semua petugas kesehatan
pemerintah dan swasta di suatu daerah. Baru kemudian ke tingkat
lurah/kepala desa, kepala lingkungan, ketua RW, ketua RT, organisasi
profesi, ilmuwan, dan masyarakat termasuk PKK, LSM, pemberdayaan
anak sekolah, serta lintas sektor terkait.
Daftar Pustaka
Widoyono, Penyakit Tropis edisi kedua(epidemiologi, penularan, pencegahan dan
pemberantasannya), ERLANGGA, Jakarta,2011
WHO, Pencegahan Dan Pengendalian Dengue Dan Demam Berdarah Dengue:
Panduan Lengkap, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2002
Misnadiarly, Demam Berdarah Dengue (DBD),Pustaka Populer Obor,
Jakarta,2009
Kementrian Kesehatan RI, Buletin Jendela Epidemiologi (Demam Berdarah
Dengue) volume 2, Jakarta,2010
Sumber web :
http://www.depkes.go.id
http://artikesehatan.wordpress.com/dbd/
http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/10
http://puskesmas-wanasari-brebes.blogspot.com/2013

Anda mungkin juga menyukai