Bab Ii
Bab Ii
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Definisi Masalah
1. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi
Fitria, 2012)
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang
adanya stressor. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri
Keterangan :
a. Respon Adaptif
1. Asertif
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau
kelegaan.
2. Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan,
kepuasan, atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut
b. Respon Maladaptif
1. Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mengungkapkan perasaan
lingkungan.
C. Pengkajian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
definisi ini, perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada
diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi
7
dalam dua bentuk, yaitu perilaku kekerasan saat sedang berlangsung atau
Deden, 2013)
sangsi penganiayaan.
2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan.
3) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif
agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasif terhadap pelaku kekerasan
(permissive).
4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbic, lobus frontal,
2. Faktor Presipitasi
8
interaksi dengan orang lain. Kondisi pasien seperti ini kelemahan fisik
Prabowo, 2014)
4. Akibat
9
D. Pohon Masalah
Resiko Tinggi Mencederai Diri, Orang Lain, dan Lingkungan.
PPS : Halusinasi
Perilaku
Regimen
Terapeutik
Inefektif Isolasi Sosial :
Harga Diri
Koping Keluarga Rendah Menarik Diri
Tidak Efektif
Berduka Disfungsi
E. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat.
2. Perilaku kekerasan.
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
4. Regimen inefektif terapeutik
5. Koping Keluarga tidak Efektif
F. Perencanaan
Setelah menegakkan diagnosis keperawatan, perawat melakukan
kekerasan.
2) Klien mampu memilih cara yang konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahannya.
3) Klien mampu mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol.
4) Klien memperoleh dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku dan
interaksi, membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap ali betemu
pasien.
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan
yang lalu.
3) Diskusikan persaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan,
pada saat marah, yaitu secara verbal terhadap : Orang lain, diri
kekerasan secara, fisik : pukul bantal dan kasur, tarik nafas dalam,
dan pukul kasur bantal, susun jadwal latihan napas dalam dan pukul
kekerasan dengan patuh minum obat : latih pasien minum obat secara
teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama
12
obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar
dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum
obat, susun jadwal inum obat secara teratur, ikut sertakan pasien
kekerasan.
pada klien.
c. Ajarkan klien mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan dengan cara
SP II Pasien
SP III Pasien
SP IV Pasien (lampiran)
SP V Pasien (lampiran)
teratur.
c. Anjurkan klien memasukkan ke jadwal harian klien.
penyebab, tanda, dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari
perilaku tersebut.
d. Diskusikan bersama keluarga kondisi pasien yang perlu segera
orang lain.
SP II Keluarga
SP III Keluarga
3. Evaluasi
Mengukur apakah tujuan dan criteria sudah tercapai. Perawat
yang lain.
4. Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda.
5. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi
perasaan marahnya.
6. Mampu mentoleransi rasa marahnya.
7. Konsep diri klien sudah meningkat.
8. Kemandirian dalam berpikir dan aktivitas meningkat (Yosep, Iyus,
2015)