Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya efek atau investasi dalam perusahaan menyebabkan perusahaan
strategis. Dalam penilaian efek dan ketepatan rencana strategis perusahaan, dipelukan
adanya analisis prospektif. Analisis ini diperlukan dalam menentukan keputusan baik
bagi investasi pemegang saham maupun pinjaman. Bab ini member perhatian khusus
BAB II
PEMBAHASAN
---PROSES PROYEKSI
Proses proyeksi dimulai dari laporan laba rugi, diikuti neraca dan laporan arus kas.
Laporan laba rugi Target tahun 2003-2005 disajikan pada Tampilan 9.1 berikut
beberapa rasio terpilih. Proses proyeksi di mulai dengan pertumbuhan penjualan yang
diharapkan. Contoh ini digunakan tren historis untuk memprediksi tingkat penjualan
di masa depan. Analisis lebih terperinci melihatkan informasi eksternal berikut.
Dimulai dengan asumsi bahwa penjualan akan tumbuh sebesar 11,566% di tahun
2006, tingkat pertumbuhan yang sama dengan tahun 2005. Setelah proyeksi selesai,
analisis sensitivitas akan mempelajari tingkat implikasi tingkat pertumbuhan yang
lebih tinggi dan lebih rendah terhadap peramalan.
Tampilan 9.1
Dengan cara yang sama, dihitung pula rasio historis beban bunga terhadap
saldo awal tahun utang berbunga. Selama dua tahun terakhir, rasio ini mengalami
sedikit kenaikan dari 4,982% menjadi 5,173%. Proyeksi mengasumsikan 5,173% dari
saldo awal tahun utang berbunga. Pada praktiknya, estimasi harus menyertakan
proyeksi tingkat bunga jangka panjang di masa depan. Akhirnya, angka yang
digunakan untuk proyeksi atas beban pajak adalah sebagai persentase terhadap laba
sebelum pajak tetap konstan pada tingkat terakhir sebesar 37,809%.
Tampilan 9.2
Proyeksi Neraca
Neraca Target tahun 2003-2005 berikut beberapa rasio terpilih disajikan pada
tampilan 9.3. Ramalan neraca tahun 2006 meliputi langkah-langkah berikut ini.
Tampilan 9.3
Neraca Target Corporation
Jumlah langkah (3) (10) menghasilkan total kewajiban dan
ekuitas. Karena itu, total asset sama dengan jumlah tersebut dan
angka kas yang dihasilkan dihitung dari total asset dikurangi (1) dan
(2). Pada titik ini, Kas akan terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Selanjutnya, utang jangka panjang dan saham disesuaikan untuk
penerbitan (pembelian kembali) yang diperlukan untuk mencapai
tingkat kas yang diinginkan dan untuk mempertahankan leverage
keuangan historis. Penyesuaian tersebut mengindikasikan tingkat
pendanaan yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan
perusahaan.
Untuk memulai, proyeksi piutang, persediaan, asset tetap,
utang usaha, dan beban yang masih harus dibayar menggunakan
proyeksi penjualan dan harga pokok penjualan serta tingkat
perputarannya. Misalnya, tingkat perputaran piutang didasarkan
pada penjualan tahun berjalan adalah:
Penjualan
Tingkat perputaran piutang usaha = Saldo piutang usaha
Proyeksi penjualan
Proyeksi piutang usaha = Tingkat perputaran piutang usaha
Tampilan 9.4
Pr
oyeksi Neraca Target Corporation
Neraca awal memperkirakan saldo kas sebesar $1.402 juta. Jumlah
ini mencerminkan 4,1% dari proyeksi total aset. Meskipun lebih
rendah dari tingkat tahun 2005 sebesar 7% dai total aset, saldo kas
ini masih sejalan dengan persentase sebelumnya di rentang 2-3%.
Jika estimasi saldo kas lebih tinggi atau lebih rendah, penyesuaian
lebih lanjut dapat dilakukan untuk (1) menginvestasikan kelebihan
kas dalam efek yang dapat diperdagangkan (proyeksi laba perlu
disesuaikan untuk tambahan laba investasi non-operasi), atau (2)
mengurangi utang jangka panjang dan/ atau ekuitas secara
proporsional sehingga tetap menjaga tingkat leverage keuangan
yang konsisten dengantahun-tahun sebelumnya. Jika saldo kas
terlalu rendah, utang jangka panjang dan/ atau saham biasa
tambahan dapat ditingkatkan jika dibutuhkan guna menjaga tingkat
leverage keuangan tetap konstan. Proyeksi menunjukkan Target
akan mampu mendanai pertumbuhannya dengan dana yang
tersedia dan kas yang diperoleh secara internal.
Proyeksi laporan arus kas dihitung dari proyeksi laporan laba rugi
dan proyeksi di neraca sebagaimana dibahas pada Bab 7. Proyeksi
laporan arus kas disajikan pada Tampilan 9.5. Proyeksi arus kas
bersih dari operasi sebesar $3.295 juta mendanai sebagian dari
pengeluaran modal sebesar $3.357 juta, pengurangan utang jangka
panjang sebesar $504 juta, dan dividen sebesar $276 juta.
Kekurangannya mengakibatkan penurunan kas sebesar $843 juta.
Tampilan 9.5
Tampilan 9.6
1,125
$54.039 = ( 0,1250,35 )
$ 8,764
Estimasi nilai saham biasa Syminex pada tahun 2005 sama dengan
nilai buku ekuitas pemegang saham ($26.303 + $54.039) dengan
total sebesar $100.966. Dengan saham beredar sebanyak 1.737
lembar, nilai per lembar saham biasa Syminex adalah $58,13.
Modal laba sisa menentukan harga saham sebagai nilai buku ekuitas pemegang saham
ditambah nilai sekarang dari laba sisa (residua income-RI) yang diperkirakan, di
mana RI t = NI t (k x BV ). Laba sisa juga dapat dinyatakan dlam bentuk rasio
t-1
sebagai,
RI = (ROE t k) x BV t-1
di mana ROE = NI t/BV t-1. Bentuk ini menekankan kenyataan bahwa harga saham
berubah hanya jika ROE k. Dalam kondisi ekuilibrium, tekanan kompetisi akan
mendorong tingkat pengembalian (ROE) mendekati biaya (k) sehingga laba abnormal
akan hilang. Dengan demikian, estimasi harga saham adalah proyeksi pembalikan
ROE pada nilai jangka panjangnya bagi perusahaan dan industri tertentu.
Tampilan 9.7 menyajikan kinerja ROE untuk kuintil dari seluruh perusahaan dalam
database Computstat. Untuk tiap-tiap tahun, portofolioperusahaan dalam tiap kuitil
ROE dibentuk dan ROE tiap perusahaan dalam portofolio ditelusuri selama 10 tahun
berikutnya. Grafik menyajikan nilai median tiap portofolio. Berikut hasil pengamatan
yang terlihat.
Tampilan 9.7
Tampilan 9.7 menyatakan bahwa sebagian pembalikan selesai setelah sekitar 5 tahun.
Hal ini mendukung penggunaan horizon peramalan 5 tahun bagi Syminex karena
tidak terdapat dampak besar pada harga saham setelah titik, di mana ROE = k terlepas
dari asumsi tingkat pertumbuhan penjualan.
ROE dianggap sebagai penggerak nilai (value driver) karena ROE merupakan
variabel yang memengaruhi harga saham secara langsung. Selanjutnya, komponen
ROA dipecah menjadi margin laba dan perputaran (lihat bab 8). Komponen-
komponen tersebut juga merupakan penggerak nilai dan komponen yang
diproyeksikan dalam penilaian Syminex. Karena itu, pemahaman tentang tingkat
pembaliakn untuk komponen-komponen tersebut juga diperlukan.
Tampilan 9.8 menyajikan grafik tentang pembalikan margin laba bersih untuk
kuintil perusahaan dalam database Computstat. Grafik ini dibuat dengan cara yang
sama dengan pembuatan grafik ROE di tampilan 9.7. Tampak jelas tingkat
pembalikan yang signifikan untuk perusahaan dengan margin laba bersih (net profit
margin-NPM) tertinggi dan terendah. Selain itu, tingkat pembalikan untuk
perusahaan dengan laba terendah lebih besar daripada tingkat pembalikan perusahaan
yang paling untung. Tingkat pembalikan untuk dua kelompok ekstrem perusahaan
tersebut lebih besar daripada tingkat pembalikan perusahaan dengan laba yang paling
moderat. Dengan demikian, tetap terdapat selisih antara portofolio dengan NPM
tertinggi atau terendah pada akhir tahun, yang besarnya kurang lebih sama dengan
selisih untuk ROE. Pembalikan ROE tampaknya disebabkan oleh pembalikan NPM.
Tampilan 9.8
Perputaran total aset (total asset turnover-TAT) merupakan komponen kedua
ROA. Tampilan 9.9 menyajikan tingkat pembalikan perputaran total aset yang dibuat
dengan cara yang sama dengan grafik sebelumnya. Walaupun tampak ada
pembalikan, tingkatnya lebih kecil dari tingkat pembalikan ukuran profitabilitas.
Selain itu, terdapat tingkat perputaran aset yang bervariasi antara perusahaan dengan
perputaran tertinggi dan terendah. Hal ini mencerminkan tingkat intensitas modal
yang berbeda-beda.
Saat pembuatan estimasi, proyeksi margin laba dan tingkat perputaran perlu
mempertimbangkan pola pembalikan yang umum dan tingkat penggerak nilai dari
rata-rata jangka panjangnya. Lebih lanjut, kita perlu memperhatiakn karakteristik
industri karena tampilan ini menunjukkan terdapat perbedaan dalam margin laba
bersih-perputaran total aset sebagaimana dibahas pada Bab 8. Dengan demikian,
horizon proyeksi tidak terlalu panjang karena akan mengurangi keyakianan atas
proyeksi dan ROE cenderung kembali mendekat ke biaya modal selama periode
waktu yang relatif pendek.
Tampilan 9.9
---LAMPIRAN 9A PERAMALAN JANGKA PENDEK
Untuk analisis likuiditas jangka pendek, salah satu alat yang berguna adalah
peramalan arus kas jangka pendek (short term cash forecasting). Peramalan
jangka pendek diminati oleh penggunaan internal seperti manajer dan auditor untuk
mengevaluasi aktivitas operasi perusahaan saat ini dan masa depan. Peramalan ini
juga diminati oleh pengguna eksternal seperti kreditor jangka pendek guna menilai
kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka pendek. Analisis ini
menekankan pada peramalan kas jangka pendek saat kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya diragukan. Keakuratan peramalan arus kas
berbanding terbalik dengan horizon peramalan-semakin lama periode peramalan,
semakin berkurang keandalan peramalan tersebut. Hal ini disebabkan jumlah dan
kompleksitas faktor-faktor yang memengaruhi arus kas masuk dan arus kas keluar
yang tidak dapat diestimasikan secara andal dalam jangka panjang. Dalam peramalan
jangka pendek pun, informasi yang jumlahnya signifikan diperlukan. Karena
peramalan arus kas bergantung pada informasi yang tersedia bagi publik, tujuan
analisis ini adalah peramalan yang cukup akurat. Dengan mempelajari dan membuat
peramalan arus kas, analisis akan menghasilkan pandangan yang lebih luas atas pola
arus kas perusahaan.
Kas yang dimiliki tidak menghasilkan atau hasilnya kecil, dan dalam situasi
kenaikan harga, kas (seperti semua aset moneter) menghadapi penurunan daya beli.
Namun, demikian, kas memiliki rasio yang paling kecil. Manajemen bertanggung
jawab atas keputusan investasi kas dalam bentuk aset atau untuk membayar biaya .
Konversi kas ini meningkatkan risiko karena pemulihan kas dari aktivitas-aktivtas
tersebut kurang pasti. Beragam jenis dan tingkat risiko terkait dengan konversi kas
tersebut. Misalnya, risiko konversi kas menjadi investasi sementara lebih rendah
daripada risiko konversi kas menjadi aset jangka panjang seperti pabrik dan peralatan.
Investasi kas dalam aset atau biaya untuk mengembangkan dan memasarkan produk
baru memiliki risiko pemulihan menjadi kas yang lebih tinggi. Likuiditas jangka
pendek dan solvabilitas jangka panjang bergantung pada pemulihan dan kemampuan
realisasi pengeluaran kas.
Arus kas masuk dan arus kas keluar saling terkait. Kegagalan salah satu aspek
aktivitas bisnis perusahaan akan berdampak pada keseluruhan sistem arus kas.
Kegagalan penjualan berdampak pada konversi persediaan menjadi piutang dan kas
yang mengakibatkan penurunan persediaan kas. Ketidakmampuan perusahaan untuk
mengganti kas dari sumber seperti ekuitas, pinjaman, atau utang usaha dapat
menghambat aktivitas produksi dan mengakibatkan kerugian di penjualan masa
depan. Sebaliknya, membatasi pengeluaran pada pos seperti iklan dan pemasaran
dapat memperlambat konversi persediaan menjadi piutang dan kas. Pembatasan
jangka panjang atas arus kas keluar atau arus kas masuk dapat menurunkan
solvabilitas perusahaan.
Keterkaitan antara arus kas, akrual, dan laba harus disertakan dalam analisis.
Saat persediaan barang jadi yang merupakan akumulasi banyak biaya dan beban
dijual, margin laba perusahaan menghasilkan arus kas masuk dana likuid melalui
piutang dan kas. Makin tinggi margin laba, makin besar pertumbuhan dana likuid.
Laba terutama berasal dari selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan (laba
kotor) dan memiliki dampank yang sangat besar pada arus kas. Banyak biaya, seperti
biaya yang berasal dari penggunaan aset tetap atau beban yang ditangguhkan, tidak
membutuhkan pengeluaran kas. Sama halnya dengan pos seperti penjualan tanah
secara cicilan jangka panjang yang menghasilkan piutang tak lancar yang membatasi
relevansi akrual bagi arus kas, ukuran-ukuran tersebut harus digunakan secara tepat
dalam analisis untuk menilai pola arus kas.
Arus kas memiliki keterbatasan dalam satu hal penting. Saat perusahaan
memperoleh kas masuk, manajemen berwenang menentukan penggunaannya. Pilihan
penggunaan ini bergantung pada komitmen pembayaran, seperti dividen, akumulasi
persediaan, pengeluaran modal, atau pembayaran utang. Arus kas juga bergantung
pada kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana dari berbagai sumber seperti
ekuitas dan utang. Manajaemen memiliki wewenang yang besar atas penggunaan arus
kas masuk yang tidak dikomitmenkan (disebut arus kas bebas). Komponen arus kas
beban ini penting dan menjadi perhatian khusus dalam analisis.
Kewajaran dan kelayakan ramalan kas jangka pendek biasanya diuji dengan laporan
keuangan pro forma (peforma financial statements). Dalam pengujian ini, asumsi
yang mendasari peramalan kas digunakan untuk menyusun laporan laba rugi pro
forma selama periode yang diramal dan neraca pro forma pada akhir periode ramalan.
Laporan keuangan pro forma ini digunakan untuk menghitung rasio keuangan dan
menyimpulkan hubungan lainnya, dan dibandingkan dengan data historis untuk
menguji kelayakannya. Perbandingan ini harus menyertakan penyesuaian untuk
faktor-faktor yang diperkirakan akan memengaruhinya selama periode yang
diramalakan.
Sebagai salah satu langkah awal, IT melakukan estimasi atas pola penagihan
piutang. Pengalaman masa lalu menunjukkan pola penagihan berikut.
Pola penagihan di atas berikut penjulan produk yang diharapkan memungkinkan
penyusunan estimasi penagihan kas disajikan pada Tampilan 9A.1.
Ramalan kas untuk tiap bulan selama enam bulan yang terakhir pada tanggal
30 Juni, tahun ke-1 disajikan pada Tampilan 9A.4. Berdasarkan ramalan ini, laporan
laba rugi pro forma untuk 6 bulan terakhir pada tanggal 30 Juni, tahun ke-1 disajikan
pada Tampilan 9A.5. Neraca aktual IT Technologies per 1 Januari, tahun ke-1 dan
neraca pro forma per 30 Juni, tahun ke-1 juga disajikan pada Tampilan 9A.6.
Laporan pro forma tersebut harus diuji secara kritis serta diuji kelayakan ramalan dan
asumsinya. Rasio dan hubungan yang disimpulkan dalam laporan keuangan pro
forma harus dievaluasi dan dibandingkan dengan rasio historis untuk menentukan
kewajaran dan kelayakannya. Misalnya, rasio lancar IT Technologies pada tanggal 1
Januari, tahun ke-1 sebesar 2,6 naik menjadi 3,5 dalam neraca pro forma per 30 Juni,
tahun ke-1. Selain itu, selama 6 bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni, tahun ke-1,
proyeksi pengembalian ekuitas rata-rata lebih dari 9%. Ukuran tersebut beserta
ukuran-ukuran lainnya seperti perputaran, tren, dan perbandingan common size harus
dievaluasi. Variasi dalam hubungan penting tidak diharapkan harus dijelaskan. Jika
ditemukan kesalahan, asumsi dan harapan harus disesuaikan. Tindakan ini
meningkatkan keandalan laporan pro forma bagi analisis.
A. Kesimpulan
1. Analisis prospektif merupakan langkah akhir dalam proses analisis laporan keuangan.
Analisis ini dapat dilakukan hanya setelah laporan keuangan historis disesuaikan
untuk mencerminkan kinerja ekonomis perusahaan secara akurat. Analisis prospektif
meliputi peramalan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi, dan laporan arus kas.
2. Analisis prospektif merupakan inti dari penilaian efek Analisis prospektif juga
berguna untuk menguji ketepatan rencana strategis perusahaan dan berguna bagi
kreditor untuk menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
3. Dalam metode prospektif, menentukan elemen kunci masa depan dilakukan dengan
tahapan yaitu; 1) mencatat seluruh elemen penting; 2) mengidentifikasi keterkaitan;
3) membuat tabel yang menggambarkan keterkaitan; dan 4) memilih elemen kunci
masa depan.
B. Saran
1. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.