Anda di halaman 1dari 14

PERANAN, FUNGSI, DAN TUGAS APOTEKER DI APOTEK

Apotek

Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi,
dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pengertian ini didasarkan pada Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek.
Pekerjaan kefarmasian menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu meliputi
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan
dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu mengutamakan kepentingan
masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan
farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Apotek dapat diusahakan oleh lembaga
atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik
negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta
memperoleh izin dari Suku Dinas Kesehatan setempat.

Apoteker Pengelola Apotek (APA)


Menurut Kepmenkes No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. Setiap profesi harus disertifikasi secara resmi
oleh lembaga keprofesian untuk tujuan diakuinya keahlian pekerjaan keprofesiannya dan proses
ini sering dikenal dengan kompetensi Apoteker. Kompetensi Apoteker menurut International
Pharmaceutical Federation (IPF) adalah kemauan individu farmasis untuk melakukan praktek
kefarmasian sesuai syarat legal minimum yang berlaku serta mematuhi standar profesi dan etik
kefarmasian.
- Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 992/Menkes/per/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pada pasal 1 dijelaskan bahwa
Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah seorang apoteker yang telah diberikan Surat
Izin Kerja (SIK). Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi Apoteker
Pengelola Apotek berdasarkan Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 adalah:
a. Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker.
c. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) atau surat penugasan dari Menteri
Kesehatan.
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan
tugasnya sebagai Apoteker.
e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker
Pengelola di apotek lain.
Selain APA dikenal pula Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti.
Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di samping APA dan atau
menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek sedangkan apabila APA
karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk
Apoteker Pengganti.

- Peranan dan Fungsi Apoteker Pengelola Apotek (APA)


Peranan dan fungsi Apoteker Pengelola Apotek (APA) di antaranya:
a. Membuat visi dan misi.
b. Membuat strategi, tujuan, sasaran, dan program kerja.
c. Membuat dan menetapkan peraturan atau Standar Prosedur Operasional (SPO)
pada setiap fungsi kegiatan di apotek.
d. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO serta program kerja pada setiap
fungsi kegiatan di apotek.
e. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menganalisis hasil kinerja
operasional dan kinerja keuangan apotek.

Wewenang dan tanggung jawab APA diantaranya:


a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan
b. Menentukan sistem atau peraturan yang akan digunakan
c. Mengawasi pelaksanaan SPO dan program kerja
d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang diperoleh.

- Kompetensi Apoteker
Kompetensi adalah kemampuan manusia yang merupakan sejumlah
karakteristik, baik berupa bakat, motif, sikap, keterampilan, pengetahuan, perilaku yang
membuat seorang pegawai berhasil dalam pekerjaannya. Dengan kata lain, yang dapat
membedakan pegawai yang memiliki kinerja rata-rata dengan pegawai yang memiliki
kinerja unggul (kinerja lebih baik) dengan secara efektif membantu dan
membedakan kinerja dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.
Dari kompetensi serta peraturan perundang-undangan yang telah
disebutkan sebelumnya, Apoteker di apotek memiliki 3 (tiga) peranan, terutama yang
berkaitan langsung dengan pasien, yaitu sebagai profesional, manager, dan retailer.

A. Peranan Apoteker Sebagai Profesional


Apoteker memiliki kemampuan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan
kefarmasian yang bermutu dan efisien yang berasaskan pharmaceutical care di
apotek. Adapun standar pelayanan kefarmasian di apotek telah diatur melalui
S ur at K e pu tu s a n M e nt er i K es eh a ta n R ep ub l ik In do ne s i a
N o mo r 1027/Menkes/SK/I X/2004.
Tujuan dari standar pelayanan ini adalah:
1. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional.
2. Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar.
3. Pedoman dalam pengawasan praktek Apoteker.
4. Pembinaan serta meningkatkan mutu pelayanan farmasi di apotek.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004, terutama pada BAB III, bahwa
pelayanan kefarmasian meliputi:
a. Pelayanan Resep
1. Skrining Resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi:
1) Persyaratan Administratif :
Nama, SIP dan alamat dokter
Tanggal penulisan resep
Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat
badan pasien
Nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang
minta
Cara pemakaian yang jelas
Informasi lainnya
2) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis,
potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian.
3) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain
lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep
dengan memberikan pertimbangan dan alternatif
seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan
setelah pemberitahuan.
4) Penyiapan obat
Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan,
menimbang, mencampur, mengemas dan
memberikan etiket pada wadah. Dalam
melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu
prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis
dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.
Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
Kemasan Obat yang Diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi
dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga
kualitasnya.
Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus
dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian
antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan
oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan
konseling kepada pasien.
Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi
yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat,
tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat
pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: dosis, efek
farmakologi, cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi.
Konseling
Apoteker harus memberikan konseling
mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan
perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang
bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan
atau penggunaan salah sediaan farmasi atau
perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita
penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes,
TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya apoteker
harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien,
Apoteker harus melaksanakan pemantauan
penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu
seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan
penyakit kronis lainnya.
2. Promosi dan Edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus
memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri
sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan
memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi
secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut
membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran
leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lain.
3. Pelayanan Residensial (Home Care)
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat
melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan
rumah, khususnya untuk kelompok lanjut usia dan pasien
dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas
ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan
(medication record).
B. Peranan Apoteker Sebagai Manager
Manajemen secara formal diartikan sebagai perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian, terhadap penggunaan sumber
daya untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen adalah untuk :
1. Mencapai tujuan.
2. Menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling
bertentangan.
3. Mencapai efisiensi dan efektivitas.
Dua konsepsi utama untuk mengukur prestasi kerja (performance)
manajemen adalah efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah
kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar,
merupakan konsep matematika, atau merupakan perhitungan ratio
antara keluaran (output) dan masukan (input). Seorang manajer
dikatakan efisien adalah seseorang yang mencapai keluaran yang
lebih tinggi (hasil, produktivitas, performance) dibanding masukan-
masukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin dan waktu) yang
digunakan.
Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang
tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Manajer yang efektif adalah manajer yang dapat memilih
pekerjaan yang harus dilakukan atau metode (cara) yang tepat untuk
mencapai tujuan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004, pada BAB II, bahwa
pengelolaan sumber daya di apotek meliputi:
1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus
dikelola oleh seorang Apoteker yang profesional. Dalam
pengelolaan apotek, Apoteker senantiasa harus memiliki
kemampuan:
a. Menyediakan dan memberikan pelayanan yang
baik.
b. Mengambil keputusan yang tepat.
c. Mampu berkomunikasi antar profesi.
d. Menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi
multidisipliner.
e. Kemampuan mengelola SDM secara efektif.
f. Selalu belajar sepanjang karier.
g. Membantu memberi pendidikan.
h. Memberi peluang untuk meningkatkan
pengetahuan.
2. Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Apoteker di apotek berperan dalam mengelola dan
menjamin bahwa:
a. Apotek berlokasi pada daerah yang dengan
mudah dikenali oleh masyarakat.
b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan
jelas tertulis kata apotek.
c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh
anggota masyarakat.
d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada
tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan
penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk
menunjukkan integritas dan kualitas produk serta
mengurangi resiko kesalahan penyerahan obat.
e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung
dan mudah oleh Apoteker untuk memperoleh
informasi dan konseling.
f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya.
Apotek harus bebas dari hewan pengerat dan
serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang
konstan, terutama untuk lemari pendingin.
g. Apotek harus memiliki:
1) Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
2) Tempat untuk menyediakan informasi
bagi pasien, termasuk penempatan brosur/
materi informasi.
3) Ruangan tertutup untuk konseling bagi
pasien yang dilengkapi dengan meja dan
kursi serta lemari untuk menyimpan catatan
medikasi pasien.
4) Ruang racikan.
5) Tempat pencucian alat atau keranjang sampah
yang tersedia untuk staf maupun pasien.
6) Perabotan apotek harus tertata rapi,
lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat
dan barang-barang lain yang tersusun dengan
rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan
cahaya yang berlebihan serta diletakkan
pada kondisi ruangan dengan temperatur
yang telah ditetapkan.
7) Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan
Kesehatan lainnya
Pengelolaan persediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya dilakukan
sesuai ketentuan perundangan-undangan
yang berlaku meliputi: perencanaan,
pengadaan, penyimpanan dan pelayanan.
Pengeluaran obat memakai sistim FIFO
(First In First Out) dan FEFO (First Expire
First Out).
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan
pengadaan sediaan farmasi perlu
diperhatikan:
1) Pola penyakit
2) Kemampuan masyarakat
3) Budaya masyarakat
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas
pelayanan kefarmasian maka
pengadaan sediaan farmasi harus
melalui jalur resmi sesuai
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
c. Penyimpanan
1. Dalam hal pengecualian atau darurat
dimana isi dipindahkan pada wadah
lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis
informasi yang jelas pada wadah.
2. bat/bahan obat harus disimpan
dalam wadah asli dari pabrik.
3. Wadah sekurang kurangnya
memuat nama obat, nomor batch
dan tanggal kadaluarsa.
4. Semua bahan obat harus disimpan
pada kondisi yang sesuai, layak dan
menjamin kestabilan bahan.
4. Administrasi
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu
dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi:
a. Administrasi Umum: pencatatan, pengarsipan,
pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Administrasi Pelayanan: pengarsipan resep,
pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan
hasil monitoring penggunaan obat.

C. Peranan Apoteker Sebagai Retailer


Apotek merupakan tempat pengabdian profesi kefarmasian. Namun
tidak dapat dipungkiri di sisi lain bahwa apotek adalah salah satu model badan
usaha retail, yang tidak jauh berbeda dengan badan usaha retail lainnya.
Apotek sebagai badan usaha retail, bertujuan untuk menjual komoditinya,
dalam hal ini obat dan alat kesehatan, sebanyak-banyaknya untuk
mendapatkan profit. Profit memang bukanlah tujuan utama dan satu-satunya
dari tugas keprofesian apoteker, tetapi tanpa profit apotek sebagai badan
usaha retail tidak dapat bertahan.
Oleh karena itu, segala usaha untuk meningkatkan profit perlu
dilaksanakan, di antaranya mencapai kepuasan pelanggan. Pelanggan
merupakan sumber profit. Oleh karena itu, sebagai seorang retailer
berkewajiban mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan pelanggan,
menstimulasi kebutuhan pelanggan agar menjadi permintaan, dan memenuhi
permintaan tersebut sesuai bahkan melebihi harapan pelanggan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No.
992/Menkes/Per/X/1993, tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek Menteri Kesehatan, pasal 6, dinyatakan bahwa :
1. Untuk mendapatkan izin Apotek, Apoteker atau Apoteker yang
bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi
persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk
sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik
sendiri atau milik pihak lain.
2. Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan
kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.
3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar
sediaan farmasi.
4. Berdasarkan peraturan tersebut, terutama ayat 2 dan 3, membuka peluang
bagi apotek untuk melakukan kegiatan usaha di luar sediaan farmasi.
Oleh karena begitu besarnya peluang, dan kelonggaran regulasi yang
ada, apotek memiliki keleluasan dalam menjalankan perannya sebagai
salah satu badan usaha retail.
5. Oleh karena itu, Apoteker Pengelola Apotek seyogyanya menjalan
peran memainkan peranannya sebagai retailer, terutama bagi Apoteker
Pengelola Apotek yang full management. Kompetensi minimal
mengenai marketing dan strateginya, akan menjadi nilai tambah bagi
Apoteker Pengelola Apotek, dalam memimpin suatu apotek.
Pengaturan sarana dan prasarana yang menunjang juga sangat
menentukan keputusan pelanggan untuk membeli, seperti pajangan yang
menarik, layout apotek, merchandising, pelayanan yang hangat dan
ramah, dan lain sebagainya.

- Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai dengan Kompetensi Apoteker di Apotek


menurut WHO (World Health Organization)
Kompetensi Apoteker menurut WHO dikenal dengan Eight Stars Pharmacist, yaitu:
1. Care giver, artinya Apoteker dapat memberi pelayanan kepada pasien, memberi
informasi obat kepada masyarakat dan kepada tenaga kesehatan lainnya.
2. Decision maker, artinya Apoteker mampu mengambil keputusan, tidak hanya mampu
mengambil keputusan dalam hal manajerial namun harus mampu mengambil keputusan
terbaik terkait dengan pelayanan kepada pasien, sebagai contoh ketika pasien tidak mampu
membeli obat yang ada dalam resep maka Apoteker dapat berkonsultasi dengan dokter
atau pasien untuk pemilihan obat dengan zat aktif yang sama namun harga lebih
terjangkau.
3. Communicator, artinya Apoteker mampu berkomunikasi dengan baik dengan pihak
ekstern (pasien atau customer) dan pihak intern (tenaga profesional kesehatan
lainnya).
4. Leader, artinya Apoteker mampu menjadi seorang pemimpin di apotek. Sebagai
seorang pemimpin, Apoteker merupakan orang yang terdepan di apotek,
bertanggung jawab dalam pengelolaan apotek mulai dari manajemen pengadaan,
pelayanan, administrasi, manajemen SDM serta bertanggung jawab penuh dalam
kelangsungan hidup apotek.
5. Manager, artinya Apoteker mampu mengelola apotek dengan baik dalam hal
pelayanan, pengelolaan manajemen apotek, pengelolaan tenaga kerja dan
administrasi keuangan. Untuk itu Apoteker harus mempunyai kemampuan
manajerial yang baik, yaitu keahlian dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu
manajemen.
6. Life long learner, artinya Apoteker harus terus-menerus menggali ilmu
pengetahuan, senantiasa belajar, menambah pengetahuan dan keterampilannya serta
mampu mengembangkan kualitas diri.
7. Teacher, artinya Apoteker harus mampu menjadi guru, pembimbing bagi stafnya,
harus mau meningkatkan kompetensinya, harus mau menekuni profesinya, tidak
hanya berperan sebagai orang yang tahu saja, tapi harus dapat melaksanakan
profesinya tersebut dengan baik.
8. Researcher, artinya Apoteker berperan serta dalam berbagai penelitian guna
mengembangkan ilmu kefarmasiannya.

- Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai Dengan Kompetensi Apoteker


Indonesia di Apotek menurut APTFI (Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi
Indonesia)
Kompetensi Apoteker menurut APTFI (Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia)
adalah:
I. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu melaksanakan
pengelolaan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
II. Pelayanan Obat dan Perbekalan kesehatan Lainnya
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu memberikan pelayanan
obat/untuk penderita secara profesional dengan jaminan bahwa obat yang
diberikan kepada penderita akan tepat, aman, dan efektif. Termasuk di
dalamnya adalah pelayanan obat bebas dan pelayanan obat dengan resep
dokter yang obatnya dibuat langsung oleh apotek.

III. Pelayanan Konsultasi, Informasi, dan Edukasi


Kompetensi yang diharapkan adalah apoteker mampu melaksanakan fungsi
pelayanan konsultasi, informasi dan edukasi yang berkaitan dengan obat dan
perbekalan kesehatan lainnya kepada penderita, tenaga kesehatan lain atau
pihak lain yang membutuhkan.
Tujuan konsultasi obat terhadap pasien adalah (Siregar, 2004) :
1) Menciptakan hubungan yang baik dengan penderita sehingga
mempermudah proses pengobatan.
2) Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan mengenai sejarah
pengobatan penderita.
3) Memberikan pendidikan pada penderita mengenai cara penggunaan obat
yang benar.
4) Memberi dukungan dan keyakinan pada penderita mengenai proses
pengobatan yang dijalankan.
Edukasi dan konseling yang dilakukan Apoteker merupakan
bagian dari pharmaceutical care dengan tujuan untuk meningkatkan
hasil terapi. Edukasi terhadap pasien berhubungan dengan suatu
tingkat dari perubahan perilaku pasien. Kegagalan pengobatan dapat
disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah kurangnya edukasi
yang berkaitan dengan terapi sampai pada hambatan financial
yang menghalangi pengadaan obat. Tujuan edukasi obat adalah agar
pasien akan mengetahui betul tentang obatnya, meningkatkan
kepatuhan pasien, pasien lebih teliti dalam menggunakan dan
menyimpan obat, pasien mengerti akan obat yang diresepkan dan
akhirnya menghasilkan respon pengobatan yang lebih baik.

IV. Pencatatan dan Pelaporan


Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu
melaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Apoteker bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan di apotek
termasuk pencatatan, administrasi pembelian, penjualan, pelaporan
keuangan dan laporan penggunaan narkotika/psikotropika
(Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, Jakarta, 2001).

V. Partisipasi Monitoring Obat


Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu berpartisipasi
aktif dalam program monitoring keamanan penggunaan obat.
Apoteker berpartisipasi dalam program monitoring obat terutama monitoring
reaksi obat merugikan (ROM).
VI. Partisipasi Promosi Kesehatan
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu berpartisipasi
secara aktif dalam program kesehatan di masyarakat lingkungannya, terutama
yang berkaitan dengan obat.
VII. Fungsi/Tugas Lain (terkait dengan pengelolaan keuangan, Sumber Daya
Manusia)
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu melaksanakan
tugas dan fungsi lain sebagai pimpinan di apotek, seperti pengelolaan
keuangan yang salah satunya terkait dengan target yang ingin dicapai apotek,
dan sumber daya manusia yang bertujuan untuk mendukung program yang
dilaksanakan di apotek serta terlaksananya pelayanan yang berkualitas
terhadap pasien. Pengembangan apotek dapat dilakukan dengan tujuan
memperluas dunia usaha serta pelayanan kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai