Anda di halaman 1dari 6

CAMPAK

Farah Alphi Nabila

1506734481

1. ETIOLOGI CAMPAK
Penyakit ini disebabkan oleh virus campak, merupakan virus RNA berserat negatif
yang terselubung, anggota genus Morbilivirus, famili Paramyxoviridae. Virus RNA
serat negatif mengkode dan mengemas transkriptase sendiri, tetapi mRNA hanya
disintesis pada saat virus tidak berselubung berada di dalam sel yang diinfeksi.
Replikasi virus terjadi sesudah sintesis mRNA dan sintesis protein virus dalam jumlah
banyak.
Virus campak secara alami hanya menginfeksi manusia dan binatang menyusui.
Karena dapat merangsang imunitas dalam rentang waktu panjang dan tidak ada
tempat virus untuk bersembunyi, maka untuk menjaga agar virus campak tetap ada
dalam masyarakat diperlukan individu dalam jumlah besar agar dapat terjadi
penularan dari orang ke orang secara terus menerus.

2. MASA INKUBASI DAN MASA MENULAR

Masa inkubasi dari penyakit ini berlangsung sekitar 10 hari, tapi bisa berkisar antara
7-18 hari dari saat terpajan sampai timbul gejala umum, biasanya 14 hari sampai
timbul ruam. Jarang sekali lebih lama dari 19-21 hari. IgG untuk perlindungan pasif
yang diberikan setelah hari ketiga masa inkubasi dapat memperpanjang masa
inkubasi.

Reservoir dari penyakit campak adalah manusia. Campak merupakan salah satu
penyakit infeksi yang sangat menular. Cara penularan dari penyakit ini adalah melalui
udara dengan penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret hidung atau
tenggorokan dari orang-orang yang terinfeksi dan jarang melalui benda-benda yang
terkena sekret hidung atau sekret tenggorokan
Masa penularan penyakit campak berlangsung mulai dari hari pertama sebelum
munculnya gejala prodromal (biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam)
sampai 4 hari setelah timbul ruam; minimal setelah hari kedua timbulnya ruam

3. GEJALA DAN TANDA PENYAKIT


Penyakit campak adalah suatu penyakit virus akut yang sangat menular dengan gejala
awal berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk, dan bintik-bintik kecil dengan
bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di
daerah mukosa pipi (bercak Koplik).
Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai
di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-
kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Sering timbul
lekopenia. Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat replikasi virus atau karena
superinfeksi bakteri antara lain berupa otitis media, pneumonia,
laryngotracheobronchitis (croup), diare, dan ensefalitis.

4. PENGOBATAN
Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tidak ada obat yang secara
langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan istirahat di tempat
tidur, kompres dengan air hangat bila demam tinggi. Anak harus diberi cukup cairan
dan kalori, sedangkan pasien perlu diperhatikan dengan memperbaiki kebutuhan
cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan penderita dan berikan vitamin A 100.000
IU per oral satu kali. Apabila terdapat malnutrisi pemberian vitamin A ditambah
dengan 1500 IU tiap hari.

6. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

a. Faktor host adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
memengaruhi timbulnya serta perjalanan penyakit, seperti umur, jenis kelamin, ras,
pekerjaan, genetik, status nutrisi, status kekebalan dan lain-lain.
b. Faktor agent adalah suatu substansi yang keberadaannya memengaruhi perjalanan
suatu penyakit, seperti bakteri, virus, parasit, jamur dan lain-lain.
c. Faktor environment adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar
manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit,
seperti aspek biologis, sosial (adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, standar
dan gaya hidup, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik), dan aspek
fisik lingkungan.

7. PENCEGAHAN CAMPAK

a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi/resiko terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan primordial
adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar
tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit Campak. Edukasi kepada
orang tua anak sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial.
Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan,
konselling nutrisi dan penataan rumah yang baik.

b. Pencegahan Primer

Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok


beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena
penyakit Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk mengeliminasi
faktorfaktor tersebut. Upayanya bisa dilakukan melalui penyuluhan dan mengadakan
imunisasi.

c. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya


komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk
pendeteksian dini Campak serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama
kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang
tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan pengobatan penyakit
sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
komplikasi. Edukasi dan pengelolaan Campak memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien berobat.

d. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat


komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari
komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi
penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang
baik antara pasien pasien dengan dokter mapupun antara dokter-dokter yang terkait
dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit Campak.

8. Epidemiologi Umum

Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2012), Indonesia merupakan Negara ASEAN


yang memiliki kasus penyakit campak terbanyak dengan jumlah 15.489 kasus, urutan
kedua terbanyak adalah Thailand dengan 5.197 kasus, sedangkan 8 negara ASEAN
lainnya memiliki jumlah lebih sedikit dan tidak lebih dari 3.000 kasus.

Sebagian besar kematian akibat campak terjadi di negara berkembang dan


proportional mortality rate penyakit campak pada tahun 2013 sebesar 70% terjadi di 6
negara tersebut. Pada tahun 2012 KLB campak terbesar terjadi di Republik Kongo,
India, Indonesia, Ukraina dan Somalia, sedangkan pada tahun 2013 KLB campak
terjadi di Cina, Republik Kongo dan Nigeria, KLB campak juga terjadi di beberapa
negara lain. Menurut WHO (2014), program imunisasi terhenti di wilayah
Mediterania Timur, hal ini karena sistem kesehatan yang lemah, konflik dan
perpindahan penduduk yang menghambat upaya imunisasi.

Sidang World Health Assembly (WHA) pada bulan Mei 2010 menyepakati target
pencapaian pengendalian penyakit campak pada tahun 2015 yaitu : Mencapai cakupan
imunisasi campak sebelum usia 1 tahun > 90% secara nasional dan minimal 80% di
seluruh kabupaten/kota. Menurunkan angka insiden campak menjadi < 5/1.000.000
setiap tahun dan mempertahankannya. Menurunkan angka kematian campak minimal
95% dari angka kematian tahun 2000 (WHO, 2014)

9. Epidemiologi di Indonesia

Berdasarkan World Health Statistic, WHO (2013), di Indonesia ada 151.000 kematian
anak-anak di bawah usia 5 tahun dan 5% nya disebabkan karena penyakit campak.
Incidence rate (IR) campak di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 4,64 per 100.000
penduduk, menurun dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 6,53 per 100.000
penduduk. Sedangkan incidence rate di Propinsi Sumatera Utara yaitu 0,55 per
100.000 penduduk menurun jika dibandingkan tahun 2012 yaitu 2,2 per 100.000
penduduk. Menurut kelompok umur, kasus campak pada kelompok umur 1-4 tahun
dan kelompok umur 5-9 tahun merupakan yang terbesar yaitu masing-masing sebesar
27,5% dan 26,9%. Namun jika dihitung rata-rata umur tunggal, kasus campak pada
bayi < 1 tahun, merupakan yang tertinggi, yaitu sebanyak 1.120 kasus (9,7%)
(Kemenkes RI, 2014). Program imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun
1982. Pada tahun 1991 berhasil dicapai status imunisasi dasar lengkap atau universal
child immunization (UCI) secara nasional. Sejak tahun 2000 imunisasi campak
kesempatan kedua diberikan kepada anak sekolah kelas I-VI (Catch up) secara
bertahap yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian imunisasi campak secara rutin
kepada anak sekolah dasar kelas I SD (BIAS). Hal tersebut diharapkan dapat
menurunkan proporsi kerentanan dengan cepat, mencegah KLB campak dan dapat
membantu mengeliminasi penularan penyakit campak (Depkes RI, 2008). Pada tahun
2012, jumlah kasus campak merupakan kasus terbanyak kategori PD3I yaitu sebanyak
257 yang terjadi di 7 kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara dengan rincian
sebagai berikut : Serdang Bedagai sebanyak 128 kasus, Mandailing Natal 34 kasus,
Tapanuli selatan 31 kasus, Batubara 24 kasus, Pakpak Barat 14 kasus dan Karo serta
Samosir masing-masing 13 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2013).

Penyakit campak dapat menimbulkan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB). KLB
seringkali diikuti dengan kejadian yang sangat cepat, banyak orang terserang dan luas
wilayah yang terserang bisa sangat luas. Kabupaten Mandailing Natal memiliki 26
puskesmas dengan 407 desa/kelurahan. Kasus campak di Kabupaten Mandailing Natal
tahun 2012 yaitu 34 kasus, tahun 2013 ada 1 kasus dan tahun 2014 sebanyak 33 kasus.
Kasus campak yang terjadi pada tahun 2014 hanya terdapat di satu kelurahan yaitu
Simangambat Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal yang terjadi pada bulan
Mei 2014. Kelurahan Simangambat termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas
Sihepeng Kecamatan Siabu. Cakupan imunisasi campak di Puskesmas Sihepeng tahun
2013 yaitu 84,3%, cakupan imunisasi campak di Kelurahan Simangambat yaitu 78%,
sedangkan target yang ditetapkan WHO (2010) yaitu minimal 80% untuk
kabupaten/kota. Kasus campak yang terjadi di tahun 2014 ini ditetapkan sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB). Hasil Laboratorium dikirim ke Dinas Kesehatan
Mandailing Natal dan didapatkan hasilnya 4 orang dengan positif campak (Dinas
Kesehatan Mandailing Natal, 2014).

Referensi:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122973-S-5431-Faktor-faktor-Pendahuluan.pdf.
(Diakses pada 16 Februari 2017)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26215/4/Chapter%20II.pdf.
(Diakses pada 16 Februari 2017)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/56824/5/Chapter%20I.pdf.
(Diakses pada 16 Februari 2017)

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20300954-T30478%20-%20Faktor
%20faktor.pdf. (Diakses pada 16 Februari 2017)

Anda mungkin juga menyukai