Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN ( PBG)


KONSENTRASI DAN DEWATERING

NAMA : SILVIANUS ERLANDO TATUS


NIM : 1406100003

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Continuous Process industries, yaitu proses produksi yang
tahapannya tidak terlihat dengan nyata dan satuan produknya
tidak
dinyatakan dalam bentuk unit tetapi secara tumpukan. Misalnya dalam
pertambangan dikenal sebagai proses Pengolahan Bahan
Galian. Pada
adalah proses Pengolahan Nikel.
Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral
berharga secara ekonomis berdasarkan teknologi yang ada
sekarang.
Berdasarkan tahapan proses, pengolahan bahan galian dapat dibagi
menjadi
tiga tahapan proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan
Tahap
Dewatering.
Kegiatan pengolahan bahan galian ini bertujuan untuk
membebaskan dan memisahkan mineral berharga dari mineral yang
tidak
berharga atau mineral pengotor sehingga setelah dilakukan
proses
pengolahan bahan galian dihasilkan konsentrat yang bernilai tinggi dan
tailing yang tidak berharga.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu pengolahan bahan galian?
2. Apa itu dewatering?
3. Bagaimana proses dewatering berlangsung?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. menjelaskan tentang pengolahan bahan galian.
2. Menjelaskan apa itu proses dewatering.
3. Menjelaskan bagian- bagian proses dewatering.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengolahan Bahan Galian


Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang
ditemukan di alam
sudah jarang yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang
tinggi dan
siap untuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian
tersebut perlu
menjalani proses pengolahan bahan galian (PBG) agar mutu atau
kadarnya dapat
ditingkatkan sampai memenuhi kriteria pemasaran atau peleburan.
Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation / mineral
processing /mineral
dressing) adalah suatu proses pengolahan dengan
memanfaatkan perbedaan-
perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh produkta bahan
galian yang
bersangkutan.
Keuntungan yang bisa diperoleh dari proses PBG tersebut antara
lain adalah
1. Mengurangi ongkos angkut.
2. Mengurangi ongkos peleburan.
3. Mengurangi kehilangan (losses) logam berharga pada saat
peleburan.
4. Proses pemisahan (pengolahan) secara fisik jauh lebih
sederhana dan
menguntungkan daripada proses pemisahan secara kimia.
Tujuan dari pengolahan bahan galian industri yaitu untuk
memisahkan mineral-mineral berharga dengan pengotor sehingga akan
didapatkan hasil dan mutu yang baik.
Pada dasarnya Proses Pengolahan Bahan galian terdiri dari
Preparasi, Konsentrasi dan Dewatering.
1. Preparasi
Merupakan Proses persiapan sebelum dilakukan konsentrasi. Proses
Ini meliputi :
1. Kominusi, Ialah proses reduksi ukuran butir sehingga menjadi
lebih kecil dari ukuran semula. Hal ini dapat dilakukan dengan
crushing dan grinding. Grinding digunakan untuk proses basah
dan kering sedangkan crushing digunakan untuk proses kering
saja. Selain itu kominusi dimaksudkan juga untuk meliberasi bijih
yaitu proses pelepasan mineral berharga dari mineral
pengotornya. Untuk melakukan hal ini dibutuhkan crushing dan
grinding mill.

2. Sizing ialah pengelompokan mineral, dapat dilakukan dengan


cara:
Screening yaitu pemisahan besar butir berdasarkan lubang
ayakan sehingga besarnya seragam. Alat yang digunakan Screen.
3. Classifying yaitu pemisahan besar butir mineral berdasarkan atas
kecepatan jatuh mineral dalam suatu media seperti air, media
sehingga hasilnya tidak seragam. Alat yang digunakan Clasifier.
4. KonsentrasiMerupakan proses pemisahan mineral berharga
dengan mineral tidak berharga sehingga diperoleh kadar yang
lebih tinggi. Cara pemisahannya berdasarkan:
a. Specific Gravity Merupakan Konsentrasi Berdasarkan
berat jenisnya.
b. Magnetic Susceptibility , Pemisahan berdasarkan kuat
dan lemahnya sifat kemagnetan pada suatu mineral. Alat
yang digunakan Magnetic Separator.
c. Conductivity, Pemisahan Berdasarkan Sivat Konduktor
dan Non Konduktor. Alat yang digunakan High tension
Separator.
d. Sifat permukaan, Pemisahan berdasarkan sifat
sensitivitas terhadap gelembung udara. Prosesnya
dinamakan Flotasi.
e. Pemisahan Manual berdasarkan warna dan kilap pada
batuan.
2. Peningkatan Kadar atau Konsentrasi (Concentration)
1. Pemilihan (Sorting)
Pemilihan (Sorting) dilakukan dengan proses
pemisahan dengan tangan atau secara manual dengan
memilah-milah sesuai ukuran bongkahannya. Apabila
terdapat dan terlihat bukan mineral berharga maka
dipisahkan untuk dibuang.
2. Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)
Proses pemisahan mineral secara gravitasi masih tetap
digunakan saat ini terutama untuk endapan plaser (timah,
emas, pasir besi dll). Metode ini bekerja berdasarkan perbedaan
Berat Jenis (BJ) antara mineral berharga dengan mineral
gangue. Umumnya mineral-mineral bijih (berharga) memiliki
berat jenis yang tinggi, sedangkan mineral tidak berharga berat
jenisnya rendah.
Konsentrasi gravitasiadalah salah satu tahap operasi dalam
pengolahan bahan galian yang operasinya mempergunakan sifat
perbedaan densitas dari mineral-mineral yang akan dipisahkan.
Pemisahan mineral berdasarkan berat jenisnya dalam suatu
medium fluida, dengan menggunakan perbedaan kecepatan
pengendapan. Berdasarkan gerakan fluida, ada tiga cara
pemisahan secara gravitasi :
a. Fluida tenang, contoh: DMS/ HMS (Dense/ Heavy
Medium Separation)
b. Gerak fluida horizontal, contoh: sluice box, meja
goyang (shaking table), spiral concentrator
c. Aliran fluida vertikal, contoh: jigging
Konsentrasi gravitasi pada mineral-mineral yang
mempunyai perbedaan massa jenis yang menyolok sehingga
terjadi kelompok mineral dengan massa jenis tinggi dan kelompok
mineral dengan massa jenis rendah dan salah satu dari kelompok
mineral tersebut akan menjadi konsentrat.
Bila jumlah partikel (mineral) di dalam fluida relatif sedikit,
maka akan terjadi pengendapan bebas (free settling). Tetapi bila
jumlah partikel banyak gerakannya akan terhambat sehingga
terbentuk stratifikasi yang terdiri dari 3 (tiga) tahap sebagai
berikut:
a. Hindered settling classification, yaitu klasifikasi
pengendapan terhalang
b. Differential acceleration, yaitu terjadi pada awal
pengendapan, partikel yang berat mengendap lebih dahulu
c. Consolidation trickling, yaitu terjadi pada akhir
pengendapan, partikel-partikel kecil berusaha mengatur diri
di antara partikel-partikel besar sesuai dengan berat
jenisnya.
Produk dari proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu:
1. Konsentrat (concentrate) yang terdiri dari kumpulan
mineral berharga dengan kadar tinggi
2. Amang (middling) yaitu konsentrat yang masih kotor
3. Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral
pengotor yang harus dibuang
3. Konsentrasi dengan Media Berat (Dense/ Heavy Medium Separation)
A. Prinsip Pemisahan
Dense medium separation (DMS) merupakan proses konsentrasi
yang bertujuan memisahkan mineral berat dari pengotornya,
biasanya mineral ringan dengan menggunakan media pemisahan
yang tidak hanya terdiri dari air saja. Dua produk yang dihasilkan
berupa apungan (float) dan endapan (sink). Secara skematik
pemisahan pada proses DMS ini dapat digambarkan sebagai
berikut :

Gambar 2.1 Skema pemisahan pada proses DMC

Teknik pemisahan antara apungan dan endapan ini dapat


dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain :
1. Medium yang diam
2. Medium yang selalu diaduk
3. Memakai dua medium yang berbeda densitasnya
4. Pemisahan dengan bantuan gaya sentrifugal
5. Digunakan cairan berat sebagai medium
6. Autogenous media (mineral itu sendiri sebagai media).

B. Media Pemisahan
Secara umum media pemisahan yang akan digunakan harus
memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Stabil/ tidak bereaksi
B. Mudah diperoleh kembali (di-recovery)
C. Mudah dipisahkan dari produk sink/float
Media pemisahan ini bisa berupa campuran antara air
dengan mineral-mineral (padatan) tertentu yang mempunyai
berat jenis cukup tinggi dan berukuran sangat halus sehingga
membentuk suspensi atau berupa larutan berat yang mempunyai
berat jenis yang juga cukup tinggi.
Persyaratan mineral (padatan) agar dapat digunakan
sebagai media pemisahan, disamping syarat-syarat yang telah
disebutkan di atas adalah:
1. Mempunyai kekerasan tertentu
2. Tidak mudah mengendap
3.Tidak mengotori mineral yang akan dipisahkan
4. Sifat kimia stabil
5. Berat jenis tinggi
4. Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration)
A. Prinsip Pemisahan
Konsentrasi elektrostatik merupakan proses konsentrasi
dengan memanfaatkan perbedaan sifat mudah dan sukarnya
mineral untuk menghantarkan arus listrik (sifat konduktor dan
non-konduktor). Konsentrasi elektrostatikadalah salah satu tahap
operasi dalam pengolahan bahan galian yang operasinya
mempergunakan sifat perbedaan kemampuan untuk
menghantarkan arus listrik dari mineral-mineral yang akan
dipisahkan.
Konduktor adalah bahan yang dapat dengan mudah
menghantarkan arus listrik (elektron), sedangkan non-konduktor
bersifat sebaliknya. Hambatan pemakaian proses ini antara lain:
1. Hanya untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan
yang tidak terlalu besar
2. Proses harus kering sehingga timbul masalah dengan
debu yang berterbangan.
Mineral-mineral yang bersifat konduktor antara lain:
1. Magnetite (Fe3O4)
2. Galena (PbS)
3. Kasiterit (SnO2)
4. Pyrite (FeS2)
5. Molybdenite (MoS2)
6. Ilmenite (FeTiO3)
7. Wolframite [(Fe,M) WO4]
Pemisahan berdasarkan sifat konduktivitas bahan ini dibagi dua:
a. Electrodynamic separation (high tension separation)
b. Electrostatic separation
- Plate electrostatic separator
- Screen electrostatic separator
B. Konfigurasi
Beberapa kemungkinan konfigurasi dari pemasangan electrostatic
separator dalam proses konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Skema Kemungkinan Konfigurasi elektrostatik separator


5. Konsentrasi Magnetik (Magnetic Concentration)
Konsentrasi magnetik merupakan proses konsentrasi yang
memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan yang dimiliki oleh bahan
(mineral). Prinsip pemisahan dengan memanfaatkan perbedaan sifat
kemagnetan material ini dapat digambarkan secara skematik seperti
terlihat pada Gambar 2.5 dan Gambar 2.6

Gambar 2.5 Skema pemisahan mineral dengan metode magnetik


Gambar 2.6 Prinsip Operasi Magnetic Pulley

Sifat kemagnetan (magnetic susceptibility) bahan dapat dibagi atas:


1. Paramagnetic yaitu bahan-bahan yang dapat tertarik oleh medan
magnet. Contoh : hematite, ilmenite, pyrrhotite
2. Diamagnetic yaitu bahan-bahan yang tidak tertarik oleh medan
magnet. Contoh : kwarsa, feldspar
3. Ferromagnetic yaitu bahan-bahan yang sangat kuat untuk ditarik
medan magnet. Contoh : besi, magnetite
Konsentrasi magnetik adalah salah satu tahap operasi dalam
pengolahan bahan galian yang operasinya mempergunakan sifat
perbedaan kemagnetan dari mineral-mineral yang akan dipisahkan.
Peralatan yang dipakai disebut magnetic separator yang terdiri dari:
a. Induced roll dry magnetic separator
b. Wet drum low density magnetic separator yang arah alirannya
dapat berbentuk concurrent, countercurrent, counter rotation
Dan letak dari magnetnya bisa berbentuk suspended magnets,
suspended magnets with continuous removal, cobbing drum

Gambar 2.7Tramp Iron Magnetic Drum

6. Konsentrasi secara Flotasi (Flotation Concentration)


Konsentrasi flotasi mendominasi proses pengolahan mineral pada
tambang tembaga, emas dan logam dasar skala besar. Hal ini
disebabkan karena proses ini tidak tergantung pada densitas dan
perbedaan gaya gravitasi serta mudah dikendalikan melalui
reagenreagen tertentu dalam merubah sifat permukaan mineral.
Selain pada logam, flotasi juga dapat diterapkan pada instalasi
pengolahan batubara yang berkukuran halus. Dalam industri
pengolahan mineral, umpan untuk proses flotasi terlebih dahulu melalui
penggerusan dan pengayakan. Karena operasinya dalam kondisi basah,
maka penanganan material hasil pengolahan memerlukan perhatian
khusus.
Konsentrasi flotasi adalah salah satu tahap operasi dalam
pengolahan bahan galian yang operasinya mempergunakan sifat
perbedaan kemampuan dibasahi oleh air/udara dari mineral-mineral
yang akan dipisahkan.
Dalam pengolahan bahan galian, flotasi didefinisikan sebagai
metoda fisika kimia untuk memisahkan mineral berharga dari yang
tidak berharga dengan cara mengapungkan salah satu mineral ke
permukaan pulp. Proses pemisahan mineral berharga dari yang tidak
berharga dengan cara pengapungan ini didasarkan pada sifat
permukaan mineral apakah suka terhadap udara (takut air) atau suka
terhadap air (takut udara). Mineral yang diapungkan adalah mineral
yang tidak dibasahi (suka udara) disebut mineral hydrophobic,
sedangkan mineral yang tidak diapungkan adalah mineral yang
dibasahi (suka air) disebut mineral hidrophilic.

A. Proses Pengapungan
Kondisi utama agar proses flotasi berlangsung dengan baik yaitu
adanya partikel-partikel tertentu (yang akan diapungkan) menempel
pada gelembung udara kemudian bersama-sama naik ke permukaan.
Syarat agar hal ini dipenuhi antara lain:
1. Ukuran partikel harus cukup kecil
2. Ukuran partikel untuk proses flotasi biasanya lebih kecil dari 65 mesh
tetapi lebih besar dari 10 m, kecuali untuk batubara ukuran terkecilnya
bisa sampai 20 mesh.
3. Gelembung harus cukup besar
4. Sifat-sifat fisik yang menentukan apakah partikel menempel pada
gelembung atau tidak
Partikel yang akan diapungkan harus bersifat hidrophobic,
sedangkan partikel yang tidak diapungkan harus bersifat hidrophilic.
Keterapungan (floatability) dari suatu partikel ditentukan oleh
kecenderungannya untuk menempel pada permukaan gelembung
udara, dan ini terutama tergantung pada sifat-sifat permukaan partikel.
Massa jenis dan sifat-sifat fisika lainnya memegang peranan yang
sangat kecil.
Perlekatan partikel pada gelembung udara dalam media air tergantung
pada laju penipisan air antara gelembung dan permukaan partikel.
Perlekatan partikel pada gelembung udara diperlihatkan pada Gambar
2.8

Gambar 2.8 Perlekatan partikel pada gelembung udara

Proses perlekatan partikel pada gelembung udara dapat


dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
1. Partikel - gelembung udara saling mendekati, menghasilkan suatu
lapis tipis diantaranya. Di daerah ini partikel bergerak menurut hukum
hidrodinamika
2. Penipisan lapis tipis air. Daerah ini disebut lapis diffusion bonding
3. Hilangnya lapis tipis air. Gerakan partikel dikendalikan oleh gaya
interaksi lapis rangkap dan gaya interaksi molekul. Perlekatan diawali
dengan terbentuknya kontak tiga fas yang dengan cepat meluas.

B. Reagen Kimia
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa syarat utama
berlangsungnya flotasi denganbaik adalah adanya partikel yang bersifat
hidrofobik (suka udara) dan partikel lainnya bersifat hidrofilik (suka air).
Mineral-mineral yang bersifat suka udara (tidak dibasahi) terdapat di
alam dalam jumlah yang sangat terbatas, misalnya S (sulfur) dan
batubara. Hampir semua mineral di alam ini dapat dibasahi sehingga
untuk memperoleh mineral yang tidak dapat dibasahi maka perlu
ditambahkan reagen kimia.
Reagen kimia digunakan dalam proses flotasi untuk menciptakan
suatu kondisi agar proses flotasi berlangsung dengan baik. Setiap
reagen kimia yang ditambahkan mempunyai fungsi yang spesifik. Ada
tiga kelompok utama reagen kimia yang biasa digunakan dalam proses
flotasi yaitu kolektor, frother (pembuih), dan modifier.

B.1 Kolektor
Kolektor merupakan reagen kimia yang dapat mengubah
permukaan mineral yang semula hidrofilik (dapat dibasahi) menjadi
hidrofobik (tidak dapat dibasahi). Beberapa contoh kolektor yang sering
dipakai dalam proses flotasi dapat dilihat pada Gambar 2.9
Banyaknya pemakaian (dosis) kolektor yang dipakai tergantung
pada faktor-faktor berikut:
1. Total luas permukaan partikel yang akan diselimuti (merupakan
fungsi dari kadar dan ukuran partikel). Semakin besar kadar maka
pemakaian akan semakin banyak dan semakin halus ukuran partikel
maka pemakaian juga semakin banyak.
2. Ion-ion yang ada dalam pulp yang berinteraksi dengan kolektor.
Ion-ion ini mengganggu sehingga perlu dihilangkan terlebih dulu
sebelum penambahan kolektor. Ion-ion ini disebut ion-ion pengganggu.
3. Tingkat oksidasi permukaan mineral. Jika seluruh permukaan
mineral teroksidasi maka kolektor tidak lagi bekerja dengan baik (tidak
berfungsi). Jadi bijih sulfida yang masih segar harus disimpan dengan
baik agar tidak teroksidasi.
Gambar 2.9 Kolektor yang umum digunakan dalam proses flotasi
B.2 Frother (Pembuih)
Frother merupakan reagen kimia yang digunakan dalam proses
flotasi yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga
mudah membentuk gelembung yang relatif stabil. Beberapa contoh
frother yang banyak digunakan dalam proses flotasi dapat dilihat pada
Gambar 2.10

Gambar 2.10Frother yang umum digunakan dalam proses flotasi

Selama masa pengapungan, gelembung yang terbentuk harus


stabil/ tidak pecah dan setelah keluar dari sel flotasi gelembung
tersebut pecah sehingga partikel-partikel yang menempel pada
gelembung tersebut bisa ditampung. Jika setelah keluar dari sel flotasi
gelembung masih tetap stabil atau gelembung belum pecah maka akan
menyulitkan dalam penanganan material yang diapungkan maupun
penanganan untuk proses berikutnya seperti drying (pengeringan),
filtering, dan lain-lain. Disamping dapat menstabilkan gelembung,
frother yang baik harus dapat larut dalam air (mempunyai daya larut
yang tinggi).

B.3 Modifier
Modifier atau regulatormerupakan reagen kimia lain (selain
kolektor dan frother) yang ditambahkan dalam proses flotasi yang
berfungsi mengatur lingkungan yang sesuai dengan lingkungan flotasi
sehingga selektifitas kolektor menjadi bertambah baik dan dengan
demikian dapat memperbaiki recovery (perolehan) proses flotasi.
Modifier terdiri dari macam-macam reagen, yaitu: pH regulator,
depresant, activator, dan dispersant.

pH Regulator: reagen kimia yang berfungsi untuk mengatur pH


lingkungan flotasi. pH regulator perlu ditambahkan dalam proses flotasi
karena mineral mengapung dengan baik pada pH tertentu, reagen lebih
stabil pada pH tertentu, dan kolektor juga bekerja dengan baik pada pH
tertentu. pH dimana mineral-mineral dapat mengapung dengan baik
disebut pH kritis. pH kritis dari suatu mineral tergantung pada macam
kolektor yang dipakai dan konsentrasi (jumlah pemakaian) dari kolektor.
Ada dua jenis pH regulator, yaitu:
1. pH regulator asam, yaitu pH regulator dalam lingkungan asam.
Contoh: H2SO4
2. pH regulator basa, yaitu pH regulator dalam lingkungan basa.
Contoh: lime (CaO), soda abu (Na2CO3), NaOH

Depresant : reagen kimia yang berfungsi untuk mencegah


interaksi kolektor terhadap mineral tertentu sehingga mineral tersebut
tetap bersifat hidrofilik agar tidak terapungkan. Beberapa contoh
depresant adalah:
ZnSO4 untuk mendepress sphalerit (ZnS) pada pH cukup tinggi
(sekitar pH = 9-11)
NaCN untuk mendepress sphalerit, pirit, Au, Ag

Activator: reagen yang berfungsi membantu kolektor agar


interaksi kolektor dengan mineral tersebut bekerja dengan baik. Contoh
activator adalah:
CuSO4 ion-ion Cu++ diadsorpsi (diserap) oleh permukaan mineral
yang sebelumnya bekerja kurang baik dengan kolektor. Dengan
diserapnya ion-ion Cu++ pada permukaan mineral akhirnya mineral
tersebut menjadi hidrofobik (suka udara)
Na2S.9H2O ion-ion S2- diadsorp oleh permukaan mineral sulfida
yang berubah menjadi oksida sehingga permukaan mineral menjadi
sulfida lagi.

Dispersant: reagen kimia yang berfungsi untuk melepas


penempelan partikel-partikel halus (slimes coating) pada permukaan
mineral yang akan diapungkan. Contoh: sodium silikat (mNa2O.nSiO2)
penambahan sodium silikat tidak boleh berlebihan karena
mempunyai efek terhadap gelembung udara (gelembung udara cepat
pecah).

C. Operasi Flotasi
C.1 Conditioning dan Aerasi
Operasi atau proses flotasi sebenarnya terdiri dari dua tahap,
yaitu:
1. Conditioning
Conditioning merupakan tahapan dari flotasi dimana permukaan
mineral yang berada dalam pulp diolah dengan reagen kimia
sedemikian rupa sehingga apabila diberi udara maka mineral tertentu
akan mengapung dan mineral lainnya akan tenggelam agar proses
flotasi berlangsung dengan baik. Proses conditioning dilakukan dalam
alat yang disebut conditioner. Mekanisme yang diperlukan pada
conditioning yaitu:
1. Pengadukan
2. Reagen terdispersi (tersebar) ke seluruh pulp
3. Kontak berulang-ulang antara molekul-molekul reagen dengan
partikel-partikel mineral
4. Harus cukup waktu kontak agar interaksi reagen dengan partikel
berlangsung baik. Waktu yang diperlukan di sini disebut waktu
conditioning
5. Tidak ada udara yang masuk
2. Proses aerasi
Proses aerasi merupakan tahapan proses flotasi dengan
memasukkan aliran udara ke dalam pulp yang telah mengalami
conditioning, sehingga timbul gelembung-gelembung udara dalam pulp.
Pada proses aerasi ini partikel-partikel mineral yang bersifat hidrofobik
(suka udara) akan menempel pada gelembung udara kemudian naik ke
atas dan keluar bersama-sama. Apungan ini selanjutnya ditampung,
gelembung udara pecah dan tinggal padatannya. Partikel-partikel
mineral yang bersifat hidrofilik (suka air) akan tetap tenggelam dan
menjadi produktan berupa endapan. Dengan demikian dapat dipisahkan
antara apungan (froth) dan endapan (sink). Mekanisme operasi flotasi
dan zona-zona yang terjadi dalam proses flotasi dapat digambarkan
seperti pada Gambar 2.11

Gambar 2.11 Mekanisme flotasi dan zona-zona dalam proses flotasi


(contoh pada mesin flotasi denver sub-A)
C.2 Jenis-jenis Proses Flotasi
Jenis-jenis proses flotasi antara lain:
1. Flotasi ruah (bulk flotation)
Flotasi ruah merupakan proses flotasi yang mengapungkan
sekelompok mineral. Produkta berupa konsentrat dan tailing. Sebagai
contoh adalah bijih kompleks Pb-Cu-Zn. Jika pada bijih kompleks ini
dilakukan flotasi ruah maka akan didapatkan konsentrat dan tailing.
Konsentrat tetap mengandung Pb-Cu-Zn tetapi dengan kadar yang lebih
tinggi.
2. Differential flotation
Pada differential flotation, dilakukan proses flotasi secara
bertahap terhadap konsentrat dari flotasi ruah. Flotasi tahap pertama
akan dihasilkan apungan berupa misalnya konsentrat Pb dan endapan
yang masih banyak mengandung Cu dan Zn. Pada tahap kedua,
endapan diolah (dilakukan proses flotasi) untuk menghasilkan apungan
berupa konsentrat Cu dan endapan yang masih banyak mengandung
Zn. Pada tahap ketiga dilakukan proses flotasi pada endapan yang
masih banyakmengandung Zn, dihasilkan apungan berupa konsentrat
Zn dan endapan yang merupakan tailing akhir.
3. Selective flotation
Pada selective flotation, dilakukan proses flotasi seperti pada
proses differential flotation tetapi tanpa dilakukan proses flotasi ruah
terlebih dahulu. Berbeda dengan differential flotation, pada selective
flotation pada setiap tahapnya dilakukan dalam jumlah yang besar
sehingga peralatan yang dipakai juga lebih banyak.

Beberapa proses flotasi yang lain, secara skematik dapat dilihat pada
Gambar 2.12

Gambar 2.12 Skematik beberapa proses flotasi


a. Froth flotation
b. Ultraflotation
c. Oil atau emultion flotation
d. Agglomerate atau floc flotation
e. Liquid-liquid atau ekstraksi 2-liquid
C.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Proses Flotasi
Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses flotasi adalah sebagai
berikut:
1. Ukuran partikel
Jika ukuran partikel terlalu besar maka partikel sulit untuk
tertempel dan terbawa ke atas oleh gelembung udara, sedangkan kalau
partikel terlalu halus maka sifat permukaan memberikan efek atau
pengaruh yang hampir sama antara partikel yang akan diapungkan dan
partikel yang tidak diapungkan. Dengan demikian jika ukuran partikel
mineral terlalu besar atau terlalu kecil maka recovery (perolehan) akan
lebih kecil. Ukuran partikel untuk proses flotasi biasanya lebih kecil dari
65 mesh tetapi lebih besar dari 10 m, kecuali untuk batubara ukuran
terkecilnya bisa sampai 20 mesh.
2. Persen padatan
Persen padatan pulp yang optimum untuk flotasi mineral
umumnya adalah 25%. Untuk flotasi batubara persen padatan sebesar
25% ini terlalu tinggi. Umumnya persen padatan untuk flotasi batubara
berkisar antara 3-20%, dengan rata-rata sekitar 7%. Bilamana ukuran
partikel lebih kasar maka persen padatan juga tinggi, dan sebaliknya
jika ukuran partikel lebih halus maka persen padatan juga harus lebih
rendah.
3. Derajat oksidasi
Derajat oksidasi mineral akan mempengaruhi sifat keterapungan
mineral tersebut. Sifat keterapungan akan menurun dengan adanya
pengaruh oksidasi pada permukaan mineral. Tingkat oksidasi akan
semakin besar dengan semakin meningkatnya dan lamanya mineral
berada di udara terbuka.
4. pH pulp dan karakteristik air
Secara umum nilai pH pulp dan jumlah garam terlarut dalam air
yang digunakan pada proses flotasi merupakan faktor yang penting.
Sifat permukaan mineral bisa berbeda pada harga pH yang berbeda
sehingga sangat mempengaruhi perolehan dari proses flotasi. Adanya
lempung atau slimes dalam air dapat mencegah pengapungan mineral.
Hal ini dapat dikendalikan dengan penggunaan reagen kimia yang
cocok sehingga slime tersebut dapat digumpalkan kemudian
dikeluarkan, atau dengan penggunaan air bersih dalam sirkit flotasi.
5. Reagen flotasi
Reagen flotasi baik jenis maupun jumlah (dosisnya) seperti telah
dijelaskan sebelumnya akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses
flotasi. Jenis maupun jumlah reagen flotasi baik itu kolektor, frother,
maupun modifier harus betul-betul sesuai penggunaannya untuk
mendapatkan hasil yang optimal.
6. Kecepatan putaran pengaduk dan laju pengaliran udara
Kecepatan putaran pengaduk dan laju pengaliran udara pada
proses flotasi akan optimal pada harga-harga tertentu.
peralatan pengeringan

2.2. Pengurangan kadar air/ Pengawa-airan (Dewatering)


Dewatering adalah proses pengurangan kadar air pada bahan
galian. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang
ada pada konsentrat yang diperoleh dengan proses basah, misalnya
proses konsentrasi gravitasi dan flotasi.
Operasi pengeringan bahan diperlukan setelah proses konsentrasi
mineral agar ongkos transportasi menuju ke smelter lebih murah. Selain
itu pengambilan kembali air setelah proses dapat mengurangi supplay
air terlalu banyak, sehingga operasi menjadi lebih efisien. Sedikitnya
dua metode yang sering digunakan dalam proses pengeringan yaitu
thickening dan filtration. Kemampuan operasi dengan menggunakan
metode ini dipengaruhi oleh variasi ukuran butir Gambar 2.13
Tailing biasanya dikeringkan dengan peralatan sedimentasi dalam
bentuk kolam
pengendapan. Selain itu beberapa metode lainnya seperti hydrocyclone
dan centrifuges dapat digunakan dengan biaya yang relatif murah
dibandingkan dengan filtrasi.

Gambar 2.13 Hubungan antara ukuran partikel dan % kadar air


terhadap berbagai peralatan pengeringan
2.3. Proses proses dewatering
2.3.1 Cara pengentalan/ pemekatan (thickening)
Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan kedalam bejana bulat.
Bagian yang pekat, mengendap ke bawah disebut underflow,
sedangkan bagian yang encer atau airnya mengalir di bagian atas
disebut overflow. Kedua produk itu dikeluarkan secara terus menerus
(continous ). Peralatan yang biasa dipakai adalah Rake thickener, deep
cone thickener, free flow thickener.

2.3.2 Cara penapisan/ pengawa-airan (filtration)


Filtrasi adalah pemisahan partikel padatan dari cairan dengan
melewatkan fluida melalui medium penyaringan. Spesifikasi ukuran
peralatan diperlukan untuk menghasikan produk yang disyaratkan.
Filter dapat dioprasikan dalam 2 metode yaitu: filtrasi tekanan konstan
dan filtrasi laju tetap. Bebagai macam peralatan filtrasi dan yang paling
banyak digunakan yakni tipe continous vacuum filter. Metode in tediri
dari 3 klas yaitu:

1. Drum filter
Drum filter terdiri dari drum silinder mendatar yang berputar. Filter ini
menggunakan mempunyai diameter sekitar 14,5 m dengan luas
penyaringan antara 180 m3

Gambar 2.14 Drum filter

2. Discs filter
Disc filter terdiri dari beberapa cakram yang sebagian tercelup
dalam lumpur (slurry), dan tertanan pada saft secara teratur. Masing-
masing cakram dibagi menjadi segmen-segmen. Tiap filter bisa
memiliki 1 12 cakram dengan diameter mencapai 5 m atau seluas 30
m persegi permukaan filter per cakram. Filter cakram ini harganya
murah dan sangat kompak. Kelemahannya adalah tidak mampu
mencuci secara efektif, namun hal ini tidak penting dalam proses filtrasi
konsentrat.

Gambar 2.15 Filter cakram

3. Belt Filter
Belt filterdicirikan oleh permukaan saringan mendatar dalam
bentuk sabuk, meja atau sederet panci yang disusun secara sirkular
atau linier

Gambar 2.16 Belt Filter

3. Pressure filter, misalnya: Merrill plate and frame filter, kelly


pressure filter, burt revolving filter
2.3.3. Pengeringan (drying)
Pengeringan yaitu proses untuk membuang seluruh kandungan
air dari padatan yang berasal dari konsentrat dengan cara penguapan
(evaporazation/ evaporation).
Peralatan atau cara yang dipakai pada proses pengeringan yaitu:
a. Hearth type drying/ air dried/air baked, yaitu pengeringan yang
dilakukan di atas lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk
(dibolak-balik)
b. Shaft drier, ada dua macam, yaitu:
- Towed drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan didalam
saluran silindris vertikal yang dialiri udara panas (80o-100o)
- Rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder
panjang yang diputar pada posisi a gak miring dan dialiri udara panas
yang berlawanan arah
c. Film type drier (atmospheric drum drier), berupa silinder baja yang
didalamnya dialiri uap air (steam), namun jarang digunakan
d. Spray drier, material halus yang basah dan disemburkan ke dalam
ruang panas, material yang kering akan terkumpul dibagian bawah
ruangan, namun cara ini juga jarang digunakan.

Beberapa alat pengering yang digunakan pada kondisi tertentu


yaitu pemisahan sentrifugal dan alatnya disebut centrifuges. Alat ini
cocok untuk pengeringan material hasil olahan yang berukuran sangat
halus. Ada 2 tipe alat centrifuge yang umum yaitu solid bowl dan
perforated basket

Gambar 2.17Solid bowl centrifuge


Gambar 2.18Vibrating Basket centrifuge

Metode pengeringan lainnya yang biasa digunakan adalah


thermal draying. Karena pengurangan kadar air secara mekanis jarang
dapat menurunkan kadar air di bawah 25 % volume. Apabila diinginkan
hal tersebut, maka diperlukan pengeringan dengan cara pemanasan.
Alat yang digunakan pada proses ini seperti fluidized bed drayer. Alat
ini cocok untuk pengeringan material halus. Temperatur pemanasan
bisa mencapai 300oC.

Gambar 2.19Fluidized Bed Drayer


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral


berharga secara ekonomis berdasarkan teknologi yang ada
sekarang.
Berdasarkan tahapan proses, pengolahan bahan galian dapat dibagi
menjadi
tiga tahapan proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan
TahapDewatering.
Dewatering adalah proses pengurangan kadar air pada bahan
galian. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang
ada pada konsentrat yang diperoleh dengan proses basah, misalnya
proses konsentrasi gravitasi dan flotasi.

Operasi pengeringan bahan diperlukan setelah proses konsentrasi


mineral agar ongkos transportasi menuju ke smelter lebih murah. Selain
itu pengambilan kembali air setelah proses dapat mengurangi supplay
air terlalu banyak, sehingga operasi menjadi lebih efisien. Sedikitnya
dua metode yang sering digunakan dalam proses pengeringan yaitu
thickening dan filtration. Kemampuan operasi dengan menggunakan
metode ini dipengaruhi oleh variasi ukuran butir. Dewatering dibagi
dalm tiga proses yaitu pengentalan, penapisan dan pengeringan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/312112603/Dewatering-Makalah

https://1902miner.wordpress.com/pengolahan-bahan-galian-pbg-part-
i/pengolahan-bahan-galian-pbg-iv-dewatering/

http://lovelypidh.blogspot.co.id/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai