Anda di halaman 1dari 20

I.

DATA PENGAMATAN

No Volume (ml) T(OC T(menit) Pengamatan


. KI Amilu K2S2O Na2S2O )
m 8 3
1. 5 6tetes 1 2.5 20 2 menit 35 s Ungu kecoklatan
2. 5 6tetes 3 2.5 20 3 menit 30 s Ungu pekat
3. 5 6tetes 5 2.5 20 2 menit 36 s Ungu cerah

1. 5 6tetes 1 2.5 25 7 menit 24 s Ungu cerah


2. 5 6tetes 3 2.5 25 3 menit 10 s Ungu cerah
3. 5 6tetes 5 2.5 25 2 menit 22 s Ungu cerah

1. 5 6tetes 1 2.5 30 6 menit 18 s Ungu cerah


2. 5 6tetes 3 2.5 30 2 menit 13 s Ungu cerah
3. 5 6tetes 5 2.5 30 2 menit 1 s Ungu cerah

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 pendahuluan

2.1.1 Pengertian laju reaksi


Kinetika kimia mempelajari laju berlangsungnya reaksi kimia dan energi yang
berhubungan dengan proses tersebut, serta mekanisme berlangsungnya reaksi. Mekanisme
reaksi adalah serangkaian reaksi tahap demi tahap yang terjadi berturutturut se1ama proses
perubahan reaktan menjadi produk, atau urutan langkah-Iangkah reaksi menuju
tersusunnya reaksi total. Laju reaksi merupakan laju pengurangan reaktan tiap satuan
waktu, atau laju pembentukan produk tiap satuan waktu. Secara umum, bila A ~ B, maka
laju reaksi (V) dapat dinyatakan dengan (Castellan GW. 1982)

rumus: v = -d [A]/dt atau v = +d [B]/dt

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


a. Sifat dan Keadaan Zat
Dalam reaksi kimia terjadi pemutusan dan pembentukan ikatan, dimana jenis
ikatan yang dimiliki oleh rea-ban dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain itu, luas
permukaan zat-zat yang bereaksi sangat berpengaruh terhadap laju reaksi, sehingga suatu
zar dalam benruk serbuk dan bongkahan/kepingan akan memiliki laju reaksi yang berbeda.
(Naruti, Nunung. 2011)
b. Konsentrasi
Makin besar konsentrasi zat reaktan berarti besar kemungkinan terjadinya
tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksinya akan semakin cepat. Tumbukan yang
efektif adalah tumbukan antar molekul yang menghasilkan reaksi, dan hanya dapar terjadi
hila molekul yang, bertumbukan tersebut memiliki energi aktivasi yang cukup. Energi
aktivasi adalah energi minimum yang hanls dimiliki molekul agar tumbukannya
menghasilkan reaksi. (Naruti, Nunung. 2011)
c. Temperatur
Menaikkan suhu berarti menambahkan energi, sehingga energi kinetik
molekulmolekul akan meningkat. Akibatnya molekul-molekul yang bereaksi menjadi lebih
aktif mengadakan turnbukan. Dengan kata lain, kenaikan suhu menyebabkan gerakan
molekul makin cepat sehingga kemungkinan tumbukan yang efektif makin banyak terjadi.
(Naruti, Nunung. 2011)
d. Katalisator
Katalisator adalah zat yang mempercepat reaksi, tetapi tidak ikut bereaksi. Adanya
katalis akan menurunkan energi aktivasi (Ea) dari suatu reaksi, sehingga lebih mudah
dilampaui oleh molekul-molekul reaktan akibatnya reaksi menjadi lebih cepat. (Naruti,
Nunung. 2011)

2.1.3 Hukum Laju


Hukum laju menunjukkan hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan.
Dalam penurunan hukum laju dikenal istilah orde 'reaksi atau tingkat reaksi, yaitu bilangan
pangkat yang menyatakan hubungan konsentrasi zat dengan laju reaksi. Harga orde reaksi
hanya dapat ditentukan melalui eksperimen, sedangkan tahap penentu laju reaksi adalah
reaksi yang paling lambat.(Atkins PW. 1999)
Hukum laju reaksi adalah persamaan yang menyatakan laju reaksi V sebagai fungsi
dari dari konsentrasi semua spesies yang ada, termasuk produknya. Hukum laju
mempunyai dua penerapan utama. Penerapan teoritis hukum ini adalah pemandu dua
mekanisme reaksi, untuk penerapan praktisnya setelah mengetahui hukum laju dan
konstanta laju .(Atkins PW. 1999)
2.1.4 Penentuan Orde Reaksi
Harga orde reaksi dapat bernilai 0, 1, 2, atau 3, bahkan dapat bernilai peeahan yang
sederhana. Langkah langkah penentuan orde reaksi berdasarkan pada data eksperimen,
yaitu sebagai berikut : ( Tim Dosen Kimia Fisik. 2011)
a. Dara eksperimen harus pada suhu tetap untuk mendapatkan harga k yang tetap
b. Orde reaksi dieari dengan membandingkan persamaan laju reaksi :

Penentuan Konstanta Laju Reaksi ( Tim Dosen Kimia Fisik. 2011)


Dapat dilakukan dengan dua eara, yaitu :
a. Dari Persamaan Hukum Laju
Persamaan hukum laju dapat digunakan untuk menentukan harga k dengan
menggambar grafik In [A] versus t ,sehingga akan diperoleh gradien atau (tga), yaitu k
dengan intersep ln A.( Tim Dosen Kimia Fisik. 2011)

b. Energi Aktivasi
Suatu reaksi terjadi bila energi tumbukan antara molekul-molekul reaktan
melampaui energi pengaktifan (energi minimum yang harus dimiliki molekul agar
tumbukannya menghasilkan reaksi) dan orientasi moiekul-molekul harus sesuai untuk
terjadinya reaksi.
( Tim Dosen Kimia Fisik. 2011)

2.1.5 Teori Laju Reaksi


a. Teori Tumbukan
Reaksi terjadi karena adanya molekul-molekul yang saling bertumbukan secara
efektif, yaitu tumbukan antar molekul yang orientasinya sesuai dan rnemungkinkan untuk
menghasilkan produk (Vogel. 1994)
b. Teori Keadaan Transisi
Bila terjadi tumbukan antar molekul reaktan akan diperoleh suatu keadaan
transisiiantara (intennediet) yang mempunyai energi sangat tinggi, sehingga menyebabkan
molekul yang menghasilkan kompleks teraktivasi. Kompleks ini tidak stabil dan dengan
segera berubah menjadi produk. (Vogel. 1994)

2.2 cara kerja


Laju reaksi dapat didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau produk
persatuan waktu. Artinya terjadi pengurangan konsentrasi pereaksi atau pertambahan
konsentrasi produk tiap satuan waktu. Konstanta laju reaksi merupakan laju reaksi bila
konsentrasi dari masing masing jenis adalah satu. Satuanya tergantung pada orde reaksi,
suatu reaksi yang merupakan proses satu tahap disebut reaksi dasar. Laju reaksi
berhubungan pula dengan faktor faktor yaitu tumbukan-tumbukan antar molekul akibat
adanya penambahan zat tertentu, pengaruh suhu, luas permukaan maupun konsentrasi
suatu zat, sehingga ini erat kaitannya dengan energi aktivasi yang merupakan energi
minimum yang dimiliki oleh suatu molekul untuk bertumbukan.
. Pada percobaan tetapan laju reaksi dan energi aktivasi yang bertujuan
menenetukan konstanta kecepatan laju reaksi dan energi aktivasi antara KI dan K 2S2O8.
Langkah awal yang dilakukan yaitu disediakan gelas beaker 2 buah. kemudian
dimasukkan pada gelas beaker kalium iodida (KI) dan pada gelas kedua dimasukan
K2S2O8 ditambah larutan Na2S2O3 serta 6 tetes larutan amilum. KI disini digunakan sebagai
reaktan (pereaksi) yang direaksikan dengan K 2S2O8 dan Na2S2O3 serta 6 tetes larutan
amilum. Lakukan beberapa kali sesuai dengan prosedur. Kegunaan K 2S2O8 disini adalah
sebagai oksidator untuk membentuk iod dari mylase. Iod yang berlebih akan diikat oleh
Na2S2O3. Pada percobaan amilum harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum dicampurkan
dengan K2S2O8 dan Na2S2O3.Hal ini disebabkan untuk mengaktifkan enzim beta mylase.
Apabila hal ini tidak dilakukan maka warna yang dihasilkan akan kecoklatan saat reaksi
kesetimbangan tercapai karena enzimnya tidak bekerja dengan maksimal. Selain itu juga
akan menghasilkan galat pada hasil, sehingga hasilnya tidak sama dengan teorinya.
Na2S2O3 juga harus dipanaskan ketika pembuatan larutannya. Hal ini dilakukan agar ion
sulfatnya larut sempurna. Jika tidak maka akan terjadi endapan hitam yang disebut
endapan sulfur. Selanjutnya yaitu larutan didinginkan hingga mencapai suhu yang di
tetapkan. Setelah hal ini telah dilakukan kemudian kedua zat dalam gelas beaker dicampur
dan diaduk hingga terjadi perubahan warna, kemudian dicatat waktu yang diperlukan.
Kemudian dilakukan prosedur dan perlakuan yang sama untuk suhu selanjutnya serta
dilakukan juga prosedur yang sama.
Perbedaan warna pada saat penambahan amilum dan akuades dikarenakan oleh
kedua larutan tersebut berikatan kompleks dengan iod, sehingga menyebabkan perubahan
warna ungu untuk pemberian indikator amilum dan warna kuning untuk indikator akuades.
kegunaan akuades disini juga digunakan untuk melarutkan larutan. KI disini berfungsi
sebagai reaktan yang kemudian akan terurai menjadi ion-ionnya di dalam larutan dan
berikatan dengan K2S2O8. Sehingga reaksi yang dihasilkan adalah;
S2O82- + 2I- 2SO42- + I2

Didalam percobaan ini larutan campuran diaduk secara terus-menerus. Hal ini
dilakukan agar mempercepat reaksi sebab kecepatan reaksi berlangsung lambat pada suhu
rendah. Selain itu pengadukan juga befungsi membantu tumbukan antar partikel-partikel
atau molekul dalam larutan campuran sehingga reaksi kesetimbangan cepat berlangsung.
Hal ini juga menyebabkan terjadinya perubahan warna dikarenakan iod dan enzim beta
amylase berikatan. Pada saat membentuk ikatan, tidak semua ion iod ikut berikatan. Iod
yang tidak berikatan ini akan ditangkap oleh Na 2S2O3. Jika iod telah berikatan maka akan
ditandai dengan berubahnya warna suatu larutan. Pada percobaan ini, indikator amilum
berubah menjadi ungu. Proses percobaan ini dilakukan dengan pemberian variasi suhu
dalam campuran yang diujikan. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah laju reaksi
dapat berlangsung secara cepat dengan kenaikan suhu atau sebaliknya. Laju suatu reaksi
kimia bertambah dengan naiknya suhu karena molekul-molekul sering bertabrakan dan
bertumbukan dengan benturan yang lebih besar karena gerakannya cepat.
Senyawa amilum adalah indikator dengan perubahan warna menjadi warna ungu
kompleks pati karena berikatan dengan iod. Molekul iod diikat pada permukaan beta
mylase, yang merupakan suatu konstituen dari amilum. Beta mylase inilah yang
membentuk adanya warna ungu. Sifat-sifat air adalah sebagai pelarut universal dan bisa
juga sebagai indikator yang mengidentifikasikan adanya iod yang berlebih di dalam
larutan. Pada percobaan ini tidak menggunakan katalis. Katalis adalah suatu zat yang
ditambahkan pada reaktan yang berguna untuk mempercepat laju reaksi tanpa ikut
bereaksi. Apabila pada percobaan ini reaksi berlangsung lama seperti pada proses
esterifikasi, maka perlu digunakan katalis. Hubungan laju reaksi dengan energi aktivasi
pada percobaan ini adalah berbanding terbalik, yaitu semakin tinggi konstanta laju reaksi
maka energi aktivasinya semakin rendah sehingga suatu reaksi dapat berlangsung cepat.
Energi aktivasi adalah energi dimana panas minimal yang harus dimiliki molekul-molekul
sebelum bereaksi. Ketika suatu senyawa bereaksi, maka senyawaan itu mengeluarkan
energi panas minimum untuk bereaksi, sehingga laju semakin cepat dan energi aktivasi
akan berkurang. Oleh sebab itu energi aktivasi memiliki nilai yang lebih rendah dibanding
konstanta laju reaksi.

II.3 Analisis hasil


tujuan praktikum ini untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap energy aktivasi maka
dilakukan percobaan dengan beberapa variasi suhu. Berdasarkan hasil percobaan
didapatkan waktu berjalannya reaksi pada suhu 20C = 20,00 detik, 25C = 70,00 detik,
suhu 30C = 60.00 detik. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin suhunya naik
maka waktu yang diperlukan untuk bereaksi adalah semakin sedikit atau suhu berbanding
terbalik dengan waktu. Perubahan suhu umumnya mempengaruhi harga tetapan laju k.
Jika suhu dinaikan maka harga k akan meningkat dan sebaliknya. Dari harga k tersebut
maka akan dapat dihitung energi aktivasi.
Berdasarkan grafik Ln k terhadap 1/T diperoleh Ea = -1800 kJ/mol Dari hasil data
diatas dapat disimpulkan bahwa energi aktivasi dengan laju reaksi adalah berbanding
terbalik sehingga semakin besar energi aktivasi maka laju reaksinya semakin lambat
karena energi minimum untuk terjadi reaksi semakin besar. Hal tersebut dipengaruhi oleh
beberapa factor yaitu suhu, faktor frekuensi dan katalis. Jika melihat data yang dihasilkan
diatas maka Semakin kecil harga Ln k maka harga 1/T rata-rata semakin besar. Ini
membuktikan bahwa semakin tinggi temperatur maka energi aktivasinya akan semakin
kecil begitupun sebaliknya.Dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa energi
aktivasi berbanding terbalik dengan laju reaks. Terdapat beberapa kesalahan dalam
perhitungan grafik dikarenakan pengaruh kecepatan pengadukan yang tidak sama dan
penambahan bahan yang tak sengaja terlebih dan tak sesuai prosedur.

III. KESIMPULAN

Tujuan praktikum ini untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap energy aktivasi maka
dilakukan percobaan dengan beberapa variasi suhu. Berdasarkan hasil percobaan
didapatkan waktu berjalannya reaksi pada suhu 20C = 20,00 detik, 25C = 70,00 detik,
suhu 30C = 60.00 detik.

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa semakin
tinggi suhu yang diberikan maka suatu reaksi dapat berlangsung cepat Senyawa amilum
adalah indikator dengan perubahan warna menjadi warna ungu kompleks pati karena
berikatan dengan iod. Molekul iod diikat pada permukaan beta mylase, yang merupakan
suatu konstituen dari amilum. Beta mylase inilah yang membentuk adanya warna ungu.

Berdasarkan grafik Ln k terhadap 1/T diperoleh Ea = -1800 kJ/mol Dari hasil data
diatas dapat disimpulkan bahwa energi aktivasi dengan laju reaksi adalah berbanding
terbalik sehingga semakin besar energi aktivasi maka laju reaksinya semakin lambat
karena energi minimum untuk terjadi reaksi semakin besar.

IV. SARAN
Sebaiknya praktikan benar-benar mendalami materi praktikum dan alur kerja
praktikum sehingga kesalahan dalam pelaksanaan praktikum minim dan hasil praktikum
yang diperoleh maksimal.Agar lebih mengetahui apa yang terjadi jika konsentrasinya
berbeda dan Larutan seperti KI bisa diganti dengan liI, BaI 2, serta digunakan pemberian
katalis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap laju reaksi.

V. PERHITUNGAN

1.) Perhitungan
*KI
gr 1000
M = mr x v
gr 1000
0.4 = 166 x 250
gr
0.4 = 166 x4

4 gr
0.4 = 166
4gr = 66.4
Massa = 16.6 gr

*Na2S2O3
gr 1000
M= mr x v
gr 1000
1.1 = 158 x 250

gr
0.01 = 158 x4

4 gr
0.01 = 158

4gr = 1.58

Massa = 0.395gr

*K2S2O8

gr 1000
M= mr x v
gr 1000
1.2 = 270 x 250

gr
0.02= 270 x4

4 gr
0.02= 270

4gr = 5.4

Massa = 1.35gr

*Amilum 2%

2
Gr = 100 x 50

Massa = 1gr
2.) Penentuan nilai K
*Suhu 20oC
a.) V.K2S2O8 = 1ml = 1.10-3 L
n. K2S2O8 = M x V
= 0.02 x 1.10-3 = 2. 10-5 mol
n. KI =MxV
= 0.4 X 5.10-3 = 2.10-3 mol
Reaksi :
2KI + K2S2O8 2K2SO4 + I2

Mula : 2.10-3 2.10-5 - -

Reaksi : 4.10-5 2.10-5

Sisa : 0.00196 4.10 -5 2.10-5

b.) V.K2S2O8 = 3ml = 3.10-3 L


n. K2S2O8 = M x V
= 0.02 x 3.10-3 = 6. 10-5 mol
n. KI =MxV
= 0.4 X 5.10-3 = 2.10-3 mol
Reaksi :
2KI + K2S2O8 2K2SO4 + I2

Mula : 2.10-3 6. 10-5 - -

Reaksi : 12.10-5 6.10-5

Sisa : 0.00188 12.10-5 6.10-5

c.) V.K2S2O8 = 5ml = 5.10-3 L


n. K2S2O8 = M x V
= 0.02 x 5.10-3 = 1. 10-4 mol
n. KI =MxV
= 0.4 X 5.10-3 = 2.10-3 mol
Reaksi :
2KI + K2S2O8 2K2SO4 + I2

Mula : 2.10-3 1. 10-4 - -

Reaksi : 2.10-4 1. 10-4

Sisa : 0.0018 2.10 -4 1. 10-4

UNTUK T( 20OC)
T/OC V K2S2O8 (b-2x)mol Ln(b-2x) Waktu(s) k
O
20 C 1ml 0.00196 -6.23 2 menit 35 s 0.123
20 OC 3ml 0.00188 -6.28 3 menit 30 s 0.146
20 OC 5ml 0.0018 -6.34 2 menit 36 s 0.123
K ; 1ml

ln(b-2x) mol = -k

ln 0.00196 = -k (35) + ln -67

-6.23 = -k(35) - 1.9

-4.33 = -k(35)

k = 0.123

k ; 3 ml

ln(b-2x) mol = -k

ln 0.00188= -k (30)+ ln -67

-6.28 = -k(30) - 1.9

-4.38 = -k(30)

k = 0.146

k ; 5ml

ln(b-2x) mol = -k

ln 0.0018 = -k (36) + ln -67

-6.34 = -k(36) - 1.9

-4.44 = -k(36)

k = 0.123

Ln (b-2x)mol
29 30 31 32 33 34 35 36 37

-6.23

Ln (b-2x)mol
ln(b-2x) -6.28
f(x) = - 0x - 6.16 Linear (Ln (b-2x)mol)
R = 0.04
-6.34

T(C)

UNTUK T( 25OC)
T/OC V K2S2O8 (b-2x)mol Ln(b-2x) Waktu(s) k
25OC 1ml 0.00196 -6.23 7 menit 24 s 0.180
25OC 3ml 0.00188 -6.28 3 menit 10 s 0.438
25OC 5ml 0.018 -6.34 2 menit 22 s 0.201

K ; 1ml

ln(b-2x) mol = -k

ln 0.00196 = -k (24) + ln -67

-6.23 = -k(24) - 1.9

-4.33 = -k(24)

k = 0.180

k ; 3 ml

ln(b-2x) mol = -k

ln 0.00188= -k (10) + ln -67

-6.28 = -k(10) - 1.9

-4.38 = -k(10)

k = 0.438

k ; 5ml

ln(b-2x) mol = -k

ln 0.0018 = -k (22) + ln -67

-6.34 = -k(22) - 1.9

-4.44 = -k(22)

k = 0.201
Chart Title
5 10 15 20 25

-6.23 Ln (b-2x)mol
Linear (Ln (b-2x)mol)
Ln(b-2x) -6.28
f(x) = 0x - 6.29 Linear (Ln (b-2x)mol)
R = 0.01 Linear (Ln (b-2x)mol)
-6.34

T(C)

UNTUK T( 30OC)
T/OC V K2S2O8 (b-2x)mol Ln(b-2x) Waktu(s) k
O
25 C 1ml 0.00196 -6.23 6 menit 18 s 0.240
25OC 3ml 0.00188 -6.28 2 menit 13 s 0.337
25OC 5ml 0.018 -6.34 2 menit 1 s 4.44

K ; 1ml

ln(b-2x) mol = -k

ln 0.00196 = -k (18) + ln -67

-6.23 = -k(18) - 1.9

-4.33 = -k(18)

k = 0.240

k ; 3 ml

ln(b-2x) mol = -k

ln 0.00188= -k (13) + ln -67

-6.28 = -k(13) - 1.9

-4.39 = -k(13)

k = 0.337

k ; 5ml

ln(b-2x) mol = -k

ln 0.0018 = -k (1) + ln -67

-6.34 = -k(1) - 1.9


-4.44 = -k(1)

k = 4.44

Chart Title
0 5 10 15 20

-6.23
f(x) = 0.01x - 6.35 Ln (b-2x)mol
Ln(b-2x) R = 0.97 -6.28 Linear (Ln (b-2x)mol)
Linear (Ln (b-2x)mol)
-6.34 Linear (Ln (b-2x)mol)

T(C)

3.) Penentuan nilai Ea


V K2S2O8 = 1ml
T/ OK 1/T K Ln k
293 0.00341 0.123 -2.095
298 0.00335 0.146 -1.924
303 0.00330 0.123 -2.095
f(x) =
R = 0 Chart Title
12
10
8
6
lnk Ln k
4
Linear (Ln k)
2
0
0 2 4 6 8 10 12

1/t

Y = mx + c
Ea = -(m x R)
Ea = -(-2038 x 8,314)
Ea = -16943.3 kj

V K2S2O8 = 3ml
T/ OK 1/T K Ln k
293 0.00341 0.180 -1.171
298 0.00335 0.438 -0.825
303 0.00330 0.201 -1.604

Chart Title
0 0
-2000.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
-400
-600 Ln k
-800 f(x) = - 216.5x - 492 Linear (Ln k)
lnk
-1,000 R = 0.07 Linear (Ln k)
-1,200 -1171
Linear (Ln k)
-1,400
-1,600 -1604
-1,800

1/t

Y = mx + c
Ea = -(m x R)
Ea =- (-216,51 x 8,314)
Ea = - 1800 kj
V K2S2O8 = 5ml

T/ OK 1/T K Ln k
293 0.00341 0.240 -1.427
298 0.00335 0.337 -1.087
303 0.00330 4.44 1.490

Chart Title
2,000
1,500 1,490
1,000
f(x) = 1458.5x - 3258.33
500 R = 0.84 Ln k
lnk 0 Linear (Ln k)
-5000.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Linear (Ln k)
-1,000 -1,087 Linear (Ln k)
-1,500 -1,427
-2,000

1/T

Y = mx + c
Ea = -(m x R)
Ea = -(1458,1 x 8,314)
Ea = 15448.2 kj
IX. DAFTAR PUSTAKA

Atkins PW. 1999. Kimia Fisika. Ed ke-2 Kartahadiprodjo Irma I, penerjemah;Indarto


Purnomo Wahyu, editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : Physichal Chemistry.
Castellan GW. 1982. Physichal Chemistry. Third Edition. New York : General Graphic
Services.
Naruti, Nunung. 2011. Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi. Diakses dari
http://nugiluph24.blogspot.com/2011/05/persamaan-arrhenius-dan-energi-aktivasi.html
pada tanggal 31 Oktober 2011.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2011. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang : Jurusan
Kimia FMIPA UNNES.
Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
(EGC).
LAMPIRAN
FOTO

Reaksi ion iod dengan persulfat akan menghasilkan ion sulfat dan iod yang dengan kanji atau
amilum, menjadi berwarna biru atau coklat. Reaksinya
2I- + S2O82- 2SO42- + I2
I2 + amilum biru atau coklat
Molekul iod diikat pada permukaan beta mylase, yang merupakan suatu konstituen dari
amilum. Beta mylase inilah yang membentuk adanya warna ungu.

Proses pengukuran suhu proses pengadukan

Bahan yang akan digunakan


LAMPIRAN
FOTO

Reaksi ion iod dengan persulfat akan menghasilkan ion sulfat dan iod yang dengan kanji atau
amilum, menjadi berwarna biru atau coklat. Reaksinya
2I- + S2O82- 2SO42- + I2
I2 + amilum biru atau coklat
Molekul iod diikat pada permukaan beta mylase, yang merupakan suatu konstituen dari
amilum. Beta mylase inilah yang membentuk adanya warna ungu.

Proses pengukuran suhu proses pengadukan

Bahan yang akan digunakan

Anda mungkin juga menyukai