Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di muka bumi terdapat gejala-gejala alam yang mempengaruhi kehidupan
manusia. Timbulnya gejala alam ini tidak dapat diminta dan tidak dapat ditolak
oleh manusia. Gerak kehidupan manusia banyak dipengaruhi oleh gejala alam.
Fenomena alam atau gejala alam ada yang mendukung dan ada juga yang
membatasi aktivitas manusia. Pada batas-batas tertentu, manusia harus
menyesuaikan diri dengan alam. Beberapa gejala alam yang mempengaruhi
kehidupan manusia, antara lain gerakan lempeng tekonik, aktivitas vulkanisme
(gunung berapi) dan gempa bumi.
Bumi memiliki struktur dalam yang hampir sama dengan telur. Kuning
telurnya adalah inti, putih telumya adalah selubung, dan cangkang telurnya adalah
kerak. Berdasarkan penyusunnya, lapisan bumi terbagi atas litosfer, astenosfer,
dan mesosfer. Litosfer adalah lapisan paling luar bumi (tebal kira-kira 100 km)
dan terdiri dari kerak bumi dan bagian atas selubung. Litosfer memiliki
kemampuan menahan beban permukaan yang luas misalkan gunungapi. Litosfer
bersuhu dingin dan kaku. Di bawah litosfer pada kedalaman kira-kira 700 km
terdapat astenosfer. Astenosfer hampir berada dalam titik leburnya dan karena itu
bersifat seperti uida. Astenosfer mengalir akibat tekanan yang terjadi sepanjang
Waktu. Lapisan berikutnya mesosfer. Mesosfer lebih kaku dibandingkan
astenosfer namun lebih kental dibandingkan litosfer. Mesosfer terdiri dari
sebagian besar selubung hingga inti bumi.
Menurut teori tektonik lempeng, pennukaan bumi ini terbagi atas kira-kira
20 pecahan besar yang disebut lempeng. Ketebalannya sekitar 70 km. Ketebalan
lempeng kira-kira hampir sama dengan litosfer yang rnerupakan kulit terluar bumi
yang padat. Litosfer terdiri dari kerak dan selubung atas. Lempengnya kaku dan
lempeng-lempeng itu bergerak diatas astenosfer yang lebih cair. Daerah tempat
lempeng-lempeng itu berternu disebut batas lempeng. Pada batas lempeng kita
dapat mengetahui cara bergerak lempeng-lcmpeng itu. Lempeng bisa saling
menjauh, saling bertumbukan, atau saling menggeser ke samping.
Penyebab gerakan lempeng adalah arus konveksi yang memindahkan
panas melalui zat cair atau gas. Gambaran poci kopi menunjukkan dua arus
konveksi dalam zat cair. air yang dekat dengan api akan naik, saat dingin di
permukaan air kembali turun. Para ilmuwan menduga arus konveksi dalam
selubung itulah yang membuat lempeng-lempeng bergerak. Karena suhu selubung
amat panas, bagian-bagian di selubung bisa mengalir seperti cairan yang tipis.
Lempeng-lempeng iru bergerak seperti ban berjalan berukuran besar.
Berdasarkan uraian tersebut, tentunya sangat diperlukan pengkajian lebih
mendalam tentang Lempeng Tektonik melalui pendekatan integrasi dengan
berbagai aspek ilmu pengetahuan. Pendekatan ini dilakukan dengan menerapkan
pembelajaran webbed, sehingga dapat mewujudkan suatu tema pembelajaran
tentang Lempeng Tektonik dan subtema sesuai aplikasi materi pembelajaran
terhadap aspek ilmu pengetahuan yang terkait, diantaranya aspek Fisika, Kimia,
Biologi, Lingkungan, Teknologi, Astronomi, Geologi, serta Kesehatan dan
Keselamatan.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan
pada penulisan ini, sebagai berikut:
1.) Jelaskan teori tektonik lempeng , ( pengertian tektonik lempeng , sejarah
tektonik lempeng , pengaruh yang diakibatkan pergerakan tektonik lempeng )
2.) Jelaskan teori tektonik lempeng yag terjadi di wilayah Indonesia .
3.)
1.2 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penulisan ini sebagai berikut:
1) Menjelaskan proses terjadinya pergerakan lempeng tektonik.
2) Untuk menjelaskan lempeng tektonik dalam berbagai aspek kehidupan
manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Lempeng Tektonik
Teori Tektonik Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori
dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap
adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi.
Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang
lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor
spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Bagian terluar dari interior
bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri atas
kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah lapisan
litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti
cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama
karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam
lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi.
Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Teori Lempeng Tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilson.
Berdasarkan Teori Lempeng Tektonik, kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng
tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer yang berwujud cair kental.
Lempeng-lempeng tektonik pembentuk kulit bumi selalu bergerak karena
adanya pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer dengan
posisi berada di bawah lempeng tektonik kulit bumi.
Gambar 1. Ilustrasi pergerakan lempeng

Sumber: http://geoenviron.blogspot.com

Teori lempeng tektonik muncul setelah Alfred Lothar Wagener, seorang


ahli meteorologi dan geologi dari Jerman dalam buku The Origin of
Continents an Oceans (1915), mengemukakan bahwa benua yang padat
sebenarnya terapung dan bergerak di atas massa yang relatif lembek (continental
drift). Selain itu, berdasarkan hasil pengamatannya beberapa bagian benua
terdapat kesamaan bentuk pantai antara benua satu dengan lainnya. Ia juga
mendapati kesamaan geologi dan kesamaan makhluk yang hidup di pantai
seberang

Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic


plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng
yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer.
Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik
divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping).

Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang
berhadap-hadapan antara benua Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan
Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu.
Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di
sana. Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini,
tetapi semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah
sepenuhnya padat menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua
(continental drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan
dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan
tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah
satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua
tersebut dari inti bumi seperti bongkahan es dari granit yang bermassa jenis
rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa
adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini
dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair,
tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut
dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan
geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini
kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di
dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami
pergerakan didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam
batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada
sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini
dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun selanjutnya justru lebih
mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran
(spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi
menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau
berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman
(subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori
tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang
umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian
lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan
magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan
oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang
menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.
Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan
dengan lajur-lajur sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar
laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara
luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan
sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya tak lama
kemudian mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki
kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.

2.4 Batas Lempeng


Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary),
yaitu daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan
pembentukan kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung
samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas
lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik
yang paling aktif dan dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi
biasanya satu lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika
mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.
Perbedaan antara kerak benua dan samudera ialah berdasarkan kepadatan material
pembentuknya. Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan
perbedaan perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon. Kerak
samudera lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon
dan lebih banyak materi yang berat. Maka, kerak samudera umumnya berada di
bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak
benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip yang dikenal
dengan isostasi.
Gambar 2. Plate Boundary

Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).


Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak
relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan
fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak
dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang
sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa
sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun
dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh
sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi
ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge
dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi
jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga
membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah
yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng
mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona
subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak
bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan
saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan
pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini
dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau
Jepang (Japanese island arc).

2.5 Kekuatan Penggerak-Pergerakan Lempeng


Dari bukti-bukti seismik serta geofisik lainnya dan dari percobaan-
percobaan yang dilakukan di laboratorium, para ilmuwan sepakat bahwa gaya
/penyebab pergerakan lempeng adalah karena adanya pergerakan lambat dari
mantel (astenosfer). Pergerakan di mantel sendiri menurut hipotesa adalah karena
adanya arus konveksi. Arus konveksi di mantel dapat dianalogikan dengan arus
konveksi pada zat cair yang bagian bawahnya dipanaskan. Bagian air yang panas
akan naik. Setelah mencapai permukaan terjadi penurunan temperatur yang
menyebabkan bagian air tersebut kembali turun. Setelah berada di bawah, bagian
air tersebut terkena panas lagi yang menyebabkan ia naik lagi (hartini, 2009).
Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak bumi terbagi
kepada beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori
Continental Drift) yang menghasilkan gempa bumi.

2.6 Lempeng Tektonik Dikaji dari Berbagai Bidang


Berikut akan dikaji beberapa permasalahan yang terjadi pada lingkungan
sekitar dari beberapa aspek ilmu pengetahuan seperti biologi, fisika, kimia, ilmu
lingkungan, geologi, kesehatan dan teknologi
2.6.1 Lempeng Tektonik dalam Bidang Ilmu Fisika
Teori lempeng tektonik merupakan suatu teori kinematik yang
menjelaskan mengenai pergerakan gempa tanpa membahas penyebab dari
pergerakan itu. Sesuatu seharusnya menjadi penyebab pergerakan untuk
menggerakkan massa yang sangat besar dengan tenaga yang sangat besar pula.
Penjelasan yang paling dapat diterima secara meluas tentang sumber
pergerakan lempeng bersandar kepada hukum keseimbangan termomekanika
material bumi. Lapis teratas dari kulit bumi bersentuhan dengan kerak bumi yang
relatif dingin, sementara lapis terbawah bersentuhan dengan lapis luar inti panas.
Jelas peningkatan temperatur pasti terjadi pada lapisan. Variasi kepadatan lapisan
dan temperatur menghasilkan situasi tidak stabil pada ketebalan material (yang
lebih dingin) di atas material lebih tipis (yang lebih panas) dibawahnya. Akhirnya,
material tebal yang lebih dingin mulai tenggelam akibat gravitasi dan pemanasan,
dan material yang lebih tipis mulai naik. Material yang tenggelam tersebut
berangsur-angsur dipanaskan dan menjadi lebih tipis, sehingga akhirnya bergerak
menyamping dan dapat naik lagi yang kemudian sebagai material didinginkan
yang akan tenggelam lagi. Proses ini biasa disebut sebagai konveksi.

Gambar 3. Arus Konveksi Mantel Bumi

Arus konveksi pada batuan setengah lebur pada lapisan mengakibatkan


tegangan geser di bawah lempeng, yang menggeser lempeng tersebut ke arah yang
bervariasi melalui permukaan bumi. Fenomena lain, seperti tarikan bubungan atau
tarikan irisan dapat juga menjadi penyebab pergerakan lempeng. Karakteristik
batas lempeng juga mempengaruhi sifat dasar dari gempa yang terjadi sepanjang
batas lempeng tersebut. Pada beberapa area tertentu, lempeng bergerak menjauh
satu dengan lainnya pada batas lempeng, yang dikenal sebagai bubungan melebar
atau celah melebar. Batuan lebur dari lapisan dasar muncul ke permukaan dimana
akan mendingin dan menjadi bahagian lempeng yang merenggang. Dengan
demikian, lempeng mengembang pada bubungan yang melebar. Tingkat
pelebaran berkisar dari 2 hingga 18 cm/tahun ; tingkat tertinggi ditemukan pada
Lautan Pasifik, dan terendah ditemukan sepanjang Bubungan Mid-Atlantic. Telah
diestimasi bahwa kerak bumi yang baru di lautan terbentuk pada tingkatan sekitar
3,1 km2/tahun di seluruh dunia. Kerak bumi yang masih berusia muda ini, disebut
basal baru, terbentuk tipis di sekitar bubungan yang melebar. Hal ini juga dapat
terbentuk oleh pergerakan ke atas magma yang relatif lambat, atau dapat pula oleh
semburan yang cepat saat terjadinya aktivitas kegempaan.
Proses tekan menekan lempeng tersebut telah menciptakan pengumpulan
dan penimbunan energi di dalam bumi. Jangka waktu proses penimbunan dan
pelepasan energi yang menimbulkan gempa bumi itu berlangsung antara 30-600
tahun. Terdapat variasi siklus berulang gempa antara satu kawasan dengan
kawasan lain, ada siklus kejadian gempa bumi 30-50 tahunan, ada 100 tahun, 200
tahun dan 600 tahun. Energi yang terkumpul atau tersimpan di dalam bumi/massa
batuan pada suatu saat tidak mampu lagi ditahan oleh massa bumi dan akhirnya
bumi/batuan itu pecah/remuk/patah atau sobek (rupture). Pada saat bumi itu
remuk atau pecah disaat itulah energi dilepaskan dan bergerak dalam wujud
gelombang. Energi ini akan menyebabkan getaran yang akan merambat dari
sumber getaran ke permukaan bumi. Getaran inilah yang disebut dengan gempa
bumi.

2.6.2. Lempeng Tektonik dalam Bidang Ilmu Kimia


Ketika bumi terbentuk, belum ada batu. Sekitar 4,5 miliar tahun lalu,
pemboman besar, proses yang dibangun bumi dari nebula surya, merilis jumlah
yang luar biasa energi kawanan meteorit menabrak planet tumbuh, mengubah
energi potensial gravitasi menjadi panas. Bahwa panas yang dihasilkan bola cair
mengorbit matahari. Tidak ada tanah, tidak ada lautan, dan tidak ada atmosfer.
Ketika pemboman itu mereda, batu muncul. Pertama, karena suhu turun di bawah
titik leleh batuan permukaan, kerak luar bumi secara bertahap dipadatkan seperti
lapisan pertama es di kolam di musim dingin. Kemudian, ketika suhu permukaan
turun di bawah titik didih air, hujan pertama jatuh. Bersama-sama, dua peristiwa
mulai siklus batuan, siklus proses bumi internal dan eksternal dimana batu dibuat,
dihancurkan, dan diubah.
1. Batuan Beku
Batuan beku, terbentuk dari cairan panas adalah batuan yang pertama
muncul di permukaan bumi kuno, datang dalam dua jenis utama. Batuan
vulkanik atau ekstrusif ify solid pada permukaan yang jauh yang paling
spektakuler dari semua batu, pembentuk kejadian, letusan gunung berapi. Air
mancur merah-panas dan aliran lava cairan menuruni lereng kerucut vulkanik
tumbuh. Varietas yang paling umum dari batuan vulkanik adalah basalt,
gelap, bahkan bertekstur batu kaya oksida silikon, magnesium, besi, kalsium,
dan aluminium. Basalt membuat sebagian besar batu di Hawaii, serta
sebagian dari materi baru terbentuk pada pegunungan Midocean. Gunung
berapi lainnya fitur batuan kaya silikon, magma ini campuran dengan
sejumlah besar air atau volatil lainnya (mudah direbus) substansi, batu
vulkanik bisa menjadi batu berbusa disebut batu apung.

Gambar 6. Batuan Beku

2. Batuan Sedimen
Ketika hujan pertama mulai turun pada batuan beku pertama, proses pelapukan
dimulai. Butiran kecil dicuci dari batuan vulkanik baru mengeras, mengalir
turun melalui sungai dan sungai ke laut, dan diendapkan pada seafloors ketika
air bergerak cepat dari sungai bertemu arus lebih lambat dari lautan. Pelapukan
juga terjadi seperti air batu terlarut oleh tindakan mekanis pembekuan air di
celah. Dari waktu ke waktu, lapisan sedimen terakumulasi, terutama di mulut
sungai dekat tepi lautan baru bumi. Karena semakin banyak sedimen
dikumpulkan, lapisan ini menjadi lebih tebal. Di banyak tempat di bumi
sekarang-Sungai Mississippi Delta yang memanjang ke Teluk Meksiko,
misalnya-lapisan sedimen dapat mencapai beberapa kilometer di ketebalan.

Gambar 7. Batuan Sedimen

3. Batuan Metamorf
Terjadi karena batuan sedimen yang terkubur di dalam planet kita, di mana
mereka mengalami tekanan kuat dan panas. Di sana mereka akan berubah
menjadi jenis lain dari batu, diubah oleh kondisi ekstrim bumi menjadi batu
metamorf. Jika formasi shale atau batu lumpur dimakamkan seperti ini pada
akhirnya dapat berubah menjadi rapuh, batu tulis keras. Temperatur yang
lebih tinggi dan tekanan dapat mengubah batu tulis menjadi batu spektakuler
banded, disebut sekis dan gneisses, yang sering membanggakan kristal halus
dari garnet dan mineral tekanan tinggi lainnya. Roadcuts dan singkapan dari
batuan metamorf dapat terlihat seperti kain intens dilipat atau penampang
raksasa berputar-putar seperti kue marmer. Batupasir, bila terkena suhu tinggi
dan tekanan, juga metamorfosis, pengrekrestalisasian ke batu tahan lama di
mana butiran pasir asli sekering menjadi massa padat yang dikenal sebagai
kuarsit.

2.6.3. Lempeng Tektonik dalam Bidang Geologi


Kerak bumi atau lithospher sebagian besar disusun oleh batuan beku
dan selebihnya disusun oleh batuan sedimen dan metamorf. Walaupun
batuan beku dominan sebagai penyusun kerak bumi, namun pembentukan
batuan beku tidak terjadi disemua tempat dibumi ini karena batuan tersebut
hanya terbentuk pada kondisi tektonik lempeng tertentu. Fraksinasi batuan
beku (fractionation) umunya terjadi di dua tempat utama, yaitu: di batas
lempeng divergen dan di batas lempeng konvergen.

Gambar 9. Batas Lempeng

Batas lempeng devergen umumnya berada pada bawah permukaan


air laut dan kita tidak dapat melihat proses tersebut. Magma yang berasal
dari dalam bumi dan keluar ke lantai samudera pada akhirnya akan
membentuk kerak samudera baru. Dalam proses pembentukan batuan di
interior bumi akan menghasilkan fraksi batuan beku mafik, seperti basalt
dan di tempat lebih dalam akan membentuk sataun batuan gabro. Bagian
batas lempeng konvergen pada kerak samudera (dihasilkan oleh pergerakan
lempeng devergen) masuk kedalam bumi kembali, memanas dan meleleh
kembali. Pada generasi pertama ini yang terbentuk adalah batuan beku
intermedier, seperti doirit, dan mungkin terbentuk batuan felsik seperti
granit. silahkan lihat kembali gambar diatas.
Dalam skala waktu geologi, fraksi batuan beku menjadi penyebab
terbentuknya formasi busur volkanik dan tepi benua didunia dan
implikasinya hingga sekarang. Bumi pada awalnya tanpa benua dan pada
akhirnya daratan benua terbentuk dalam skala waktu geologi. Kesimpulan
dari semua ini adalah bahwa batuan beku yang berbeda-beda ditemukan
pula di tempat yang berbeda di bumi. Dan semua perbedaan penyebaran ini
berhubungan dengan proses tektonik lempeng dan juga sejarah
pembentukan bumi. Kesimpulan paling sederhana adalah kerak benua
dibentuk oleh batuan beku felsik (seperti granit), sedangkan kerak
samudera disusun oleh satuan batubeku mafik (seperti basalt dan gabro),
dan busur vulkanik disusun oleh satuan batubeku intermedier (seperti diorit
dan andesit).

2.6.4. Lempeng Tektonik dalam Bidang Ilmu Teknologi


Seismik tomografi merupakan sebuah metode geofisika untuk mengetahui
kondisi bawah permukaan bumi berdasarkan data waktu tiba gelombang
gempabumi (P dan S) yang terekam oleh peralatan seismik (seismometer) yang
tersebar di atas permukaan bumi. Hasil pengolahan dan analisa gelombang
tersebut akan memberikan gambaran struktur 3D interior bumi secara rinci.
Seperti yang pernah penulis jelaskan sebelumnya bahwa metode seismik
tomografi ini seperti sistem kerja CT Scan atau USG yang digunakan oleh dokter
untuk melihat kondisi organ dalam dan tulang manusia tanpa melakukan operasi.
Apabila gambar CT Scan dibuat dalam jumlah banyak dari berbagai arah maka
akan didapatkan pencitraan/images dalam bentuk 3 Dimensi. Hal yang sama
dilakukan oleh Geofisikawan namun bukan untuk melihat isi dalam tubuh
manusia melainkan melihat isi dalam bumi tanpa harus melakukan pengeboran.
Sumber getaran yang digunakan bisa dari sumber buatan maupun sumber alami
berupa gempabumi yang sering terjadi di seluruh dunia.
Gambar 10. Pencitraan Seismik Tomografi
Terdapat banyak cara untuk melakukan pencitraan seismik tomografi,
sama hal dengan dokter yang memilih teknik CT scan atau USG untuk melihat
kondisi dalam tubuh manusia. Salah caranya adalah dengan cara melihat waktu
tiba gelombang P (primer/pressure wave) pada setiap seismomoter. Berdasarkan
jarak sumber gempa dengan peralatan seismometer dan berapa waktu yang
diperlukan untuk sebuah gelombang merambat, para geofisikawan bisa
memetakan kondisi bawah permukaan. Hal ini dikarenakan cepat atau lambatnya
perambatan gelombang sangat ditentukan oleh kondisi batuan di bawah
permukaan. Gambar di bawah ini mengambarkan bagaimana penjalaran
gelombang gempa yang melewati berbagai batuan di bawah permukaan dan
kemudian getarannya di terima oleh seismometer yang dipasang di atas
permukaaan bumi. Makin banyak seismometer yang dipasang maka makin besar
pula resolusi gambar bawah permukaan yang bisa didapat.
2.6.5. Lempeng Tektonik dalam Bidang Ilmu Lingkungan
Kepunahan masal merupakan suatu peristiwa musnahnya sebagian besar
mahluk hidup yang ada di bumi diakibatkan suatu peristiwa yag mahadahsyat.
Kepunahan masaal terjadi sekitar 95 persen kehidupan di laut dan 70 persen di
daratan punah pada 250 juta tahun lalu. Akhir periode Permian ini dikenal pula
sebagai Great Dying. Para ahli bertanya-tanya, apa yang menyebabkan
kepunahan missal tersebut? Apakah disebabkan oleh meteor yang menabrak Bumi
yang mengakhiri era dinosaurus pada 65 juta tahun lalu? Ilmuwan dari University
of Calgary memberi jawaban bahwa pemicunya adalah letusan gunung berapi
superbesar. Lapisan abunya ditemukan di kawasan Arktik Kanada. Ini benar-
benar seperti smoking gun yang menjelaskan kepunahan era Permian terbaru,
kata Steve Grasby, salah seorang peneliti, Grasby menjelaskan, penelitiannya
merupakan yang pertama yang menunjukkan bukti langsung bahwa letusan
gunung berapi terbesar yang pernah terjadi menyebabkan terbakarnya batu bara
secara massif, sehingga mendukung model gas rumah kaca saat ini.

Gambar 11. Ledakan Gunung Berapi

Pada periode kepunahan massal itu, Bumi hanya memiliki satu daratan
besar, yakni superbenua Pangea. Lingkungan ketika itu terdiri atas gurun dan
hutan belantara. Penghuni benua itu adalah beragam vertebrate berkaki empat dan
amfibi primitif, nenek moyang reptile serta synapsid. Lokasi gunung berapi,
dikenal sebagai Siberian Traps, sekarang berada di utara Rusia. Pusatnya di sekitar
Kota Tura, yang mencakup Yakutsk, Norilsk, dan Irkutsk. Mereka meliputi
wilayah dua juta kilometre persegi atau seukuran Eropa. Debu vulkanik gunung
berapi terbang hingga Arktik Kanada, di mana lapisan abu batu bara ditemukan.
Lapisan bahan organic yang berlimpah itu adalah lapisan batu bara-abu, persis
seperti yang dihasilkan oleh pembangkit listrik batu bara modern
ketika terbakar. Debu vulkanik mungkin memperparah kondisi planet yang
memanas, di mana hewan di lautan mati lemas karena kadar oksigen menurun.
4. Sejarah Tektonik Lempeng di Indonesia

4.1 tektonik lempeng Indonesia


Teori tektonik lempeng mampu menerangkan asal usul keberadaan
magmatisma, tektonik aktif baik di darat maupun di laut secara sistimatis dan
teratur. Hamilton (1989) meng- ungkapan, berdasarkan integrasi data geofisika
dan geologi permukaan maupun bawah laut seperti: peta batimetri (Mammerickx
et al., 1976), sifat thermal (Anderson et al., 1978), gempa, dan peta tektonik
skematik (Hayes & Taylor, 1978), struktur kerak (Hayes et al., 1978),
isopach sedimen (Mrozowski & Hayes, 1978), free-air gravity (Watts et al., 1978),
anomali-anomali magnetik (Weissel & Hayes, 1978), dan pergerakan lempeng-
lempeng regional (Hamilton,1978; Tapponnier et al., 1982) dari berbagai sistem
di wilayah Indonesia yang merekam interaksi antara tiga lempeng besar dan
lempeng-lempeng yang lebih kecil, maka tektonik di Indonesia menyediakan data
dan berbagai contoh dari produk dan pro- ses pertemuan lempeng jenis kon-
vergen.

Gugusan kepulauan Indonesia me- rupakan pertemuan lempeng Pasifik


dan lempeng Australia (di bagian timur), serta Lempeng Eurasia dan Lempeng
Hindia (di bagian barat). Hadirnya lempeng besar beserta lempeng yang lebih
kecil (Lempeng Caroline dan Lempeng Laut Filipina) menyebabkan tatanan
tektonik kepulauan Indonesia menjadi rumit, (Gambar 4)

Menurut Katili (1980), konsep Tektonik Lempeng yang telah di- terapkan di busur
kepulauan Indo- nesia oleh beberapa peneliti seperti Hatherton & Dickinson,
1969 ; Fitch,
1970 ; Fitch & Molnar, 1970 ; Hamilton. 1970, 1971, 1972, dan Katili, 1971,
terbukti telah men- jelaskan berbagai fenomena geologi dan geofisika serta
mempermudah dalam memahami Indonesia, dan juga digunakan untuk
memprediksi penyebaran dan umur batuan

Konsep baru tektonik global telah memperkenalkan bahwa kerak bumi sebagai
suatu lempeng yang bersift rigid yang masing-masing bergerak satu dengan yang
lainnya (Isack dkk,1968; Le Pichon, 1968 ; Morgan,1968 ; dll, dalam
Katili,1980). Deformasi dari kerak batuan bisa berupa lipatahan, patahan, atau
kekar-kekar yang banyak dijumpai di antara batas lempeng. Secara garis besar
batas lempeng dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: (1). Batas divergen (2) Batas
Konvergen (3) Shear / Transform Fault. Dalam tulisan ini hanya akan membahas
bataslempeng konvergen. Penampang dari batas konvergen dan batuan
asosiasinya disampaikan

Katili (1980), berdasarkan peneliti terdahulu (Hamilton, 1970; dan Dickinson,


1971), memaparkan bah- wa model tektonik lempeng pada busur kepulauan
Indonesia telah di- rekonstruksi, menghasilkan sistem 2 busur kepulauan.

Model tektonik lempeng di timur Indonesia memperlihatkan kesamaan dengan


yang ada di barat, kecuali tidak adanya foreland basin di be- lakang busur
kepulauan. Model di timur Indonesia menunjukkan struk- tur yang lebih
kompleks, dapat dilihat dari bentuk inter-arc basin, busur ketiga, dan cekungan
laut dalam. Model seperti ini telah dipaparkan oleh Karig (1971, dalam Katili,
1980) yang menunjukkan bahwa batas cekungan, disebut inter-arc basin, di-
hasilkan dari mekanisme pull-apart.

Menurut Matsuda dan Uyeda (1971, dalam Katili, 1980), perubah- an


batas lautan akibat intrusi magma dari Benioff Zone di belakang busur

volkanik menghasilkan lempeng samudera berukuran kecil.

Asosiasi batuan pada penampang skematik struktur tektonik, seperti yang


diperlihatkan pada gambar 5, mempermudah perkiraan letak sum- ber daya
mineral maupun bahan ga- lian tambang lainnya, seperti nikel dan krom (di
sekitar trench slope break); emas, mangan, tembaga (di sekitar busur magmatik);
endapan timah dan seng (di sekitar fore arc basin).

Berdasarkan posisi stuktur tek- tonik, keberadaan sumber daya energi dapat
diperkirakan. Misalnya wilayah yang mengandung panas bumi dapat
diperkirakan lokasinya. Zona hidrokarbon atau wilayah- wilayah yang
menunjukkan keberada- an hidrokarbon (batubara dan minyak bumi) dan gas
bumi juga dapat diperkirakan terutama keberadaan cekungan-cekungan sedimen
seperti pada gambar penampang (Gambar 6) yang dikemukakan oleh Purwanto
dan Purnomo (1994, dalam Zakaria2004). Dengan demikian penelitian
untuk pencaharian sumber daya alam mineral dan energi akan lebih terarah.

Untuk keperluan sumber daya ke- wilayahan, konsep tektonik lempeng


sangat bermanfaat terutama dalam mengantisipasi daerah-daerah benca- na
geologi seperti daerah tsunami, gempa bumi, dan gunungapi. Untuk itu wilayah-
wilayah perkiraan bencana geologi dapat dipelajari lebih dini terutama untuk
berbagai pengem- bangan wilayah.

4.2 pembentukan gunung api indonesia

Menurut catatan para ahli vulkanologi, di Indonesia terdapat tidak kurang


dari 400 gunung berapi, tetapi yang masih aktif kira-kira 80 buah saja. Adapun
sisanya adalah gunung api yang sudah tidak aktif atau dalam fase istirahat.
Persebaran gunung api di Indonesia membentuk busur yang sejajar dengan palung
dasar samudra yang merupakan tempat-tempat di mana lempeng litosfer saling
bertemu, menukik dan menyusup.

Ada tiga sistem pokok penyebaran pegunungan yang bertemu du Indonesia, yaitu
Sistem Sunda, Sistem Busur Asia, dan Sistem Sirkum
a. Sistem Sunda

Sistem ini dimulai dari Arakan Yoma di Myanmar, sampai ke Kepulauan


Banda di Maluku. Panjangnya + 7.000 km. Terdiri dari 5 busur
pegunungan, yaitu :

1) Busur Arakan Yoma, berpusat di Shan (Myanmar)

2) Busur Andaman Nicobar, berpusat di Mergui

3) Busur Sumatera-Jawa, berpusat di Anambas

4) Busur Kepulauan Nusa Tenggara, berpusat di Flores

5) Busur Banda, berpusat di Banda

Sistem Sunda terbagi atas dua busur, yakni : busur dalam yang
vulkanis, busur luar yang tidak vulkanis, yang terletak di bawah
permukaan laut.

b. Sistem Busur Tepi Asia

Sistem ini dimulai dari Kamsyatku melalui Jepang, Filipina,


Kalimantan, dan Sulawesi. Di Filipina busur bercabang tiga, yakni :

1) Cabang pertama : dari Pulau Luzon melalui Pulau Palawan ke


Kalimantan utara .

2) Cabang kedua : dari Pulau Luzon melalui Pulau Samar ke


Mindanau dan kepulauan Sulu.

3) Cabang ketiga dari Pulau Samar ke Mindanau, Sangihe ke Sulawesi.

c. Sistem Sirkum Australia


Sistem ini dimulai dari Selandia Baru melalui Kaledonia Baru
ke Irian. Bagian Utara dari sistem pegunungan ini bercabang dua,
yakni :

1) Dari ekor Pulau Irian melalui bagian tengah sampai ke


Pegunungan

Charleslois di sebelah barat

2) Dari Kepulauan Bismarck melalui pegunungan tepi utara Irian


sampai ke kepala burung menuju Halmahera.

Ketiga sistem pegunungan ini bertemu di sekitar Kepulauan Sulu dan


Banggai. Indonesia adalah daerah pertemuan rangkaian Mediterania dan
rangkaian Sirkum Pasifik dengan proses pembentukan pegunungan yang masih
berlangsung. Itu sebabnya di Indonesia banyak terjadi gempa bumi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut
bergerak relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing
berhubungan dengan fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis
batas lempeng tersebut adalah:
a. Batas transform (transform boundaries)
b. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries)
c. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries)
2. Pergerakan di mantel sendiri menurut hipotesa adalah karena adanya arus
konveksi. Arus konveksi di mantel dapat dianalogikan dengan arus
konveksi pada zat cair yang bagian bawahnya dipanaskan. Bagian air yang
panas akan naik. Setelah mencapai permukaan terjadi penurunan
temperatur yang menyebabkan bagian air tersebut kembali turun. Setelah
berada di bawah, bagian air tersebut terkena panas lagi yang menyebabkan
ia naik lagi
3. Teori lempeng tektonik muncul setelah Alfred Lothar Wagener, seorang
ahli meteorologi dan geologi dari Jerman dalam buku The Origin of
Continents an Oceans (1915), mengemukakan bahwa benua yang padat
sebenarnya terapung dan bergerak di atas massa yang relatif lembek
(continental drift)
3.2 Saran
Adapun saran yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah
diharapkan pembaca dapat mengkaji lebih lanjut tentang lempeng tektonik dan
kaitannya dengan beberapa aspek ilmu pengetahuan sehingga dapat dijadikan
sebagai sumber informasi bagi masyarakat khususnya bagi mahasiswa program
Teknik Geologi .
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A. 2014. Apa Itu Lempeng Tektonik?. Tersedia pada. www.searchpage.com


Diakses pada tanggal 25 Oktober 2014.

Ibanrose. 2014. Seismic tomography. Tersedia pada www.iris.edu. Diakses pada tanggal
10 Oktober 2012
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011-
YAKUB_MALIK/MENGENAL_TEORI_TEKTONIK_LEMPENG.pdf

Anda mungkin juga menyukai