Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Sumber: http://geoenviron.blogspot.com
Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang
berhadap-hadapan antara benua Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan
Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu.
Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di
sana. Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini,
tetapi semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah
sepenuhnya padat menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua
(continental drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan
dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan
tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah
satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua
tersebut dari inti bumi seperti bongkahan es dari granit yang bermassa jenis
rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa
adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini
dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair,
tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut
dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan
geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini
kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di
dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami
pergerakan didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam
batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada
sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini
dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun selanjutnya justru lebih
mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran
(spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi
menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau
berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman
(subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori
tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang
umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian
lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan
magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan
oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang
menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.
Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan
dengan lajur-lajur sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar
laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara
luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan
sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya tak lama
kemudian mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki
kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.
2. Batuan Sedimen
Ketika hujan pertama mulai turun pada batuan beku pertama, proses pelapukan
dimulai. Butiran kecil dicuci dari batuan vulkanik baru mengeras, mengalir
turun melalui sungai dan sungai ke laut, dan diendapkan pada seafloors ketika
air bergerak cepat dari sungai bertemu arus lebih lambat dari lautan. Pelapukan
juga terjadi seperti air batu terlarut oleh tindakan mekanis pembekuan air di
celah. Dari waktu ke waktu, lapisan sedimen terakumulasi, terutama di mulut
sungai dekat tepi lautan baru bumi. Karena semakin banyak sedimen
dikumpulkan, lapisan ini menjadi lebih tebal. Di banyak tempat di bumi
sekarang-Sungai Mississippi Delta yang memanjang ke Teluk Meksiko,
misalnya-lapisan sedimen dapat mencapai beberapa kilometer di ketebalan.
3. Batuan Metamorf
Terjadi karena batuan sedimen yang terkubur di dalam planet kita, di mana
mereka mengalami tekanan kuat dan panas. Di sana mereka akan berubah
menjadi jenis lain dari batu, diubah oleh kondisi ekstrim bumi menjadi batu
metamorf. Jika formasi shale atau batu lumpur dimakamkan seperti ini pada
akhirnya dapat berubah menjadi rapuh, batu tulis keras. Temperatur yang
lebih tinggi dan tekanan dapat mengubah batu tulis menjadi batu spektakuler
banded, disebut sekis dan gneisses, yang sering membanggakan kristal halus
dari garnet dan mineral tekanan tinggi lainnya. Roadcuts dan singkapan dari
batuan metamorf dapat terlihat seperti kain intens dilipat atau penampang
raksasa berputar-putar seperti kue marmer. Batupasir, bila terkena suhu tinggi
dan tekanan, juga metamorfosis, pengrekrestalisasian ke batu tahan lama di
mana butiran pasir asli sekering menjadi massa padat yang dikenal sebagai
kuarsit.
Pada periode kepunahan massal itu, Bumi hanya memiliki satu daratan
besar, yakni superbenua Pangea. Lingkungan ketika itu terdiri atas gurun dan
hutan belantara. Penghuni benua itu adalah beragam vertebrate berkaki empat dan
amfibi primitif, nenek moyang reptile serta synapsid. Lokasi gunung berapi,
dikenal sebagai Siberian Traps, sekarang berada di utara Rusia. Pusatnya di sekitar
Kota Tura, yang mencakup Yakutsk, Norilsk, dan Irkutsk. Mereka meliputi
wilayah dua juta kilometre persegi atau seukuran Eropa. Debu vulkanik gunung
berapi terbang hingga Arktik Kanada, di mana lapisan abu batu bara ditemukan.
Lapisan bahan organic yang berlimpah itu adalah lapisan batu bara-abu, persis
seperti yang dihasilkan oleh pembangkit listrik batu bara modern
ketika terbakar. Debu vulkanik mungkin memperparah kondisi planet yang
memanas, di mana hewan di lautan mati lemas karena kadar oksigen menurun.
4. Sejarah Tektonik Lempeng di Indonesia
Menurut Katili (1980), konsep Tektonik Lempeng yang telah di- terapkan di busur
kepulauan Indo- nesia oleh beberapa peneliti seperti Hatherton & Dickinson,
1969 ; Fitch,
1970 ; Fitch & Molnar, 1970 ; Hamilton. 1970, 1971, 1972, dan Katili, 1971,
terbukti telah men- jelaskan berbagai fenomena geologi dan geofisika serta
mempermudah dalam memahami Indonesia, dan juga digunakan untuk
memprediksi penyebaran dan umur batuan
Konsep baru tektonik global telah memperkenalkan bahwa kerak bumi sebagai
suatu lempeng yang bersift rigid yang masing-masing bergerak satu dengan yang
lainnya (Isack dkk,1968; Le Pichon, 1968 ; Morgan,1968 ; dll, dalam
Katili,1980). Deformasi dari kerak batuan bisa berupa lipatahan, patahan, atau
kekar-kekar yang banyak dijumpai di antara batas lempeng. Secara garis besar
batas lempeng dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: (1). Batas divergen (2) Batas
Konvergen (3) Shear / Transform Fault. Dalam tulisan ini hanya akan membahas
bataslempeng konvergen. Penampang dari batas konvergen dan batuan
asosiasinya disampaikan
Berdasarkan posisi stuktur tek- tonik, keberadaan sumber daya energi dapat
diperkirakan. Misalnya wilayah yang mengandung panas bumi dapat
diperkirakan lokasinya. Zona hidrokarbon atau wilayah- wilayah yang
menunjukkan keberada- an hidrokarbon (batubara dan minyak bumi) dan gas
bumi juga dapat diperkirakan terutama keberadaan cekungan-cekungan sedimen
seperti pada gambar penampang (Gambar 6) yang dikemukakan oleh Purwanto
dan Purnomo (1994, dalam Zakaria2004). Dengan demikian penelitian
untuk pencaharian sumber daya alam mineral dan energi akan lebih terarah.
Ada tiga sistem pokok penyebaran pegunungan yang bertemu du Indonesia, yaitu
Sistem Sunda, Sistem Busur Asia, dan Sistem Sirkum
a. Sistem Sunda
Sistem Sunda terbagi atas dua busur, yakni : busur dalam yang
vulkanis, busur luar yang tidak vulkanis, yang terletak di bawah
permukaan laut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut
bergerak relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing
berhubungan dengan fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis
batas lempeng tersebut adalah:
a. Batas transform (transform boundaries)
b. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries)
c. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries)
2. Pergerakan di mantel sendiri menurut hipotesa adalah karena adanya arus
konveksi. Arus konveksi di mantel dapat dianalogikan dengan arus
konveksi pada zat cair yang bagian bawahnya dipanaskan. Bagian air yang
panas akan naik. Setelah mencapai permukaan terjadi penurunan
temperatur yang menyebabkan bagian air tersebut kembali turun. Setelah
berada di bawah, bagian air tersebut terkena panas lagi yang menyebabkan
ia naik lagi
3. Teori lempeng tektonik muncul setelah Alfred Lothar Wagener, seorang
ahli meteorologi dan geologi dari Jerman dalam buku The Origin of
Continents an Oceans (1915), mengemukakan bahwa benua yang padat
sebenarnya terapung dan bergerak di atas massa yang relatif lembek
(continental drift)
3.2 Saran
Adapun saran yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah
diharapkan pembaca dapat mengkaji lebih lanjut tentang lempeng tektonik dan
kaitannya dengan beberapa aspek ilmu pengetahuan sehingga dapat dijadikan
sebagai sumber informasi bagi masyarakat khususnya bagi mahasiswa program
Teknik Geologi .
DAFTAR PUSTAKA
Ibanrose. 2014. Seismic tomography. Tersedia pada www.iris.edu. Diakses pada tanggal
10 Oktober 2012
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011-
YAKUB_MALIK/MENGENAL_TEORI_TEKTONIK_LEMPENG.pdf