ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
ANAK
Umur : 1 tahun
Nama : An. M
ANAMNESIS Ruang : Melati
Jenis Kelamin :Perempuan
Kelas : II
Dokter yang merawat : dr.Elief Rohana, Sp.A, M.Kes Ko Asisten : Pradhita Budi P, S.Ked
HMRS pasien datang ke IGD RSUD karanganyar rujukan dari bidan dengan keluhan panas
sejak kemarin siang kira-kira jam 12.00, pasien sebelumnya pukul 09.00 diimunisasi pentabio di
puskesmas mojogedang salah satu daerah di kabupaten karanganyar, keluhan pasien disertai
dengan nafsu makan menurun, tidak disertai dengan kejang, penurunan kesadaran (-), mimisan(-),
bintik-bintik merah (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-), BAB cair (-), BAK (jernih warna kuning.4-
5x sehari)
1
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
ANAK
2. Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat batuk pilek sebelumnya : disangkal
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat kejang tanpa demam : disangkal
Riwayat kejang dengan demam : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Kesan : Tidak Terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit pada keluarga yang diturunkan
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat batuk pilek : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
4. Riwayat penyakit lingkungan
Riwayat penyakit serupa : disangkal
5. Pohon keluarga
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
2
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
ANAK
RIWAYAT PRIBADI
1) Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Riwayat kehamilan ibu pasien
Ibu G1P0A0 Hamil saat usia 21 tahun. Ibu memeriksakan kehamilannya rutin ke bidan dan
dokter kandungan, Ibu tidak pernah mual dan muntah berlebihan, tidak ada riwayat trauma
maupun infeksi saat hamil, sesak saat hamil (-), Merokok saat hamil (-), kejang saat hamil (-).
Ibu hanya minum obat penambah darah dan vitamin dari bidan. Tekanan darah ibu
dinyatakan normal. Berat badan ibu dinyatakan normal dan mengalami kenaikan berat badan
selama kehamilan. Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.
b. Riwayat persalinan ibu pasien
Ibu melahirkan pasien dibantu oleh dokter kandungan, umur kehamilan 9 bulan, persalinan
normal, presentasi kepala, bayi langsung menangis dengan berat lahir 3300 gram dan panjang
45 cm, tidak ditemukan cacat bawaan saat lahir.
c. Riwayat paska lahir pasien
Bayi laki-laki BB 3300 gr, setelah lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit
kemerahan, tidak ada demam atau kejang. ASI keluar hari ke-2, bayi dilatih menetek dari hari
pertama keluar ASI.
Kesan : Riwayat ANC baik, riwayat persalinan baik, riwayat PNC baik.
2) Riwayat makanan
0-6 bulan : ASI
6-12 bulan : ASI, susu formula, bubur susu, buah buahan (pisang, jeruk), diselingi nasi
tim kuah sayur.
1-2 tahun : ASI, susu formula, bubur susu, diselingi nasi dan kuah sayur.
2-3 tahun : nasi piring 2xsehari, sayur, lauk, buah, dan susu (pasien sulit makan).
Kesan : Pasien mendapat ASI eksklusif, kualitas makanan baik, kuantitas makan kurang.
3
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
Kesan : Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial sesuai usia.
4) Vaksinasi
Jenis I II III IV V VI
HEPATITIS B 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -
BCG 1 bulan - - - - -
DPT combo 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
(DPT +
Hepatitis B)
POLIO 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -
CAMPAK - - - - - -
Pentabio 3 Tahun -
DPT-HB-
Hib
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai PPI, dan sudah mendapat ulangan.
4
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
ANAK
6) Anamnesis sistem :
Cerebrospinal : kejang (-), delirium (-)
Kardiovaskuler : sianosis (-), biru (-)
Respiratorius : batuk (-), pilek (-), nyeri tenggorokan (-), sesak (-)
Gastrointestinal : muntah (-), BAB (+) dbn
Urogenital : BAK (+) dbn, nyeri berkemih (-), bengkak kemaluan (-)
Muskuloskeletal : kelainan bentuk (-) nyeri sendi (-), nyeri otot (-)
Integumentum : bintik merah (-), ikterik (-)
Otonom : Demam (+)
Kesan : terdapat masalah di sistem otonom
5
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
PEMERIKSAAN ANAK
Nama : An. F. R. P.
Umur : 3 tahun
Ruang : Melati
JASMANI Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : III-15
PEMERIKSAAN OLEH : An F. R. P., S.Ked Tanggal 5 Maret 2014 Jam 19.00
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : compos mentis
TANDA VITAL :
Nadi : 104x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 38,1C
Status Gizi :
BB/TB : 9,9/85 cm
BMI : 13,7 kg/m2
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala : ukuran normocephal, rambut warna hitam, lurus, jumlah cukup.
Bentuk mesocephal. Ubun-ubun sudah menutup
Mata : mata cowong (-/-), air mata (+/+), CA (-/), SI (-/-), reflek
cahaya (+/+), pupil isokor, edema palpebra (-/-)
Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Mulut : mukosa bibir dan lidah kering (-), sianosis (-)
Faring : hiperemis (-), tonsil membesar (-)
Gigi : caries (-), calculus (-)
Kesan : dalam batas normal
6
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
Leher : pembesaran limfonodi (-) ANAK
Thorak : simetris,retraksi (-) subcosta,intercosta,dan suprasternal,ketinggalan gerak (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi :
batas kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
batas kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
batas kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
batas kiri bawah : SIC IV linea midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ I-II intensitas reguler (+), bising jantung (-)
Kesan : Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfonodi di region sub mandibula dextra dan sinistra,
thorak dan jantung dalam batas normal
Paru :
Kanan DEPAN Kiri
Abdomen :
7
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
Inspeksi : distended (-), sikatrikANAK
(-), purpura (-)
Auskultasi : peristaltik
Perkusi : timpani (+), pekak beralih (-),
Palpasi : turgor kulit normal, nyeri tekan (-),
Hepar : tidak teraba membesar
Lien : tidak teraba membesar
Anogenital : tidak ada kelainan
Kesan : abdomen dalam batas normal
8
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
13 MCHC 31,4 32-37 ANAK
g/dl
14 MCH 25,8 27-31 Pg
15 Jumlah Trombosit 236 150-450 Ribu/uL
Microscop Analysis
No Parameter Hasil
1 Eritrosit 0-1/LPB
2 Lekosit 0-1/LPB
3 Cylind -
4 Cells -
5 Epith. Cells -/LPK
6 Bact -
7 Cryst -
8 Lain-lain -
9 Berat jenis 1.020
10 Warna Kuning muda
O H
Widal
1/80 neg
S. thypi
1/80 neg
Parathypi A
1/80 1/80
Parathypi B
neg neg
Parathypi C
9
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
RINGKASAN ANAMNESIS ANAK
pasien dibawa ke IGD RSUD karanganyar dengan keluhan panas sejak kemarin siang kira-
kira jam 12.00, pasien sebelumnya pukul 09.00 diimunisasi pentabio di puskesmas
mojogedang salah satu daerah di kabupaten karanganyar, keluhan pasien dirasakan mendadak
tidak disertai dengan kejang.
Tidak terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang,
Pasien mendapatkan ASI eksklusif, kualitas dan kuantitas makanan kurang
Riwayat ANC baik, Persalinan spontan, Riwayat PNC baik.
Perkembangan dan kepandaian baik
Imunisasi dasar lengkap berdasarkan PPI, dan sudah mendapat ulangan
Keadaan sosial ekonomi & kondisi lingkungan rumah cukup baik
LABORATORIUM
Darah Rutin : dalam batas normal
Widal: (-)
DIAGNOSIS BANDING
KIPI (Reaksi Vaksin)
ISPA
ISK
RENCANA PENGELOLAAN
Rencana Tindakan
Obsevasi keadaan umum dan vital sign
Pemeliharaan hidrasi dan nutrisi
Bed rest
Rencana Terapi
Inf KAEN 3A 10 tpm (makro)
Inj. Amoxicillin 250 mg/ 8 jam
Dexametason 2 mg/ 12 jam
Paracetamol syr 1 cth (Bila Panas)
Rencana Edukasi
- Menjelaskan kepada orangtua pasien mengenai penyakit yang diderita pasien.
- Menjelaskan tentang efek samping imunisasi sehingga keluarga pasien tidak merasa takut
untuk imunisasi
- Menjaga kebersihan tangan dan rajin cuci tangan
- Memperhatikan kebersihan keluarga dan lingkungan
- Mengatur pola makan
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad sanam : ad bonam
11
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
ANAK
Tgl S O A
20 Panas (+), kejang (-), batuk (+), Keadaan Umum : cukup Obs febris hV
maret pilek (+), BAK banyak, rewel TANDA VITAL : HDD pneumonia
2014 (+) Nadi : 144x/menit bronkopneumoni
RR : 56x/menit
Suhu : 38,4C
BB : 6,3 kg
TB : 85 cm
K/L : CA (-/-), SI(-/-) PKGB
(-). Retraksi otot jugularis
Tho : P. SDV (+/+) RH (+/+)
WH (-/-)
J. BJ I / II Murni reguler
Abd. dbn
Eks. dbn
Kristaloid 30 t
12
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
ANAK Cefo 2 x 300
22 Panas sudah turun, batuk (+), Keadaan Umum : cukup Genta 2x 20
Maret minum susu mau, diare (-), perut Status gizi : cukup obs febris h7 DD Paracetamol s
2014 agak kembung TANDA VITAL : bronkopneumoni Dexa stop
Nadi : 140x/menit a
RR : 42x/menit
Suhu : 36,7C
BB : 6,3 kg
K/L: ca (-/-), si (-/-), PKGB
(-), retraksi otot jugularis
Thorax : P. SDV (+/+) RH (+/
+), WH (-/-)
C. BJ I/ II murni reguler
Abd : dbn
Ekstremitas : dbn
Terapi selanju
13
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
ANAK
Abd : dbn
Ekstremitas : akral hangat
14
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
ANAK
DISKUSI
KIPI ( Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) / Adverse events following immunization (AEFI)
adalah kejadian medic yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek
samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, atau kesalahan program, koinsidensi,
reaksi suntikan, atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan dalam 1bulan sesudah imunisasi.
Pasien ini mengeluh panas mendadak tinggi setelah 3 jam yang lalu pasien diimunisasi
Pentabio di Puskesmas Mojogedang Karanganyar, keluhan tidak disertai dengan kejang, mual(-),
muntah (-).dari anamnesis tersebut menerangkan bahwa pasien mengalami panas setelah 3 jam yang
lalu diimunisasi, sebelumnya pasien merasa badannya sehat tidak ada keluhan apa-apa, berdasarkan
hal tersebut keluhan dari pasien bisa di simpulkan bahwa pasien mengalami KIPI karena terjadi
setelah imunisasi.
Klasifikasi KIPI antara lain :
a) Kesalahan program / atau teknik pelaksanaan. Antara lain :
Dosis antigen (terlalu banyak)
Lokasi dan cara menyuntik
Sterilisasi semprit dan jarum suntik
Jarum bekas pakai
Tindakan aseptic dan antiseptic
Kontaminasi vaksin dan peralatan suntik
Penyimpanan vaksin
Pemakaian sisa vaksin
Jenis dan jumlah pelarut vaksin
Tidak memperhatikan petunjuk produsen (petunjuk pemakaian, indikasi kontra dan
lain-lain.
Untuk mengetahui kesalahan program diperlukan penelusuran kasus KIPI.
b) Reaksi Suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun
secara tidak langsung.
Reaksi langsung : nyeri sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan.
Reaksi tidak langsung : rasa takut, pusing, mual, sampai sinkop.
15
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
ANAK
ringan.walalupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaktik
sistemik dengan resiko kematian.
A. Reaksi local
Rasa nyeri ditempat suntikan
Bengkak kemerahan di tempat suntikan sekitar 10%
Bengkak pada suntikan DPT dan tetanus suntikan sekitar 50%
BCG scar terjadi minimal setelah 2 minggu kemudian ulserasi dan sembuh setelah
beberapa bulan.
B. Reaksi sistemik
Demam pada sekitar 10%, kecuali DPT hamper 50%, juga reaksi lain seperti iritabel,
malaise, gejala sistemik.
MMR dan campak, reaksi sistemik disebabkan infeksi virus vaksin. Terjadi demam
dan atau ruam dan conjungtivitis pada 5%-15% dan lebih ringan dibandingkan infeksi
campak tetapi berat pada kasus imunodefisiensi.
Pada mumps terjadi reaksi vaksin pembengkaan kelenjar parotis, rubella terjadi rasa
nyeri sendi 15% dan pembengkakan limfe.
Pada mumps terjadi reaksi vaksin pembengkakan limfe.
C. Reaksi vaksin berat
Kejang
Trombositopenia
Hypotonic hyporesponsive episode / HHE
Anafilaktid
Encephalopathy akibat imunisasi campak atau DTP.
d) Faktor kebetulan (koinsiden)
Kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah imunisasi. Indicator factor
kebetulan ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama di saat bersamaan pada
kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa tetapi tidak mendapat imunisasi.
16
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
ANAK
Limfadenitis
Ensefalopati
Ensefalitis
Meningitis
Kejang
Reaksi anafilaksis
Syok anafilaksis
Artralgia
Episode hipotensif-hiporesponsif
Osteomielitis
Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping, maka apabila seorang anak
telah mendapatkan imunisasi perlu diobservasi beberapa saat, sehingga dipastikan tidak terjadi KIPI
(reaksi cepat). Berapa lama observasi sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada umumnya setelah
pemberian setiap jenis imunisasi harus dilakukan observasi selama 15 menit. Untuk menghindarkan
kerancuan maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu
timbulnya gejala klinis.
17
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
DT, TT) Neuritis brakhial ANAK
Komplikasi akut termasuk kecacatan 2-18 hari
dan kematian
tidak tercatat
Pertusis whole cell Syok anafilaksis 4 jam
(DPwT)
Ensefalopati 72 jam
18
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
ANAK
Angka Kejadian KIPI
KIPI yang paling serius terjadi pada anak adalah reaksi anafilaksis. Angka kejadian reaksi
anafilaktoid diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT, tetapi yang benar-benar reaksi anafilaksis
hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis. Anak yang lebih besar dan orang dewasa lebih banyak
mengalami sinkope, segera atau lambat. Episode hipotonik/hiporesponsif juga tidak jarang terjadi,
secara umum dapat terjadi 4-24 jam setelah imunisasi.
a) Titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah dari pada bayi cukup
bulan
b) Apabila berat badan bayi sangat kecil (<1000 gram) imunisasi ditunda dan diberikan
setelah bayi mencapai berat 2000 gram atau berumur 2 bulan; imunisasi hepatitis B
diberikan pada umur 2 bulan atau lebih kecuali bila ibu mengandung HbsAg
c) Apabila bayi masih dirawat setelah umur 2 bulan, maka vaksin polio yang diberikan
adalah suntikan IPV bila vaksin tersedia, sehingga tidak menyebabkan penyebaaran
virus polio melaui tinja
3. Pasien imunokompromais
Keadaan imunokompromais dapat terjadi sebagai akibat penyakit dasar atau sebagai akibat
pengobatan imunosupresan (kemoterapi, kortikosteroid jangka panjang). Jenis vaksin hidup
merupakan indikasi kontra untuk pasien imunokompromais dapat diberikan IVP bila vaksin
19
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
ANAK
tersedia. Imunisasi tetap diberikan pada pengobatan kortikosteroid dosis kecil dan pemberian
dalam waktu pendek. Tetapi imunisasi harus ditunda pada anak dengan pengobatan
kortikosteroid sistemik dosis 2 mg/kg berat badan/hari atau prednison 20 mg/ kg berat
badan/hari selama 14 hari. Imunisasi dapat diberikan setelah 1 bulan pengobatan
kortikosteroid dihentikan atau 3 bulan setelah pemberian kemoterapi selesai.
4. Pada resipien yang mendapatkan human immunoglobulin
Imunisasi virus hidup diberikan setelah 3 bulan pengobatan utnuk menghindarkan hambatan
pembentukan respons imun.
20
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
SURAKARTA
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
ANAK
DAFTAR PUSTAKA
21
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
KESEHATAN NO RM : 3 0 0 9 1 0
6
ANAK
Hassan, et all., 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Pawitro U.E., Noorvitry M., Darmowandowo W., 2002. Ilmu Penyakit Anak :
Wahab, Samik A., 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 2. Jakarta : EGC
Ranuh, Gede., 2011. Pedoman Imunisasi di indonesia, Jakarta. Badan Penaerbit IDAI
22