Anda di halaman 1dari 6

TERMODINAMIKA

Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas


tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Prinsip thermodinamika
sebenarnya telah terjadi secara alami dalam kehidupan sehari-hari. Bumi setiap
hari menerima energi gelombang elektromagnetik dari matahari, dan di bumi
energi tersebut berubah menjadi energi panas, energi angin, gelombang laut,
proses pertumbuhan berbagai tumbuh-tumbuhan dan banyak proses alam
lainnya. Proses didalam diri manusia juga merupakan proses konversi energi yang
kompleks, dari input energi kimia dalam makanan menjadi energi gerak berupa
segala kegiatan fisik manusia, dan energi yang sangat bernilai yaitu energi
pikiran kita.
BENTUK-BENTUK ENERGI
Bentuk energi dibagi menjadi dua kelompok:
1. Energi Makroskopik: Berhubungan dengan gerak dan pengaruh luar seperti
gravitasi,magnetik, elektrik dan tegangan permukaan.
Energi Makroskopik terdiri dari:

Energi Kinetik : Energi yang disebabkan oleh gerakan relatif terhadap suatu
referensi.
Ek = .m.v2
Energi Potensial : Energi yang disebabkan oleh elevasinya dalam medan
gravitasi.
Ep = m.g.h
2. Energi Mikroskopik: Berhubungan dengan struktur molekul dan derajat aktivitas
molekul. Jumlah total energi mikroskopik disebut energi dalam, dengan simbol U.
Energi Mikroskopik terdiri dari:
Energi Sensibel : Berhubungan dengan energi kinetik dan gerakan molekul
sistem.
Energi Latent : Berhubungan dengan fasa dari sistem, mencair,
menguap dll.
Energi Kimia : Berhubungan dengan ikatan atm-atom dalam sistem.
SISTEM PROSES DAN SIKLUS TERMODINAMIKA
Suatu sistem thermodinamika adalah sustu masa atau daerah yang dipilih,
untuk dijadikan obyek analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut sebagai
lingkungan. Batas antara sistem dengan lingkungannya disebut batas sistem
(boundary), dalam aplikasinya batas sistem merupakan bagian dari sistem
maupun lingkungannya, dan dapat tetap atau dapat berubah posisi atau
bergerak.
Dalam thermodinamika ada dua jenis sistem, yaitu :
Sistem tertutup
Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis tetap dan tidak ada masa
keluar dari sistem atau masuk kedalam sistem, tetapi volumenya bisa berubah.
Yang dapat-keluar masuk sistem tertutup adalah energi dalam bentuk panas atau
kerja. Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana
masa udara didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah, dan energi panas
masuk kedalam masa udara didalam balon.

Sistem terbuka
Dalam sistem terbuka, energi dan masa dapat keluar sistem atau masuk kedalam
sistem melewati batas sistem. Sebagian besar mesin-mesin konversi energi
adalah sistem terbuka. Sistem mesin motor bakar adalah ruang didalam silinder
mesin, dimana campuran bahan bahan bakar dan udara masuk kedalam silinder,
dan gas buang keluar sistem. melalui knalpot. Contoh Turbin gas, turbin uap,
pesawat jet DLL.
Suatu sistem dapat berada pada suatu kondisi yang tidak berubah, apabila
masing-masing jenis property sistem tersebut dapat diukur pada semua
bagiannya dan tidak berbeda nilainya. Kondisi tersebut disebut sebagai keadaan
(state) tertentu dari sistem. dimana sistem mempunyai nilai property yang tetap.
Apabila property nya berubah, maka keadaan sistem tersebut disebut mengalami
perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak mengalami perubahan keadaan
disebut sistem dalam keadaan seimbang (equilibrium). Perubahan sistem
thermodinamika dari keadaan seimbang satu menjadi keadaan seimbang lain
disebut proses, dan rangkaian keadaan diantara keadaan awal dan akhir disebut
lintasan proses. Suatu sistem disebut menjalani suatu siklus, apabila sistem
tersebut menjalani rangkaian beberapa proses, dengan keadaan akhir sistem
kembali ke keadaan awalnya.
HUKUM-HUKUM TERMODINAMIKA
Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika,
yaitu:

Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika


Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan
sistem ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.
Hukum Pertama Termodinamika
Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan
energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari
jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan
terhadap sistem.
Hukum kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan
bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk
meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.
Hukum ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut,
semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum.
Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna
pada temperatur nol absolut bernilai nol.
A. TERMODINAMIKA I
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan.
Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan
berkurang. Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha
dan sistem yang mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi
dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika
atau disebut hukum I termodinamika. Secara matematis, hukum I termodinamika
dituliskan sebagai :

Q = W + U

Keterangan :
Q = kalor
W = usaha
U = perubahan energi dalam
Jika krupuk dipanaskan, krupuk akan mengembang atau bertambah
volumenya yang berarti melakukan usaha dan krupuk akan bertambah panas
yang berarti mengalami perubahan energi dalam.
Proses Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi
perubahan-perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi
berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan proses isotermik. Karena
berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan energi dalam dan
berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha
yang dilakukan sistem
Q=W
Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas
dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume
konstan, gas tidak melakukan usaha dan kalor yang diberikan sama dengan
perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas
pada volume konstan QV.
QV = U

Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap
konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam
tekanan konstan, gas melakukan usaha. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai
kalor gas pada tekanan konstan.
QV =U
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai
W = Qp QV

Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk ataupun keluar oleh
sistem. Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama dengan perubahan
energi dalamnya.
Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum
universal dari kekekalan energi dan mengidentifikasikan perpindahan panas
sebagai suatu bentuk perpindahan energi. Pernyataan paling umum dari hukum
pertama termodinamika ini berbunyi:
Kenaikan energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan
jumlah energi panas yang ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja
yang dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya.
B. TERMODINAMIKA II
Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang
dianggap taat azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam.
Hukum kedua termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius
mengatakan, Untuk suatu mesin siklis maka tidak mungkin untuk menghasilkan
efek lain, selain dari menyampaikan kalor secara continue dari sebuah benda ke
benda lain pada temperatur yang lebih tinggi".
Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah proses
alami yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam
satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang
menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin besar". Di dalam
mekanika statistik, hubungan antara entropi dan parameter kekacauan adalah
pers. (1):

S = k log w
Keterangan :
K = konstanta Boltzmann
S = entropi sistem
W = parameter kekacauan
Jika ditinjau perubahan entropi suatu gas ideal di dalam ekspansi isotermal,
dimana banyaknya molekul dan temperatur tak berubah sedangkan volumenya
semakin besar, maka kemungkinan sebuah molekul dapat ditemukan dalam
suatu daerah bervolume V adalah sebanding dengan V; yakni semakin besar V
maka semakin besar pula peluang untuk menemukan molekul tersebut di dalam
V. Kemungkinan untuk menemukan sebuah molekul tunggal di dalam V adalah,
pers. (2):

W1 = c V
Keterangan :
C = konstanta
V = volume
Kemungkinan menemukan molekul secara serempak di dalam volume
adalah hasil kali lipat N dari w. Yakni, kemungkinan dari sebuah keadaan yang
terdiri dari molekul berada di dalam volume adalah, pers.(3):

w = w1N = (cV)N.
Jika persamaan (3) disubstitusikan ke (1), maka perbedaan entropi gas ideal
dalam proses ekspansi isotermal dimana temperatur dan banyaknya molekul tak
berubah, adalah bernilai positip. Ini berarti entropi gas ideal dalam proses
ekspansi isotermal tersebut bertambah besar.
C. TERMODINAMIKA III
Efek magnetokalorik di pakai untuk menurunkan temperatur senyawa
paramagnetik hingga sekitar 0.001 K. Secara prinsip, temperatur yang lebih
rendah lagi dapat dicapai dengan menerapkan efek magnetokalorik berulang-
ulang. Jadi setelah penaikan medan magnetik semula secara isoterm, penurunan
medan magnetik secara adiabat dapat dipakai untuk menyiapkan sejumlah besar
bahan pada temperatur T, yang dapat dipakai sebagai tandon kalor untuk
menaikan tandon kalor secara isoterm yang berikutnya dari sejumlah bahan yang
lebih sedikit dari bahan semula. Penurunan medan magnetik secara adiabat yang
kedua dapat menghasilkan temperatur yang lebih rendah lagi, T, dan
seterusnya. Maka akan timbul pertanyaan apakah efek magnetokalorik dapat
dipakai untuk mendinginkan zat hingga mencapai nol mutlak.
Pecobaan menunjukan bahwa sifat dasar semua proses pendinginan adalah
bahwa semakin rendah temperatur yang dicapai, semakin sulit
menurunkannya.hal yang sama berlaku juga untuk efek magnetokalorik.dengan
persyaratan demikian, penurunan medan secara adiabat yang tak terhingga
banyaknya diperlukan untuk mencapai temperatur nol mutlak. Perampatan dari
pengalaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
Temperatur nol mutlak tidak dapat dicapai dengan sederetan proses yang
banyaknya terhingga.Ini dikenal sebagi ketercapaian temperatur nol mutlak atau
ketaktercapaian hukum ketiga termodinamika. Pernyataan lain dari hukum ketiga
termodinamika adalah hasil percobaan yang menuju ke perhitungan bahwa
bagaimana ST berlaku ketika T mendekati nol. ST ialah perubahan entropi
sistem terkondensasi ketika berlangsung proses isoterm terbuktikan.
Percobaansangat memperkuat bahwa ketika T menurun, ST berkurang jika
sistem itu zat cair atau zat padat. Jadi prinsip berikut dapat di terima:
Perubahan entropi yang berkaitan dengan proses-terbalikan-isotermis-suatu
sistem-terkondensasi mendekati nol ketika temperaturnya mendekati nol.
Pernyataan tersebut merupakan hukum ketiga termodinamika menurut Nernst-
Simon. Nernst menyatakan bahwa perubahan entropi yang menyertai tiap proses
reversibel, isotermik dari suatu sistem terkondensasi mendekati nol. Perubahan
yang dinyatakan di atas dapat berupa reaksi kimia, perubahan status fisik, atau
secara umum tiap perubahan yang dalam prinsip dapat dilakukan secara
reversibel.
Hal ini dikenal sebagai hukun Nernst, yang secara matematika dinyatakan
sebagai :
Pada Kemudian, Pada tahun 1911, Planck membuat suatu hipotesis 0, bukan
hanya beda entropi yg = 0, tetapi entropi setiap zatsuhu T padat atau cair
dalam keseimbangan dakhir pada suhu nol. Dapat ditunjukkan secara
eksperimen, bahwa bila suhunya mendekati St menurun.D0 K, perubahan entropi
transisi. Persamaan diatas dikenal sebagai hukum ketiga termodinamika.
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut,
semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum.
Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna
pada temperatur nol absolut bernilai nol.
StD Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa perubahan entropi yang
berkaitan dengan perubahan kimia atau perubahan fisika bahan murni pada T =
0 K bernilai nol.
Secara intuitif hukum ketiga dapat dipahami dari fakta bahwa pergerakan ionik
atau molekular maupun atomik yang menentukan derajat ketidakteraturan dan
dengan demikian juga besarnya entropi, sama sekali berhenti pada 0 K. Dengan
mengingat hal ini, tidak akan ada perubahan derajat ketidakteraturan dalam
perubahan fisika atau kimia dan oleh karena itu tidak akan ada perubahan
entropi.

Anda mungkin juga menyukai