Standar Audit ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk merancang dan menerapkan
respons terhadap risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan dinilai oleh auditor
dalam suatu audit atas laporan keuangan.
Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti audit cukup dan tepat yang berkaitan
dengan penilaian risiko kesalahan penyajian material, melalui pendesainan dan penerapan
respons yang tepat terhadap risiko tersebut.
Definisi
Untuk tujuan SA ini, istilah-istilah berikut mempunyai arti yang dijelaskan seperti di
bawah ini:
(a) Prosedur substantif: Suatu prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi kesalahan penyajian
material pada tingkat asersi. Prosedur substantif terdiri dari:
(i) Pengujian rinci (dari setiap golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan); dan
(ii) Prosedur analitis substantif.
(b) Pengujian pengendalian: Suatu prosedur audit yang dirancang untuk mengevaluasi efektivitas
operasi pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi danmengoreksi, kesalahan penyajian
material pada tingkat asersi.
Ketentuan
1. Respons Keseluruhan
Auditor harus merancang dan mengimplementasikan respons keseluruhan untuk menanggapi
risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai pada tingkat laporan keuangan.
2. Prosedur Audit Sebagai Respons terhadap Risiko Kesalahan PenyajianMaterial yang Telah
Dinilai pada Tingkat Asersi
Auditor harus merancang dan mengimplementasikan prosedur audit lebih lanjut yang sifat, saat,
dan luasnya didasarkan pada dan merupakan respons terhadap risiko kesalahan penyajian
material yang telah dinilai pada tingkat asersi.
Tujuan
Tujuan auditor pengguna, ketika entitas pengguna menggunakan jasa dari suatu organisasi jasa,
adalah:
a) Untuk memperoleh pemahaman tentang sifat dan signifikansi jasa yang disediakan oleh
organisasi jasa dan dampaknya terhadap pengendalian internal entitas pengguna yang relevan
dengan audit, yang cukup untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material.
b) Untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit sebagai respons terhadap risiko tersebut.
Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk mengevaluasi:
a) Dampak kesalahan penyajian yang diidentifikasi atas audit
b) Dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan.
KASUS
PT Great River International merupakan perusahaan pakaian jadi berkualitas tinggi dan terkemuka di Indonesia. PT Great
River International Didirikan oleh Sukanta Tanudjaja dan Sunjoto Tanudjaja pada tahun 1976 dengan nama PT. Great River
Garments Industries. Kemudian pada tahun 1996 Berganti nama menjadi PT Great River International. Pada awalnya, PT Great
River International mengalami perkembangan yang sangat pesat hal ini ditandai dengan diperolehnya beberapa kali penghargaan
dari majalah Asiamoney dan berhasil lulus sertifikasi ISO 9002 untuk quality management. Namun mulai tahun 2002, PT. Great
River International mulai mengalami kesulitan keuangan dengan mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga.
Akuntan publik Justinus Aditya Sidharta diindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great
River Internasional, Tbk. tahun buku 2003. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang
menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan asset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan
keuangan Great River yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang.
Berdasarkan investigasi tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan keuangan Great River
ikut menjadi tersangka.
Kasus Great River berawal pada sekitar bulan Juli hingga September 2004, PT Bank Mandiri telah membeli obligasi PT
Great River International, Tbk sebesar Rp50 miliar dan memberi fasilitas Kredit Investasi; Kredit Modal Kerja; dan Non Cash
Loan kepada PT. Great River Internasional senilai lebih dari Rp265 milyar yang diduga mengandung unsur melawan hukum
karena obligasi tersebut default dan kreditnya macet.
Sejak Agustus 2005, Bapepam menyidik akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan Great River tahun buku 2003.
Bapepam telah menemukan adanya:
a. Overstatement atas penyajian akun penjualan dan piutang dalam Laporan Keuangan GRIV per 31 Desember 2003
b. Penambahan aktiva tetap perseroan, khususnya yang terkait dengan penggunaan dana hasil emisi obligasi, yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya.
Akibatnya, Great River kesulitan arus kas. Perusahaan tidak mampu membayar utang Rp 250 miliar kepada Bank
Mandiri dan gagal membayar obligasi senilai Rp 400 miliar.
Ketua Bapepam Fuad Rahmany menyatakan telah menemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan
keuangan perusahaan tekstil tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebut, Bapepam pada tanggal 22 November 2005 meningkatkan
Pemeriksaan atas kasus GRIV ke tahap Penyidikan. Sehubungan dengan tindakan Penyidikan tersebut, Bapepam telah dan akan
berkoordinasi dengan instansi penegak hukum terkait.
Menteri Keuangan (Menkeu) RI terhitung sejak tanggal 28 Nopember 2006 telah membekukan izin Akuntan Publik (AP)
Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun. Sanksi tersebut diberikan karena Justinus terbukti melakukan pelanggaran terhadap
Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River
International Tbk (Great River) tahun 2003.
Pembekuan izin oleh Menkeu ini merupakan tindak lanjut atas Surat Keputusan Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik
(BPPAP) Nomor 002/VI/SK-BPPAP/VI/2006 tanggal 15 Juni 2006 yang membekukan Justinus dari keanggotaan Ikatan Akuntan
Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Hal ini sesuai dengan Keputusan Menkeu Nomor 423/KMK.06/2006
tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003 yang menyatakan
bahwa AP dikenakan sanksi pembekuan izin apabila AP yang bersangkutan mendapat sanksi pembekuan keanggotaan dari IAI
dan atau IAI-KAP
Analisis Kasus
1. Analisis terkait SA 330
Dalam SA 330 terkait dengan tanggung jawab auditor untuk merancang dan menerapkan respon
terhadap risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan dinilai auditor dalam suatu
audit atas laporan keuangan. Kasus PT Great River International, Tbk di atas, yang melibatkan
akuntan publik Justinus Aditya Sidharta, Auditor dengan sengaja tidak menerapkan respon
terhadap risiko salah saji yang material sehingga menyebabkan overstatement atas penyajian
akun penjualan dan piutang serta penambahan aktiva perseroan di bagian obligasi yang
menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan dalam arus kas dan gagal membayar utang.
Berdasarkan informasi dari ketua Bapepam Fuad Rahmany, auditor telah melakukan tindakan
konspirasi dengan pihak entitas ( melakukan fraud ) dan tidak menerapkan independensinya
sebagai auditor dalam penyajian laporan keuangan. Hal ini sudah menunjukan bahwa AP
Justinus Aditya Sidharta melanggar ISA 330.6, 330.7, dan 330.20. Tindakan auditor tersebut
menjadi faktor terkuat auditor tidak mengaplikasikan dengan benar prosedur substantif yang
terdiri dari pengujian rinci dari pengungkapan yang dilakukan pihak entitas, prosedur analitis
substantif, dan prosedur pengendalian ( gagal mencegah, mendeteksi, dan mengoreksi salah saji )
Padahal seharusnya Auditor mampu untuk menjalankan prosedur substantif, prosedur
pengendalian sebelum akhirnya menentukan respon terhadap kesalahan salah saji secara
tepat. AP bersangkutan lebih menunjukkan kecerobohan-nya dalam melaksanakan prosedur
audit. Seharusnya AP Justinus A. Sidharta melakukan prosedur substantive secara tepat seperti
pada ISA 330.18-330.23. Setelah itu AP Justinus A. Sidharta dapat melakukan perubahan
penilaian risiko sebelum berakhirnya audit (ISA 330.25). AP Justinus A. Sidharta juga telah
melakukan kesalahan sesuai ISA 330.27 apakah bukti yang cukup dan tepat sudah diperoleh
sehingga overstatement tidak akan terjadi.