Anda di halaman 1dari 7

INKUBATOR SAMPAH

Optimalisasi Biodigester dalam Manjemen Sampah di Pasar Gedebage dengan


Bantuan Alat Inkubator Sampah

Inna Syani Pertiwi [1], Nurul Ulfah Faudziah [2] ,


Shopiatur Rochmah [3] , Muhammad Didik Subandi [4]
[1]
Beta Paramita

ABSTRACT:
Pasar merupakan subyek yang mendominasi sumber timbulnya sampah di Indonesia. Pasar Induk Gedebage merupakan
pasar dengan konsumsi sampah sebanyak 10 ton/hari. Hal ini mengakibatkan Pasar Induk Gedebage memasangkan
Biodigester raksasa sebagai jalan keluar dalam mengatasi permasalahan tersebut. Akan tetapi, biodigester Pasar Induk
Gedebage memiliki daya tampung sampah sebanyak 2 ton dengan waktu operasi sekitar 20 hari. Artinya, manajemen
sampah pasar ini memerlukan tambahan sistem pengelola. Oleh karena itu alat inkubator sampah akan diterapkan di
pasar Induk Gedebage. Dengan adanya sistem ini, manajemen sampah akan lebih optimal dan berdampak baik bagi
pelaku pasar Induk Gedebage.

Kata Kunci: Sampah Pasar Induk Gedebage, Biodigester, Inkubator Sampah

1. PENDAHULUAN Dari tabel yang disajikan di atas, Bandung


menempati peringkat tertinggi sebagai konsumen
Permasalahan sampah memiliki urgensi yang sangat
sampah yang bersumber dari pasar. Bandung
penting. Keadaan memprihatinkan ini tergambar
memiliki beberapa pasar kumuh yang memiliki
sampai ke penjuru negara. Sampah menggunung di
catatan buruk tentang sampah. Salah satunya adalah
setiap TPA tanpa ada pengelolaan yang optimal.
Pasar Induk Gedebage.

Permasalahan sampah bersumber dari beberapa


Permasalahan sampah di pasar ini sebenarnya sudah
limbah, seperti limbah rumah tangga, limbah rumah
mendapat solusi dengan menggunakan Biodigester.
tangga, komersial, industri, jalan, sekolah, kantor
Seperti yang dilansir pada laman
termasuk limbah pasar. Limbah pasar menduduki
http://bandung.pojoksatu.id/read/2016/01/27/dewan-
peringkat ketiga yang mendominasi sebagai sumber
kecewa-biodigester-pasar-gedebage-belum-
timbulnya sampah. Seperti terlihat pada tabel berikut:
berfungsi/, biodigester pada pasr ini belum berfungsi
sebagaimana mestinya.

1
Selain Biodigester yang tidak berfungsi dengan baik, bantuan mikroorganisme. Fermentasi anaerob dapat
dalam laman http://www.kamase.org/?p=548 disebutkan menghasilkan gas yang mengandung sedikitnya 50%
bahwa waktu kerja biodigester akan optimal dalam 20-25 metana. Gas inilah yang biasa disebut dengan biogas.
hari. Oleh karena itu, biodigester ini akan memakan waktu Biogas dapat dihasilkan dari fermentasi sampah organik
yang lebih lama. seperti sampah pasar, daun daunan, dan kotoran hewan
yang berasal dari sapi, babi, kambing, kuda, atau yang
Dari beberapa latar belakang tersebut, penyusun lainnya, bahkan kotoran manusia sekalipun. Gas yang
menanggapi permasalahan tersebut dengan sebuah solusi dihasilkan memiliki komposisi yang berbeda tergantung
berupa alat yang memiliki sistem inkubasi. Alat tersebut dari jenis hewan yang menghasilkannya (Firdaus, U.I.,
adalah inkubator sampah yang berfungsi sebagai alat bantu 2009).
biodigester dalam menangani sampah. Dengan adanya alat
bantu ini diharapkan mampu mengoptimalkan fungsi kerja Biogas dapat dijadikan sebagai bahan bakar karena
sistem biodigester yang ada di Pasar Induk Gedebage. mengandung gas metana (CH4) dalam prosentase yang
cukup tinggi. Komponen biogas selengkapnya adalah
2. TEORI DASAR sebagai berikut:
2.1. Biodigester
Tabel 1. Komponen Penyusun Biogas
Jenis Gas Jumlah
Biogas merupakan gas campuran metana (CH4),
Metana (CH4) 50-70
karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari
Nitrogen (N2) 0-0,3
hasil penguraian bahan organik (seperti kotoran hewan,
Karbondioksida (CO2) 25-45
kotoran manusia, dan tumbuhan) oleh bakteri metanogen.
Hidrogen (H2) 1-5
Untuk menghasilkan biogas, bahan organik yang
Oksigen (O2) 0,1-0,5
dibutuhkan, ditampung dalam biodigester. Proses
Hidrogen Sulfida (H2S) 0-3
penguraian bahan organik terjadi secara anaerob (tanpa
oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah
Sifat-sifat fisika dan kimia dari biogas:
biodigester terisi penuh dan mencapai puncak pada hari ke
1. Tidak seperti LPG yang bisa dicairkan dengan tekanan
20-25. Biogas yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari
tinggi pada suhu normal, biogas hanya dapat dicairkan
50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2)
pada suhu 178 oC sehingga untuk menyimpannya dalam
dan gas lainnya dalam jumlah kecil (Fitria, B., 2009).
sebuah tangki yang praktis mungkin sangat sulit. Jalan
terbaik adalah menyalurkan biogas yang dihasilkan untuk
Biogas dihasilkan apabila bahan-bahan organik terurai
langsung dipakai baik sebagai bahan bakar untuk
menjadi senyawa-senyawa pembentuknya dalam keadaan
memasak, penerangan dan lain lain.
tanpa oksigen (anaerob). Fermentasi anaerobik ini biasa
terjadi secara alami di tanah yang basah, seperti dasar
2. Biogas dengan udara (oksigen) dapat membentuk
danau dan di dalam tanah pada kedalaman tertentu. Proses
campuran yang mudah meledak apabila terkena nyala api
fermentasi adalah penguraian bahan-bahan organik dengan
karena flash point dari metana (CH4) yaitu sebesar - 188

2
C dan autoignition dari metana adalah sebesar 595 C. 3. Tahap Pembentukan Gas Metana (Methanogenesis)
(www.encyclopedia.com, 2009) Pada tahap ini, bakteri Methanobacterium omelianski
mengubah senyawa hasil proses asidifikasi menjadi
3. Biogas tidak menghasilkan karbon monoksida apabila metana dan CO2 dalam kondisi anaerob. Proses
dibakar sehingga aman dipakai untuk keperluan rumah pembentukan gas metana ini termasuk reaksi eksotermis.
tangga. CH3COO-+ H+CH4+ CO2 (-36 Kj per mol)
4. Komponen metana dalam biogas bersifat narkotika pada (www.wikipedia.org, 2009)
manusia, apabila dihirup langsung dapat mengakibatkan
kesulitan bernapas dan mengakibatkan kematian(Purnama, Tahap tahap reaksi pembentukan secara biologis dan
C., 2009). kimia pada fermentasi anaerob dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
Secara garis besar proses pembentukan biogas dibagi
menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Hidrolisis (Hydrolysis)
Pada tahap ini, bakteri memutuskan rantai panjang
karbohidrat kompleks; protein dan lipida menjadi senyawa
rantai pendek. Contohnya polisakarida diubah menjadi
monosakarida, sedangkan protein diubah menjadi peptide
dan asam amino.
2. Tahap Asidifikasi (Acidogenesis dan Acetogenesis)
Pada tahap ini, bakteri (Acetobacter aceti) menghasilkan
asam untuk mengubah senyawa rantai pendek hasil proses Gambar 1. Tahapan Proses Pembentukan Biogas
hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen, dan karbon (Sufyandi, A,. 2001)
dioksida. Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerob yang Proses pembuatan biogas dengan menggunakan
dapat tumbuh dan berkembang dalam keadaan asam. biodigester pada prinsipnya adalah menciptakan suatu
Bakteri memerlukan oksigen dan karbondioksida yang sistem kedap udara dengan bagian bagian pokok yang
diperoleh dari oksigen yang terlarut untuk menghasilkan terdiri dari tangki pencerna (digester tank), lubang input
asam asetat. Pembentukan asam pada kondisi anaerobik bahan baku, lubang output lumpur sisa hasil pencernaan (
tersebut penting untuk pembentukan gas metana oleh slurry) dan lubang penyaluran biogas yang terbentuk.
mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu bakteri Dalam digester terkandung bakteri metana yang akan
tersebut juga mengubah senyawa berantai pendek menjadi mengolah limbah organik menjadi biogas.
alkohol, asam organik, asam amino, karbon dioksida, Ada beberapa jenis reaktor biogas yang sering digunakan
hidrogen sulfida, dan sedikit gas metana. Tahap ini antara lain:
termasuk reaksi eksotermis yang menghasilkan energi.
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (-118kJ per mol) 1. Reaktor Kubah Tetap (Fixed Dome)
Reaktor ini dibuat pertama kali di Cina sekitar tahun 1930-
an, kemudian sejak saat itu reaktor ini berkembang

3
dengan berbagai model. Reaktor ini memiliki dua bagian. bergerak naik - turun yang berfungsi untuk menyimpan
Bagian pertama adalah digester sebagai tempat pencerna gas. Pergerakan drum mengapung pada cairan tergantung
material biogas dan sebagai rumah bagi bakteri, baik dari jumlah gas yang dihasilkan.
bakteri pembentuk asam maupun bakteri pembentuk gas
metana. Kelebihan dari reaktor ini adalah dapat melihat secara
langsung volum gas yang tersimpan pada drum karena
Bagian ini dapat dibuat dengan kedalaman tertentu pergerakannya. Karena tempat penyimpanannya yang
menggunakan batu, batubata atau beton. Strukturnya terapung maka tekanan gas konstan. Sedangkan
harus kuat karena menahan gas agar tidak terjadi kekurangannya adalah biaya material konstruksi dari drum
kebocoran. Bagian kedua adalah kubah tetap (fixed dome). lebih mahal. Faktor korosi pada drum juga menjadi
Dinamakan kubah tetap karena bentuknya menyerupai masalah sehingga bagian pengumpul gas pada reaktor ini
kubah dan bagian ini merupakan pengumpul gas yang memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan tipe
tidak bergerak (fixed). Gas yang dihasilkan dari material kubah - tetap.
organik pada digester akan mengalir dan disimpan di
bagian kubah. Kelebihan dari reaktor ini adalah biaya
konstruksi lebih murah daripada menggunakan reaktor
terapung karena tidak memiliki bagian bergerak yang
menggunakan besi. Sedangkan kekurangan dari reaktor ini
adalah seringnya terjadi kehilangan gas pada bagian kubah
karena konstruksi tetapnya.

Gambar 2. Reaktor Terapung (Floating Drum


Reactor)

3. Reaktor Balon (Balloon Reactor)


Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak
digunakan pada skala rumah tangga yang
menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien
dalam penanganan dan perubahan tempat biogas.
Gambar 2. Reaktor Kubah Tetap (Pixed Dome) Reaktor ini terdiri dari bagian yang berfungsi sebagai
digester dan bagian penyimpan gas yang
2. Reaktor Terapung (Floating Drum Reactor) berhubungan tanpa sekat. Material organik terletak di
Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di bagian bawah karena memiliki berat yang lebih
India pada tahun 1937. Reaktor ini memiliki bagian besar dibandingkan gas yang akan mengisi pada
digester yang sama dengan reaktor kubah - tetap. rongga atas.
Perbedaannya terletak pada bagian penampung gas yang
menggunakan drum yang bergerak. Drum ini dapat

4
Gambar 3. Reaktor Balon (Balloon Reactor)
Pambudi, A., 2008

Dimensi Inkubator Sampah:


2.2. Inkubator Sampah LxWxH = 1 m x 0.5 m x 1m =
Seperti yang telah dipaparkan pada pendahuluan, 0.5 m 1,27 liter
Tipe Pipa: D
dikatakan bahwa Biodigester ini akan optimal Ukuran: 6 ''
dalam masa kerja 20-25 hari. seiring dengan
konsumsi sampah pasar akan terus bertambah
hari demi hari, maka alat bantu yang optimal
adalah berupa mesin pencacah sebelum bubur
sampah itu menuju biodigester.

Dari perhitungan di atas, inkubator sampah ini


akan membantu menghaluskan sampah menjadi
bubur dengan jumlah 1,27 liter/inkubasi.

Alat ini diadopsi dari inkubator bayi yang


bertujuan untuk menjaga dan memelihara agar
tetap berada dalam keadaan baik. Begitu pula
dengan inkubator sampah. Alat ini bertujuan
agar sampah di Pasar Induk Gedebage tetap
Gambar 4. Biodigester Di Pasar Induk Gedebage
dalam keadaan baik. Sistem ini diharapkan
(http://bandung.pojoksatu.id/read/2016/01/27/dewan-
mampu membantu mengelola perilaku para
kecewa-biodigester-pasar-gedebage-belum-berfungsi/)
pelaku pasar yang masih belum tepat dalam

Inkubator sampah merupakan suatu alat bantu membuang sampah.

untuk meringankan sistem kerja biodigester Adapun skema aliran bubur sampah dari

dalam mengelola sampah di Pasar Induk Inkubator Sampah (toko) menuju pusat

Gedebage. biodigester adalah sebagai berikut:

5
Dari satu inkubator sampah akan memakan waktu
kurang lebih 2 jam untuk membuat sampah-
sampah di dalam inkubator menjadi bubur.
Kemudian alat ini akan berhenti dengan
sendirinya pada saat time meter berhenti.
Sehingga dalam satu hari inkubator ini bisa
digukanan untuk 3-4 kali pemakaian.

Melihat optimalisasi dari segala estimasi, alat ini


sangat cocok digunakan untuk menangani
permasalahan sampah dan perilaku pelaku
Gambar 5. Skema Inkubator Sampah dari Toko sampah yang kurang baik di Pasr Induk
menuju Pusat Biodigester Pasar Induk Gedebage Gedebage. Keuntungan dari alat ini, selain
(Penyusun, 2016) terjaganya lingkungan adalah agar pelaku pasar
dapat memperlakukan sampah dengan baik.

3. KESIMPULAN

Memerangi permasalahan sampah di Indonesia


merupakan hal yang dapat dikatakan sulit. Banyak
beberapa solusi yang ditawarkan untuk menangani
sampah termasuk dengan menggunakan Biodigester.
Tawaran solusi sampah dengan Biodigester seperti di
Pasar Induk Gedebage ini masih saja dalam keadaan
yang tidak optimal. Sampah-sampah di area pasar
Gambar 6. Detail Aliran Inkubator dari masih berserakan di depan kios toko sayur dan buah-
Toko/Kios buahan.
(Penyusun, 2016)

Permasalahan ini dilansir dari perilaku pengunjung


Setiap kios/toko buah dan sayuran di pasar ini
toko atau pemilik toko yang belum bisa bertanggung
akan dipasangkan inkubator sampah dan
jawab terhadap sampah yang dikonsumsinya.
disambungkan dengan pipa menuju pusat
Alasannya adalah karena tempat pembuangan
biodigester. Pipa yang digunakan adalah pipa
sampah di pasar jauh dan lain sebagainya. Oleh
dengan diameter 6 yang akan disambungkan
karena itu, Inkubator Sampah sebagai alat atau media
dengan saluran biodigester dengan aliran beton.
pembuangan sampah dijadikan sebagai tempat
pembuangan sampah dengan jarak dekat untuk
meminimalisir perilaku bermalas-malasan dalam

6
mebuang sampah, sekaligus untuk meringankan
bebean kerja mesin biodigester utama yang suda
diterapkan oleh pemerintah sebelumnya di Pasar
Induk Gedebage ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2012, Sumber, Karakteristik dan Timbulan


Sampah,
https://jujubandung.wordpress.com/2012/05/25/822/

Anonim,
2016,http://bandung.pojoksatu.id/read/2016/01/27/dewan-
kecewa-biodigester-pasar-gedebage-belum-berfungsi/

Fitria,B,2009, Biogas,
http://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/8-
biogas

Anonim,2009, Gas Encyvlopedia


http://www.airliquide.com/GasEncyclopedia.ht
m

Firdaus, I.U., 2009, Energi Alternatif


Biogas, http://www.migas-
indonesia.com/index.php

Purnama, C., 2009, Penelitian Pembuatan


Prototipe Pengolahan Limbah Menjadi
Biogas,
http://www.sttal.ac.id/index.php/lppm/64bioga
s

Pambudi, A., 2008, Pemanfaatan Biogas


Sebagai Energi AlteAnrnatif,
http://www.dikti.org/?q=node/99

Anda mungkin juga menyukai