Laporan Praktikum Kimia Fisik: Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil Asetat
Laporan Praktikum Kimia Fisik: Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil Asetat
Oleh :
Kelompok 7
Sarah Andini Larasati (140332606417)
Yosida Permatasari (140332603555)
Saponifikasi merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak, dan reaksi
saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula dari penyabunan
adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah campuran diasamkan,
karboksilat berubah menjadi asam karboksilat.
Produknya, sabun yang terdiri dari garam asam-asam lemak. Fungsi sabun dalam
keanekaragaman cara adalah sebagai bahan pembersih. Sabun menurunkan tegangan
permukaan air, sehingga memungkinkan air untuk membasahi bahan yang dicuci dengan
lebih efektif. Sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan
minyak dan sabun teradsorpsi pada butiran kotoran.
Reaksi yang terjadi pada penyabunan etil asetat merupakan salah satu reaksi berorde
dua, meskipun reaksi yang terjadi pada penyabunan etil asetat bukan reaksi sederhana.
Sehingga hukum hukum laju reaksi untuk penyabunan etil asetat dapat dinyatakan
sebagai:
C.
KETERANGAN:
a : konsentrasi awal ester dalam mol/liter
b : konsentrasi awal ion OH dalam mol/liter
x : jumlah mol/liter ester atau basa yang telah bereaksi pada waktu t
k : tetapan laju reaksi
Apabila dialurkan terhadap waktu (t) akan diperoleh garis lurus dengan arah
lereng, sehingga dari arah lereng ini memungkinkan perhitungan dari tetapan reaksi .
Hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.
Dalam praktikum ini akan menyelesaikan apa bukti bahwa penyabunan etil
asetat oleh ion hidroksida adalah reaksi orde dua dan berapa tetapan laju reaksi pada
penyabunan etil asetat. Tujuan dari praktikum ini adalah membuktikan bahwa reaksi
penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah reaksi yang berorde dua dan
menentukan tetapan laju reaksi yang terjadi pada saponifikasi etil asetat.
D. PROSEDUR KERJA
No Langkah Kerja Foto
1. Standarisasi Larutan NaOH dengan
HCl
2. Ke dalam masing-masing
erlenmeyer diisi dengan 20 mL
larutan HCl 0,0156 N
3. Pengambilan 10 mL campuran
larutan etil asetat dengan NaOH
pada menit ke-3 yang kemudian
ditambahkan ke dalam larutan HCl,
lalu dititrasi dengan NaOH
menggunakan indikator PP
4. Pengambilan 10 mL campuran
larutan etil asetat dengan NaOH
pada menit ke-8 yang kemudian
ditambahkan ke dalam larutan HCl,
lalu dititrasi dengan NaOH
menggunakan indikator PP.
5. Pengambilan 10 mL campuran
larutan etil asetat dengan NaOH
pada menit ke-15 yang kemudian
ditambahkan ke dalam larutan HCl,
lalu dititrasi dengan NaOH
menggunakan indikator PP.
6. Pengambilan 10 mL campuran
larutan etil asetat dengan NaOH
pada menit ke-25 yang kemudian
ditambahkan ke dalam larutan HCl,
lalu dititrasi dengan NaOH
menggunakan indikator PP.
7. Pengambilan 10 mL campuran
larutan etil asetat dengan NaOH
pada menit ke-40 yang kemudian
ditambahkan ke dalam larutan HCl,
lalu dititrasi dengan NaOH
menggunakan indikator PP.
8. Pengambilan 10 mL campuran
larutan etil asetat dengan NaOH
pada menit ke-65 yang kemudian
ditambahkan ke dalam larutan HCl,
lalu dititrasi dengan NaOH
menggunakan indikator PP.
9. Pengambilan 10 mL campuran
larutan etil asetat dengan NaOH
yang dipanaskan sampai suhu 80 C
yang kemudian ditambahkan ke
dalam larutan HCl, lalu dititrasi
dengan NaOH menggunakan
indikator PP.
= 0,0086 M (sebagai a)
= 0,02 mmol
mol OH bereaksi = mol NaOH total mol OH- sisa
-
= 0,0088 M
x
K1 = ta (ax )
0,0088
= 180 x 0,0086(0,00860,0088)
= -0,1 mmol
mol OH bereaksi = mol NaOH total mol OH- sisa
-
= 0,0090 M
x
K2 = ta (ax )
0,0090
= 480 x 0,0086(0,00860,0090)
= 0,0088 M
x
K3 = ta (ax )
0,0088
= 900 x 0,0086(0,00860,0088)
= 0,02 mmol
mol OH bereaksi = mol NaOH total mol OH- sisa
-
= 0,0088 M
x
K4 = ta (ax )
0,0088
= 1500 x 0,0086(0,00860,0088)
= 0,02 mmol
mol OH bereaksi = mol NaOH total mol OH- sisa
-
= 0,0088 M
x
K5 = ta (ax )
0,0088
= 2400 x 0,0086(0,00860,0088)
= 0,0088 M
x
K6 = ta (ax )
0,0088
= 3900 x 0,0086(0,008860,0088)
harga k
= 12,85 mol-1Ls-1
F. Daftar Pustaka
Prahayu, Kiki. 2013. laporan praktikum penyabuanan etil asetat. (online),
http://kikiprahayu.blogspot.co.id/2013/12/laporan-praktikum-
penyabuanan-etil.html. diakses pada, 30 Maret 2016.
G. Kesimpulan
Dari percobaan ini didapat bahwa :
a. nilai konstanta rata-rata dari percobaan di atas sebesar 12,85 mol-1Ls-1
b. Reaksi saponifikasi dengan persamaan
CH3COOC2H5(aq)+NaOH(aq) CH3COOH(aq)+C2H5OH(aq) memiliki orde
reaksi 2.
H. Jawaban Pertanyaan
1. Kenyataan apakah yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat ini adalah
reaksi orde kedua?
Dapat diketahui dari harga k yang konstan, sehingga menunjukkan bahwa reaksi
penyabunan etil asetat merupakan reaksi orde dua.
2. Apakah perbedaan anatara orde reaksi dengan kemolekulan reaksi?
- Orde reaksi adalah banyaknya faktor kensentrasi zat reaktan yang mempengaruhi
kecepatan reaksi.
- Kemolekulan reaksi adalah jumlah spesi tahap penentu laju rekasi yang
merupakan suatu konsep teoritis yang dapat digunakan jika sudah diketahui
mekanisme reaksi
a. Faktor yang mempengaruhi reaksi antara lain:
- Luas permukaan sentuh
Semakin besar luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan
yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi makin besar.
- Suhu
Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan, maka menyebabkan
partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering
menyebabkan laju reaksi makin besar.
- Katalis
Adanya katalis dapat menyebabkan suatu reaksi berlangsung cepat.
- Molaritas
Semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat reaksi berlangsung.
- Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi reaktan maka semakin banyak molekul reaktan yang
tersedia dengandemikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga
sehingga kecepatan reaksi meningkat.
b. Konstanta kecepata reaksi adalah perbandingan antara laju reaksi dengan
konsentrasi reaktan.