Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PENUTUP

PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang yang dikenal sebagai PT. PUSRI


Palembang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Berdiri tahun 24
Desember 1959 berdasarkan Akte Notaris Eliza Pondag No. 177 dan diumumkan
dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 46 tanggal 7 Juni 1960,
yang bergerak dibidang produksi dan pemasaran pupuk. Dalam meningkatkan
hasil produksi pupuk maka PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang (PUSRI) memiliki 4
pabrik yang memiliki kapasitas produksi yang berbeda yaitu PUSRI IB, PUSRI II,
PUSRI III dan PUSRI IV. PUSRI mempunyai dua produk utama yaitu ammonia
dan urea. Bahan baku utama yang digunakan untuk proses pembuatan ammonia
yaitu gas alam, air dan udara. Kemudian sebagian produksi ammonia dan karbon
dioksida (CO2) sebagai bahan baku dibentuk menjadi urea. Kapasitas Produk yang
dihasilkan di PT. Pusri Palembang yaitu berupa ammonia dengan kapasitas
produksi sebesar 1.324.000 ton/tahun dan urea dengan kapasitas produksi
sebesar 2.280.000 ton/tahun.
Proses pembuatan ammonia dilakukan dengan 6 tahap yaitu Unit feed
treating (pengolahan gas umpan), Unit produksi gas sintesa, Unit pemurnian gas
sintesa (purification), Unit sintesa ammonia, Pendinginan dan Pemurnian produk,
PGRU (purge gas recovery unit). Sedangkan proses pembentukan pupuk urea
dilakukan dengan lima tahap yaitu pembuatan sintesa, purifikasi, recovery,
kristalisasi dan pembutiran serta Process Condensate Treatment (PCT). Dalam
proses pembentukan produksi baik ammonia maupun urea, proses tersebut tidak
akan berjalan dengan baik apabila tidak memiliki bagian utilitas sebagai
penunjang. Unit utilitas memiliki beberapa tahapan yaitu Filtered water, Demin
water, Cooling water, Package boiler, Waste heat boiler, Instrument air dan plant
air, Gas turbine generator.
Pada tugas khusus yang diambil merupakan tahap purifikasi pada alat Low
Pressure Decomposer (LPD) untuk menghitung penyerapan gas dekomposisi
yang dihasilkan untuk menguraikan ammonium carbamate menjadi ammonia,

95
96

karbon dioksida dan air sehingga urea yang dihasilkan akan menjadi lebih murni
dan tidak mengandung biuret yang dapat membahayakan tanaman ataupun
tumbuh-tumbuhan pada pupuk urea ini.
Data-data yang digunakan dalam perhitungan disesuaikan dengan operasi
sebenarnya didalam pabrik PT. Pusri Palembang. Pada laporan kerja praktek ini
dimana Menentukan efisiensi dekomposisi di Low Pressure Decompocer (LPD)
serta Pengaruh Flow CO2 terhadap NH3, jika dibandingkan hasil perhitungan secara
aktual dari data yang diperoleh pada tahun terakhir ini khususnya tahun 2016 pada
bulan juli dan agustus, dimana effisiensi penyerapan gas yang dihasilkan oleh gas
dekomposisi pada alat Low Pressure Decompocer (LPD) dan Low Pressure
Absorber (LPA) yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah urea yang berbeda
dengan data secara design. Hal ini dikarenakan unit keluaran atau masukan gas
yang dihasilkan dari High Pressure Decompocer (HPD) tersebut tidak dapat
dianalisa pada bulan ditahun 2016 ini dimana alat tersebut mengalami kebuntuan
akibat adanya carry over. Dari data dan grafik tersebut menunjukan adanya
hubungan antara banyaknya CO2 dengan effisiensi yang dihasilkan berbanding
lurus yaitu bahwa semakin banyak CO2 yang digunakan, maka semakin banyak
juga % ammonia yang terbentuk untuk dijadikan lagi sebagai bahan baku
pembutan urea.

Anda mungkin juga menyukai