TINJAUAN PUSTAKA
Kandidiasis kutis adalah penyakit infeksi pada kulit yang disebabkan oleh
organisme genus Candida. Spesies yang paling sering menyebabkan penyakit ini
2.1.1 Epidemiologi
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik
laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai
saprofit. 1-5
Terdapat sekitar 200 genus Candida, yang paling patogen adalah Candida
Sel jamur Candida berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran 2-5,5 x 3-28,5
m, bergantung pada umur koloni. Jamur ini memperbanyak diri dengan bertunas
(budding) yang disebut blastospora. Selain membentuk hifa sejati Candida juga
media kultur di lingkungan aerob dengan pH 2,5-7,5 dan suhu 20-38C dalam waktu
1-3 hari. Pada medium padat koloni Candida sedikit menimbul dari permukaan,
berwarna putih kekuningan, dengan permukaan halus, licin, atau berlipat-lipat dan
berbau asam. Ukuran koloni bergantung pada umur, pada tepi koloni dapat dilihat hifa
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadi atau tidaknya infeksi Candida
yaitu faktor pejamu (sawar mekanik, flora normal, fagositosis, imunitas selular dan
faktor predisposisi), faktor patogen (faktor aderen dan enzim), dan faktor
lingkungan.20-23
blastospora menjadi hifa yang terjadi karena perubahan kondisi lingkungan seperti pH,
temperatur, atau nutrisi.13-15,20 Struktur antigen permukaan menjadi berbeda dan ini
blastospora atau bentuk pseudohifa saja, namun yang utama adalah kemampuan
pseudohifa.20 Pada awalnya bentuk hifa dianggap sebagai bentuk patogen dan bentuk
blastospora adalah avirulen. Tetapi ternyata bentuk hifa memiliki peranan penting
dalam stadium awal infeksi Candida.20 Blastospora lebih berperan dalam proses
penyebaran infeksi, sedangkan bentuk hifa berperan penting dalam proses invasi ke
Candida pada sel epitel pejamu. Galur yang mampu melekat paling kuat pada sel
pejamu memiliki patogenisitas yang tinggi. Di antara spesies Candida yang dapat
perlekatan itu telah berhasil diidentifikasi, antara lain golongan adhesion like
sequence (ALS) yang menyandi cell surface adhesion glycoprotein (x-agglutinin) dan
Hipal wall protein 1 ( HWP-1) yang menyandi protein Hwp I.19 Proses perlekatan
tersebut dipengaruhi adesin pada dinding sel C. albicans yang akan mengenali
merupakan enzim utama dalam pertumbuhan jamur pada medium yang mengandung
stratum korneum.25 Proteinase aspartat ini akan mencerna nutrisi yang didapat C.
albicans serta merusak membran sel pejamu untuk memudahkan adesi dan invasi
berhubungan dengan peningkatan kolonisasi dan insidens infeksi oleh Candida ini.
11,13,15,18,20-23
Faktor endogen antara lain kehamilan, obesitas, debilitas, penyakit
keganasan, HIV/AIDS dan endokrinopati (DM). Sedangkan faktor eksogen antara lain
berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan
B. Daerah perianal
Lesi ditemukan di daerah lipatan kulit, yaitu aksila, lipat leher, infra mama,
interdigital. Kelainan yang tampak berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah,
dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel dan pustul kecil
atau bula, yang bila pecah meninggalkan daerah erosif, dengan tepi yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer.1-3,11Pada sela jari kaki sering terjadi pada sela jari 3
dan 4. Kelainan kulit terlihat sebagai area kulit eritematosa dengan erosi dan
maserasi.1-3,11-15
Lesi di daerah perianal ini menimbulkan pruritus ani. Infeksi Candida pada
kulit di sekitar anus yang banyak ditemukan pada bayi dikenal sebagai "kandidiasis
popok" atau "diaper rash". Hal ini sering terjadi oleh karena popok yang basah oleh
karena urin tidak segera diganti, sehingga menyebabkan iritasi dan maserasi kulit di
pustul yang mengenai perineum dengan predileksi pada lipatan inguinal. Skuama
putih dan pustul satelit sering terlihat pada tepi lesi.Pustul sangat superfisial sehingga
terkena, misalnya lipat payudara, intergluteal, umbilikus, aksila dan lipat inguinal,
dengan vesikel dan pustul milier generalisata.Penyakit ini sering terdapat pada bayi,
disebabkan karena ibunya menderita kandidiasis vaginalis dengan daya tahan tubuh
sekitar lipat kuku yang bersifat kronis, umumnya dimulai dari jaringan sekitar lipat
kuku proksimal. Jaringan sekitar lipat kuku membengkak, eritematosa, dan nyeri.
Pada paronikia kronik biasanya kuku akan terkena sehingga terjadi onikomikosis
kandida. Secara klinis kuku terlihat menebal, mengeras dan permukaannya tidak rata,
berwarna kecoklatan dan tidak rapuh. Pada kasus lanjut kuku dapat hancur /
destruksi.3,19,28
kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk
sepanjang 2 cm. Lokasi tersering adalah pada wajah, tetapi juga ditemukan pada skalp,
2.1.4 Diagnosis
klinis yang khas yaitu makula eritematosa, maserasi dikelilingi lesi satelit berupa
papul, vesikel, atau pustul yang kemudian pecah meninggalkan skuama kolaret dan
(KOH), kultur, slide culture dari kerokan kulit dan kuku. 11,29-34
larutan KOH 10% atau 20%, akan didapatkan hifa semu (pseudohifa)
37C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. 30
lembab.30
2.1.7 Pengobatan
panas, basah dan lembab. Jika faktor-faktor ini dapat dicegah maka
dianjurkan untuk memakai pakaian nyaman dan tidak terlalu tebal atau ketat
Pengobatan lokal infeksi jamur pada lesi yang meradang disertai vesikel dan
eksudat terlebih dahulu dengan kompres basah secara terbuka, topikal anti
adanya interaksi antara obat anti hiperglikemi dengan anti jamur oral. 12,37,38
antijamur oral dan antidiabetik oral, baik azol dan kebanyakan antidiabetik
dalam darah atau hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
(tipe lain)
dan prilaku. Gejala klinis DM ditandai dengan keluhan seperti poliuri, polidipsi,
darah dan saraf. Menurut Supartondo, gejala-gejala yang sering ditemukan yaitu
Sampai saat ini diagnosis DM masih ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar
gula darah.11
2.2.1 Klasifikasi
glukosa dengan hemoglobin.1,9-11 HbA1c terbentuk dari glukosa yang terikat pada N
komponen yaitu hemoglobin (90%) dan komponen minor yaitu HbA1 (HbA1a,
HbA1b, HbA1c).31-33 HbA1c merupakan fraksi yang terpenting dan terbanyak yaitu 4-
5% dari hemoglobin total. HbA1c inilah yang merupakan ikatan antara glukosa
Pada mulanya ikatan bersifat labil, kemudian menjadi stabil dan menetap serta
terakumulasi selama hidup eritrosit. Dari percobaan diketahui bentuk labil sudah naik
dalam jangka waktu 2 jam setelah pemberian 100 gram glukosa. Apabila kadar
glukosa kembali ke rentang normal maka ikatan labil ini akan terurai kembali
(reversibel). Bentuk stabil akan meningkat bila kadar glukosa melampaui 160-180
mg/dl selama lebih dari 12 jam. Ikatan ini akan berlangsung lambat dan terus menerus
dan tidak dipengaruhi oleh enzim sepanjang hidup eritrosit. Nilai kadar HbA1c
menggambarkan status metabolik glukosa darah selama 2-3 bulan. Dan nilai
pemeriksaan ini telah diterima sebagai uji yang menggambarkan status pengendalian
glukosa plasma puasa untuk diagnosis DM tipe 2 walaupun masih menggunakan nilai
yang menunjukkan gejala dan kadar glukosa plasma < 200 mg/dl. 11
Gangguan fungsi PMN paling jelas terlihat pada pasien DM tidak terkendali.
Defisiensi kemotaksis sel PMN ini akan menjadi lebih parah apabila disertai dengan
endotel pembuluh darah kapiler akan menghalangi pergerakan leukosit dan mencegah
difusi insulin serta glukosa pada leukosit yang telah ada di luar pembuluh darah di
pada suatu individu masih belum diketahui dengan pasti, namun derajat hiperglikemia
cenderung meningkat dari waktu ke waktu seiring perjalanan penyakit. 39,40 Proses
kerusakan, pada umumnya berawal dari kelainan pada pembuluh darah baik mikro
fagositosis dan penghancuran mikroba, dimana gangguan fungsi leukosit juga terjadi
pada saat infeksi yang dihubungkan dengan metabolisme yang tidak adekuat. 41,47,50,51
Selain infeksi kandidiasis kuitis, pada pasien DM juga dapat terjadi kelainan
kulit non kandidiasis seperti infeksi bakteri, virus, dermatofita dan kelainan kulit non
meningkat pada DM tipe 2 dengan peningkatan kadar HbA1c.2 Mahler dan Adler
(1998) menunjukkan kerentanan infeksi pada pasien DM, baik infeksi bakteri maupun
infeksi jamur meningkat karena kontrol glikemik yang rendah. 13 Berbeda dengan
seluruh hasil diatas penelitian oleh Suheyla dkk (2006) menunjukkan tidak ada
hubungan antara kadar HbA1c dengan frekuensi infeksi jamur superfisial pada pasien
Genetik
Imunologik
Lingkungan
Usia
Obesitas
Perilaku
DM tipe 2
Kriteria:
Poliuri
Polidipsi
Polifagi
Kenaikan kadar gula
darah
Insufisiensi vaskular
Kemotaksis
Fagositosis
Imunitas seluler
Kelainan Kulit
Non infeksi
Infeksi bakteri
dan virus Infeksi jamur
Faktor Eksogen
Faktor endogen - Kebersihan
- Kehamilan Kandidiasis kutis - Pekerjaan yang
- Obesitas berhubungan
- Endokrinopati dengan
- Imunosupresif kelembaban