Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Dewasa ini banyak penyakit telah berkembang, sehingga terkesan lebih mudah
untuk menyerang manusia, dan obat yang dipakai sebagai perawatan terlihat kurang
efektif terhadap penyakit tersebut. Anak anak merupakan host yang rentan terserang
penyakit, apalagi pada bayi baru lahir yang hanya memiliki ketahanan dari ibunya.
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik baiknya. Peralihan kehidupan intrauterin
pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan kegagalan penyesuaian
biokimia.
Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian
neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa
neonatus. Salah satu kasus yang banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan
negara yang masih memiliki kondisi kesehatan rendah adalah kasus tetanus. Data
berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Mortalitasnya sangat
tinggi karena biasanya baru mendapat pertolongan bila keadaan bayi sudah gawat.
mortalitas. Tingginya angka kematian sangat bervariasi dan sangat tergantung pada
saat pengobatan dimulai serta pada fasilitas dan tenaga perawatan yang ada.
1
Di Indonesia, sekitar 9,8% dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian.
Contoh, pada tahun 80-an tetanus menjadi penyebab pertama kematian bayi di bawah
usia satu bulan. Namun, pada tahun 1995 kasus serangan tetanus sudah menurun, akan
tetapi ancaman itu tetap ada sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus juga terjadi
pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum, karena umumnya terjadi pada
bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan (neonatus). Penyebabnya adalah spora
Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan
2
1.3 Tujuan
7. Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik dan apa saja pemeriksaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etiologi
- Basil gram positif dengan spora pada ujungnya sehingga berbentuk seperti pemukul
genderang
3
- Obigat anaerob ( berbentuk vegetatif apabila berada dalam lingkungan anaerob) dan
Kuman hidup ditanah dan di dalam usus binatang, terutama pada tanah di
lngkungan secara fisik dan biologik. Spora mampu bertahan dalam keadaan yang
tidak menguntungkan selama bertahun tahun dalam lingkungan yang anaerob dapat
2.2 Epidemiologi
Tetanus tersebar diseluruh dunia dengan angka kejadian tergantung pada jumlah
populasi masyarakat yang tidak kebal, tingkat populasi masyrakat yang yang tidak
luka pada kulit atau mukosa. Tetanus pada anak tersebar di seluruh dunia, terutama
pada daerah resiko tinggi dengan cakupan imunisasi DTP yang rendah. Angka
kejadian pada anak laki laki lebih tinggi, akibat perbedaan aktivitas fisiknya.
4
Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran ternak, kuda
dan sebgainya, sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat besar. Spora
kuman C. Tetani yan tahan terhadap kekeringan dapat bertebaran di mana mana,
misalnya dalam debu jalanan, lampu operasi, bubuk antiseptik, ataupun pada alat suntik
dan operasi.
bahan bilogis, sehingga upaya kausal menurnkan attack rate berupa cara mengubah
lingkungan fisik atau biologik. Port dentre tak selalu dapat diketahui dengan pasti,
1. Luka tusuk, patah tulang komplikasi kecelakaan, gigitan binatang, luka bakar yang
luas
2. Luka operasi, luka yang tak dibersihkan dengan baik
3. Otitis media, karies gigi, luka kronik
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan puntung tali pusat dengan
kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan, dan daun daunan merupakan penyebab
utama masuknya sora pada puntung tali pusat yang menyebabkan terjadinya kasus
tetanus neonatorum.
2.3 Patogenesis
Spora yang masuk ke dalam tubuh dan berada dalam lingkungan anaerob,
berubah menjadi bentuk vegetatif dan berbiak cepat sambil menghasilkan toksin.
Dalam jaringan yang anaerobik ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi
jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan akibat adanya nanah, nekrosis
jaringan, atau akibat adanya benda asing, seperti bambu, pecahan kaca, dan
sebagainya.
Hipotesis bahwa toksin pada awalnya merambat dari tempat luka lewat motor
endplate dan aksis silinder saraf tepi ke kornu anterior sumsum belakang dan
5
menyebar ke seluruh susunan saraf pusat, lebih banyak dianut daripada lewat
pembuluh limfe dan darah, Pengangkutan toksin ini melewati saraf motorik, terutama
tetanus menempel erat dan kemudian melalui proses perlekatan dan internalisasi,
potensial membrean dan gangguan enzim yang menyebabkan kolin esterasi tidak aktif
, sehingga kadar asetilkolin menjadi sangat tinggi pada sinaps yang terkena. Toksin
menyebabkan blokade pada simpul yang menyalurkan impuls pada tonus otot,
sehingga tonus otot meningkat dan menimbulkan kelakuan. Bila tonus makin
koordinasi impuls sehingga tonus otot meningkat dan otot menjadi kaku
2. Dampak pada otak, diakibatkan oleh toksin yang menempel pada cerebra
ganliosides diduga menyebabkan kekakuan dan kejang yang khas pada tetanus.
3. Dampak pada saraf autonom, terutama mengenai saraf simpatis dan menimbulkan
2.5 Diagnosis
Anamnesis yang teliti dan terarah selain membantu menjelaskan gejala klinis
yang kita hadapi juga mempunyai arti diagnostik dan prognostik. Anamnesis yang
6
- Apakah dijumpai luka tusuk, luka kecelakaan / path tulang terbuka, luka dengan
lama masa inkubasi, gejala yang timbul makin ringan. Derajat berat penyakit selain
berdasarkan gejala klinis yang tampak juga dapat diramalkan dari lama masa inkubasi
atau lama period of onset. Kekakuan dimulai pada otot setempat atau trismus,
tetanus sangat khas yaitu fleksi kedua lengan dan ekstensi pada kedua kaki, fleksi
1. Trismus
Adalah kekakuan otot mengunyah (otot masseter) sehingga sukar membuka mulut.
Pada neonatus, kekakuan ini menyebabkan mulut mencucut seperti mulut ikan
sehingga bayi tak dapat menetek. Secara klinis untuk menilai kemajuan
2. Risus sardonicus
Terjadi sebagai akibat kekakuan otot mimik, sehingga tampak dahi mengkerut,
mata agak tertutup, dan sudut mulut tertarik keluar dan kebawah.
7
3. Opistotonus
Adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti: otot punggung, otot leher,
otot badan, dan trunk muscle. Kekakuan yang sangat berat dapat menyebabkan
5. Bila kekakuan makin berat, akan timbul kejang umum yang awalnya hanya terjadi
setelah di rangsang, misalnya di cubit, digerakkan secara kasar, atau terkena sinar
yang kuat. Lambat laun masa istirahat kejang makin pendek sehingga anak jatuh
6. Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan sebagai akibat kejang
yang terus menerus atau oleh karena kekakuan otot laring yang dapat menimbulkan
gangguan sirkulasi (gangguan irama jantung atau kelainan pembuluh darah), dapat
pula menyebabkan suhu badan yang tinggi atau berkeringat banyak, kekakuan otot
sfingter dan otot polos lain sehingga terjadi retensi alvi, retensi urin, atau spasme
Secara praktis, tingkat derajat penyakit dapat dibagi menjadi tetanus berat,
sedang dan ringan. Tetanus berat, anak kaku dan sering kejang spontan yaitu kejang
terjadi tanpa rangsangan. Tetanus sedang, bila anak kaku tanpa kejang spontan tetapi
masih dijumpai kejang rangsang yaitu kejang yang terjadi bila dirangsang. Sedangkan
tetanus ringan bila kekakuan yang tampak jelas hanya trismus, tanpa disertai kejang
rangsang.
8
Hasil pemeriksaan laboratorik tidak khas, likuor serebrospinal normal, jumlah
leukosit normal atau sedikit meningkat. Biakan kuman memerlukan prosedur khusus
untuk kuman anaerobik. Selain mahal, hasil biakan positif tanpa gejala klinis tidak
mempunyai arti.
dijumpai trismus, risus sardonikus, dijumpai gangguan kesadaran dan kelainan likuor
serebrospinal.
- Tetani: tetani disebabkan oleh karena hipokalsemia, secara klinis dijumpai adanya
spasme karpopedal.
- Rabies: pada rabies dijumpai gejala hidrophobia dan kesukaran menelan, sedangkan
- Trismus oleh karena proses lokal, seperti mastoiditis, OMSK, abses tonsilar,
biasanya asimetris.
2.10 Pengobatan
Pengobatan pada tetanus terdiri dari pengobatan umum yang terdiri dari
kebutuhan cairan dan nutrisi, menjaga kelancaran jalan nafas, oksigenasi, mengatasi
kejang, perawatan luka atau port dentree lain yang diduga seperti karies dentis dan
OMSK, sedangkan pengobatan khusus terdiri dari pemberian antibiotik dan serum
anti tetanus.
Perawatan Umum
9
1. Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi
Pada hari pertama perlu pemberian cairan secara intravena, sekaligus
memberikan obat-obatan dan bila sampai hari ke-3 infus belum dapat dilepas
mereda dapat dipasang sonde lambung untuk makanan dan obat-obatan dengan
mg/kgBB dengan interval 2-4 jam sesuai gejala klinis atau dosis yang
dalam dosis 2-3 mg setiap 3 jam. Kejang harus segera dihentikan dengan
untuk anak dengan BB 10 kg, atau dosis diazepam intravena untuk anak 0,3
Setelah 5-7 hari dosis diazepam diturunkan bertahap 5-10 mg/hari dan dapat
diberikan melalui pipa orogastrik. Tanda klinis membaik bila tidak dijumpai
lagi kejang spontan, badan masih kaku, kesadaran membaik (tidak koma), tidak
10
hari. Selanjutnya pengurangan dosis dilakukan bertahap (berkisar antara 20%
dari dosis setiap dua hari). Fenobarbital dan morfin dapat digunakan sebagai
terapi tambahan jika pasien dirawat diseting intensive care unit karena risiko
Pengobatan Khusus
1. Antibiotik
a. Lini pertama adalah metronidazol iv/oral dengan dosis inisial 15 mg/kgBB
yang sesuai.
2. Anti serum
Dosis ATS yang dianjurkan adalah 100.000 IU dengan 50.000 IU im dan
50.000 IU iv. Pemberian ATS harus berhati-hati akan reaksi anafilaksis. Pada
setelah anak pulang dari rumah sakit, bila fasilitas tersedia dapat diberikan
2.11 Prognosis
Prognosis tetanus ditentukan oleh masa inkubasi, period of onset, jenis luka, dan
keadaan status imunitas pasien. Makin pendek masa inkubasi makin buruk prognosis,
makin pendek period of onset makin buruk prognosis. Letak, jenis luka dan luas
apabila kita menjumpai tetanus neonatorum harus dianggap sebagai tetanus berat, oleh
11
2.12 Pencegahan
Pencegahan sangat penting mengingat perawatan kasus tetanus sulit dan mahal. Untuk
luka yang diduga tercemar dengan spora tetanus. Terutama perawatan luka guna
imunisasi tergantung dari golongan umur dan jenis kelamin. Vaksin DPT diberikan
sebagai imunisasi dasar sebanyak 3 kali, DPT IV pada usia 18 bulan dan DPT V
pada usia 5 tahun, dan saat usia 12 tahun diberikan dT. Toksoid tetanus ini
diberikan pada setiap wanita usia subur, perempuan usia 12 tahun dan ibu hamil.
berlangsung lama.
DAFTAR PUSTAKA
12