PENDAHULUAN
1
8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
9. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
10. Keputusan Presiden RI Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang
Pertanahan.
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 2002 tentang Baku
Tingkat Kebisingan.
12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996 tentang Baku
Tingkat Kebauan.
13. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang Ketentuan
pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Gedung.
14. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Gedung dan Lingkungan.
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk
Teknis Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
16. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 02
Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi.
17. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perijinan
Rumah Sakit.
18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit.
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
2
22. Keputusan Gubernur Xxxxxxxxxxxxxxxxx Nomor 61 Tahun 2002 tentang Pedoman
Penetapan Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit di Provinsi
Xxxxxxxxxxxxxxxxx Tahun 2003.
23. Keputusan Bapedal Nomor 03 tahun 1995 tentang kualitas incinerator dan emisi yang
dikeluarkannya.
24. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan.
25. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
26. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
27. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
28. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengolahan Bahan Limbah
Berbahaya dan Beracun.
29. Peraturan Daerah Kota Xxxxx Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Bahaya Kebakaran di Kota Xxxxx.
30. Peraturan Daerah Kota Xxxxx Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Xxxxx tahun 2011 2030.
31. Peraturan Daerah Kota Xxxxx Nomor 11 Tahun 2012 tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Xxxxx Tahun 2011 2030.
3
4) Menguraikan tindakan pihak rumah sakit dalam program pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
1.3.2 Kegunaan
Kegunaan dari dokumen UKL-UPL rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan
Rumah Sakit Xxxxx di Kelurahan Xxxxx Kecamatan Xxxxxxx Kota Xxxxx, adalah :
1) Bagi Pemerintah
a) Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengembangan, pengawasan dan pengendalian pembangunan.
b) Sebagai pedoman bagi Pemerintah Kota Xxxxx dan instansi terkait dalam
melakukan pengawasan dan pemantauan lingkungan hidup.
2) Bagi Pemrakarsa
a) Membantu pemrakarsa dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan
perencanaan dan pengelolaan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau
kegiatan Rumah Sakit Xxxxx.
b) Sebagai bahan acuan dalam upaya pemberdayaan masyarakat sebagai akibat dari
kegiatan pengoperasian rumah sakit dan fasilitas penunjangnya.
c) Sebagai instrument pengikat dan acuan bagi pemrakarsa dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
d) Sebagai bahan pertimbangan dalam permohonan rekomendasi kelayakan
lingkungan hidup terhadap pembangunan dan pengoperasian rumah sakit.
3) Bagi Masyarakat.
a) Kemudahan memperoleh fasilitas pengobatan yang memadai, yang setara dengan
rumah sakit di luar negeri seperti di Singapura serta fasilitas Dokter Ahli yang
memadai baik dalam jumlah maupun kualitas pelayanan bagi pasien rawat inap,
rawat jalan maupun pelayanan lainnya dengan harga yang bersaing dan terjangkau
oleh masyarakat.
b) Terbukanya kesempatan kerja seperti penyediaan bahan pangan dan sayuran serta
buah-buahan dari warga sekitar rumah sakit serta penyediaan berbagai jasa
pendukung aktivitas lainnya oleh warga di sekitar rumah sakit.
c) Terjalin pola kemitraan dengan usaha lain.
d) Saling kontrol dari masyarakat terhadap kegiatan rumah sakit yang bersifat negatif
4
BAB II
IDENTITAS PEMRAKARSA DAN
DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN
3 Alamat Kantor :
Secara jelas deskripsi kegiatan pembangunan Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx
nantinya dapat dilihat pada tabel 1.
5
Tabel 1. Data Teknis Kegiatan Fisik Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx
Satuan
No Uraian Rencana Kegiatan Volume
Kegiatan
A Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi de Mobilisasi 1,00 Unit
2 Pembersihan Lapangan 9.750,00 m2
3 Uitzet & Bouwplank 540,00 m2
4 Pagar Pengaman Keliling 300,00 m
5 Direksi keet 60,00 m2
6 Air & Listrik Kerja 1,00 Unit
7 Papan nama Proyek (120 x240) cm 1,00 Unit
B Pekerjaan Tanah
1 Galian pematangan lahan 37,25 m3
2 Galian tanah pondasi struktur 1.502,79 m3
Urugan dan pemadatan tanah peninggian
3 18.372,53 m3
elevasi gedung
4 Urugan pasir 609,29 m3
C Pekerjaan Struktur
C.
Pekerjaan Beton Sub Struktur
1
1 Lantai kerja Pondasi 239,20 m3
2 Pondasi Footplat 422,76 m3
3 Pondasi bored pile 273,00 m3
4 Pile cup 256,77 m3
C.
Pekerjaan Beton Upper struktur
2
1 Beton Bertulang Ground Floor 420,42 m3
2 Beton Bertulang 2nd Floor 883,88 m3
3 Beton Bertulang 3rd Floor 874,11 m3
4 Beton Bertulang Roof Floor 839,59 m3
5 Beton Bertulang Tangga 1,00 Unit
6 Beton Bertulang Tangga Darurat 2,00 Unit
D Pekerjaan Arsitektural
D. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
12.014,59 m2
1.
1 Plesteran dan Acian 19.370,93 m2
D.
Pekerjaan Pintu dan jendela dan Partisi
2.
1 Pekerjaan Pintu dan Jendela 411,00 Bh
2 Pekerjaan Partisi 350,00 m2
D.
Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
3.
1 Pekerjaan lantai Marmer 9.417,60 m3
2 Pekerjaan lantai dan dinding Keramik 6.339,00 m2
3 Pekerjaan Dinding lapis Granit 510,93 m2
6
4 Pekerjaan Dinding ACP 1.688,00 m2
5 Pekerjaan dinding Lapis Timbel (Luar dalam) 720,00 m2
6 Pengecatan dinding Interior dinding 4.520,46 m2
7 Pekerjaan dinding Cat epoxy 888,00 m2
8 Pekerjaan Waterproffing Atap 1 Unit
D.
Pekerjaan Plafond/Celling
4.
Plafond Akustik t = 15 mm + Rangka Menti
1 8.006,25 m2
Crossti
2 Plafon Fin ACP + Rangka Galvalum 462,75 m2
3 Lis gipsum arsitektural 2.625,00 m2
4 Pengecatan interior plafond 11.187,00 m2
5 Pekerjaan Plafond Cat epoxy 560,00 m2
E Pekerjaan Pelengkap
1 Railing Tangga 1,00 Unit
2 Penyekat Urinoir 42,00 Unit
3 Canopy Teras IGD 56,98 m2
4 Canopy Teras Samping 200,00 m2
5 Pedestrian 323,31 m2
6 Ramp IGD 32,75 m2
7 Tangga Samping 14,42 m2
8 Ramp loading, unloading 12,57 m2
9 Pekerjaan Gedung Mortuary 1,00 Unit
10 Pekerjaan Rumah Genset dan pompa 1,00 Unit
11 Pekerjaan Instalasi Power Suply 1500 KVA 1,00 Unit
12 Logo Dan Plank Nama 1,00 Unit
F Pekerjaan Mecanical dan Electrical
F.1
Pekerjaan Mecanical dan Electrical Gedung
.
1 Pekerjaan Instalasi Listrik dan penerangan 1,00 Unit
2 Pekerjaan Instalasi Lift 8,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi AC dan Exhaust fan 1,00 Unit
4 Pekerjaan Instalasi Fire alarm 1,00 Unit
5 Pekerjaan Instalasi Tata Suara 1,00 Unit
Pekerjaan Instalasi Telepon dan outlet data
6 1,00 Unit
System
7 Pekerjaan Instalasi penangkal Petir 1,00 Unit
8 Pekerjan Instalasi air Limbah 1,00 Unit
9 Pekerjaan Instalasi air Bersih 1,00 Unit
F.2
Pekerjaan Mecanical dan Electrical Landscape
.
Pekerjaan Instalasi Listrik dan penerangan
1 1,00 Unit
Kompleks
2 Pekerjan Instalasi air Limbah kawasan 1,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi air Bersih taman 1,00 Unit
7
4 Pekerjaan Ground reservoar air bersih 1,00 Unit
5 Pekerjaan Tandon Air 1,00 Unit
Pekerjaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair
6 1,00 Unit
(IPAL)
Pekerjaan Instalasi pengolahan limbah padat
7 1,00 Unit
(Incenerator)
G Pekerjaan Landscape
1 Pekerjaan Jalan masuk dan area parkir 1,00 Unit
2 Pekerjaan Tata Taman 1,00 Unit
3 Pekerjaan Saluran drainase permukaan 1,00 Unit
Selain itu rumah sakit ini dilengkapi dengan layanan umum, antara lain
layanan Mobil Ambulance, layanan Medical Chek Up, layanan Visum and Repertum,
layanan KB Rumah Sakit dan layanan MOW (Medical Operatif Wanita).
Dalam usaha mendukung kegiatan utama, yaitu pelayanan jasa kesehatan dan
penyediaan jasa yang berhubungan dengan kesehatan pasien, maka Rumah Sakit
Xxxxx Kota Xxxxx memiliki kapasitas 233 tempat tidur serta berbagai fasilitas
pendukung seperti terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Sarana dan Prasarana Pendukung Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx
No. Fasilitas Rumah Sakit Xxxxx Keterangan
1 IGD, Ruang Bersalin, Ruang Operasi, Ruang Sterilisasi,
Hemodialisis, Klinik Rawat Jalan, Medical Record, ICU, Rehab
Medic, Laboratorium, Farmasi / Apotek, Ruang Dokter, Pusat
Lantai Satu
ATM, Gudang, Dapur Umum, Ruang Pemulasaran Jenasah,
IPAL, Incenerator, Rumah Pompa, Rumah Genset, Pos Satpam,
Parkiran Kendaraan.
2 Kantor, Cafetaria, Klinik, Ruang Sterilisasi, ICU, Radiologi,
Ruang Dokter, Ruang Perawat, Ruang Rawat Inap, Ruang Cuci Lantai Dua
dan strika.
3 Gudang, Pantry, Ruang Perawat, Ruang Dokter, Ruang Isolasi,
Lantai Tiga
Ruang Rawat Inap.
4 Ruang Mesin Lift, Ruang ME, Ruang Kompresor AC, Ruang
Atap
Tandon Air.
9
Tabel 3. Deskripsi layanan dan kapasitas fasilitas utama
Kapasitas
Jenis Pelayanan Jumlah Ruang
(orang)
Instalasi Rawat Darurat 1 20
Instalasi Bersalin 1 15
Instalasi Laboratorium 1 10
Instalasi Farmasi 1 5
Instalasi Gizi 1 10
Instalasi Sterilisasi 1 10
Instalasi Hemodialisis 1 5
Restaurant/Cafeteria 1 50
10
a. IPAL 1 100 m3 / hari
b. Incenerator 1 80 kg / jam
Instalasi Listrik, Telepon / Fax, AC, Internet, dll :
a. Listrik 1 1500 KVA
b. Telepon / Fax 1 5 line
c. AC 1 2.152.000 BTU /Jam
d. Internet 1 wifi
Instalasi Pemadam Kebakaran 1 532 sprinkle
2 Hydrant umum
Security Service 1 20 orang
Lift service :
a. Lift Pasien 4 1 bed
b. Lift Umum 3 10 person
c. Lift Barang 1 400 kg
Tangga Darurat 2 -
Ramp Pasien 1 -
11
8 Mandor 5 SMA/STM
9 Kepala Tukang 10 SMA/STM
10 Tukang 30 SMA/STM
11 Tenaga Buruh 100 SD, SMP, STM
12 Security 10 SMA
Jumlah Total 196 orang
2) Base camp
Pembagunan base camp berfungsi sebagai kantor pelaksana, P3K, penginapan
pekerja, bengkel perawatan dan perbaikan alat berat serta gudang penyimpanan
material, disamping itu dilengkapi dengan sarana MCK.
Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak adalah penumpukan material
konstruksi, kebisingan, lalu lintas pengangkutan material dan aktivitas para pekerja
yang bisa menimbulkan konflik dengan masyarakat setempat. Selain itu kegiatan
ini juga memberikan dampak positif berupa kesempatan usaha.
3) Penyiapan Lahan
Kegiatan penyiapan lahan meliputi kegiatan pembersihan dan pengupasan lahan,
pagar keliling lokasi pembangunan. Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak
berupa debu, kebisingan, hilangnya sejumlah vegetasi dan fauna lokal, dan
gangguan terhadap lalu lintas.
4) Pekerjaan Konstruksi
Uraian pekerjaan konstruksi disajikan secara lengkap dalam tabel 7.
Tabel 7. Uraian pekerjaan konstruksi
Satuan
No Uraian Rencana Kegiatan Volume
Kegiatan
A Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi de Mobilisasi 1,00 Unit
2 Pembersihan Lapangan 9.750,00 m2
3 Uitzet & Bouwplank 540,00 m2
4 Pagar Pengaman Keliling 300,00 m
5 Direksi keet 60,00 m2
6 Air & Listrik Kerja 1,00 Unit
12
7 Papan nama Proyek (120 x240) cm 1,00 Unit
B Pekerjaan Tanah
1 Galian pematangan lahan 37,25 m3
2 Galian tanah pondasi struktur 1.502,79 m3
Urugan dan pemadatan tanah 18.372,5
3 m3
peninggian elevasi gedung 3
4 Urugan pasir 609,29 m3
C Pekerjaan Struktur
C. Pekerjaan Beton Sub Struktur
1
1 Lantai kerja Pondasi 239,20 m3
2 Pondasi Footplat 422,76 m3
3 Pondasi bored pile 273,00 m3
4 Pile cup 256,77 m3
C. Pekerjaan Beton Upper struktur
2
1 Beton Bertulang Ground Floor 420,42 m3
2 Beton Bertulang 2nd Floor 883,88 m3
3 Beton Bertulang 3rd Floor 874,11 m3
4 Beton Bertulang Roof Floor 839,59 m3
5 Beton Bertulang Tangga 1,00 Unit
6 Beton Bertulang Tangga Darurat 2,00 Unit
D Pekerjaan Arsitektural
D. Pekerjaan Pasangan dan 12.014,5
m2
1 Plesteran 9
Plesteran dan Acian 19.370,9
1 m2
3
D. Pekerjaan Pintu dan jendela dan
2 Partisi
1 Pekerjaan Pintu dan jendela 411,00 Bh
2 Pekerjaan Partisi 350,00 m2
D. Pekerjaan Finishing Lantai Dan
3. Dinding
1 Pekerjaan lantai Marmer 9.417,60 m3
2 Pekerjaan lantai dan dinding Keramik 6.339,00 m2
3 Pekerjaan Dinding lapis Granit 510,93 m2
4 Pekerjaan Dinding ACP 1.688,00 m2
Pekerjaan dinding Lapis Timbel (Luar
5 720,00 m2
dalam)
6 Pengecatan dinding Interior dinding 4.520,46 m2
7 Pekerjaan dinding Cat epoxy 888,00 m2
8 Pekerjaan Waterproffing Atap 1 Unit
D. Pekerjaan Plafond/Celling
4.
Plafond Akustik t = 15 mm + Rangka
1 8.006,25 m2
Menti Crossti
2 Plafon Fin ACP + Rangka Galvalum 462,75 m2
13
3 Lis gipsum arsitektural 2.625,00 m2
Pengecatan interior plafond 11.187,0
4 m2
0
5 Pekerjaan Plafond Cat epoxy 560,00 m2
E Pekerjaan Pelengkap
1 Railing Tangga 1,00 Unit
2 Penyekat Urinoir 42,00 Unit
3 Canopy Teras IGD 56,98 m2
4 Canopy Teras Samping 200,00 m2
5 Pedestrian 323,31 m2
6 Ramp IGD 32,75 m2
7 Tangga Samping 14,42 m2
8 Ramp loading, unloading 12,57 m2
9 Pekerjaan Gedung Mortuary 1,00 Unit
10 Pekerjaan Rumah Genset dan pompa 1,00 Unit
Pekerjaan Instalasi Power Suply 1500
11 1,00 Unit
KVA
12 Logo Dan Plank Nama 1,00 Unit
F Pekerjaan Mecanical dan
Electrical
F.1 Pekerjaan Mecanical dan
. Electrical Gedung
Pekerjaan Instalasi Listrik dan
1 1,00 Unit
penerangan
2 Pekerjaan Instalasi Lift 8,00 Unit
Pekerjaan Instalasi AC dan Exhaust
3 1,00 Unit
fan
4 Pekerjaan Instalasi Fire alarm 1,00 Unit
5 Pekerjaan Instalasi Tata Suara 1,00 Unit
Pekerjaan Instalasi Telepon dan outlet
6 1,00 Unit
data System
7 Pekerjaan Instalasi penangkal Petir 1,00 Unit
8 Pekerjan Instalasi air Limbah 1,00 Unit
9 Pekerjaan Instalasi air Bersih 1,00 Unit
F.2 Pekerjaan Mekanikal dan
. Electrical Landscape
Pekerjaan Instalasi Listrik dan
1 1,00 Unit
penerangan Kompleks
2 Pekerjan Instalasi air Limbah kawasan 1,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi air Bersih taman 1,00 Unit
4 Pekerjaan Ground reservoar air bersih 1,00 Unit
5 Pekerjaan Tandon Air 1,00 Unit
Pekerjaan instalasi pengolahan limbah
6 1,00 Unit
cair (IPAL)
Pekerjaan Instalasi pengolahan limbah
7 1,00 Unit
padat (Incenerator)
G Pekerjaan Landscape
14
1 Pekerjaan Jalan masuk dan area parkir 1,00 Unit
2 Pekerjaan Tata Taman 1,00 Unit
Pekerjaan Saluran drainase
3 1,00 Unit
permukaan
15
kesempatan kerja baru. Dampak negatif yang mungkin terjadi bahwa
kesempatan kerja yang ditawarkan dengan spesifikasi tertentu beresiko
terhadap tenaga kerja lokal yang tidak tersedia sesuai kebutuhan berupa
keresahan, kecemburuan dan bisa menimbulkan konflik sosial.
b. Pengoperasian rumah sakit, meliputi :
1) Instalasi Rawat Jalan
Fasilitas yang digunakan sebagai tempat konsultasi, penyelidikan,
pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang masing-
masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat
untuk penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan.
Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan
cair serta sampah non medis.
2) Instalasi Gawat Darurat.
Fasilitas yang melayani pasien yang berada dalam keadaan gawat dan
terancam nyawanya yang membutuhkan pertolongan secepatnya. Kegiatan
ini menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta
sampah non medis, juga peningkatan kebisingan.
3) Instalasi Rawat Inap.
Fasilitas yang digunakan merawat pasien yang harus di rawat lebih dari 24
jam (pasien menginap di rumah sakit). Kegiatan ini menimbulkan dampak
peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah non medis.
4) Instalasi Perawatan Intensif (Intensive Care Unit = ICU).
Fasilitas untuk merawat pasien yang dalam keadaan sakit berat sesudah
operasi berat atau bukan karena operasi berat yang memerlukan
pemantauan secara intensif dan tindakan segera. Kegiatan ini menimbulkan
dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah non medis.
5) Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
Fasilitas menyelenggarakan kegiatan persalinan, perinatal, nifas dan
gangguan kesehatan reproduksi. Kegiatan ini menimbulkan dampak
peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah non medis.
6) Instalasi Bedah.
16
Suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan/operasi secara elektif maupun akurat,
yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta
sampah non medis.
7) Instalasi Farmasi.
Fasilitas untuk penyediaan dan membuat obat racikan, penyediaan obat
paten serta memberikan informasi dan konsultasi perihal obat. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta
sampah non medis.
8) Instalasi Radiodiagnostik dan Radioterapi.
Fasilitas untuk melakukan pemeriksaan terhadap pasien dengan
menggunakan energi radioaktif seperti sinar gamma, berkas elektron, foton,
proton dan neutron dalam proses diagnosis dan pengobatan penyakit.
Kegiatan ini menimbulkan dampak berupa peningkatan sampah medis, non
medis dan limbah radioaktif. Karena alasan adanya radiasi bahan radioaktif,
maka desain ruangan untuk instalasi tersebut dirancang secara khusus
sesuai dengan standar yang berlaku sebagaimana yang ada dalam gambar
rencana.
9) Unit Hemodialisa
Fasilitas ini digunakan sebagai tempat pasien melakukan cuci darah.
Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan
cair serta sampah non medis.
10) Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD/ Central Supply Sterilization
Departement)
Instalasi Sterilisasi Pusat (Central Sterile Supply Department = CSSD).
Fasilitas untuk mensterilkan instrumen, linen, bahan perbekalan. Kegiatan
ini menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta
sampah non medis.
17
11) Instalasi Laboratorium.
Fasilitas kerja khususnya untuk melakukan pemeriksaan dan penyelidikan
ilmiah (misalnya fisika, kimia, higiene, dan sebagainya). Kegiatan ini
berdampak pada peningkatan sampah medis maupun non medis, gas
buangan dan kebauan.
12) Instalasi Rehabilitasi Medik.
Fasilitas pelayanan untuk memberikan tingkat pengembalian fungsi tubuh
dan mental pasien setinggi mungkin sesudah kehilangan / berkurangnya
fungsi tersebut. Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan sampah
medis padat dan cair serta sampah non medis.
13) Bagian Administrasi dan Manajemen
Suatu unit dalam rumah sakit yang merupakan tempat melaksanakan
kegiatan administrasi pengelolaan/manajemen rumah sakit serta tempat
melaksanakan kegiatan merekam dan menyimpan berkas-berkas jati diri,
riwayat penyakit, hasil pemeriksaan dan pengobatan pasien yang
diterapkan secara terpusat/sentral. Kegiatan ini berdampak pada
peningkatan sampah non medis.
14) Instalasi Pemulasaran Jenazah dan Forensik.
Fasilitas untuk meletakkan/menyimpan sementara jenazah sebelum diambil
oleh keluarganya, memandikan jenazah, pemulasaraan dan pelayanan
forensik. Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan sampah medis
padat dan cair serta sampah non medis.
15) Instalasi Gizi/Dapur.
Fasilitas melakukan proses penanganan makanan dan minuman meliputi
kegiatan pengadaan bahan mentah, penyimpanan, pengolahan, dan
penyajian makanan-minuman. Kegiatan ini berdampak pada peningkatan
sampah medis maupun non medis, gas buangan dan kebauan, limbah padat
dan cair.
18
Fasilitas untuk melakukan pencucian linen rumah sakit. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta
sampah non medis.
17) Bengkel Mekanikal dan Elektrikal (Workshop)
Fasilitas untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan ringan terhadap
komponen-komponen sarana, prasarana dan peralatan medik. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah non medis padat dan cair serta
kebisingan.
18) Instalasi Air Bersih
Angka kebutuhan air bersih Rumah Sakit Xxxxx diprediksi berdasarkan
standar kebutuhan air bersih masyarakat perkotaan sesuai ketentuan DirJen
Cipta Karya (200 ltr/org/hr untuk pasien rumah sakit), karyawan dan
pengunjung 30 ltr/org/hr, dan rata-rata tingkat hunian rumah sakit dalam
wilayah Kota Xxxxx tahun 2012. Perhitungan kebutuhan air bersih untuk
Rumah Sakit Xxxxx dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih untuk Rumah Sakit
Jumlah
Fasilitas / Pemakaian
No. Jenis Layanan Orang Kebubutuhan
Peralatan Air (ltr/hr)
Air (ltr/hr)
1. Pasien Rawat Inap 233 - 200 46.600,00
2. Tenaga Kerja Rumah Sakit 200 - 30 6.000,00
3. Non Rawat Inap (lain-lain) 90 - 30 2.700,00
4. Pengunjung (Non Pasien) 466 - 30 13.980,00
Jumlah 68.680,00
Kebutuhan air untuk perawatan gedung = 20% 13.736,00
Cadangan air untuk pemadam kebakaran = 5% 3.434,00
Cadangan Persediaan Air Bersih = 10% 6.868,00
Total Kebutuhan Air Bersih 92.718,00
Dari tabel diatas diperoleh total kebutuhan air bersih untuk aktivitas
harian Rumah Sakit Xxxxx sebesar 92.718,00 liter/hari atau 92,72 m3/hari
atau 3, 863 m3/jam. Sesuai dengan kebutuhan akan air bersih di atas, akan
dibangun reservoar bawah yang mampu menampung air sebesar 125 m3
dan reservoar atas dengan daya tampung sebesar 20 m3.
Dampak yang mungkin ditimbulkan dari pemanfaatan air bersih
berupa limbah cair.
19) Instalasi Pengelolaan Air Limbah
19
Dari jumlah pemanfaatan air bersih di atas diperkirakan 80% dari 92.72
m3/hr, maka akan terbuang sebagai air limbah, sehingga debit (Q) air
limbah atau limbah cair yang dihasilkan dalam satu hari = 74,176,00 m 3/hr
atau 74,2 m3/hr atau 3,1 m3/jam. Untuk mengelola air limbah cair tersebut
diperlukan unit pengelolaan limbah cair dengan kapasitas sebesar 100
m3/hr, dengan teknologi sistem biofilter aerob dan anaerob, seperti dalam
gambar rencana. Kegiatan ini menimbulkan dampak negatif berupa limbah
padat. Sedangkan limbah cair yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan penyiraman taman dan kolam, juga dapat dipakai sebagai
cadangan untuk pemadam kebakaran.
20) Instalasi Pengelolaan Limbah Padat
Menurut SNI 3242 tahun 2008 tentang limbah padat/sampah untuk
pemukiman kota menunjukan bahwa rata-rata limbah padat per hari sebesar
5 ltr/org/hr atau sebesar 2,5 kg /hari. Berdasarkan standar tersebut, untuk
limbah padat rumah sakit diperkirakan 3 ltr/org/hr untuk sampah medis dan
2,5 ltr/org/hr untuk limbah non medis. Dengan demikian jumlah sampah
medis yang dihasilkan sebesar =356 x 3 ltr/org/hr = 1.095 ltr/hr atau =
1,095 m3/hr (dihasilkan oleh fasilitas pelayanan medis). Sedangkan untuk
sampah non medis sebesar 343 x 2,5 ltr/org/hr = 857,5 ltr/hr atau = 0,8575
m3/hr (dihasilkan oleh fasilitas pelayanan non medis).
Untuk mengelola limbah padat medis tersebut di atas telah disiapkan 1 unit
incenerator medis tipe Maxpell dengan kapasitas 80 kg sampah / jam.
Sedangkan limbah padat non medis pengelolaannya bekerja sama dengan
Dinas Kebersihan Kota Xxxxx.
Dampak dari kegiatan pengelolaan limbah padat medis maupun non medis
berupa kebauan, polusi udara, gas buangan dari hasil pembakaran.
21) Tahap Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
Pemeliharaan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang usia
layanan, meliputi pemeliharaan unit medis, non medis, sanitasi dan fasilitas
penunjang. Kegiatan ini menimbulkan dampak polusi udara, kebisingan,
kebauan, limbah cair dan limbah padat.
20
22) Power Suply
Agar dapat beroperasi secara maksimal, Rumah Sakit Xxxxx
membutuhkan suplay arus listrik dari PT PLN sebesar 1400 KVA. Untuk
menjaga kesinambungan operasi rumah sakit saat terjadi pemadaman
bergilir yang dilakukan PT PLN Persero Cabang Xxxxx maka disediakan 1
unit Genset Silent Type (sound proof) dengan daya terpasang 1400 KVA.
Dampak yang timbul dari instalasi dan operasinya berupa kebisingan,
polusi, ceceran oli, dan lain-lain.
23) Pemadam Kebakaran
Untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran, maka disediakan sarana
pemadam kebakaran berupa tabung gas untuk ruangan, 2 (dua) unit
hydrant di luar ruangan serta dilengkapi dengan sistem deteksi kebakaran
dalam gedung. Dampak yang timbul dari kegiatan ini adanya kebutuhan
tambahan tenaga kerja dengan keahlian khusus dan terhindar bahaya
kebakaran pada gedung rumah sakit.
6) Tahap Pasca Operasi
Potensi dampak lingkungan terkait pengalihan fungsi lahan dan pemutusan
hubungan kerja.
BAB III
KONDISI UMUM RONA LINGKUNGAN AWAL
21
Titi Koordinat ( 0 )
Keterangan
k X Y
I 100 09 36,94 S 1230 36 40,98 E Selatan Lokasi
II 100 09 36,16 S 1230 36 42,83 E Selatan Lokasi
III 100 09 32,32 S 1230 36 41,05 E Utara Lokasi
IV 100 09 33,21 S 1230 36 39,27 E Utara Lokasi
Secara geografis Kota Xxxxx memiliki luas wilayah sebesar 180,27 Km 2 atau 18.027 Ha.
Batas wilayah Kota Xxxxx diapit oleh wilayah Kabupaten Xxxxx dan Laut Teluk Xxxxx
yaitu pada Sebelah Utara, berbatasan dengan teluk Xxxxx, Sebelah Selatan, berbatasan
dengan Kecamatan Xxxxx Barat, Kabupaten Xxxxx, Sebelah Timur, berbatasan dengan
kecamatan Xxxxx Tengah, Kabupaten Xxxxx, Sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan
Xxxxx Barat, Kabupaten Xxxxx. Batas wilayah administrasi Kota Xxxxx dapat dilihat pada
gambar 1.
22
Gambar 1. Peta Wilayah Administrasi Kota Xxxxx
3.1.2 Topografi
Kondisi Kota Xxxxx secara geografis dapat dijelaskan, terletak pada dataran pantai pulau
Timor dengan topografi bergelombang dari arah timur ke barat dengan memiliki kemiringan
10 % dan memiliki ketinggian tertinggi berkisar antara 150-300 m dan daerah terendah
berkisar antara 0-50 m dari permukaan laut.
23
Gambar 2. Peta Topografi Lokasi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx
3.1.3 Struktur Geologi Kota Xxxxx
Hampir seluruh Kota Xxxxx berada di atas bentang alam kars yang berpuncak
hampir datar, punggungan batu gamping mirip morfologi plato, yang memanjang dengan
arah utara-selatan. Di antara punggungan tersebut dibatasi oleh lembah sungai yang
landai-agak terjal.
Di sebelah barat Kota Xxxxx, seperti daerah antara Tenau dan Bolok, punggungan
tersebut mempunyai perbedaan ketinggian (elevasi) yang cukup besar dengan dataran
pantai di sebelah utaranya, dan di samping itu dibatasi oleh tebing yang agak terjal
hingga terjal. Sementara itu Praptisih (1996), mengemukakan bahwa batu gamping
terumbu koral di daerah Kota Xxxxx membentuk morfologi perbukitan memanjang
(hampir utara-selatan), seperti di daerah Tenau mempunyai ketinggian wilayah kira-kira
75 m dpl.
Pada bagian lereng dan lembah punggungan batu gamping di daerah Manulai-
Batuplat dan Kolhua, terdapat singkapan napal dan batu lempung (batuan yang berumur
lebih tua), diperkirakan karena daerah tersebut dilalui oleh sesar mendatar berarah utara-
selatan.
24
Perbukitan di dekat pelabuhan Tenau, morfologinya merupakan satu seri teras
yang terdiri dari tujuh teras dan satu teras modern yang mempunyai umur Plistosen
Akhir (Praptisih, 1996). Teras-teras tersebut lebarnya antara 30-100 m dengan tinggi
teras antara 2,8 - 72,5 m.
Pedataran aluvium (pantai dan sungai), dari sebelah utara Kota Xxxxx meluas ke
arah timur hingga aliran sungai Matahitu dan Tilong, diperkirakan merupakan daerah
depresi akibat dari pengaruh sesar mendatar (dextral), yang arahnya hampir barat-timur.
Di bagian barat daerah cekungan, dari Kota Xxxxx ke arah selatan melalui
Manulai, terdapat jalur sesar mendatar (sinistral) yang berarah hampir utara-selatan.
Jalur sesar tersebut membentuk pematang bukit dan diperkirakan merupakan batas dari
cekungan tersebut menyebabkan tersingkapnya napal dan batu lempung ke permukaan.
Akibatnya lebuh jauh adalah daerah tersebut mudah terjadi erosi dan gerakan tanah yang
intensif.
25
Penyebaran batuan di daerah telitian (coverage area rencana Rumah Sakit Xxxxx)
merupakan endapan batuan sediment berapa berupa batu gamping dengan sisipan napal,
breksi dan lanau, tufa yang berselingan dengan batugamping pasiran. Tufa berselingan
dengan batu gamping berwarna putih , berbutir halus, keras, menyudut sampai menyudut
tanggungm serta Napal berwarna kecoklatan, berbutir halus, padat.
a. Bor Log.
26
kedalaman 10.00 m, dengan nilai N-SPT berkisar antara 50 58. seperti pada
lampiran hasil Soil investigation Report.
Dari hasil penyelidikan laboratorium terhadap sejumlah sampel yang di ambil dari
lokasi rencana diketahui secara teknis kondisi tanah/batuan di lokasi rencana sangat
kompak dan mampu mendukung mendukung beban konstruksi multi storeys, hal ini
terlihat dari nilai daya dukung tanah yang di peroleh, yakni berkisar antara 17.00
kg/cm2 sampai 25.00 kg/cm2. seperti pada lampiran hasil Soil investigation
Report.
Keberadaan struktur geologi Kota Xxxxx tidak dapat dipisahkan dengan proses
tektonik yang sedang berlangsung. Indikasinya adalah batuan yang terlipat, sesar
mendatar, sesar normal, dan sesar naik, (Rosidi, dan Tjokrosapoetro, 1979). Diduga
keberadaan punggungan yang berpuncak hampir datar tersebut merupakan sumbu
lipatan maupun jalur sesar.
Jalur sesar tersebut memanjang dari wilayah sebelah timur (di luar Kota Xxxxx)
hingga Tanjung Oesapa dan daerah pantai Kota Xxxxx. Wilayah ini akan semakin tidak
stabil, terlebih lagi apabila sesar mendatar (dextral) tersebut merupakan sesar aktif yang
memungkinkan terakumulasinya pusat gempa. Seperti halnya kejadian gempa bumi
tahun 1976 dan 1978, teridentifikasi adanya retakan di permukaan akibat dari
pengangkatan dan penurunan tegak di wilayah tersebut (Rosidi, dan Tjokrosapoetro,
1979). Maka pertimbangan konstruksi tahan gempa untuk pekerjaan ini sangat berkaitan
dengan aktivitas gempa bumi yang harus dipertimbangkan secara serius.
27
28
Gambar 3. Posisi titik-titik penyelidikan tanah di lokasi Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx
Gambar 4. Grafik Stratigrafi hasil Core drill (deep boring) Geoteknik di Lokasi Rumah Sakit Xxxxx
29
Tabel 10. Summary test result soil properties Tanah dari lokasi Rumah Sakit Xxxxx Kota
Xxxxx (Lab Politeknik Undana, 2012)
30
31
Gambar 5. Struktur Geologi Lingkungan Kota Xxxxx dalam satuan batuan
3.1.8. Sistem Keamanan Kebakaran Pada Gedung Rumah Sakit Xxxxx Xxxxx.
Sistem keamanan kebakaran pada gedung adalah suatu cara yang digunakan untuk
dapat mencegah dan menanggulangi masalah kritis bila terjadi kebakaran pada gedung
Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx.
Jenis-Jenis sistem keamanan gedung yang digunakan untuk menanggulangi
terjadinya kebakaran pada bangunan gedung Rumah Sakit Xxxxx sebagai berikut :
1. Unit Tabung Pemadam Kebakaran
Unit tabung pemadam kebakaran adalah unit pemadam kebakaran yang
terbuat dari tabung kecil yang terisi dengan gas dan digunakan untuk kebakaran-
kebakaran kecil yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Tabung pemadam kebakaran
di letakkan pada tempat yang mudah terlihat dan mudah dicapai.
2. Fire Hydrant (hidran pemadam kebakaran)
Fire hydrant adalah alat pemadam kebakaran, dimana pada hydrant terdapat
selang hydrant yang panjangnya 30 meter dengan tekanan air sejauh 5 meter.
Hydrant dikategorikan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu hydrant gedung, hydrant halaman
dan hydrant kota.
Berdasarkan nama hydrant, maka hydrant gedung adalah hydrant yang
perletakannya di dalam gedung. Hydrant halaman adalah hydrant yang
perletakannya di halaman suatu lokasi gedung. Dan hydrant perkotaan adalah
hydrant yang hampir sama dengan hydrant halaman namun hydrant kota memiliki
dua sampai tiga selang kebakaran. Dan juga perletakannya berada di titik-titik
tertentu perkotaan yang memungkinkan unit pemadam kebakaran suatu kota
mengambil cadangan air.
Komponen hydrant kebakaran terdiri dari sumber air, pompa-pompa
kebakaran, selang kebakaran, penyambung dan perlengkapan lainnya.
Untuk perhitungan jumlah dan kebutuhan air pada hydrant dapat pula
dinyatakan dengan rumus :
a. Jumlah hydrant
Hydrant bangunan : 1 unit / 800 m2
Dimana :
32
L bangunan = Luas bangunan dalam satuan m2.
b. Kebutuhan air pada sebuah hydrant bangunan gedung
1 unit hydrant : 400 liter/menit
Kebutuhan air = hydrant x 400 liter/menit
3. Sprinkler
33
Spinkler adalah suatu alat semacam nozzle (penyemprot) yang dapat
memancarkan air secara pengabutan (Fog) dan bekerja secara otomatis. Sprinkler
juga merupakan sistem keamanan kebakaran yang digunakan di gedung untuk
memberikan peringatan dini pada penghuni atau pengujung gedung tersebut saat
terjadi kebakaran, meskipun tidak digunakan terus menerus namun alat ini berfungsi
sebagai pemberi tanda agar agar barisan pemadam kebakaran dapat segerah
menanggulangi kebakaran yang terjadi.
Ada beberapa jenis sprinkler, diantaranya yang sering digunakan adalah
sprinkler tabung dan sprinkler segel. Perletakan sprinkler biasanya di pasang pada
plafon ruangan, di pasang juga pada ruangan-ruangan yang isinya mahal, sprinkler
juga bekerja jika ruangan mencapai suhu panas tertentu, dengan thermostat
sprinkler akan membuka dan menyemprotkan air.
Untuk perhitungan jumlah dan kebutuhan air pada sprinkler dapat dinyatakan
dengan rumus :
a. Jumlah sprinkler
Area 1 head : 25 m2
1 zone : 16 unit
b. Kebutuhan air
1 zone : 80 liter
Kebutuhan air = sprinkler x 80 liter.
Pada saat sprinkler bekerja maka, tekanan air dalam pipa akan menurun
dan sensor otomatis akan memberikan tanda bahaya (alarm) dan lokasi yang
terbakar akan terlihat pada panel pengembalian kebakaran. Meskipun sistem
sprinkler tidak perna aktif dalam jangka waktu yang cukup panjang, namun
sistem tersebut harus ada dalam keadan siap sehingga bila sewaktu-waktu
terjadi kebakaran tidak mengalami permasalahan.
c. Susunan pipa cabang sprinkler
1) Susunan cabang tunggal dengan kepala sprinkler dan pemasokan air di
tengah.
34
2) Susunan cabang tunggal dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di
ujung.
3) Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di
tengah.
4) Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di
ujung.
35
Gambar 6. Skema sistem Hydrant Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx
Tabel 11. Rata-Rata curah hujan kota Xxxxx menurut bulan dari tahun 2008 - 2011
Curah Hujan (mm)
No Bulan
2008 2009 2010 2011
1 Januari 564 554 598,3 509,2
2 Pebruari 1167 454 208,3 316,5
3 Maret 230 105 132,7 380,4
4 April 109 3 179 236,6
5 Mei 0 40 124 50,1
36
6 Juni 0 0 10 0
7 Juli 0 2 2 7,5
8 Agustus 0 0 34,1 0
9 September 0 0 27,6 0
10 Oktober 50 0 109,4 21,4
11 Nopember 589 205 33,1 104,5
12 Desember 1112 556 262,2 299,4
Sumber, Kota Xxxxx Dalam Angka Tahun 2011
Tabel 12. Rata-rata Temperatur Udara Kota Xxxxx menurut bulan, dari tahun 2008 - 2011
Temperatur Udara (oC)
No Bulan
2008 2009 2010 2011
1 Januari 27,4 27,4 26,9 26,5
2 Pebruari 26,9 26,3 27,9 26,7
3 Maret 26,7 26,4 27,5 26,3
4 April 27,2 26,9 27,6 26,3
5 Mei 27,4 27,0 27,6 26,1
6 Juni 26,2 25,3 26,7 24,2
7 Juli 25,3 24,3 26,6 25,5
8 Agustus 25,7 25,3 26,6 25,6
9 September 26,7 26,7 28,2 26,9
10 October 28,5 29,6 28,5 29,4
11 Nopember 28,9 29,2 29,0 28,7
12 Desember 28,0 26,9 27,3 27,3
Sumber, Kota Xxxxx Dalam Angka Tahun 2011
Tabel 13. Persentase Penyinaran Matahari Kota Xxxxx menurut Bulan, Tahun 2008 2011
Persentase Penyinaran Matahari
No Bulan
2008 2009 2010 2011
1 Januari 47 51 54 29
2 Pebruari 24 35 73 57
3 Maret 42 73 79 52
4 April 69 95 78 53
5 Mei 78 85 71 89
6 Juni 73 95 89 97
7 Juli 78 92 85 89
8 Agustus 78 91 92 98
9 September 77 98 82 99
10 Oktober 74 98 78 90
11 Nopember 60 81 86 89
12 Desember 36 70 44 60
Sumber, Kota Xxxxx Dalam Angka Tahun 2011
Tabel 14. Rata-rata Kecepatan dan Arah Angin Kota Xxxxx Tahun 2008 - 2011
Arah dan Kecepatan Angin (knots)
No Bulan
2008 2009 2010 2011
1 Januari 4 Nw 6 Nw 4 Nw 4 Nw
2 Pebruari 6 Nw 6 Nw 3 Nw 4 Nw
3 Maret 6 Nw 4 Nw 2 Nw 2 Nw
4 April 4 E 6 Nw 3 Nw 4 Se
37
5 Mei 8 Se 8 Se 5 Se/e 3 Se
6 Juni 6 Se 8 Se 8 Se/e 6 Se
7 Juli 10 Se 10 Se 9 Se/e 8 Se
8 Agustus 10 Se 11 Se 8 Se/e 6 Se
9 September 8 Se 9 Se 7 Se/e 6 Se
10 October 8 E 10 Nw 6 Nw 9 Se
11 Nopember 6 Nw 7 Nw 3 Nw 5 Nw
12 Desember 7 Nw 8 Nw 3 Nw 8 Nw
Sumber, Kota Xxxxx Dalam Angka Tahun 2011
38
3.3 Rencana Struktur Kota Xxxxx
Berdasarkan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2003-2013, Kota
Xxxxx dibagi menjadi 7 (tujuh) Bagian Wilayah Kota (BWK) sebagai berikut:
1 BWK I : Kawasan Kota Lama, Pusat BWK ini berada di Kelurahan Xxxxxxx pada
persimpangan jalan Herewila dengan jalan Soeprapto.
2 BWK II: Kawasan Pemerintahan, Pusat BWK ini berada dalam kawasan
Kelurahan Oebufu yang didominasi oleh kegiatan pemerintahan dan direncanakan
sebagai Lokasi Pusat Kota yang baru,
3 BWK III: Kawasan Perdagangan, BWK ini terletak di kawasan Timur Kota Xxxxx
dan merupakan pintu gerbang Kota Xxxxx. Pusat BWK terletak di Kelurahan
Liliba.
4 BWK IV: Kawasan Pengembangan Industri dan Pelabuhan, Wilayah ini pusatnya
berada di kawasan Kelurahan Alak dan merupakan kawasan paling Barat Kota
Xxxxx. Dominasi kegiatan adalah industri (berat), Pelabuhan dan pergudangan.
5 BWK V: Kawasan Pengembangan Permukiman, Pusat BWK ini terletak di
kawasan Kelurahan Maulafa dan berfungsi sebagai kawasan pengembangan
permukiman.
6 BWK VI: Kawasan Pengembangan Kota Baru, BWK ini terletak di kawasan
Kelurahan Manulai dan Kelurahan Naioni dan merupakan BWK yang terletak di
bagian Selatan Kota Xxxxx.
7 BWK VII: Kawasan Pengembangan Kota Baru, BWK ini terletak berdampingan
dengan BWK VI dan terletak di Kelurahan Belo dan Kelurahan Fatukoa. (Sumber
Review RT RW Kota Xxxxx, 2005). Bagian wilayah Kota Xxxxx.
39
Gambar 7. Peta peruntukan penggunaan lahan Kota Xxxxx
3.4 Sumber Air Bersih
Pada saat ini sumber daya air yang umum dimanfaatkan untuk kebutuhan
pelayanan air bersih bagi kebutuhan Kota Xxxxx diambil dari sumber mata air yang
40
keluar pada beberapa wilayah, dialirkan dan ditampung pada reservoir dengan
ketinggian tertentu lalu didistribusikan secara gravitasi. Namun kenyataannya akhir-
akhir ini sumber-sumber air yang biasa dipakai untuk melayani penduduk Kota
Xxxxx mengalami penurunan debit yang besar antara 60% - 70% seperti mata air
baumata dari 75 ltr/dtk turun menjadi 18 20 ltr/dtk.
Tabel 15. Potensi Debit Air Permukaan Tersedia Untuk Kebutuhan Air Bersih Kota Xxxxx
No Sumber Air Mata Air Debit Musim Hujan Debit Musim Kemarau
1 M.a Oeba 261 40
2 M.a Dendeng 20,3 10
3 Kali Dendeng 890 50
4 M.a Oepura 118 25
5 M.a Kolhua 35,5 15
6 Kali Kolhua 50 7
7 M.a Haukoto 17,8 1
8 M.a Amnesi 120,5 20
9 M.a Air Sagu II 174,8 35
10 M.a Oefeu 0 0
11 Kali Sembunyi 317 15
12 M.a Oetona 4,22 4
13 M.a kali sembunyi 1,2 0
14 Kali Fatukoa 760 60
15 M.Air labat 323 20
16 M.a Kali Fatukoa 12,02 1
17 M.a Air Lobang 26,8 15
18 Air Sagu (PDAM) 150 30
19 Air Nona 110 10
Total Debit 3.355,01 235.00
Sumber: Laporan Masterplan air bersih Kota Xxxxx tahun 2006
Dengan menipisnya potensi sumber air yang ada, maka saat ini 90 % kebutuhan
air bersih Kota Xxxxx memanfaatkan potensi air tanah (Dinas Pertambangan dan
Energi Kota Xxxxx 2007) mengunakan sumur bor yang tersebar di beberapa cekungan
air tanah.
Cekungan air tanah di Kota Xxxxx dan sekitarnya menurut Laporan Akhir
Penelitian Potensi Pengembangan Pengelolan dan Zonasi Air tanah di Kota Xxxxx
(2007) dapat dibedakan menjadi 6 (enam) kelompok, yaitu Cekungan Air Tanah Bolok
Alak Tenau - Namosain, Cekungan Air Tanah Tabun - Sikumana - Bello, Cekungan
Air Tanah Oebufu -nXxxxxxx, Cekungan Air Tanah Pasir Panjang Liliba Oesapa -
Tarus, Cekungan Air Tanah Penfui dan Cekungan Air Tanah Baumata. Pada Cekungan
Air Tanah Bolok Alak - Tenau - Namosain, potensi air tanah yang dapat diambil dari
daerah cekungan ini adalah 2,9 x 106 m3/tahun.
41
Cekungan air tanah ini dapat dibedakan lagi menjadi sub cekungan Namosain
dengan potensi air tanah yang dapat diambil adalah 19 ltr/dtk dengan pemompaan
selama 24 jam non stop selama setahun, sub cekungan Tenau Alak dengan potensi air
tanah yang dapat diambil pada sub cekungan Alak - Tenau adalah 107.66 ltr/dtk dengan
pemompaan selama 24 jam non stop selama setahun, dan sub cekungan Bolok yang
berada dalam wilayah Kabupaten Xxxxx.
Berdasarkan data dari hasil penelitian potensi air tanah di Kota xxxxx tahun 2007,
terdapat sebanyak 3100 sumur gali, dan 74 sumur bor tersebar di sekitar Kota Xxxxx.
Beberapa data potensi air tanah yang ada di kota xxxxx yang dikelolah oleh
PDAM Kab Xxxxx dan UPTD Kota Xxxxx, seperti tabel dibawah ini.
Tabel 16. Data potensi air tanah tersedia di kota xxxxx yang di kelola oleh PDAM Kabupaten
dan UPTD Kota Xxxxx.
No. Pemilik/ Debit maks Debit pakai
Elevasi (m)
Sumur Pengelolah (ltr/dtk) (ltr/dtk)
12 PDAM Kab 67 31 15
3 PDAM Kab 171 30 10
11 PDAM Kab 76 30 15
34 PDAM Kab 76 20 15
4 UPTD Kota 171 30 10
29 UPTD Kota 27 30 6
63 UPTD Kota 188 26 7
33 UPTD Kota 72 25 7,5
9 UPTD Kota 61 16 6
19 UPTD Kota 46 15 5
24 PDAM 29 15 2,5
41 UPTD Kota 26 15 6
42 PDAM 60 15 10
44 PDAM 47 15 10
45 UPTD Kota 40 15 5
160 PDAM 60 15 10
1 PDAM 261 12 10
46 Rujab Walikota 37 10 2,5
46 UPTD Kota 32 10 7,5
48 UPTD Kota 60 10 6
49 PDAM 113 10 6
136 UPTD Kota 67 5 2,5
41 Bundaran PU 67 2,5 0
66 Belo 311 27 7
Sedangkan sumur bor lainnya merupakan milik perorangan maupun instansi yang
dimanfaatkan untuk kebutuhan sendiri.
42
dari kedua sumber air di atas, jika Rumah Sakit Xxxxx beroperasi maksimal adalah
sebagai berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk beberapa Hotel di Kota Xxxxx selama
ini, yakni Hotel Kristal, Hotel The Santosa, Restoran Nelayan dan Rumah Sakit
Mamami adalah bersumber dari Air Bor Oesapa, sedangkan Air Bor Xxxxxxx
dipilih sebagai sumber air untuk Rumah Sakit Xxxxx hanya karena letaknya
dekat. Karena itu, identifikasi kondisi awal kualitas air, terutama kualitas air
bersih yang direncakan untuk mensuplai kebutuhan Rumah Sakit, yakni Air Bor
Oesapa dan Air Bor Xxxxxxx.
b. Karena letak Rumah Sakit Xxxxx yang akan dibangun, yakni di lokasi Pameran
Xxxxx (Kota Xxxxx) yang secara topografis berada di ketinggian, sehingga
pilihan sumur pantau untuk memantau kegiatan Rumah sakit, yakni sumur yang
berada pada titik yang lebih rendah (dengan asumsi di titik tersebut sebagai
limpasan air bawah tanah), yakni pada sumur bor sebelah barat Inaboi.
Meskipun demikian, pemantauan terhadap kualitas air limbah Rumah sakit,
secara periodik akan dipantau pada Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).
Sumber : Hasil analisis Lab Lingkungan BLHD Provinsi NTT , Tahun 2012.
43
Suhu air yang semakin tinggi menyebabkan sedikit oksigen yang terlarut di
dalamnya.
6-9
3 Tingkat Keasaman Air Bor Inaboi 7,2
Sumber : Data hasil analisis Lab. Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012
Nilai pH air sebagai sampel sebesar 7 dan 7,1 masih dalam ambang batas
baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 6 9 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001. Air dengan pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam
dan sebaliknya bila lebih tinggi akan bersifat basa.
44
2 TSS Air Bor Xxxxxxx 1 Max. 50
3 TSS Air Bor Inaboi 1 Max. 50
Sumber : Data hasil analisa Lab Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012.
Tingkat kekeruhan air yang terukur dapat dibaca pada tabel di tabel 20.
Tabel 20. Analisa Tingkat Kekeruhan Air
Hasil
Standar
No Jenis Pemeriksaan Nama Sampel Pemeriksaan
(NTU)
(NTU)
1 Tkt kekeruhan Air Bor Oesapa 4 Max. 25
2 Tingkat kekeruhan Air Bor Xxxxxxx 6 Max. 25
3 Tingkat kekeruhan Air Bor Inaboi 4 Max. 25
Sumber : Hasil Analisis Lab. Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012.
e. Kesadahan Total
Kesadahan merupakan jumlah ion Ca dan Mg yang bersenyawa dengan
karbonat yang terdapat di perairan. Kesadahan terbagi atas 2, yaitu kesadahan
sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara dapat dihilangkan
dengan jalan pendidihan sedangkan kesadahan tetap tidak dapat dihilangkan
dengan cara pedidihan. Karena lokasi kegiatan berdiri di atas tanah yang
terbentuk dari batuan khas yang kaya akan mineral seperti Ca dan Mg maka
variabel ini ditambahkan sebagai data pendukung yang dapat dijadikan sebagai
acuan dalam pemanfaatan air baku air minum yang bersumber dari air sumur
bor yang tersedia. Air baku air minum adalah air yang dapat diolah menjadi air
yang layak sebagai air minum dengan pengolahan secara tradisional melalui
cara filtrasi, disenfikasi dan dididihkan.
45
Tabel 22. Hasil Pemeriksaan kadar BOD dan COD air.
Jenis Hasil Pemeriksaan Standar
No Nama Sampel
(mg/l) (mg/l)
Pemeriksaan
1 BOD Air Bor Oesapa 0,8 Max 2
Air Bor
2 BOD 0,8 Max 2
Xxxxxxx
3 BOD Air Bor Inaboi 1,61 Max 2
4 COD Air Bor Inaboi 5,166 Max 10
Sumber : Data hasil analisa Lab Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012
46
Tabel 24. Hasil Pemeriksaan logam berat.
Konsentasi (mg/L) Baku Mutu menurut
Jenis logam
Air Bor Air Bor Air Bor PP 82 Tahun 2001
berat
Oesapa Xxxxxxx Inaboi (mg/L)
Cd 0,0141 0,0018 0,0123 0,01
Pb 0,2478 -0,0413 0,2891 0,03
Fe -0,1746 -0,1116 0,0970 0,3
Sumber : Data hasil analisis Lab. Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012.
Kadar Ion Nitrat ( NO3-), Nitrit (NO2- ) dan Amoniak, pada ketiga sumber air
tersebut di atas menggambarkan kualitas air masih normal artinya masih
dibawah baku mutu.
47
kenyamanan lingkungan. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat
kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan
sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.
Tingkat kebisingan yang terukur pada 4 (empat) titik pengamatan yaitu di sekitar
wilayah kelurahan Xxxxx, dimana direncanakan akan dibangun Rumah Sakit Xxxxx
Kota Xxxxx dapat dilihat pada tabel 26.
Tabel 27. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Lokasi Xxxxx, Kota Xxxxx.
48
Konsentrasi (g/Nm3) / Koordinat Sampling
Parameter
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4
Baku Mutu Metode
10o 09 31,44 S; 100 09 32,22 S; 100 09 34,08 S; 100 09 45,06 S;
1230 36 28,44 E 1230 36 41,04 E 1230 36 50,16 E 1230 36 41,94 E
Sumber : Hasil Sampling dan analisis Lab. Kimia, Fakultas Sains dan Teknik UNDANA Tahun 2012.
Keterangan : St : Stasiun
Konsentasi gas di stasiun 1 (disamping siang hari sebelum hujan pada tanggal, 13
Nov. 2012), menunjukkan kadar SOx relatif tinggi, sedangkan di stasiun lain rendah,
tetapi masih memenuhi baku mutu udara ambien sesuai Kepmen LH Nomor : Kep-
45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara Tanggal 13 Oktober
1997) artinya tingkat kualitas udara tidak berpengaruh pada kesehatan manusia
ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif (karena pH air hujan
menjadi kurang dari 7 atau agak asam), dan nilai estetika.
3.7 Getaran
Untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup agar dapat bermanfaat bagi
kehidupan manusia dan makluk hidup lainnya, maka setiap usaha atau kegiatan perlu
melakukan pengendalian akibat getaran yang dihasilkan. Karena itu, Kementerian
Lingkungan Hidup menetapkan Baku Tingkat Getaran dalam Surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor : 49/MENLH/11/1996. Adapun baku tingkat getaran
mekanik berdasarkan Jenis Bangunan adalah sebagai berikut:
Tabel 28. Baku Tingkat Getaran dalam Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor :
49/MENLH/11/1996.
Kec. Getaran (mm/det.)
Kelas Tipe Bangunan Pada Fondasi Pada bidang
(Frekuensi (Hz) datar di lantai
10 Hz 10-50 Hz 50-100 Hz paling atas.
49
Camp. frekuensi
Bangunan untuk
keperluan niaga,
1 bangunan industri
10 20 - 40 40 - 50 40
dan bangunan
sejenis.
Perumahan dan
bangunan dengan
2
rancangan dan 5 5 - 15 15 - 20 15
kegunaan sejenis
Bangunan yang
3
dilestarikan 3 3-8 8 - 10 8,5
Sumber : Kep. MENLH Nomor : 49/MENLH/11/1996
Selain itu, baku tingkat getaran mekanik berdasarkan dampak kerusakan dapat dilihat
pada tabel 29.
Keterangan :
Kategori A : Tidak menimbulkan kerusakan
Kategori B : Kemungkinan keretakan plesteran.
Kategori C : Kemungkinan kerusakan komponen struktur dinding
Kategori D : Rusak dinding pemikul beban.
50
menimbulkan getaran diatas baku mutu yang dipersyaratkan oleh Kep-MENLH
Nomor : 49/MENLH/11/1996.
51
20.
Siri Piper betle 6
21.
Kesambi Scleichera oleosa 4
22.
Pepaya Carica Papaya 60
23.
Bunga kaktus Opuntia sp 30
24.
Angsana Pterocarpus indicus willd 12
25.
Pinang Areca catechu 7
Sumber : Hasil Pengamatan Flora di Lokasi Rumah Sakit Xxxxx dan sekitarnya, Tahun 2012
Dari data diatas tidak ditemukan fauna yang dilindungi di lokasi Rumah Sakit Xxxxx
Kota Xxxxx dan sekitarnya.
52
yang lebih lama dan merupakan konsekuensi-konsekuensi ikutan dari yang
disebutkan dengan pengaruh langsung.
a. Jumlah Penduduk
Penduduk Kota Xxxxx, secara makro merupakan komunitas dari
berbagai suku, ras, agama, yang bukan saja berasal dari pulau-pulau di Provinsi
Xxxxxxxxxxxxxxxxx. Akan tetapi, juga mencakup berbagai komunitas di
Indonesia. Bahkan termasuk komunitas dari Republik Demokrat Timor Leste,
yang sebelumnya dikenal sebagai Timor Timur. Sebagai Ibu Kota Provinsi NTT,
Kota Xxxxx merupakan kota dengan pertumbuhan penduduk paling tinggi,
dibandingkan dengan ibukota kabupaten lainnya.
Jumlah penduduk Kota Xxxxx selalu mengalami penambahan setiap
tahunnya. Pada tahun 2010 hasil dari Sensus Penduduk menunjukkan bahwa
jumlah penduduk Kota Xxxxx sebanyak 336.239 jiwa yang tersebar di enam
kecamatan. Pada tabel 32 dapat dilihat perkembangan jumlah penduduk Kota
Xxxxx sejak tahun 2005 hingga tahun 2010.
Dari tabel 32 di atas dapat dilihat bahwa tahun 2010, penduduk Kota
Xxxxx lebih banyak tersebar di Kecamatan Xxxxxxx dan yang paling sedikit
terdapat di Kecamatan Kota Lama. Pada tahun 2010, jumlah penduduk di
Kecamatan Xxxxxxx tercatat sebanyak 79.675 jiwa atau sebesar 23,70 persen
dari penduduk Kota Xxxxx dan di Kecamatan Kota Lama terdapat 30.196 jiwa
atau sebesar 8,98 persen. Banyaknya fasilitas penunjang pembangunan seperti
misalnya fasiltas pendidikan dari tingkat pra sekolah hingga pendidikan tinggi,
pertokoan, kantor-kantor pemerintahan yang terdapat di Kecamatan Xxxxxxx
mempengaruhi keputusan penduduk untuk tinggal di kecamatan ini agar dekat
dengan fasilitas-fasilitas tersebut.
53
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk menggambarkan rata-rata banyaknya penduduk yang
mendiami suatu wilayah (yang diukur dengan satuan km). Angka Kepadatan
Penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk di suatu wilayah
dengan luas wilayah tersebut. Luas Kota Xxxxx yang tercatat 165,34 km (Bappeda
Kota Xxxxx) dengan jumlah penduduk sebanyak 336.239 jiwa. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk Kota Xxxxx tahun 2009 adalah 2.034
jiwa per km.
Tabel 33. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2006 - 2010
Luas Kepadatan Penduduk
Kecamatan Wilayah
2006 2007 2008 2009 2010
(Km)
1. Alak 70,40 500 506 529 527 728
2. Maulafa 55,67 985 1.011 1.021 1.019 1.183
3. Xxxxxxx 14,72 5.211 5.463 5.469 5.658 5.413
4. Kota Raja 6,19 - - - - 7.734
5. Kelapa Lima 15,31 3.933 3.929 4.017 4.121 4.011
6. Kota Lama 3,05 - - - - 9.900
Kota Xxxxx 165,34 1.526 1.565 1.588 1.619 2.034
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 19
Tabel 34. Persentase Penduduk Kota Xxxxx Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010
Jenis Kelamin Persentase
Laki-laki+
Laki - laki Perempuan
Kelompok Umur Perempuan
(%) (%) (%)
0-4 9,55 8,40 8,97
5 - 19 30,59 30,24 30,42
20 - 24 13,37 13,02 13,19
25 - 59 41,78 45,01 42,40
60 + 4,69 5,32 5,01
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 24 (olahan)
Tabel 35. Angka Beban Tanggungan Hidup (Dependency Ratio) Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010
Dependency Ratio (DR)
Jenis Kelamin
YDR ODR DR
Laki-laki 41,67 3,99 45,67
Perempuan 38,27 4,27 42,55
Laki-laki+Perempuan 39,96 4,13 44,09
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 26
Angka Beban Tanggungan Hidup di Kota Xxxxx pada tahun 2010 sebesar
44,09 yang berarti 100 orang penduduk usia produktif di Kota Xxxxx menanggung
beban hidup 44 orang penduduk usia nonproduktif. Angka Beban Tanggungan Hidup
Laki-Laki dan Perempuan di Kota Xxxxx tahun 2010 masing-masing sebesar 45,67
dan 42,55.
55
3.9.2 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat
yang memiliki peran dalam peningkatan kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat
pendidikan suatu masyarakat akan semakin baik pula kualitas sumber dayanya.
Dalam pengertian praktis, pendidikan merupakan upaya sadar seseorang untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan memperluas wawasan. Pada dasarnya
pendidikan yang diupayakan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat dan keluarga. Pemerataan kesempatan pendidikan diupayakan melalui
penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung sekolah dan penambahan
tenaga pengajar.
a. Status Pendidikan
Indikator pendidikan khususnya tentang status pendidikan dalam suatu
masyarakat menggambarkan keadaan tentang penduduk yang sedang bersekolah,
belum pernah bersekolah maupun yang sudah selesai bersekolah. Pada tahun
2010 penduduk usia 10 tahun ke atas mayoritas sudah tidak bersekolah lagi yaitu
sebesar 61,75 persen. Sedangkan yang tidak atau belum pernah bersekolah
berada pada posisi yang minoritas yaitu hanya sebesar 3,21 persen. Kelompok
umur yang sama sedang bersekolah sebesar 35,04 persen. Data tentang keadaan
status bersekolah penduduk usia 10 tahun ke atas di Kota Xxxxx dapat dilihat
pada tabel 36.
Tabel 36. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Status Pendidikan
Jenis Kelamin
Laki-laki +
Laki-laki Perempuan
Status Sekolah Perempuan
(%) (%) (%)
Tidak/Belum Pernah Sekolah 3,04 3,38 3,21
Sekolah Dasar 13,21 13,53 13,37
Sekolah Lanjutan Pertama 5,51 5,29 5,40
Sekolah Lanjutan Atas 8,26 5,78 7,00
Perguruan Tinggi 8,82 9,70 9,27
Tidak Bersekolah Lagi 61,16 62,33 61,75
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 43
Tabel 37. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota
Xxxxx Tahun 2010
Jenjang Pendidikan APK APM
Sekolah Dasar 126,18 103,25
Sekolah Lanjutan Pertama 116,99 80,70
Sekolah Lanjutan Atas 94,54 60,72
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 49
Tabel 38. Angka Partisipasi Murni (APM) Perguruan Tinggi menurut Jenis Kelamin Tahun 2010
57
Non Perguruan Tinggi 62,43 59,51 60,89
Perguruan Tinggi 37,57 40,49 39,11
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 49
Tabel 39. Persentase Penduduk 10 Tahun ke atas Menurut Jenis Kelamin dan Ijasah Tertinggi
yang Dimiliki
58
96,90 persen yang dapat menulis dan membaca huruf latin dan sisanya
sebesar 3,10 persen tidak dapat membaca saja atau menulis saja atau tidak
dapat membaca dan menulis huruf latin.
3.9.3 Kesehatan
Kondisi kesehatan merupakan bagian dari kesejahteraan rakyat yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Untuk mengukur tingkat kesehatan dan gizi
kelompok masyarakat diperlukan suatu indikator yang relevan. Program
pembangunan kesehatan dan gizi dikoordinasikan secara nasional oleh Departemen
Kesehatan. Upaya-upaya dalam usaha meningkatkan status kesehatan dan gizi harus
dilakukan secara bersama oleh masyarakat, lembaga kemasyarakatan, pemerintah
dan dunia usaha. Menurut pengertiannya kesehatan dan gizi merupakan salah satu
aspek penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
a. Pengobatan
Berdasarkan jumlah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, 38,78 %
mengaku bahwa mereka mengalami gangguan dalam melaksanakan kegiatan
mereka sehari-hari. Sedangkan sisanya sebesar 61,22 % mengaku bahwa mereka
tidak mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-hari. Penduduk Kota Xxxxx
yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat sendiri terdapat sebesar 54,98 %.
Persentase penduduk laki-laki yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat
sendiri sebanyak 55,05 % dan perempuan sebesar 54,90 %. Penduduk yang
berobat sendiri, dominan dari mereka melakukan dengan menggunakan obat
modern yaitu sebesar 90,79 %. Sedangkan dengan menggunakan obat tradisional
sebesar 16,44 % dan lainnya sebesar 5,37 %.
Pada tabel 40 dapat dilihat secara rinci persentase penududuk menurut jenis
kelamin dan jenis keluhan kesehatan yang dialami. Sedangkan dalam Tabel 41
terinci persentase penduduk yang pernah mengalami keluhan penyakit menurut
jenis kelamin dan pengobatannya. Persentase ini merupakan angka rata-rata
mengingat persebaran dan struktur sarana kesehatan yang tersedia pada masing-
masing kecamatan dan kelurahan adalah bervariasi.
Tabel 40. Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Keluhan Kesehatan, Kota Xxxxx
Tahun 2010
Jenis Kelamin Laki-laki+
Laki-laki Perempuan
Perempuan
59
(%) (%) (%)
Jenis Keluhan
Panas 12,28 10,04 11,15
Batuk 22,83 21,60 22,21
Pilek 24,83 22,39 23,60
Asma 1,26 1,77 1,52
Diare 1,15 1,11 1,13
Sakit Kepala Berulang 5,06 5,52 5,29
Sakit Gigi 2,40 2,38 2,39
Lainnya 7,20 8,17 7,69
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 67
Tabel 41. Persentase Penduduk yang Pernah Mengalami Keluhan Penyakit Menurut Jenis
Kelamin dan Apakah Pernah Berobat Jalan
Berobat Jalan
Jumlah
Jenis Kelamin Pernah Tidak Pernah
(%) (%) (%)
Laki - laki 36,39 63,61 100,00
Perempuan 34,36 65,64 100,00
Laki-laki + Perempuan 35,37 64,63 100,00
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 69
Dari persentase penduduk Kota Xxxxx yang berobat jalan sebesar 35,37%,
dapat lagi dirinci berdasarkan tempat atau cara berobat yang dilakukan. Hal
tersebut secara rinci dapat dilihat pada tabel 42.
Tabel 42. Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin dan
Tempat/Cara Berobat
Jenis Kelamin
Tempat/ Laki-laki+
Laki-laki Perempuan
Cara Berobat Perempuan
(%) (%) (%)
RS Pemerintah 13,75 14,96 14,35
RS Swasta 6,69 7,37 7,03
Praktek Dokter 28,85 19,77 24,31
Puskesmas/Pustu 45,44 47,83 46,63
Praktek Tenaga Kesehatan 0,98 2,86 1,92
Praktek Batra 0,98 2,86 1,92
Dukun Bersalin 1,66 2,18 1,92
Lainnya 1,66 2,18 1,92
Jumlah 100.00 100.00 100.00
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 69
60
Jumlah rumah tangga menurut ketersediaan jaminan kesehatan dalam
berobat sebesar 61,84 % rumah tangga tahun 2010. Dari jumlah tersebut paling
banyak rumah tangga memiliki jenis jaminan kesehatan berupa
JPK/PNS/Xxxxxx/Pensiunan yaitu sebesar 26,63 %. Selanjutnya adalah MM/Kartu
Miskin sebesar 25,20 %. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 43.
Tabel 43. Persentase Rumah Tangga menurut Ketersediaan Jaminan Kesehatan Kota
Xxxxx, Tahun 2010
Jenis Jaminan Kesehatan Persentase Rumah Tangga
JPK/PNS/Xxxxxx/Pensiunan 26,63
Jamsostek 4,57
Kesehatan Swasta 3,61
Tunjangan Perusahaan 0,46
MM/Kartu Miskin 25,20
Dana Sehat 0,91
Lainnya 0,46
Jumlah 61,84
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 72
b. Sarana Kesehatan
Pembangunan kesehatan terindikasi juga dari jumlah sarana dan prasarana
kesehatan yang tersedia. Pada tabel 4 4 dan 45 dapat dilihat secara rinci jumlah
sarana kesehatan yang ada di Kota Xxxxx pada tahun 2010.
Tabel 44. Jumlah Rumah Sakit menurut Kecamatan dan Statusnya Tahun 2010
Status
Kecamatan Jumlah
Pemerintah Swasta TNI/Polri
1. Alak - - 1 1
2. Maulafa - - 1 1
3. Xxxxxxx 1 - 1 2
4. Kota Raja - - 1 1
5. Kelapa Lima - - - -
6. Kota Lama 1 1 - 2
Kota Xxxxx 2 1 4 7
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 79
Tabel 45. Banyaknya Fasilitas Pelayanan Kesehatan Menurut Kecamatan dan Jenisnya
Tahun 2010
Balai
Kecamatan Puskesmas Pustu Posyandu
Pengobatan
1. Alak 2 12 - 61
2. Maulafa 2 6 3 62
61
3. Xxxxxxx 2 4 1 47
4. Kota Raja 1 4 3 29
5. Kelapa Lima 1 4 2 40
6. Kota Lama 2 3 2 25
Kota Xxxxx 10 33 11 264
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 80
3.10 Ketenagakerjaan
Dewasa ini data-data mengenai ketenagakerjaan semakin dibutuhkan,
terutama untuk evaluasi perencanaan pembangunan di bidang ketenagakerjaan
seperti peningkatan keterampilan tenaga kerja, perluasan kesempatan kerja dan
berusaha serta produktivfitas tenaga kerja. Sehingga analisis mengenai kualitas
sumber daya manusia (SDM) biasanya menempatkan faktor ketenagakerjaan sebagai
salah satu dimensi yang vital.
Standar BPS untuk menunjukkan angkatan kerja, adalah yang didefinisikan
sebagai penduduk usia kerja. Penduduk Usia Kerja: penduduk yang berumur 10
tahun ke atas. Hal standar umur ini, sejajar dengan penetapan standar umur untuk
kriteria Angkatan Kerja. Angkatan Kerja adalah penduduk usia 10 tahun ke atas yang
bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Walaupun penetapan standard umur tersebut,
secara substansif berbeda dengan standar umur yang ditetapkan untuk perhitungan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, yang
dimaksudkan adalah persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke
atas.
Konsep bekerja dalam konstelasi ketenagakerjaan adalah mereka yang
melakukan kegiatan paling sedikit selama 1 jam selama seminggu dengan maksud
memperoleh pendapatan atau keuntungan atau membantu memperoleh pendapatan
atau keuntungan. Penganggur adalah mereka yang termasuk dalam angkatan kerja
yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan
Tingkat Pengangguran Terbuka adalah perbandingan antara jumlah pencari kerja
dengan jumlah angkatan kerja.
a. 71.97 % dan TPAK perempuan sebesar 47.30 %. Kegiatan Penduduk 15 Tahun
ke Atas
Ketenagakerjaan dan kependudukan saling berhubungan antara satu dengan
lainnya. Persentase dari jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja
adalah 52.31 %. Sementara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang sedang
62
bersekolah sebanyak 17.96 %. Pada tabel 46 diuraikan penduduk usia 15 tahun
ke atas menurut jenis kegiatan selama seminggu yang lalu dan jenis kelamin.
Tabel 46. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis
Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu
Jenis Kelamin
Kegiatan Utama Laki-laki+
Laki-laki Perempuan
Seminggu yang Lalu Perempuan
(%) (%) (%)
Angkatan Kerja 71.97 47.30 59.84
Bekerja 65.62 38.55 52.31
Pengangguran 6.35 8.75 7.53
Bukan Angkatan Kerja 28.03 52.70 40.16
Sekolah 19.15 16.72 17.96
Mengurus Rumah Tangga 3.21 32.62 17.67
Lainnya 5.67 3.36 4.53
Jumlah 100.00 100.00 100.00
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 69
63
Pengangguran Terbuka dihitung melalui perbandingan antara jumlah pencari
kerja dengan jumlah angkatan kerja.
Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang menganggur di Kota
Xxxxx pada tahun 2010 adalah sebesar 12,58 %. Jumlah ini terdiri dari 8,82
% penduduk laki-laki dan 18,49 % penduduk perempuan (Indikator Kesra
Kota Xxxxx, Tahun 2010).
64
sebesar Rp. 467,419 merupakan pengeluaran untuk makanan dan 52.13 %
atau sebesar Rp. 632,273 adalah pengeluaran bukan makanan.
65
2010 sebagian besar yaitu sebesar 96,46 %, menggunakan jenis atap seng
sebagai jenis atap yang paling luas. Sementara jenis atap ijuk/rumbia yang
digunakan rumah tangga sebagai jenis atap terluas adalah yang paling kecil
yaitu sebesar 0.25 %.
3) Jenis Lantai Terluas
Semakin besar rumah tangga yang dihuni berlantai tanah mengindikasikan
kondisi perumahan di daerah tersebut umumnya jelek. Semakin kecil angka
persentase ini, cenderung akan semakin baik tingkat kesejahteraannya.
Persentase rumah tangga di Kota Xxxxx tahun 2010 yang menghuni rumah
dengan lantai tanah sebesar 8.45 %. Sedangkan sisanya sebesar 91.55 %
adalah rumah tangga yang menempati rumah dengan jenis lantai bukan tanah
sebagai jenis lantai terluas.
4) Jenis Dinding Terluas
Indikator ini menyajikan proporsi rumah tangga yang menghuni rumah
berdinding tembok, kayu, bambu atau lainnya. Persentase rumah tangga yang
menempati rumah dengan tembok jenis dinding terluas merupakan kelompok
yang terbanyak yaitu sebesar 66,13 %. Sisanya adalah rumah tangga yang
menggunakan kayu, bambu atau lainnya sebagai jenis dinding terluas.
66
Sebagian besar rumah tangga di Kota Xxxxx tahun 2010 memiliki jarak
sumber air minum lebih dari 10 m yaitu sebesar 61.42 %. Sedangkan rumah
tangga yang jarak sumber air minum ke penampungan kurang dari 10 m
sebanyak 34.51 %. Sisanya sebesar 4.07 % rumah tangga tidak tahu jarak
sumber air minumnya ke penampungan.
4) Tempat Buang Air Besar
Persentase rumah tangga yang mempunyai fasilitas tempat buang air besar
sendiri adalah paling banyak yaitu tercatat sebesar 74,02 %. Sedangkan yang
paling kecil adalah rumah tangga dengan fasilitas tempat buang air besar
umum dan yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar yaitu sebesar
0.66 %.
67
rumah tangga terdiri dari 4 orang. Saat ini (September 2012) di Kelurahan Xxxxx
terdapat 3.024 KK.
Pada tahun 2010, terdapat 523 rumah tangga yang memperoleh bantuan Beras
Miskin (Raskin), yang sekaligus menunjukkan jumlah rumah tangga miskin di
Kedlurahan Xxxxx. Sedangkan klasifikasi keluarga menurut BKKBN yang
mencakup keluarga Pra-Sejahtera 206 KK, Sejahtera I: 526 KK, Sejahtera II: 611
KK, Sejahtera III: 350 KK; dan 277 KK yang diklasifikasi sebagai Sejahtera III Plus.
a. Kelompok Umur
Klasifikasi kelompok umur penduduk yang dipresentasekan dalam laporan
kegiatan bulanan Kelurahan Xxxxx, sedikit berbeda dalam hal interval tahun. Hal
tersebut seperti yang termuat secara rinci pada tabel 47.
Tabel 47. Jumlah Penduduk Kelurahan Xxxxx Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2010
Jenis Kelamin Jumah
Kelompok Umur Laki-laki +
Laki - laki Perempuan
Perempuan
0-5 965 972 1.937
6 - 20 2.012 1.904 3.916
21 - 25 771 749 1.520
26 - 60 2.297 2.238 4.535
60 + 82 107 189
Jumlah 6.127 5.970 12.097
Sumber: Laporan Kelurahan Xxxxx Keadaan Bulan Desember 2010
b. Mata Pencaharian
Mata pencaharian yang dimaksudkan adalah pekerjaan atau pun profesi
dari penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara rinci dapat dilihat
pada tabel 48.
Tabel 48. Jumlah Penduduk Kelurahan Xxxxx Menurut Mata Pencaharian dan Jenis
Kelamin Tahun 2010
Mata Pencaharian/ Jenis Kelamin Jumlah
Pekerjaan/ Laki-laki+
L P
Profesi Perempuan
PNS 559 317 876
TNI/Polri 31 0 31
Guru 118 21 139
Dosen 15 5 20
Dokter 5 2 7
Mantri/Bidan 2 18 20
Petani/Nelayan 49 23 72
68
Pengemudi 118 0 118
Montir/Tukang Servis 50 15 65
Pedagang 655 438 1.093
Pensiunan PNS/TNI/Polri 836 316 1.152
Pengusaha/Lain-lain 730 523 1.253
Sumber: Laporan Kelurahan Xxxxx Keadaan Bulan Desember 2010
c. Tingkat Pendidikan
Pada tabel 49 dirinci jumlah penduduk menurut ijasah tertinggi yang
dimiliki oleh penduduk Kelurahan Xxxxx Tahun 2010. Termasuk di dalamnya
klasifikasi penduduk yang belum sekolah, maupun yang buta huruf.
Tabel 49. Jumlah Penduduk Kelurahan Xxxxx Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis
Kelamin Tahun 2010
Jenis Kelamin Jumlah
Tingkat Pendidikan Laki-laki +
L P
Perempuan
Belum Sekolah 670 682 1352
TK 334 294 628
SD 686 598 1284
SLTP/Sederajad 700 573 1273
SLTA/Sederajad 2.109 2.051 4160
D3 (Diploma) 109 122 231
Stara 1 600 605 1205
Strata 2 56 35 91
Strata 3 6 2 8
Buta Huruf 443 487 930
Lainnya 414 521 935
Jumlah 6.127 5.970 12.097
Sumber: Laporan Kelurahan Xxxxx Keadaan Bulan Desember 2010
Jumlah Sarana Pendidikan yang terdapat di Kelurahan Xxxxx tahun 2010
mencakup SD/MI milik Pemerintah/Negeri sebanyak 4 unit dan 1 unit milik
swasta. Selain itu terdapat 1 unit tempat kursus milik swasta.
d. Golongan Agama
Jumlah sarana peribadatan yang ada di Kelurahan Xxxxx yaitu sebanyak
12 unit Gereja Protestan. Tempat peribadatan agama lainnya tidak terdapat di
Kelurahan Xxxxx. Jumlah penduduk menurut golongan agama, dapat dilihat
pada tabel 50.
Tabel 50. Jumlah Penduduk Kelurahan Xxxxx Menurut Golongan Agama dan Jenis
Kelamin Tahun 2010
Jenis Kelamin Jumlah
Golongan Agama Laki-laki+
L P
Perempuan
Kristen 3.113 3.041 6.154
69
Katolik 2.263 2.167 4.430
Islam 661 682 1.343
Hindu 58 58 116
Budha 32 22 54
Jumlah 6.127 5.970 12.097
Sumber: Laporan Kelurahan Xxxxx Keadaan Bulan Desember 2010
Tabel 51. Jumlah Fasilitas Umum Lainnya di Kelurahan Xxxxx Tahun 2010
Fasilitas Umum Lainnya
Perekonomian Jlh Kesehatan Jlh Jasa Lainnya Jlh
Supermarket/Minimarket 1 Puskesmas Pembantu 1 Biro Perjalanan 2
Toko 52 Praktek Dokter/Bidan 2 Tempat Kost 78
Kios 135 Praktek Bidan 2 Wartel 1
PT/CV/FA 12 Apotik 4 Pitrad 3
Rmh Mkn/Cafe/Warung 25
Sumber: Laporan Kelurahan Xxxxx Keadaan Bulan Desember 2010
70
BAB IV
DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
Potensi dampak yang mungkin terjadi dan perlu dilakukan pengelolaan dan
pemantauan jika pembangunan Rumah Sakit Xxxxx serta fasilitas pendukung lainnya
dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan.
Pembangunan kegiatan rumah sakit akan merubah tata guna lahan serta produktivitas
lahan di lingkungan sekitar kawasan rumah sakit.
2. Peningkatan Bangkitan Lalu lintas dan Kerusakan Jalan.
Pembangunan dan kegiatan operasional kawasan rumah sakit akan meningkatkan
bangkitan lalu lintas sehingga kemungkinan akan terjadi kemacetan. Selain itu jika
kemampuan (kapasitas) beban jalan maksimum disekitar lokasi ternyata tidak mampu
untuk menerima beban tambahan dari kegiatan pembangunan dan operasional Rumah
Sakit maka akan terjadi kerusakan jalan.
3. Peningkatan Run Off, Erosi dan Banjir.
Kegiatan pembukaan lahan, pemotongan dan pengurugan tanah pada tahap konstruksi
akan mengakibatkan perubahan struktur dan sifat tanah, misalnya permukaan tanah
menjadi terbuka, agregat tanah hancur dan menjadikan tanah peka terhadap erosi.
Kegiatan pemadatan tanah pada tahap konstruksi juga mengakibatkan air tidak dapat
meresap ke dalam tanah, sehingga akan meningkatkan volume air limpasan (run off).
4. Penurunan Kualitas Udara (Debu).
Penurunan kualitas udara (peningkatan kadar debu) diakibatkan oleh kegiatan
pembukaan lahan dan mobilisasi alat dan bahan pada tahap konstruksi serta dari
kegiatan-kegiatan lain pada tahap operasi.
5. Peningkatan Kebisingan.
Peningkatan kebisingan diakibatkan oleh kegiatan pembukaan lahan dan mobilisasi
alat dan bahan pada tahap konstruksi serta dari kegiatan-kegiatan lain pada tahap
operasi.
71
Air limbah yang dihasilkan dari kegiatan pembagunan kawasan rumah sakit dapat
berasal dari tahap operasional rumah sakit serta prasarana dan sarana lingkungan yang
terdapat di kawasan rumah sakit tersebut. Jika pemrakarsa tidak memiliki perencanaan
mengenai jaringan air limbah yang baik maka akan berakibat terhadap penurunan
kualitas air. Potensi dampak penurunan kualitas air permukaan sangat kecil karena
daerah Kelurahan Xxxxx khususnya kawasan rumah sakit tidak mempunyai aliran air
permukaan.
7. Perubahan Mata Pencaharian dan Pendapatan Penduduk.
Perubahan mata pencaharian dan pendapatan penduduk lokal dapat ditimbulkan oleh
kegiatan pembebasan lahan maupun oleh kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap
konstruksi dan operasi.
8. Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha.
Kegiatan konstruksi dan operasi akan mengakibatkan peningkatan kesempatan kerja
dan berusaha bagi penduduk di sekitar kawasan Rumah Sakit Xxxxx.
Dampak Lingkungan yang mungkin terjadi jika pembangunan Rumah Sakit serta
fasilitas pendukung lainnya dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut:
4.1 Tahap Pra Konstruksi.
a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pembebasan Lahan.
Hal ini akan berdampak sangat kecil karena lokasi rencana usaha berada dalam
penguasaan Rumah Sakit Xxxxx sesuai sertifikat terlampir.
b. Potensi Dampak Terkait Survey dan Pengukuran.
Survey dan pengukuran lokasi akan berdampak negatif kecil berupa konflik
kepentingan dan keresahan pada masyarakat yang berbatasan langsung dengan
lokasi rencana kegiatan karena kurangnya informasi tentang rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan. Tetapi konflik dan keresahan itu segera reda setelah selesai
survey dan pengukuran oleh Pihak Rumah Sakit dan Dinas Tata Ruang Kota
Xxxxx.
72
masyarakat sekitar serta kesepakatan tentang posisi tenaga kerja lokal sehingga
dapat terjadi hubungan yang harmonis antar pemrakarsa dan masyarakat sekitarnya.
74
Dari ketiga pelayanan diatas dapat menghasilkan limbah padat, cair dan gas
yang dapat dikelompokan menjadi limbah klinik / medik dan limbah non klinik /
non medik. Kelompok limbah medik/klinik yang dihasilkan dari kegiatan
pelayanan medik terdiri dari :
1) Limbah inveksius (limbah yang mengandung mikro organisme yang berasal
dari ruang bedah, laboratorium dan hemodialisis yang dapat menimbulkan
penyakit).
2) Limbah pathological (limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia)
3) Limbah Citotoxic (limbah yang berasal dari material-material yang
terkontaminasi)
4) Limbah parmacological (obat-obat bekas, obat-obat kedaluarsa atau obat-obat
yang terkontaminasi, tabung-tabung obat atau bungkusan-bungkusan obat)
5) Limbah dari Alat-alat bekas (syringe, gunting, pisau, pecahan gelas dan
gunting kuku).
75
karena mobilisasi kendaraan pengangkut. Dampak positif adalah menyerap tenaga
kerja non skill yang diperlukan untuk pembongkaran gedung, sedangkan sisa
sebahagian bahan bongkaran dapat di daur ulang, atau dapat menimbun fondasi
bangunan lain yang diperlukan.
Pengalihan fungsi lahan akan berdampak negatif berupa munculnya konflik dan
keresahan diantara karyawan karena kemungkinan penurunan pendapatan dan
kehilangan pekerjaan/pemutusan hubungan kerja (PHK).
b. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pemutusan Hubungan Kerja.
Salah satu sumber dampak pada tahap pasca operasi adalah Pemutusan hubungan
kerja dengan jenis dampak negatif berupa keresahan dan munculnya
pengangguran akibat tidak dipekerjakan lagi pada usaha yang baru.
BAB V
PROGRAM PENGELOLAAN DAN
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
76
Pemberian informasi tentang rencana kegiatan pada lokasi yang
dibebaskan.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan Rumah Sakit di
RT/RW 17/005 Kelurahan Xxxxx Kecamatan Xxxxxxx Kota Xxxxx.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Informasi tentang rencana usaha disampaikan 7 (tujuh) hari sebelum
dilakukan survey dan pengukuran.
b. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Survey Dan Pengukuran.
1) Sasaran Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan terhadap masyarakat yang berbatasan langsung
dengan lokasi rencana kegiatan.
2) Upaya Pengelolaan.
Melakukan survey dan pengukuran lokasi rencana kegiatan sehingga
masyarakat memperoleh kepastian tentang batas lokasi usaha dan tidak
resah.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan Rumah Sakit di
RT/RW 17/005 Kelurahan Xxxxx Kecamatan Xxxxxxx Kota Xxxxx.
77
tersedia sesuai kebutuhan kegiatan Rumah Sakit Xxxxx, maupun peluang
kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak pemrakarsa dalam
hal pembangunan rumah sakit ini.
Pada sosialisasi ini juga ditampilkan potensi dampak positif dan negatif
terhadap lingkungan dibidang fisik, kimia, biologi, sosial budaya,
ekonomi dan kesehatan masyarakat yang mungkin terjadi, model
pengelolaan dan pemantauan yang wajib dilakukan serta peran serta
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup sehingga dampak
positif dapat ditingkatkan serta dampak negatif diminimalisir.
3) Lokasi Pengelolaan
Sosialisasi dilakukan di lokasi rumah sakit/arena pameran di Kelurahan
Xxxxx, Kecamatan Xxxxxxx, Kota Xxxxx.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan
Sosialisasi dilaksanakan pada hari Senin tanggal 29 Oktober 2012 mulai
jam 16.30 Wita sampai jam 20.00 dengan jumlah peserta seperti daftar
hadir terlampir.
78
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan Rumah Sakit di
RT/RW 17/005 Kelurahan Xxxxx Kecamatan Xxxxxxx Kota Xxxxx.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan selama pengerjaan pembersihan lahan dan
penyiapan lokasi, yakni 30 (sembilan puluh) hari kerja.
2) Upaya Pengelolaan.
Dilakukan dengan cara mengumumkan secara luas tentang
kesempatan kerja, jumlah lowongan, sistim kerja, waktu pembayaran,
cara pembayaran upah kerja, semuanya dilaksanakan sesuai aturan
ketenagakerjaan yang berlaku. Upaya ini akan mengeliminasi dampak
negatif pada hubungan keharmonisan diantara pencari kerja lokal dan
semakin memaksimalkan tingkat pendapatan mereka. Disamping itu
perlu pengaturan pembagian tugas dan Jadwal kerja yang jelas agar
pekerjaan fisik dapat dilaksanakan secara maksimal. Selain upayakan
juga mengatur hubungan kerja yang baik diantara pekerja terampil
dari luar dengan pekerja lokal yang kurang terampil sehingga terjadi
peningkatan kinerja antara transfer teknologi pekerja.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengumuman lewat radio dan koran serta ditempatkan di Kantor
Lurah Xxxxx, Dinas Nakertrans Kota Xxxxx dan lokasi rencana
usaha, sedangkan pembagian tugas dan jadwal kerja dijelaskan kepada
pekerja di lokasi kegiatan pembangunan Rumah Sakit.
4) Waktu dan durasi pengelolaan.
Pengumuman ditempatkan di Kantor Lurah Xxxxx, Dinas Nakertrans
Kota Xxxxx, 14 (empat belas) hari sebelum rekrutmen dilaksanakan.
79
c. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Mobilisasi dan Demobilisasi
Bahan atau Material Konstruksi.
1) Sasaran Pengelolaan
Sasaran pengelolaan pada lokasi rencana usaha serta para pekerja
konstruksi bangunan, pengawas, sopir, kondektur.
2) Upaya Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan untuk mengurangi dampak peningkatan debu
dan kebisingan, kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas,
dilaksanakan melalui penyiraman lokasi, penutupan dengan terpal
pada bak truk pengangkut, pemasangan tanda larangan masuk dan
rambu lalu lintas portabel, mentaati jadwal angkut dan jadwal kerja,
pembuatan gudang tempat penyimpanan material.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan rumah sakit di
RT/RW 17/005 Kelurahan Xxxxx Kecamatan Xxxxxxx Kota Xxxxx.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan pada tahap konstruksi, sebelum kegiatan
pembangunan fisik Rumah Sakit dan fasilitasnya.
80
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan rumah sakit di
RT/RW 17/005 Kelurahan Xxxxx Kecamatan Xxxxxxx Kota Xxxxx.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan pada tahap konstruksi sampai kegiatan
pembangunan fisik Rumah Sakit dan fasilitasnya selesai.
81
Pengumuman dilaksanakan di media massa, Dinas Nakertrans Kota Xxxxx
serta Kantor manajemen Rumah Sakit agar diperoleh tenaga yang
profesional dibidangnya. Sedangkan Seleksi karyawan Rumah Sakit dan
peningkatan SDM dapat dilaksanakan pemrakarsa di tempat lain yang
dianggap layak.
82
d. Dari bak sedimentasi air dialirkan menuju tangki penampungan (storage
tank) untuk di recycle kembali atau dibuang ke badan air.
83
Pembuatan sebuah TPS rumah sakit memudahkan saat menjalin
kerjasama dengan Dinas Kebersihan Kota Xxxxx agar pengangkutan
sampah dari TPS Rumah Sakit dilakukan secara rutin.
Upaya pengelolaan untuk tujuan meminimalisir kecelakaan kerja dan
kebakaran dilakukan dengan cara penerapan SOP dan K3 secara ketat,
pelatihan penanggulangan bahaya kebakaran bagi karyawan, pemasangan
tabung pemadam, akses jalan yang cukup untuk kendaraan pemadam
kebakaran, pemasangan tanda larangan (merokok, parkir, berhenti), tanda
bahaya (gampang terbakar, gampang meledak), maupun himbauan.
3) Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan fasilitas berada dalam lokasi rumah sakit.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan :
Mengatur Jadwal penyedotan tinja secara rutin melalui Dinas Kebersihan
Kota Xxxxx adalah cara yang tepat sebelum tangki septik penuh, serta
menganalisa kualitas air maksimal dua kali dalam setahun pada
Laboratorium terakreditasi di tingkat provinsi atau laboratorium lingkungan
pada Dinas Kesehatan Kota Xxxxx. dan dilaporkan ke BPLHD Kota Xxxxx
tiap 6 (enam) bulan.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengelolaan dampak kegiatan pengalihan fungsi lahan dilaksanakan di
lokasi Rumah Sakit.
84
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Waktu pemberian informasi kepada karyawan dilaksanakan 2-5 bulan
sebelum pengalihan fungsi dilaksanakan sehingga karyawan dapat
mempersiapkan diri secara lebih baik. Sedangkan informasi kepada
karyawan dilakukan paling lambat 1 tahun sebelum dialihfungsikan
sehingga karyawan dapat mempersiapkan diri lebih baik.
85
Upaya pengelolaan dampak akibat kegiatan ini dilakukan dengan cara
pemberian pesangon sesuai dengan kontrak kerja dan aturan ketenagakerjaan ,
mengalihkan tenaga kerja tersebut ke usaha lain/baru, dan/atau mengusahakan
bantuan modal usaha dari lembaga atau instansi lain.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengelolaan dampak kegiatan PHK dilaksanakan di manajemen rumah sakit.
4) Waktu dan durasi Pengelolaan.
Pemberian pesangon, mengalihkan tenaga kerja ke usaha lain/baru, dan/atau
mengusahakan bantuan modal usaha dari lembaga / instansi lain dilakukan
saat pelaksanaan PHK.
86
1) Sasaran Pemantauan.
Sasarannya adalah masyarakat yang berbatasan langsung dengan lokasi
rencana usaha.
2) Parameter Yang Dipantau.
Jumlah dan asal persepsi negatif maupun positif terhadap rencana usaha.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Pemantauan dilakukan dengan memperhatikan dan membandingkan
jumlah persepsi negatif maupun positif.
4) Metode Pemantauan.
Observasi, dialog, tanya jawab dengan masyarakat dilakukan pada saat
sebelum pembebasan lahan.
5) Lokasi Pemantauan.
Masyarakat sekitar yang berbatasan langsung dengan lokasi rencana
usaha.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan 1-2 hari sebelum saat pelaksanaan survey dan
pengukuran oleh Rumah Sakit dan Dinas Tata Ruang Kota Xxxxx.
87
pemrakarsa dan lingkungan sekitar; tingkat penerimaan masyarakat sekitar
terhadap rencana usaha.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan lewat metode observasi, dialog dan wawancara.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilaksanakan pada tempat sosialisasi rencana usaha.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Waktu pemantauan adalah saat pelaksanaan sosialisasi dan sesi dialog
dengan masyarakat sekitar.
4) Metode Pemantauan.
Metode pemantauan yang dipakai adalah pengujian tingkat partikel debu
di udara serta tingkat kebisingan pada saat kegiatan pembersihan lahan
dan penyiapan lokasi.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi rencana usaha pembangunan rumah sakit.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan sekali pada saat kegiatan pembersihan lahan dan
penyiapan lokasi.
88
Sasaran Pemantauan adalah tenaga kerja di lingkungan lokasi rencana
pembangunan rumah sakit.
2) Parameter Yang Dipantau.
Parameter yang dipakai dalam pemantauan adalah jumlah tenaga kerja
yang terlibat dalam tahap konstruksi.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Tolok ukur pemantauan adalah kebutuhan minimal tenaga kerja konstruksi
sebanyak 196 orang agar pekerjaan konstruksi berjalan optimal.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilaksanakan menggunakan metode pemeriksaan daftar hadir
tenaga kerja, wawancara dengan tenaga kerja dan manajemen usaha.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi rencana usaha pembangunan Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan minimal 2 (dua) kali selama kegiatan konstruksi.
89
Dilakukan saat sedang berlangsung kegiatan mobilisasi dan demobilisasi
bahan konstruksi.
90
Pemantauan dilakukan terhadap jumlah minimal karyawan (200 orang),
jumlah tenaga kerja lokal yang melamar dan yang diterima, kontrak kerja
dan upah serta kriteria dan jumlah calon karyawan yang lolos seleksi.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Pengumuman seleksi dan penerimaan calon karyawan, Jumlah kebutuhan
dan jumlah hasil rekrutmen karyawan, Informasi hak dan kewajiban
karyawan, serta pengumuman pendaftaran maupun hasil seleksi calon
karyawan.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan menggunakan metode pemeriksaan terhadap
perjanjian kerja, daftar hadir calon karyawan, wawancara dengan calon
karyawan dan manajemen rumah sakit, manifest pendaftar, daftar calon
serta kelengkapan terhadap dokumen yang disyaratkan.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan pada kantor Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan minimal 1 kali pada saat seleksi dilakukan, sebelum
rumah sakit difungsikan.
91
dengan mengukur kadar NOx, SOx dan membandingkan tingkat
kebisingan pada saat rona awal dengan tahap operasi rumah sakit.
Sedangkan pemantauan hasil dari upaya pengelolaan terhadap dampak
kecelakaan kerja dan kebakaran dilakukan dengan melihat SOP,
Ketersediaan sarana dan prasarana K3, Sarana dan prasarana damkar,
Laporan jumlah kejadian Kecelakaan kerja dan kebakaran.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Kualitas udara, air dan tingkat kebisingan pada kondisi awal lokasi
sebelum ada kegiatan dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk
Rumah Sakit pada tahap operasi.
4) Metode Pemantauan.
Observasi, survey, wawancara, pengujian laboratorium pada kualitas air,
udara dan tingkat kebisingan.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Rumah Sakit Xxxxx dan sekitarnya.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan tiap 6 (enam) bulan selama rumah sakit beroperasi
dan dilaporkan ke BPLHD Kota Xxxxx serta instansi terkait.
92
Tolok ukurnya adalah jumlah karyawan yang masih aktif, kondisi
manajemen rumah sakit, jumlah karyawan dan jumlah warga di sekitar
lokasi rumah sakit yang resah.
4) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Rumah Sakit Xxxxx dan sekitarnya.
5) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan sekali selama proses pengalihan usaha.
93
c. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait
Pemutusan Hubungan Kerja.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan adalah karyawan dan manajemen rumah sakit.
2) Parameter Yang Dipantau.
Parameter pemantauan adalah prosedur PHK, jumlah yang di-PHK,
serta alasan PHK, tingkat keresahan tenaga kerja.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Aturan ketenagakerjaan, kontrak kerja, besar pesangon atau
kompensasi yang diterima, kontrak penyewaan.
4) Metode Pemantauan.
Observasi, survey, wawancara dengan karyawan dan pemrakarsa.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Rumah Sakit Xxxxx dan sekitarnya.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan sekali saat proses PHK.