Anda di halaman 1dari 94

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan manusia kita mengenal adanya bangunan komersial sebagai
sarana untuk melakukan berbagai kegiatan. Gedung sebagai salah satu bangunan komersial
berfungsi sebagai tempat bekerja dan tempat hunian. Di dalam bangunan gedung kita
dapat melakukan berbagai kegiatan seperti kegiatan usaha, kegiatan sosial dan budaya,
keagamaan, jasa kesehatan atau kegiatan khusus lainnya. Ciri utama bangunan komersial
biasanya mempunyai gaya arsitektur modern dan berada dalam kota serta mempunyai
lokasi yang strategis.
Sebagai tolok ukur dalam menampilkan percepatan pembangunan di Provinsi
Xxxxxxxxxxxxxxxxx, Kota Xxxxx harus dapat menyediakan berbagai fasilitas pendukung
utilitas kota seperti bangunan komersial rumah sakit yang dapat memaksimalkan fungsi
pelayanan kesehatan, pendidikan, bisnis, pariwisata, dan sektor ekonomi lainnya.
Sejalan dengan trend dan tuntutan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan, pembangunan Rumah Sakit Xxxxx dilaksanakan dengan memperhatikan
aspek lingkungan secara menyeluruh yang didahului dengan pengkajian lingkungan yang
dilaksanakan lewat penyusunan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).

1.2 Dasar Hukum


Peraturan perundang-undangan yang menjadi rujukan dan dasar hukum dalam
penyusunan dokumen UKL dan UPL ini, adalah :
1. Undang-undang Nomor 05 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
2. Undang-undang Nomor 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-undang Nomor 03 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
6. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
7. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

1
8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
9. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
10. Keputusan Presiden RI Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang
Pertanahan.
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 2002 tentang Baku
Tingkat Kebisingan.
12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996 tentang Baku
Tingkat Kebauan.
13. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang Ketentuan
pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Gedung.
14. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Gedung dan Lingkungan.
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk
Teknis Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
16. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 02
Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi.
17. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perijinan
Rumah Sakit.
18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit.
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

2
22. Keputusan Gubernur Xxxxxxxxxxxxxxxxx Nomor 61 Tahun 2002 tentang Pedoman
Penetapan Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit di Provinsi
Xxxxxxxxxxxxxxxxx Tahun 2003.
23. Keputusan Bapedal Nomor 03 tahun 1995 tentang kualitas incinerator dan emisi yang
dikeluarkannya.
24. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan.
25. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
26. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
27. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
28. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengolahan Bahan Limbah
Berbahaya dan Beracun.
29. Peraturan Daerah Kota Xxxxx Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Bahaya Kebakaran di Kota Xxxxx.
30. Peraturan Daerah Kota Xxxxx Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Xxxxx tahun 2011 2030.
31. Peraturan Daerah Kota Xxxxx Nomor 11 Tahun 2012 tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Xxxxx Tahun 2011 2030.

1.3 Tujuan dan Kegunaan


1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penyusunan dokumen UKL-UPL rencana usaha dan/atau kegiatan
pembangunan Rumah Sakit Xxxxx di Kelurahan Xxxxx Kecamatan Xxxxxxx Kota
Xxxxx, adalah :

1) Menyajikan informasi lingkungan sebelum adanya kegiatan rumah sakit.


2) Menguraikan kegiatan yang akan dilakukan rumah sakit.
3) Menguraikan komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan menimbulkan
dampak terhadap lingkugan hidup akibat pembangunan dan pengoperasian rumah
sakit.

3
4) Menguraikan tindakan pihak rumah sakit dalam program pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
1.3.2 Kegunaan
Kegunaan dari dokumen UKL-UPL rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan
Rumah Sakit Xxxxx di Kelurahan Xxxxx Kecamatan Xxxxxxx Kota Xxxxx, adalah :
1) Bagi Pemerintah
a) Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengembangan, pengawasan dan pengendalian pembangunan.
b) Sebagai pedoman bagi Pemerintah Kota Xxxxx dan instansi terkait dalam
melakukan pengawasan dan pemantauan lingkungan hidup.
2) Bagi Pemrakarsa
a) Membantu pemrakarsa dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan
perencanaan dan pengelolaan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau
kegiatan Rumah Sakit Xxxxx.
b) Sebagai bahan acuan dalam upaya pemberdayaan masyarakat sebagai akibat dari
kegiatan pengoperasian rumah sakit dan fasilitas penunjangnya.
c) Sebagai instrument pengikat dan acuan bagi pemrakarsa dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
d) Sebagai bahan pertimbangan dalam permohonan rekomendasi kelayakan
lingkungan hidup terhadap pembangunan dan pengoperasian rumah sakit.
3) Bagi Masyarakat.
a) Kemudahan memperoleh fasilitas pengobatan yang memadai, yang setara dengan
rumah sakit di luar negeri seperti di Singapura serta fasilitas Dokter Ahli yang
memadai baik dalam jumlah maupun kualitas pelayanan bagi pasien rawat inap,
rawat jalan maupun pelayanan lainnya dengan harga yang bersaing dan terjangkau
oleh masyarakat.
b) Terbukanya kesempatan kerja seperti penyediaan bahan pangan dan sayuran serta
buah-buahan dari warga sekitar rumah sakit serta penyediaan berbagai jasa
pendukung aktivitas lainnya oleh warga di sekitar rumah sakit.
c) Terjalin pola kemitraan dengan usaha lain.
d) Saling kontrol dari masyarakat terhadap kegiatan rumah sakit yang bersifat negatif

4
BAB II
IDENTITAS PEMRAKARSA DAN
DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN

2.1 Identitas Pemrakarsa


1 Nama Badan Usaha : XXXXXXXVVVVVVVVV

2 Nama Penanggungjawab Rencana :


Usaha dan atau Kegiatan

3 Alamat Kantor :

2.2 Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


1 Nama Rencana Usaha dan/atau : Pembangunan Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx.
Kegiatan
.
2 Lokasi Rencana Usaha : Jl. Xxxxxx, Kelurahan Xxxxx, Kecamatan
dan/atau Kegiatan Xxxxxxx, Kota Xxxxx.
.
3 Informasi Kegiatan : Rencana kegiatan terletak pada kawasan dengan
peruntukan sesuai penataan ruang adalah
.
kawasan jasa dan perdagangan.

4 Skala Usaha dan/atau Kegiatan : Rumah Sakit tipe A.


.

2.2.1 Kegiatan Konstruksi


Kegiatan pembangunan Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx secara garis besar
dikelompokan menjadi 7 (tujuh) jenis kegiatan utama :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Tanah
3. Pekerjaan Struktur
4. Pekerjaan Arsitektural
5. Pekerjaan Pelengkap
6. Pekerjaan Mekanical dan Electrical
7. Pekerjaan Landscape

Secara jelas deskripsi kegiatan pembangunan Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx
nantinya dapat dilihat pada tabel 1.
5
Tabel 1. Data Teknis Kegiatan Fisik Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx
Satuan
No Uraian Rencana Kegiatan Volume
Kegiatan
A Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi de Mobilisasi 1,00 Unit
2 Pembersihan Lapangan 9.750,00 m2
3 Uitzet & Bouwplank 540,00 m2
4 Pagar Pengaman Keliling 300,00 m
5 Direksi keet 60,00 m2
6 Air & Listrik Kerja 1,00 Unit
7 Papan nama Proyek (120 x240) cm 1,00 Unit
B Pekerjaan Tanah
1 Galian pematangan lahan 37,25 m3
2 Galian tanah pondasi struktur 1.502,79 m3
Urugan dan pemadatan tanah peninggian
3 18.372,53 m3
elevasi gedung
4 Urugan pasir 609,29 m3
C Pekerjaan Struktur
C.
Pekerjaan Beton Sub Struktur
1
1 Lantai kerja Pondasi 239,20 m3
2 Pondasi Footplat 422,76 m3
3 Pondasi bored pile 273,00 m3
4 Pile cup 256,77 m3
C.
Pekerjaan Beton Upper struktur
2
1 Beton Bertulang Ground Floor 420,42 m3
2 Beton Bertulang 2nd Floor 883,88 m3
3 Beton Bertulang 3rd Floor 874,11 m3
4 Beton Bertulang Roof Floor 839,59 m3
5 Beton Bertulang Tangga 1,00 Unit
6 Beton Bertulang Tangga Darurat 2,00 Unit
D Pekerjaan Arsitektural
D. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
12.014,59 m2
1.
1 Plesteran dan Acian 19.370,93 m2
D.
Pekerjaan Pintu dan jendela dan Partisi
2.
1 Pekerjaan Pintu dan Jendela 411,00 Bh
2 Pekerjaan Partisi 350,00 m2
D.
Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
3.
1 Pekerjaan lantai Marmer 9.417,60 m3
2 Pekerjaan lantai dan dinding Keramik 6.339,00 m2
3 Pekerjaan Dinding lapis Granit 510,93 m2

6
4 Pekerjaan Dinding ACP 1.688,00 m2
5 Pekerjaan dinding Lapis Timbel (Luar dalam) 720,00 m2
6 Pengecatan dinding Interior dinding 4.520,46 m2
7 Pekerjaan dinding Cat epoxy 888,00 m2
8 Pekerjaan Waterproffing Atap 1 Unit
D.
Pekerjaan Plafond/Celling
4.
Plafond Akustik t = 15 mm + Rangka Menti
1 8.006,25 m2
Crossti
2 Plafon Fin ACP + Rangka Galvalum 462,75 m2
3 Lis gipsum arsitektural 2.625,00 m2
4 Pengecatan interior plafond 11.187,00 m2
5 Pekerjaan Plafond Cat epoxy 560,00 m2
E Pekerjaan Pelengkap
1 Railing Tangga 1,00 Unit
2 Penyekat Urinoir 42,00 Unit
3 Canopy Teras IGD 56,98 m2
4 Canopy Teras Samping 200,00 m2
5 Pedestrian 323,31 m2
6 Ramp IGD 32,75 m2
7 Tangga Samping 14,42 m2
8 Ramp loading, unloading 12,57 m2
9 Pekerjaan Gedung Mortuary 1,00 Unit
10 Pekerjaan Rumah Genset dan pompa 1,00 Unit
11 Pekerjaan Instalasi Power Suply 1500 KVA 1,00 Unit
12 Logo Dan Plank Nama 1,00 Unit
F Pekerjaan Mecanical dan Electrical
F.1
Pekerjaan Mecanical dan Electrical Gedung
.
1 Pekerjaan Instalasi Listrik dan penerangan 1,00 Unit
2 Pekerjaan Instalasi Lift 8,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi AC dan Exhaust fan 1,00 Unit
4 Pekerjaan Instalasi Fire alarm 1,00 Unit
5 Pekerjaan Instalasi Tata Suara 1,00 Unit
Pekerjaan Instalasi Telepon dan outlet data
6 1,00 Unit
System
7 Pekerjaan Instalasi penangkal Petir 1,00 Unit
8 Pekerjan Instalasi air Limbah 1,00 Unit
9 Pekerjaan Instalasi air Bersih 1,00 Unit
F.2
Pekerjaan Mecanical dan Electrical Landscape
.
Pekerjaan Instalasi Listrik dan penerangan
1 1,00 Unit
Kompleks
2 Pekerjan Instalasi air Limbah kawasan 1,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi air Bersih taman 1,00 Unit

7
4 Pekerjaan Ground reservoar air bersih 1,00 Unit
5 Pekerjaan Tandon Air 1,00 Unit
Pekerjaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair
6 1,00 Unit
(IPAL)
Pekerjaan Instalasi pengolahan limbah padat
7 1,00 Unit
(Incenerator)
G Pekerjaan Landscape
1 Pekerjaan Jalan masuk dan area parkir 1,00 Unit
2 Pekerjaan Tata Taman 1,00 Unit
3 Pekerjaan Saluran drainase permukaan 1,00 Unit

2.2.2 Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx


Pembangunan Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx direncanakan dilengkapi dengan
berbagai fasilitas, seperti:
1. Fasilitas Pokok, terdiri dari :
a. Instalasi Rawat Darurat
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi Rawat Inap
d. Instalasi Bersalin
e. Instalasi Radiologi
f. Instalasi Laboratorium
g. Instalasi Intensif Care Unit
h. Instalasi Bedah Sentral
i. Instalasi Pemulasaran Jenasah
j. Instalasi Rehab Medic

2. Fasilitas Pendukung, terdiri dari :


a. Instalasi Farmasi
b. Instalasi Gizi
c. Instalasi Sterilisasi
d. Instalasi Hemodialisis

3. Fasilitas Penunjang, terdiri dari :


a. Instalasi Pemeliharaan Sarana (mesin-mesin, peralatan, dan lain-lain)
b. Instalasi Pengolahan Limbah dan Pemusnahan Sampah
8
c. Instalasi Air Bersih dan Air Limbah
d. Instalasi Listrik, Telepon / Fax, AC, Internet, dan lain-lain.
e. Instalasi Pemadam Kebakaran
f. Security Service
g. Lift service
h. Tangga Darurat
i. Ramp Pasien

4. Fasilitas Umum, terdiri dari :


a. Sarana Perparkiran
b. Cafetaria
c. Pelayanan ATM
d. Taman

Selain itu rumah sakit ini dilengkapi dengan layanan umum, antara lain
layanan Mobil Ambulance, layanan Medical Chek Up, layanan Visum and Repertum,
layanan KB Rumah Sakit dan layanan MOW (Medical Operatif Wanita).
Dalam usaha mendukung kegiatan utama, yaitu pelayanan jasa kesehatan dan
penyediaan jasa yang berhubungan dengan kesehatan pasien, maka Rumah Sakit
Xxxxx Kota Xxxxx memiliki kapasitas 233 tempat tidur serta berbagai fasilitas
pendukung seperti terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Sarana dan Prasarana Pendukung Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx
No. Fasilitas Rumah Sakit Xxxxx Keterangan
1 IGD, Ruang Bersalin, Ruang Operasi, Ruang Sterilisasi,
Hemodialisis, Klinik Rawat Jalan, Medical Record, ICU, Rehab
Medic, Laboratorium, Farmasi / Apotek, Ruang Dokter, Pusat
Lantai Satu
ATM, Gudang, Dapur Umum, Ruang Pemulasaran Jenasah,
IPAL, Incenerator, Rumah Pompa, Rumah Genset, Pos Satpam,
Parkiran Kendaraan.
2 Kantor, Cafetaria, Klinik, Ruang Sterilisasi, ICU, Radiologi,
Ruang Dokter, Ruang Perawat, Ruang Rawat Inap, Ruang Cuci Lantai Dua
dan strika.
3 Gudang, Pantry, Ruang Perawat, Ruang Dokter, Ruang Isolasi,
Lantai Tiga
Ruang Rawat Inap.
4 Ruang Mesin Lift, Ruang ME, Ruang Kompresor AC, Ruang
Atap
Tandon Air.

9
Tabel 3. Deskripsi layanan dan kapasitas fasilitas utama
Kapasitas
Jenis Pelayanan Jumlah Ruang
(orang)
Instalasi Rawat Darurat 1 20

Instalasi Rawat Jalan 15 30

Instalasi Rawat Inap (jumlah tempat tidur) 233 233

Instalasi Bersalin 1 15

Instalasi Radiologi (USG, MRI, Rontgen, Foto, CT Scan) 1 10

Instalasi Laboratorium 1 10

Instalasi Intensif Care Unit 1 12

Instalasi Bedah Sentral 1 1

Instalasi Pemulasaran Jenasah 1 5

Instalasi Rehab Medic 1 20

Tabel 4. Deskripsi layanan dan kapasitas fasilitas pendukung

Jenis Pelayanan Jumlah Ruang Kapasitas (orang)

Instalasi Farmasi 1 5

Instalasi Gizi 1 10

Instalasi Sterilisasi 1 10

Instalasi Hemodialisis 1 5

Aula kecil/Meeting Room 1 30

Restaurant/Cafeteria 1 50

Tabel 5. Deskripsi layanan dan kapasitas fasilitas penunjang


Jumlah Ruang
Jenis Pelayanan Kapasitas
/ Unit
Instalasi Pemeliharaan Sarana :
a. Genset 1 1400 KVA
b. Pompa Air 1 1 liter / detik
c. Bak Penampung Air Bersih 1 125 m3
d. Tandon Air 1 46 m3
Instalasi Pengolahan Limbah dan Pemusnahan Sampah :

10
a. IPAL 1 100 m3 / hari
b. Incenerator 1 80 kg / jam
Instalasi Listrik, Telepon / Fax, AC, Internet, dll :
a. Listrik 1 1500 KVA
b. Telepon / Fax 1 5 line
c. AC 1 2.152.000 BTU /Jam
d. Internet 1 wifi
Instalasi Pemadam Kebakaran 1 532 sprinkle
2 Hydrant umum
Security Service 1 20 orang
Lift service :
a. Lift Pasien 4 1 bed
b. Lift Umum 3 10 person
c. Lift Barang 1 400 kg
Tangga Darurat 2 -
Ramp Pasien 1 -

2.3 Garis Besar Usaha yang Menimbulkan Dampak


Secara garis besar komponen pembangunan rumah sakit xxxxx yang dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan dapat dibagi menjadi 4 (empat) tahapan
kegiatan, yaitu : tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi dan tahap pasca
operasi.
a. Tahap Pra Konstruksi
Pada tahap pra konstruksi kegiatan yang dilakukan yaitu survey, pengukuran lokasi,
sosialisasi kepada masyarakat Kota Xxxxx khususnya masyarakat di Kelurahan
Xxxxx. Kegiatan ini diperkirakan akan menimbulkan dampak berupa keresahan pada
masyarakat.
b. Tahap Konstruksi
1) Perekrutan tenaga kerja
Kebutuhan tenaga kerja menurut jenis dan posisi untuk proyek ini disajikan pada
tabel 6.
Tabel 6. Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi
No Posisi Jumlah (Orang) Spesifikasi
1 Manajer proyek 1 S-1
2 Site Manajer 1 S-1
3 Keuangan 2 S-1
4 Tenaga Administrasi 2 D-3
5 logistik 10 SMA/STM
6 Sopir 5 SMA/STM
7 Pelaksana 20 SMA/STM

11
8 Mandor 5 SMA/STM
9 Kepala Tukang 10 SMA/STM
10 Tukang 30 SMA/STM
11 Tenaga Buruh 100 SD, SMP, STM
12 Security 10 SMA
Jumlah Total 196 orang

Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk konstruksi berpotensi menimbulkan


dampak negatif berupa keresahan masyarakat, jika perekrutan tenaga kerja tidak
memprioritaskan tenaga kerja lokal.

2) Base camp
Pembagunan base camp berfungsi sebagai kantor pelaksana, P3K, penginapan
pekerja, bengkel perawatan dan perbaikan alat berat serta gudang penyimpanan
material, disamping itu dilengkapi dengan sarana MCK.
Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak adalah penumpukan material
konstruksi, kebisingan, lalu lintas pengangkutan material dan aktivitas para pekerja
yang bisa menimbulkan konflik dengan masyarakat setempat. Selain itu kegiatan
ini juga memberikan dampak positif berupa kesempatan usaha.
3) Penyiapan Lahan
Kegiatan penyiapan lahan meliputi kegiatan pembersihan dan pengupasan lahan,
pagar keliling lokasi pembangunan. Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak
berupa debu, kebisingan, hilangnya sejumlah vegetasi dan fauna lokal, dan
gangguan terhadap lalu lintas.
4) Pekerjaan Konstruksi
Uraian pekerjaan konstruksi disajikan secara lengkap dalam tabel 7.
Tabel 7. Uraian pekerjaan konstruksi
Satuan
No Uraian Rencana Kegiatan Volume
Kegiatan
A Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi de Mobilisasi 1,00 Unit
2 Pembersihan Lapangan 9.750,00 m2
3 Uitzet & Bouwplank 540,00 m2
4 Pagar Pengaman Keliling 300,00 m
5 Direksi keet 60,00 m2
6 Air & Listrik Kerja 1,00 Unit

12
7 Papan nama Proyek (120 x240) cm 1,00 Unit
B Pekerjaan Tanah
1 Galian pematangan lahan 37,25 m3
2 Galian tanah pondasi struktur 1.502,79 m3
Urugan dan pemadatan tanah 18.372,5
3 m3
peninggian elevasi gedung 3
4 Urugan pasir 609,29 m3
C Pekerjaan Struktur
C. Pekerjaan Beton Sub Struktur
1
1 Lantai kerja Pondasi 239,20 m3
2 Pondasi Footplat 422,76 m3
3 Pondasi bored pile 273,00 m3
4 Pile cup 256,77 m3
C. Pekerjaan Beton Upper struktur
2
1 Beton Bertulang Ground Floor 420,42 m3
2 Beton Bertulang 2nd Floor 883,88 m3
3 Beton Bertulang 3rd Floor 874,11 m3
4 Beton Bertulang Roof Floor 839,59 m3
5 Beton Bertulang Tangga 1,00 Unit
6 Beton Bertulang Tangga Darurat 2,00 Unit
D Pekerjaan Arsitektural
D. Pekerjaan Pasangan dan 12.014,5
m2
1 Plesteran 9
Plesteran dan Acian 19.370,9
1 m2
3
D. Pekerjaan Pintu dan jendela dan
2 Partisi
1 Pekerjaan Pintu dan jendela 411,00 Bh
2 Pekerjaan Partisi 350,00 m2
D. Pekerjaan Finishing Lantai Dan
3. Dinding
1 Pekerjaan lantai Marmer 9.417,60 m3
2 Pekerjaan lantai dan dinding Keramik 6.339,00 m2
3 Pekerjaan Dinding lapis Granit 510,93 m2
4 Pekerjaan Dinding ACP 1.688,00 m2
Pekerjaan dinding Lapis Timbel (Luar
5 720,00 m2
dalam)
6 Pengecatan dinding Interior dinding 4.520,46 m2
7 Pekerjaan dinding Cat epoxy 888,00 m2
8 Pekerjaan Waterproffing Atap 1 Unit
D. Pekerjaan Plafond/Celling
4.
Plafond Akustik t = 15 mm + Rangka
1 8.006,25 m2
Menti Crossti
2 Plafon Fin ACP + Rangka Galvalum 462,75 m2

13
3 Lis gipsum arsitektural 2.625,00 m2
Pengecatan interior plafond 11.187,0
4 m2
0
5 Pekerjaan Plafond Cat epoxy 560,00 m2
E Pekerjaan Pelengkap
1 Railing Tangga 1,00 Unit
2 Penyekat Urinoir 42,00 Unit
3 Canopy Teras IGD 56,98 m2
4 Canopy Teras Samping 200,00 m2
5 Pedestrian 323,31 m2
6 Ramp IGD 32,75 m2
7 Tangga Samping 14,42 m2
8 Ramp loading, unloading 12,57 m2
9 Pekerjaan Gedung Mortuary 1,00 Unit
10 Pekerjaan Rumah Genset dan pompa 1,00 Unit
Pekerjaan Instalasi Power Suply 1500
11 1,00 Unit
KVA
12 Logo Dan Plank Nama 1,00 Unit
F Pekerjaan Mecanical dan
Electrical
F.1 Pekerjaan Mecanical dan
. Electrical Gedung
Pekerjaan Instalasi Listrik dan
1 1,00 Unit
penerangan
2 Pekerjaan Instalasi Lift 8,00 Unit
Pekerjaan Instalasi AC dan Exhaust
3 1,00 Unit
fan
4 Pekerjaan Instalasi Fire alarm 1,00 Unit
5 Pekerjaan Instalasi Tata Suara 1,00 Unit
Pekerjaan Instalasi Telepon dan outlet
6 1,00 Unit
data System
7 Pekerjaan Instalasi penangkal Petir 1,00 Unit
8 Pekerjan Instalasi air Limbah 1,00 Unit
9 Pekerjaan Instalasi air Bersih 1,00 Unit
F.2 Pekerjaan Mekanikal dan
. Electrical Landscape
Pekerjaan Instalasi Listrik dan
1 1,00 Unit
penerangan Kompleks
2 Pekerjan Instalasi air Limbah kawasan 1,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi air Bersih taman 1,00 Unit
4 Pekerjaan Ground reservoar air bersih 1,00 Unit
5 Pekerjaan Tandon Air 1,00 Unit
Pekerjaan instalasi pengolahan limbah
6 1,00 Unit
cair (IPAL)
Pekerjaan Instalasi pengolahan limbah
7 1,00 Unit
padat (Incenerator)
G Pekerjaan Landscape

14
1 Pekerjaan Jalan masuk dan area parkir 1,00 Unit
2 Pekerjaan Tata Taman 1,00 Unit
Pekerjaan Saluran drainase
3 1,00 Unit
permukaan

Kegiatan tersebut di atas akan menimbulkan dampak berupa kebisingan, debu,


peningkatan emisi gas buangan, sedimentasi, peningkatan aliran permukaan.
Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak adalah penumpukan material
konstruksi, kebisingan, lalu lintas pengangkutan material dan aktivitas para pekerja
yang bisa menimbulkan konflik sosial dengan masyarakat setempat. Selain itu
kegiatan ini juga memberikan dampak positif berupa lapangan kerja dan
kesempatan berusaha.
5) Tahap Operasi Rumah Sakit
a. Perekrutan tenaga kerja operasi
Tenaga kerja yang mendukung kegiatan operasional rumah sakit
diperkirakan 200 karyawan baik medis maupun non medis, dengan rincian
sebagai berikut :
1) Direktur Utama : 1 orang
2) Wakil Direktur Bidang Keuangan dan Administrasi : 1 orang
3) Wakil Direktur Bidang Pelayanan Kesehatan : 1 orang
4) Wakil Direktur Bidang Rawat Inap : 1 orang
5) Dokter Ahli/Spesialis : 9 orang
6) Dokter Umum : 11 orang
7) Front Office : 20 orang
8) Perawat : 46 orang
9) Bidan : 15 orang
10) Tenaga Adminitrasi Rumah Sakit : 50 orang
11) Pantry dan Restaurant : 10 orang
12) Laundry + Engineering : 15 orang
13) Satpam : 20 orang

Kegiatan perekrutan ini dapat menimbulkan dampak positif maupun


negatif terhadap masyarakat lokal. Dampak positif berupa terbukanya

15
kesempatan kerja baru. Dampak negatif yang mungkin terjadi bahwa
kesempatan kerja yang ditawarkan dengan spesifikasi tertentu beresiko
terhadap tenaga kerja lokal yang tidak tersedia sesuai kebutuhan berupa
keresahan, kecemburuan dan bisa menimbulkan konflik sosial.
b. Pengoperasian rumah sakit, meliputi :
1) Instalasi Rawat Jalan
Fasilitas yang digunakan sebagai tempat konsultasi, penyelidikan,
pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang masing-
masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat
untuk penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan.
Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan
cair serta sampah non medis.
2) Instalasi Gawat Darurat.
Fasilitas yang melayani pasien yang berada dalam keadaan gawat dan
terancam nyawanya yang membutuhkan pertolongan secepatnya. Kegiatan
ini menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta
sampah non medis, juga peningkatan kebisingan.
3) Instalasi Rawat Inap.
Fasilitas yang digunakan merawat pasien yang harus di rawat lebih dari 24
jam (pasien menginap di rumah sakit). Kegiatan ini menimbulkan dampak
peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah non medis.
4) Instalasi Perawatan Intensif (Intensive Care Unit = ICU).
Fasilitas untuk merawat pasien yang dalam keadaan sakit berat sesudah
operasi berat atau bukan karena operasi berat yang memerlukan
pemantauan secara intensif dan tindakan segera. Kegiatan ini menimbulkan
dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah non medis.
5) Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
Fasilitas menyelenggarakan kegiatan persalinan, perinatal, nifas dan
gangguan kesehatan reproduksi. Kegiatan ini menimbulkan dampak
peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah non medis.
6) Instalasi Bedah.

16
Suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan/operasi secara elektif maupun akurat,
yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta
sampah non medis.
7) Instalasi Farmasi.
Fasilitas untuk penyediaan dan membuat obat racikan, penyediaan obat
paten serta memberikan informasi dan konsultasi perihal obat. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta
sampah non medis.
8) Instalasi Radiodiagnostik dan Radioterapi.
Fasilitas untuk melakukan pemeriksaan terhadap pasien dengan
menggunakan energi radioaktif seperti sinar gamma, berkas elektron, foton,
proton dan neutron dalam proses diagnosis dan pengobatan penyakit.
Kegiatan ini menimbulkan dampak berupa peningkatan sampah medis, non
medis dan limbah radioaktif. Karena alasan adanya radiasi bahan radioaktif,
maka desain ruangan untuk instalasi tersebut dirancang secara khusus
sesuai dengan standar yang berlaku sebagaimana yang ada dalam gambar
rencana.
9) Unit Hemodialisa
Fasilitas ini digunakan sebagai tempat pasien melakukan cuci darah.
Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan
cair serta sampah non medis.
10) Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD/ Central Supply Sterilization
Departement)
Instalasi Sterilisasi Pusat (Central Sterile Supply Department = CSSD).
Fasilitas untuk mensterilkan instrumen, linen, bahan perbekalan. Kegiatan
ini menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta
sampah non medis.

17
11) Instalasi Laboratorium.
Fasilitas kerja khususnya untuk melakukan pemeriksaan dan penyelidikan
ilmiah (misalnya fisika, kimia, higiene, dan sebagainya). Kegiatan ini
berdampak pada peningkatan sampah medis maupun non medis, gas
buangan dan kebauan.
12) Instalasi Rehabilitasi Medik.
Fasilitas pelayanan untuk memberikan tingkat pengembalian fungsi tubuh
dan mental pasien setinggi mungkin sesudah kehilangan / berkurangnya
fungsi tersebut. Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan sampah
medis padat dan cair serta sampah non medis.
13) Bagian Administrasi dan Manajemen
Suatu unit dalam rumah sakit yang merupakan tempat melaksanakan
kegiatan administrasi pengelolaan/manajemen rumah sakit serta tempat
melaksanakan kegiatan merekam dan menyimpan berkas-berkas jati diri,
riwayat penyakit, hasil pemeriksaan dan pengobatan pasien yang
diterapkan secara terpusat/sentral. Kegiatan ini berdampak pada
peningkatan sampah non medis.
14) Instalasi Pemulasaran Jenazah dan Forensik.
Fasilitas untuk meletakkan/menyimpan sementara jenazah sebelum diambil
oleh keluarganya, memandikan jenazah, pemulasaraan dan pelayanan
forensik. Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan sampah medis
padat dan cair serta sampah non medis.
15) Instalasi Gizi/Dapur.
Fasilitas melakukan proses penanganan makanan dan minuman meliputi
kegiatan pengadaan bahan mentah, penyimpanan, pengolahan, dan
penyajian makanan-minuman. Kegiatan ini berdampak pada peningkatan
sampah medis maupun non medis, gas buangan dan kebauan, limbah padat
dan cair.

16) Instalasi Cuci (Laundry).

18
Fasilitas untuk melakukan pencucian linen rumah sakit. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta
sampah non medis.
17) Bengkel Mekanikal dan Elektrikal (Workshop)
Fasilitas untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan ringan terhadap
komponen-komponen sarana, prasarana dan peralatan medik. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah non medis padat dan cair serta
kebisingan.
18) Instalasi Air Bersih
Angka kebutuhan air bersih Rumah Sakit Xxxxx diprediksi berdasarkan
standar kebutuhan air bersih masyarakat perkotaan sesuai ketentuan DirJen
Cipta Karya (200 ltr/org/hr untuk pasien rumah sakit), karyawan dan
pengunjung 30 ltr/org/hr, dan rata-rata tingkat hunian rumah sakit dalam
wilayah Kota Xxxxx tahun 2012. Perhitungan kebutuhan air bersih untuk
Rumah Sakit Xxxxx dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih untuk Rumah Sakit
Jumlah
Fasilitas / Pemakaian
No. Jenis Layanan Orang Kebubutuhan
Peralatan Air (ltr/hr)
Air (ltr/hr)
1. Pasien Rawat Inap 233 - 200 46.600,00
2. Tenaga Kerja Rumah Sakit 200 - 30 6.000,00
3. Non Rawat Inap (lain-lain) 90 - 30 2.700,00
4. Pengunjung (Non Pasien) 466 - 30 13.980,00
Jumlah 68.680,00
Kebutuhan air untuk perawatan gedung = 20% 13.736,00
Cadangan air untuk pemadam kebakaran = 5% 3.434,00
Cadangan Persediaan Air Bersih = 10% 6.868,00
Total Kebutuhan Air Bersih 92.718,00

Dari tabel diatas diperoleh total kebutuhan air bersih untuk aktivitas
harian Rumah Sakit Xxxxx sebesar 92.718,00 liter/hari atau 92,72 m3/hari
atau 3, 863 m3/jam. Sesuai dengan kebutuhan akan air bersih di atas, akan
dibangun reservoar bawah yang mampu menampung air sebesar 125 m3
dan reservoar atas dengan daya tampung sebesar 20 m3.
Dampak yang mungkin ditimbulkan dari pemanfaatan air bersih
berupa limbah cair.
19) Instalasi Pengelolaan Air Limbah

19
Dari jumlah pemanfaatan air bersih di atas diperkirakan 80% dari 92.72
m3/hr, maka akan terbuang sebagai air limbah, sehingga debit (Q) air
limbah atau limbah cair yang dihasilkan dalam satu hari = 74,176,00 m 3/hr
atau 74,2 m3/hr atau 3,1 m3/jam. Untuk mengelola air limbah cair tersebut
diperlukan unit pengelolaan limbah cair dengan kapasitas sebesar 100
m3/hr, dengan teknologi sistem biofilter aerob dan anaerob, seperti dalam
gambar rencana. Kegiatan ini menimbulkan dampak negatif berupa limbah
padat. Sedangkan limbah cair yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan penyiraman taman dan kolam, juga dapat dipakai sebagai
cadangan untuk pemadam kebakaran.
20) Instalasi Pengelolaan Limbah Padat
Menurut SNI 3242 tahun 2008 tentang limbah padat/sampah untuk
pemukiman kota menunjukan bahwa rata-rata limbah padat per hari sebesar
5 ltr/org/hr atau sebesar 2,5 kg /hari. Berdasarkan standar tersebut, untuk
limbah padat rumah sakit diperkirakan 3 ltr/org/hr untuk sampah medis dan
2,5 ltr/org/hr untuk limbah non medis. Dengan demikian jumlah sampah
medis yang dihasilkan sebesar =356 x 3 ltr/org/hr = 1.095 ltr/hr atau =
1,095 m3/hr (dihasilkan oleh fasilitas pelayanan medis). Sedangkan untuk
sampah non medis sebesar 343 x 2,5 ltr/org/hr = 857,5 ltr/hr atau = 0,8575
m3/hr (dihasilkan oleh fasilitas pelayanan non medis).
Untuk mengelola limbah padat medis tersebut di atas telah disiapkan 1 unit
incenerator medis tipe Maxpell dengan kapasitas 80 kg sampah / jam.
Sedangkan limbah padat non medis pengelolaannya bekerja sama dengan
Dinas Kebersihan Kota Xxxxx.
Dampak dari kegiatan pengelolaan limbah padat medis maupun non medis
berupa kebauan, polusi udara, gas buangan dari hasil pembakaran.
21) Tahap Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
Pemeliharaan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang usia
layanan, meliputi pemeliharaan unit medis, non medis, sanitasi dan fasilitas
penunjang. Kegiatan ini menimbulkan dampak polusi udara, kebisingan,
kebauan, limbah cair dan limbah padat.

20
22) Power Suply
Agar dapat beroperasi secara maksimal, Rumah Sakit Xxxxx
membutuhkan suplay arus listrik dari PT PLN sebesar 1400 KVA. Untuk
menjaga kesinambungan operasi rumah sakit saat terjadi pemadaman
bergilir yang dilakukan PT PLN Persero Cabang Xxxxx maka disediakan 1
unit Genset Silent Type (sound proof) dengan daya terpasang 1400 KVA.
Dampak yang timbul dari instalasi dan operasinya berupa kebisingan,
polusi, ceceran oli, dan lain-lain.
23) Pemadam Kebakaran
Untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran, maka disediakan sarana
pemadam kebakaran berupa tabung gas untuk ruangan, 2 (dua) unit
hydrant di luar ruangan serta dilengkapi dengan sistem deteksi kebakaran
dalam gedung. Dampak yang timbul dari kegiatan ini adanya kebutuhan
tambahan tenaga kerja dengan keahlian khusus dan terhindar bahaya
kebakaran pada gedung rumah sakit.
6) Tahap Pasca Operasi
Potensi dampak lingkungan terkait pengalihan fungsi lahan dan pemutusan
hubungan kerja.

BAB III
KONDISI UMUM RONA LINGKUNGAN AWAL

3.1 Aspek Fisik

3.1.1 Letak, Luas dan Batas Wilayah Lokasi Usaha


Rumah Sakit Xxxxx berlokasi di Kelurahan Xxxxx RT: 17 RW: 05 Kecamatan
Xxxxxxx Kota Xxxxx dengan batas-batas lokasi usaha dengan koordinat sebagai berikut :
Tabel 9. Batas-Batas Lokasi Usaha Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx

21
Titi Koordinat ( 0 )
Keterangan
k X Y
I 100 09 36,94 S 1230 36 40,98 E Selatan Lokasi
II 100 09 36,16 S 1230 36 42,83 E Selatan Lokasi
III 100 09 32,32 S 1230 36 41,05 E Utara Lokasi
IV 100 09 33,21 S 1230 36 39,27 E Utara Lokasi

Secara geografis Kota Xxxxx memiliki luas wilayah sebesar 180,27 Km 2 atau 18.027 Ha.
Batas wilayah Kota Xxxxx diapit oleh wilayah Kabupaten Xxxxx dan Laut Teluk Xxxxx
yaitu pada Sebelah Utara, berbatasan dengan teluk Xxxxx, Sebelah Selatan, berbatasan
dengan Kecamatan Xxxxx Barat, Kabupaten Xxxxx, Sebelah Timur, berbatasan dengan
kecamatan Xxxxx Tengah, Kabupaten Xxxxx, Sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan
Xxxxx Barat, Kabupaten Xxxxx. Batas wilayah administrasi Kota Xxxxx dapat dilihat pada
gambar 1.

22
Gambar 1. Peta Wilayah Administrasi Kota Xxxxx

3.1.2 Topografi
Kondisi Kota Xxxxx secara geografis dapat dijelaskan, terletak pada dataran pantai pulau
Timor dengan topografi bergelombang dari arah timur ke barat dengan memiliki kemiringan
10 % dan memiliki ketinggian tertinggi berkisar antara 150-300 m dan daerah terendah
berkisar antara 0-50 m dari permukaan laut.

23
Gambar 2. Peta Topografi Lokasi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx
3.1.3 Struktur Geologi Kota Xxxxx
Hampir seluruh Kota Xxxxx berada di atas bentang alam kars yang berpuncak
hampir datar, punggungan batu gamping mirip morfologi plato, yang memanjang dengan
arah utara-selatan. Di antara punggungan tersebut dibatasi oleh lembah sungai yang
landai-agak terjal.

Di sebelah barat Kota Xxxxx, seperti daerah antara Tenau dan Bolok, punggungan
tersebut mempunyai perbedaan ketinggian (elevasi) yang cukup besar dengan dataran
pantai di sebelah utaranya, dan di samping itu dibatasi oleh tebing yang agak terjal
hingga terjal. Sementara itu Praptisih (1996), mengemukakan bahwa batu gamping
terumbu koral di daerah Kota Xxxxx membentuk morfologi perbukitan memanjang
(hampir utara-selatan), seperti di daerah Tenau mempunyai ketinggian wilayah kira-kira
75 m dpl.

Pada bagian lereng dan lembah punggungan batu gamping di daerah Manulai-
Batuplat dan Kolhua, terdapat singkapan napal dan batu lempung (batuan yang berumur
lebih tua), diperkirakan karena daerah tersebut dilalui oleh sesar mendatar berarah utara-
selatan.

24
Perbukitan di dekat pelabuhan Tenau, morfologinya merupakan satu seri teras
yang terdiri dari tujuh teras dan satu teras modern yang mempunyai umur Plistosen
Akhir (Praptisih, 1996). Teras-teras tersebut lebarnya antara 30-100 m dengan tinggi
teras antara 2,8 - 72,5 m.

Proses pembentukan teras adalah indikasi dari pengangkatan maupun pengaruh


sesar (baratlaut-tenggara) yang ada di daerah Tenau yang erat kaitannya dengan
dinamika tektonik.

Pedataran aluvium (pantai dan sungai), dari sebelah utara Kota Xxxxx meluas ke
arah timur hingga aliran sungai Matahitu dan Tilong, diperkirakan merupakan daerah
depresi akibat dari pengaruh sesar mendatar (dextral), yang arahnya hampir barat-timur.

Berdasarkan pengamatan terhadap sebaran jalur sesar, berturut-turut dari barat ke


timur, arahnya timurlaut-baratdaya, baratlaut- tenggara, hampir utara-selatan, dan di
bagian timur terdapat sesar yang arahnya baratlaut-tenggara. Jalur-jalur sesar tersebut
hampir melingkar dan menggambarkan bentuk konsentrik, yang mengindikasi suatu
bentuk cekungan, mencakup daerah Bakunase, Naikolan dan Sikumana (Kecamatan
Xxxxxxx dan Maulafa). Di daerah tersebut dijumpai endapan lempung hitam, ciri khas
endapan danau, sehingga merupakan cekungan dari dolina/kompleks dolina atau telaga.

Di bagian barat daerah cekungan, dari Kota Xxxxx ke arah selatan melalui
Manulai, terdapat jalur sesar mendatar (sinistral) yang berarah hampir utara-selatan.
Jalur sesar tersebut membentuk pematang bukit dan diperkirakan merupakan batas dari
cekungan tersebut menyebabkan tersingkapnya napal dan batu lempung ke permukaan.
Akibatnya lebuh jauh adalah daerah tersebut mudah terjadi erosi dan gerakan tanah yang
intensif.

Dari kenampakan di lapangan, semakin ke arah timur, wilayah Kecamatan Kelapa


Lima, batu gamping telah mengalami pelapukan cukup lanjut, sehingga tertutup oleh
tanah pelapukan (terarosa) yang tebal, dan di banyak tempat pada lembah terdapat bahan
rombakan maupun sisa erosi.

3.1.4 Kondisi Geoteknik Lokasi Rencana Pembangunan

25
Penyebaran batuan di daerah telitian (coverage area rencana Rumah Sakit Xxxxx)
merupakan endapan batuan sediment berapa berupa batu gamping dengan sisipan napal,
breksi dan lanau, tufa yang berselingan dengan batugamping pasiran. Tufa berselingan
dengan batu gamping berwarna putih , berbutir halus, keras, menyudut sampai menyudut
tanggungm serta Napal berwarna kecoklatan, berbutir halus, padat.

3.1.5. Kondisi Geoteknik dan Mekanika Tanah.


Untuk mengetahui kondisi geoteknik lapisan tanah (sub soil) di lokasi rencana
dilakukan dengan pengeboran inti (core drill), pengujian penetrasistatis pada beberapa
titik di lokasi rencana. Disamping itu dilakukan juga pengambilan beberapa contoh
tanah untuk diuji di laboratorium Tanah Politeknik Undana Xxxxx.
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah, diketahui lapisan tanah di lokasi rencana
Pembangunan Rumah Sakit Xxxxx dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian lapisan yang
secara fisik nampak adanya perbedaan.
Lapisan pertama terdiri dari top soil, dengan campuran lanau kelempungan abu-
abu pekat mengandung fargmengamping coral, serta bahan sisa pelapukan tumbuh-
tumbuhan (organic soft soil). Konsistensi dari adanya unsur organic soft soil, dan
sejumlah mineral lempung dalam tanah permukaan di lokasi tidak akan berpengaruh
terhadap karakteristik teknis tanah terhadap perubahan cuaca, ketebalan lapisan ini
bervariasi antara 0.0 m sampai 0,80 m.
Lapisan kedua terdiri dari batu gamping berwarna putih kompak dengan ketebalan
bervariasi antara 10.00 20.00 m.
Pada umumnya lapisan ini terbentuk pada jaman plitosenakhir sehingga
terkonsolidasi sangat baik.

3.1.6. Hasil Penyelidikan Tanah

a. Bor Log.

Penampang stratigrafi hasil penyelidikan tanah dengan menggunakan core drill


di sejumlah titik dalam kawasan rencana diketahui relativ seragam sampai pada

26
kedalaman 10.00 m, dengan nilai N-SPT berkisar antara 50 58. seperti pada
lampiran hasil Soil investigation Report.

b. Hasil Penyelidikan Laboratorium

Dari hasil penyelidikan laboratorium terhadap sejumlah sampel yang di ambil dari
lokasi rencana diketahui secara teknis kondisi tanah/batuan di lokasi rencana sangat
kompak dan mampu mendukung mendukung beban konstruksi multi storeys, hal ini
terlihat dari nilai daya dukung tanah yang di peroleh, yakni berkisar antara 17.00
kg/cm2 sampai 25.00 kg/cm2. seperti pada lampiran hasil Soil investigation
Report.

3.1.7. Kegempaan di Kota Xxxxx

Keberadaan struktur geologi Kota Xxxxx tidak dapat dipisahkan dengan proses
tektonik yang sedang berlangsung. Indikasinya adalah batuan yang terlipat, sesar
mendatar, sesar normal, dan sesar naik, (Rosidi, dan Tjokrosapoetro, 1979). Diduga
keberadaan punggungan yang berpuncak hampir datar tersebut merupakan sumbu
lipatan maupun jalur sesar.

Jalur sesar tersebut memanjang dari wilayah sebelah timur (di luar Kota Xxxxx)
hingga Tanjung Oesapa dan daerah pantai Kota Xxxxx. Wilayah ini akan semakin tidak
stabil, terlebih lagi apabila sesar mendatar (dextral) tersebut merupakan sesar aktif yang
memungkinkan terakumulasinya pusat gempa. Seperti halnya kejadian gempa bumi
tahun 1976 dan 1978, teridentifikasi adanya retakan di permukaan akibat dari
pengangkatan dan penurunan tegak di wilayah tersebut (Rosidi, dan Tjokrosapoetro,
1979). Maka pertimbangan konstruksi tahan gempa untuk pekerjaan ini sangat berkaitan
dengan aktivitas gempa bumi yang harus dipertimbangkan secara serius.

27
28
Gambar 3. Posisi titik-titik penyelidikan tanah di lokasi Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx

Gambar 4. Grafik Stratigrafi hasil Core drill (deep boring) Geoteknik di Lokasi Rumah Sakit Xxxxx

29
Tabel 10. Summary test result soil properties Tanah dari lokasi Rumah Sakit Xxxxx Kota
Xxxxx (Lab Politeknik Undana, 2012)

30
31
Gambar 5. Struktur Geologi Lingkungan Kota Xxxxx dalam satuan batuan
3.1.8. Sistem Keamanan Kebakaran Pada Gedung Rumah Sakit Xxxxx Xxxxx.
Sistem keamanan kebakaran pada gedung adalah suatu cara yang digunakan untuk
dapat mencegah dan menanggulangi masalah kritis bila terjadi kebakaran pada gedung
Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx.
Jenis-Jenis sistem keamanan gedung yang digunakan untuk menanggulangi
terjadinya kebakaran pada bangunan gedung Rumah Sakit Xxxxx sebagai berikut :
1. Unit Tabung Pemadam Kebakaran
Unit tabung pemadam kebakaran adalah unit pemadam kebakaran yang
terbuat dari tabung kecil yang terisi dengan gas dan digunakan untuk kebakaran-
kebakaran kecil yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Tabung pemadam kebakaran
di letakkan pada tempat yang mudah terlihat dan mudah dicapai.
2. Fire Hydrant (hidran pemadam kebakaran)
Fire hydrant adalah alat pemadam kebakaran, dimana pada hydrant terdapat
selang hydrant yang panjangnya 30 meter dengan tekanan air sejauh 5 meter.
Hydrant dikategorikan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu hydrant gedung, hydrant halaman
dan hydrant kota.
Berdasarkan nama hydrant, maka hydrant gedung adalah hydrant yang
perletakannya di dalam gedung. Hydrant halaman adalah hydrant yang
perletakannya di halaman suatu lokasi gedung. Dan hydrant perkotaan adalah
hydrant yang hampir sama dengan hydrant halaman namun hydrant kota memiliki
dua sampai tiga selang kebakaran. Dan juga perletakannya berada di titik-titik
tertentu perkotaan yang memungkinkan unit pemadam kebakaran suatu kota
mengambil cadangan air.
Komponen hydrant kebakaran terdiri dari sumber air, pompa-pompa
kebakaran, selang kebakaran, penyambung dan perlengkapan lainnya.
Untuk perhitungan jumlah dan kebutuhan air pada hydrant dapat pula
dinyatakan dengan rumus :
a. Jumlah hydrant
Hydrant bangunan : 1 unit / 800 m2
Dimana :

32
L bangunan = Luas bangunan dalam satuan m2.
b. Kebutuhan air pada sebuah hydrant bangunan gedung
1 unit hydrant : 400 liter/menit
Kebutuhan air = hydrant x 400 liter/menit

Untuk hydrant kebakaran, diperlukan persyaratan teknis sesuai ketentuan


sebagai berikut :
1. Sumber persediaan air untuk hydrant harus di perhitungkan untuk pemakaian
selama 30 menit.
2. Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran
listrik tersendiri dan memiliki sumber daya listrik darurat.
3. Selang kebakaran dengan diameter minimum 1,5 inci (3,8 cm) harus terbuat
dari bahan yang tahan panas, dengan panjang maksimum 30 meter.
4. Harus di sediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling dari
Barisan/Unit pemadam kebakaran.
5. Semua peralatan hydrant harus dicat dengan warna merah.

Adapun pemasangan hydrant kebakaran juga memperhatikan hal-hal


sebagai berikut :
1. Pipa pemancar sudah harus terpasang pada selang kebakaran
2. Hydrant bangunan yang menggunakan pipa tegak (riser) ukuran 6 inci (15
cm) harus dilengkapi dengan kopling outlet dengan diameter 2,5 inci yang
bentuk dan ukurnnya sama dengan kopling dari barisan/unit pemadam
kebakaran dan ditempatkan pada tempat yang mudah dicapai oleh petugas
pemadam kebakaran.
3. Hydrant halaman harus di sambungkan dengan pipa induk dengan ukuran
diameter minimum 6 inci (15 cm) dan mampu mengalirkan air 1000
liter/menit. Maksimal jarak antara hydrant adalah 200 meter dan penempatan
hydrant harus mudah dicapai oleh mobil pemadam kebakaran.

3. Sprinkler

33
Spinkler adalah suatu alat semacam nozzle (penyemprot) yang dapat
memancarkan air secara pengabutan (Fog) dan bekerja secara otomatis. Sprinkler
juga merupakan sistem keamanan kebakaran yang digunakan di gedung untuk
memberikan peringatan dini pada penghuni atau pengujung gedung tersebut saat
terjadi kebakaran, meskipun tidak digunakan terus menerus namun alat ini berfungsi
sebagai pemberi tanda agar agar barisan pemadam kebakaran dapat segerah
menanggulangi kebakaran yang terjadi.
Ada beberapa jenis sprinkler, diantaranya yang sering digunakan adalah
sprinkler tabung dan sprinkler segel. Perletakan sprinkler biasanya di pasang pada
plafon ruangan, di pasang juga pada ruangan-ruangan yang isinya mahal, sprinkler
juga bekerja jika ruangan mencapai suhu panas tertentu, dengan thermostat
sprinkler akan membuka dan menyemprotkan air.
Untuk perhitungan jumlah dan kebutuhan air pada sprinkler dapat dinyatakan
dengan rumus :
a. Jumlah sprinkler
Area 1 head : 25 m2
1 zone : 16 unit
b. Kebutuhan air
1 zone : 80 liter
Kebutuhan air = sprinkler x 80 liter.

Pada saat sprinkler bekerja maka, tekanan air dalam pipa akan menurun
dan sensor otomatis akan memberikan tanda bahaya (alarm) dan lokasi yang
terbakar akan terlihat pada panel pengembalian kebakaran. Meskipun sistem
sprinkler tidak perna aktif dalam jangka waktu yang cukup panjang, namun
sistem tersebut harus ada dalam keadan siap sehingga bila sewaktu-waktu
terjadi kebakaran tidak mengalami permasalahan.
c. Susunan pipa cabang sprinkler
1) Susunan cabang tunggal dengan kepala sprinkler dan pemasokan air di
tengah.

34
2) Susunan cabang tunggal dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di
ujung.
3) Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di
tengah.
4) Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di
ujung.

4. Sistem Deteksi dan Tanda Bahaya Kebakaran


Berdasarkan SNI 03-1736-2000 bangunan ini dilengkapi dengan sistem tanda
bahaya jika terjadi kebakaran yang panel induknya berada dalam ruang pengendali
kebakaran, sedangkan sub panelnya dipasang di setiap lantai berdekatan dengan
kotak hidran (lihat skema instalasi kebakaran). Pengoperasian tanda bahayanya
dapat dilakukan secara manual dengan cara memecahkan kaca tombol saklar tanda
kebakaran atau bekerja secara otomatis, dimana tanda bahaya kebakaran
dihubungkan dengan sistem detektor (detektor asap atau panas) atau sistem
Sprinkler.
5. Tangga Darurat
Pada bangunan ini dilengkapi dengan 2 (dua) tangga darurat di sisi kiri-kanan
gedung, yang berfungsi untuk mengevakuasi seluruh orang dalam gedung dengan
cepat pada saat terjadi kebakaran. Tangga kebakaran ini langsung berhubungan
dengan udara luar baik dari lantai dasar sampai atap gedung. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

35
Gambar 6. Skema sistem Hydrant Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx

3.2 Iklim dan Cuaca


Karakteristik iklim pada wilayah Kota Xxxxx, yaitu iklim kering yang dipengaruhi
oleh angin Monsoon dengan hujan pendek (rata-rata 3 bulan per tahun) sekitar bulan
November sampai Maret, dengan memiliki suhu udara berkisar antara 20,1 0C sampai
dengan 310C. Sedangkan bulan April sampai dengan awal Bulan November sebagai musim
kering dengan suhu udara relatif panas berkisar antara 29,10C sampai dengan 340C. Dan
suhu udara rata-rata kota xxxxx sekitar 26,980C.
Gambaran pola iklim dan curah hujan pada wilayah Kota Xxxxx seperti terlihat pada
table 11.

Tabel 11. Rata-Rata curah hujan kota Xxxxx menurut bulan dari tahun 2008 - 2011
Curah Hujan (mm)
No Bulan
2008 2009 2010 2011
1 Januari 564 554 598,3 509,2
2 Pebruari 1167 454 208,3 316,5
3 Maret 230 105 132,7 380,4
4 April 109 3 179 236,6
5 Mei 0 40 124 50,1

36
6 Juni 0 0 10 0
7 Juli 0 2 2 7,5
8 Agustus 0 0 34,1 0
9 September 0 0 27,6 0
10 Oktober 50 0 109,4 21,4
11 Nopember 589 205 33,1 104,5
12 Desember 1112 556 262,2 299,4
Sumber, Kota Xxxxx Dalam Angka Tahun 2011

Tabel 12. Rata-rata Temperatur Udara Kota Xxxxx menurut bulan, dari tahun 2008 - 2011
Temperatur Udara (oC)
No Bulan
2008 2009 2010 2011
1 Januari 27,4 27,4 26,9 26,5
2 Pebruari 26,9 26,3 27,9 26,7
3 Maret 26,7 26,4 27,5 26,3
4 April 27,2 26,9 27,6 26,3
5 Mei 27,4 27,0 27,6 26,1
6 Juni 26,2 25,3 26,7 24,2
7 Juli 25,3 24,3 26,6 25,5
8 Agustus 25,7 25,3 26,6 25,6
9 September 26,7 26,7 28,2 26,9
10 October 28,5 29,6 28,5 29,4
11 Nopember 28,9 29,2 29,0 28,7
12 Desember 28,0 26,9 27,3 27,3
Sumber, Kota Xxxxx Dalam Angka Tahun 2011

Tabel 13. Persentase Penyinaran Matahari Kota Xxxxx menurut Bulan, Tahun 2008 2011
Persentase Penyinaran Matahari
No Bulan
2008 2009 2010 2011
1 Januari 47 51 54 29
2 Pebruari 24 35 73 57
3 Maret 42 73 79 52
4 April 69 95 78 53
5 Mei 78 85 71 89
6 Juni 73 95 89 97
7 Juli 78 92 85 89
8 Agustus 78 91 92 98
9 September 77 98 82 99
10 Oktober 74 98 78 90
11 Nopember 60 81 86 89
12 Desember 36 70 44 60
Sumber, Kota Xxxxx Dalam Angka Tahun 2011

Tabel 14. Rata-rata Kecepatan dan Arah Angin Kota Xxxxx Tahun 2008 - 2011
Arah dan Kecepatan Angin (knots)
No Bulan
2008 2009 2010 2011
1 Januari 4 Nw 6 Nw 4 Nw 4 Nw
2 Pebruari 6 Nw 6 Nw 3 Nw 4 Nw
3 Maret 6 Nw 4 Nw 2 Nw 2 Nw
4 April 4 E 6 Nw 3 Nw 4 Se

37
5 Mei 8 Se 8 Se 5 Se/e 3 Se
6 Juni 6 Se 8 Se 8 Se/e 6 Se
7 Juli 10 Se 10 Se 9 Se/e 8 Se
8 Agustus 10 Se 11 Se 8 Se/e 6 Se
9 September 8 Se 9 Se 7 Se/e 6 Se
10 October 8 E 10 Nw 6 Nw 9 Se
11 Nopember 6 Nw 7 Nw 3 Nw 5 Nw
12 Desember 7 Nw 8 Nw 3 Nw 8 Nw
Sumber, Kota Xxxxx Dalam Angka Tahun 2011

38
3.3 Rencana Struktur Kota Xxxxx
Berdasarkan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2003-2013, Kota
Xxxxx dibagi menjadi 7 (tujuh) Bagian Wilayah Kota (BWK) sebagai berikut:
1 BWK I : Kawasan Kota Lama, Pusat BWK ini berada di Kelurahan Xxxxxxx pada
persimpangan jalan Herewila dengan jalan Soeprapto.
2 BWK II: Kawasan Pemerintahan, Pusat BWK ini berada dalam kawasan
Kelurahan Oebufu yang didominasi oleh kegiatan pemerintahan dan direncanakan
sebagai Lokasi Pusat Kota yang baru,
3 BWK III: Kawasan Perdagangan, BWK ini terletak di kawasan Timur Kota Xxxxx
dan merupakan pintu gerbang Kota Xxxxx. Pusat BWK terletak di Kelurahan
Liliba.
4 BWK IV: Kawasan Pengembangan Industri dan Pelabuhan, Wilayah ini pusatnya
berada di kawasan Kelurahan Alak dan merupakan kawasan paling Barat Kota
Xxxxx. Dominasi kegiatan adalah industri (berat), Pelabuhan dan pergudangan.
5 BWK V: Kawasan Pengembangan Permukiman, Pusat BWK ini terletak di
kawasan Kelurahan Maulafa dan berfungsi sebagai kawasan pengembangan
permukiman.
6 BWK VI: Kawasan Pengembangan Kota Baru, BWK ini terletak di kawasan
Kelurahan Manulai dan Kelurahan Naioni dan merupakan BWK yang terletak di
bagian Selatan Kota Xxxxx.
7 BWK VII: Kawasan Pengembangan Kota Baru, BWK ini terletak berdampingan
dengan BWK VI dan terletak di Kelurahan Belo dan Kelurahan Fatukoa. (Sumber
Review RT RW Kota Xxxxx, 2005). Bagian wilayah Kota Xxxxx.

39
Gambar 7. Peta peruntukan penggunaan lahan Kota Xxxxx
3.4 Sumber Air Bersih
Pada saat ini sumber daya air yang umum dimanfaatkan untuk kebutuhan
pelayanan air bersih bagi kebutuhan Kota Xxxxx diambil dari sumber mata air yang

40
keluar pada beberapa wilayah, dialirkan dan ditampung pada reservoir dengan
ketinggian tertentu lalu didistribusikan secara gravitasi. Namun kenyataannya akhir-
akhir ini sumber-sumber air yang biasa dipakai untuk melayani penduduk Kota
Xxxxx mengalami penurunan debit yang besar antara 60% - 70% seperti mata air
baumata dari 75 ltr/dtk turun menjadi 18 20 ltr/dtk.

Tabel 15. Potensi Debit Air Permukaan Tersedia Untuk Kebutuhan Air Bersih Kota Xxxxx
No Sumber Air Mata Air Debit Musim Hujan Debit Musim Kemarau
1 M.a Oeba 261 40
2 M.a Dendeng 20,3 10
3 Kali Dendeng 890 50
4 M.a Oepura 118 25
5 M.a Kolhua 35,5 15
6 Kali Kolhua 50 7
7 M.a Haukoto 17,8 1
8 M.a Amnesi 120,5 20
9 M.a Air Sagu II 174,8 35
10 M.a Oefeu 0 0
11 Kali Sembunyi 317 15
12 M.a Oetona 4,22 4
13 M.a kali sembunyi 1,2 0
14 Kali Fatukoa 760 60
15 M.Air labat 323 20
16 M.a Kali Fatukoa 12,02 1
17 M.a Air Lobang 26,8 15
18 Air Sagu (PDAM) 150 30
19 Air Nona 110 10
Total Debit 3.355,01 235.00
Sumber: Laporan Masterplan air bersih Kota Xxxxx tahun 2006

Dengan menipisnya potensi sumber air yang ada, maka saat ini 90 % kebutuhan
air bersih Kota Xxxxx memanfaatkan potensi air tanah (Dinas Pertambangan dan
Energi Kota Xxxxx 2007) mengunakan sumur bor yang tersebar di beberapa cekungan
air tanah.
Cekungan air tanah di Kota Xxxxx dan sekitarnya menurut Laporan Akhir
Penelitian Potensi Pengembangan Pengelolan dan Zonasi Air tanah di Kota Xxxxx
(2007) dapat dibedakan menjadi 6 (enam) kelompok, yaitu Cekungan Air Tanah Bolok
Alak Tenau - Namosain, Cekungan Air Tanah Tabun - Sikumana - Bello, Cekungan
Air Tanah Oebufu -nXxxxxxx, Cekungan Air Tanah Pasir Panjang Liliba Oesapa -
Tarus, Cekungan Air Tanah Penfui dan Cekungan Air Tanah Baumata. Pada Cekungan
Air Tanah Bolok Alak - Tenau - Namosain, potensi air tanah yang dapat diambil dari
daerah cekungan ini adalah 2,9 x 106 m3/tahun.

41
Cekungan air tanah ini dapat dibedakan lagi menjadi sub cekungan Namosain
dengan potensi air tanah yang dapat diambil adalah 19 ltr/dtk dengan pemompaan
selama 24 jam non stop selama setahun, sub cekungan Tenau Alak dengan potensi air
tanah yang dapat diambil pada sub cekungan Alak - Tenau adalah 107.66 ltr/dtk dengan
pemompaan selama 24 jam non stop selama setahun, dan sub cekungan Bolok yang
berada dalam wilayah Kabupaten Xxxxx.
Berdasarkan data dari hasil penelitian potensi air tanah di Kota xxxxx tahun 2007,
terdapat sebanyak 3100 sumur gali, dan 74 sumur bor tersebar di sekitar Kota Xxxxx.
Beberapa data potensi air tanah yang ada di kota xxxxx yang dikelolah oleh
PDAM Kab Xxxxx dan UPTD Kota Xxxxx, seperti tabel dibawah ini.

Tabel 16. Data potensi air tanah tersedia di kota xxxxx yang di kelola oleh PDAM Kabupaten
dan UPTD Kota Xxxxx.
No. Pemilik/ Debit maks Debit pakai
Elevasi (m)
Sumur Pengelolah (ltr/dtk) (ltr/dtk)
12 PDAM Kab 67 31 15
3 PDAM Kab 171 30 10
11 PDAM Kab 76 30 15
34 PDAM Kab 76 20 15
4 UPTD Kota 171 30 10
29 UPTD Kota 27 30 6
63 UPTD Kota 188 26 7
33 UPTD Kota 72 25 7,5
9 UPTD Kota 61 16 6
19 UPTD Kota 46 15 5
24 PDAM 29 15 2,5
41 UPTD Kota 26 15 6
42 PDAM 60 15 10
44 PDAM 47 15 10
45 UPTD Kota 40 15 5
160 PDAM 60 15 10
1 PDAM 261 12 10
46 Rujab Walikota 37 10 2,5
46 UPTD Kota 32 10 7,5
48 UPTD Kota 60 10 6
49 PDAM 113 10 6
136 UPTD Kota 67 5 2,5
41 Bundaran PU 67 2,5 0
66 Belo 311 27 7
Sedangkan sumur bor lainnya merupakan milik perorangan maupun instansi yang
dimanfaatkan untuk kebutuhan sendiri.

3.4.1 Kondisi awal Air


Air bersih untuk kebutuhan Rumah Sakit Xxxxx direncanakan disuplai dari Air
Bor Oesapa dan Air Bor Xxxxxxx. Adapun alasan dan perkiraan akan kebutuhan air

42
dari kedua sumber air di atas, jika Rumah Sakit Xxxxx beroperasi maksimal adalah
sebagai berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk beberapa Hotel di Kota Xxxxx selama
ini, yakni Hotel Kristal, Hotel The Santosa, Restoran Nelayan dan Rumah Sakit
Mamami adalah bersumber dari Air Bor Oesapa, sedangkan Air Bor Xxxxxxx
dipilih sebagai sumber air untuk Rumah Sakit Xxxxx hanya karena letaknya
dekat. Karena itu, identifikasi kondisi awal kualitas air, terutama kualitas air
bersih yang direncakan untuk mensuplai kebutuhan Rumah Sakit, yakni Air Bor
Oesapa dan Air Bor Xxxxxxx.
b. Karena letak Rumah Sakit Xxxxx yang akan dibangun, yakni di lokasi Pameran
Xxxxx (Kota Xxxxx) yang secara topografis berada di ketinggian, sehingga
pilihan sumur pantau untuk memantau kegiatan Rumah sakit, yakni sumur yang
berada pada titik yang lebih rendah (dengan asumsi di titik tersebut sebagai
limpasan air bawah tanah), yakni pada sumur bor sebelah barat Inaboi.
Meskipun demikian, pemantauan terhadap kualitas air limbah Rumah sakit,
secara periodik akan dipantau pada Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).

Untuk kebutuhan konstruksi dan operasi rumah sakit, pihak pemrakarasa


memanfaatkan air tangki yang diambil dari sumur bor dalam wilayah kota Xxxxx.
Sedangkan sumur pantau adalah sumur bor Inaboi yang letaknya di sebelah barat
Hotel Inaboi Xxxxx. Adapun kondisi awal kualitas air seperti yang tercantum di
bawah ini :
Pemeriksaan Fisik Air :
a. Suhu air
Data pengukuran suhu air dari ketiga sampel air dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Hasil Pemeriksaan Suhu Air
Jenis Hasil Pemeriksaan Standar
No Nama Sampel
Pemeriksaan ( OC ) ( OC )

1 Suhu air Air Sumur Bor Oesapa 30,4 27

2 Suhu air Air Sumur Bor Xxxxxxx 30,7 27

3 Suhu Air Air Sumur Bor (Inaboi) 31,6 27

Sumber : Hasil analisis Lab Lingkungan BLHD Provinsi NTT , Tahun 2012.

43
Suhu air yang semakin tinggi menyebabkan sedikit oksigen yang terlarut di
dalamnya.

b. Tingkat keasaman /basa (pH)


Tabel 18. Hasil Pemeriksaan tingkat keasaman (pH) Air
Hasil Baku Mutu
No Jenis Pemeriksaan Nama Sampel Pemeriksaan pH Air.
pH

1 Tingkat Keasaman Air Bor Oesapa 7,0 69

Air Bor Xxxxxxx 69


2 Tingkat Keasaman 7,6

6-9
3 Tingkat Keasaman Air Bor Inaboi 7,2

Sumber : Data hasil analisis Lab. Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012

Nilai pH air sebagai sampel sebesar 7 dan 7,1 masih dalam ambang batas
baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 6 9 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001. Air dengan pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam
dan sebaliknya bila lebih tinggi akan bersifat basa.

c. Bau dan rasa air


Analisis dengan pendekatan sensorik terhadap bau dan rasa air menunjukkan
bahwa air tidak berbau, dan berasa tawar atau normal.
d. Total Suspended Solids (TSS) dan Kekeruhan.
Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solids atau TSS) adalah bahan-
bahan yang tersuspensi (diameter > 1 m) yang tertahan pada saringan
millipore dengan diameter pori 0,45 m. TSS terdiri dari lumpur dan pasir
halus serta jasad-jasad renik, terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah
atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Nilai TSS air dapat dilihat pada
tabel 19.

Tabel 19. Hasil Pemeriksaan TSS air.


Hasil
Jenis Standar
No Nama Sampel Pemeriksaan
Pemeriksaan (mg/liter)
(mg/liter)
1 TSS Air Bor Oesapa 1 Max. 50

44
2 TSS Air Bor Xxxxxxx 1 Max. 50
3 TSS Air Bor Inaboi 1 Max. 50
Sumber : Data hasil analisa Lab Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012.

Tingkat kekeruhan air yang terukur dapat dibaca pada tabel di tabel 20.
Tabel 20. Analisa Tingkat Kekeruhan Air
Hasil
Standar
No Jenis Pemeriksaan Nama Sampel Pemeriksaan
(NTU)
(NTU)
1 Tkt kekeruhan Air Bor Oesapa 4 Max. 25
2 Tingkat kekeruhan Air Bor Xxxxxxx 6 Max. 25
3 Tingkat kekeruhan Air Bor Inaboi 4 Max. 25
Sumber : Hasil Analisis Lab. Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012.

e. Kesadahan Total
Kesadahan merupakan jumlah ion Ca dan Mg yang bersenyawa dengan
karbonat yang terdapat di perairan. Kesadahan terbagi atas 2, yaitu kesadahan
sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara dapat dihilangkan
dengan jalan pendidihan sedangkan kesadahan tetap tidak dapat dihilangkan
dengan cara pedidihan. Karena lokasi kegiatan berdiri di atas tanah yang
terbentuk dari batuan khas yang kaya akan mineral seperti Ca dan Mg maka
variabel ini ditambahkan sebagai data pendukung yang dapat dijadikan sebagai
acuan dalam pemanfaatan air baku air minum yang bersumber dari air sumur
bor yang tersedia. Air baku air minum adalah air yang dapat diolah menjadi air
yang layak sebagai air minum dengan pengolahan secara tradisional melalui
cara filtrasi, disenfikasi dan dididihkan.

Tabel 21. Hasil pemeriksaan kesadahan total air


Hasil Pemeriksaan Standar
No Jenis Pemeriksaan Nama Sampel
(mg/l) (mg/l)
1 Kesadahan total Air Bor Oesapa 219 Max. 500
2 Kesadahan total Air Bor Xxxxxxx 268 Max. 500
3. Kesadahan Total. Air Bor Inaboi 234 Max. 500
Sumber : Data hasil analisis Lab. Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012

f. Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD)


Dari hasil analisa air sebagai data awal, BOD dan COD air masih dalam
ambang batas seperti terbaca pada tabel, artinya tingkatan pencemaran oleh
bahan organik dalam air masih dalam ambang kemampuan mikroorganisme
untuk mengurai.

45
Tabel 22. Hasil Pemeriksaan kadar BOD dan COD air.
Jenis Hasil Pemeriksaan Standar
No Nama Sampel
(mg/l) (mg/l)
Pemeriksaan
1 BOD Air Bor Oesapa 0,8 Max 2
Air Bor
2 BOD 0,8 Max 2
Xxxxxxx
3 BOD Air Bor Inaboi 1,61 Max 2
4 COD Air Bor Inaboi 5,166 Max 10
Sumber : Data hasil analisa Lab Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012

g. Komponen Bakteriologi (E. Coli dan Total Coliform)


Pengamatan coli fecal dan total coliform dilakukan terhadap sampel air baku
yang diambil pada titik yang ditetapkan untuk pengamatan kualitas air awal.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990 dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 907.Menkes/SK/VII/2002 serta PP No. 82 Tahun 2001.

Tabel 23. Hasil Pemeriksaan E. Coli dan total Coliform air.


Jenis Hasil Pemeriksaan Standar
No Nama Sampel
Pemeriksaan (MPN/100 ml) (MPN/100 ml)
1 E. Coli Air Bor Oesapa 0
2 E. Coli Air Boir Xxxxxxx 0 100
3 E. coli Air Bor Inaboi 0
4 Coliform Air Bor Oesapa 0
5 Coliform Air Bor Xxxxxxx 1200 1000
6 Coliform Air Bor Inaboi 0
Sumber : Data hasil analisa Lab. Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012

Dari data hasil analisis mikrobiologi di atas, merekomendasikan bahwa


air bor Xxxxxxx belum layak untuk digunakan sebagi sumber air bagi
pemenuhan kebutuhan air di Rumah Sakit Xxxxx, karena jumlah coliform
total-nya lebih besar dari baku mutu air yakni 1200 MPN dalam 100 mL air.
(Baku Standard PP 82 Tahun 2001, 1000 MPN/100 mL air ).
h. Pemeriksaan logam berat
Hasil pengukuran logam berat dalam ketiga sampel air (Air Bor Oesapa,
Air Bor Xxxxxxx dan Air Bor Inaboi) dapat dibaca pada tabel di bawah ini :
Kadar logam Cd, Pb dan Fe pada masing-masing sample air masih memenuhi
Baku Mutu menurut PP Nomor : 82 Tahun 2001.

46
Tabel 24. Hasil Pemeriksaan logam berat.
Konsentasi (mg/L) Baku Mutu menurut
Jenis logam
Air Bor Air Bor Air Bor PP 82 Tahun 2001
berat
Oesapa Xxxxxxx Inaboi (mg/L)
Cd 0,0141 0,0018 0,0123 0,01
Pb 0,2478 -0,0413 0,2891 0,03
Fe -0,1746 -0,1116 0,0970 0,3
Sumber : Data hasil analisis Lab. Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012.

i. Pemeriksaan Ion Nitrat, Nitrit dan Amoniak


Hasil pemeriksaan Ion Nitrat, Nitrit dan Amoniak dapat dilihat pada
tabel 25.
Tabel 25. Hasil Pemeriksaan Ion Nitrat, Nitrit dan Amoniak
Konsentasi (mg/L) Baku Mutu
menurut PP 82
Air Bor Air Bor Air Bor
Jenis ion Tahun 2001
Oesapa Xxxxxxx Inaboi
(mg/L)
Nitrat ( NO3-) 0,030 0,030 0,030 10
Nitrit ( NO2- ) 0,057 0,007 0,017 0,06
Amoniak (NH3) 0,140 0,05 0,04 0,5
Sumber : Hasil analisis Lab. Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012.

Kadar Ion Nitrat ( NO3-), Nitrit (NO2- ) dan Amoniak, pada ketiga sumber air
tersebut di atas menggambarkan kualitas air masih normal artinya masih
dibawah baku mutu.

3.4.2 Drainase Permukaan Kawasan


Dengan adanya rencana pembanguan Rumah sakit serta jangka panjang
adalah pembanguna Xxxxx use-mixed development di Xxxxx (ex. Lokasi
Pameran), menimbulkan perubahan besarnya jumlah air yang melimpas akibat
hujan yang turun pada daerah tersebut. Dengan tertutupnya lahan maka limpasan
permukaan akan bertambah, dan jika tidak diantisipasikan terjadi
banjir/genangan baik dalam kawasan maupun diluar kawasan terbangun.
Dari hasil identifikasi kondisi eksisting, tidak adanya saluran drainase
yang tersedia di lokasi, Dari hasil pantauan lokasi rencana merupakan area
resapan aair permukaan yang berasal dari jalan Frans Seda serta limpasan dari
jalan Bajawa dan sekitarnya.

3.5 Kondisi Kebisingan


Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan

47
kenyamanan lingkungan. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat
kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan
sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.
Tingkat kebisingan yang terukur pada 4 (empat) titik pengamatan yaitu di sekitar
wilayah kelurahan Xxxxx, dimana direncanakan akan dibangun Rumah Sakit Xxxxx
Kota Xxxxx dapat dilihat pada tabel 26.

Tabel 26. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Empat Titik Pengamatan


Tingkat Baku Tingkat
Titik
Kebisingan Kebisingan Keterangan
Pengukuran
Terukur dB(A) dB(A)
Titik 1. Perumahan Perumahan dan Memenuhi baku
Dosen Undana Pemukiman (55 mutu toleransi
(Koordinat : dB(A). + 3dB(A)
58
100 0928,9 S;
12303646,0 E
Titik 2. Ruang terbuka Ruang terbuka Hijau Melampaui Baku
Hijau Jln Frans Seda (50 dBA) Mutu
(koordinat :
57
100 0931,6 S;
1230 36 42,9 E
Titik 3. Rumah Sakit,
koordinat : 51 Rumah Sakit atau Memenuhi Baku
100 09 31,6 S; sejenisnya (55 dBA) Mutu
1230 36 42,6 E
Titik 4. Permukiman Perumahan dan
Warga, koordinat : Pemukiman Melampaui Baku
100 09 25,2 S; 61 (55 dBA) Mutu
1230 36 35,1 E
Sumber : Hasil pengukuran dan analisis Lab. Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012

3.6 Kualitas Udara Ambien


Kondisi lingkungan udara di Kelurahan Xxxxx, berdasarkan hasil analisis
konsentrasi gas SOx, NOx dan NH3 pada 4 (empat) titik, yakni di Jl. Xxxxxx pertigaan
Kampung Alor (titik I/St.1), di titik tengah lokasi Rumah Sakit (titik 2/St.2), di depan
Toko Keagungan (titik 3/St.3) dan di Jln. Bajawa (titik 4/St.4). Adapun hasil pengujian
kualitas udara dapat dilihat pada tabel 27.

Tabel 27. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Lokasi Xxxxx, Kota Xxxxx.

48
Konsentrasi (g/Nm3) / Koordinat Sampling

Parameter
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4
Baku Mutu Metode
10o 09 31,44 S; 100 09 32,22 S; 100 09 34,08 S; 100 09 45,06 S;
1230 36 28,44 E 1230 36 41,04 E 1230 36 50,16 E 1230 36 41,94 E

SOx 710,20 433,81 409,78 452,79 900 g/Nm3 Pararosanilin

NOx 397,42 175,09 343,69 353,88 400 g/Nm3 Saltzman

NH3 0,3172 0,1926 0,4984 0,3965 2 g/liter Nessller

Sumber : Hasil Sampling dan analisis Lab. Kimia, Fakultas Sains dan Teknik UNDANA Tahun 2012.

Keterangan : St : Stasiun

Konsentasi gas di stasiun 1 (disamping siang hari sebelum hujan pada tanggal, 13
Nov. 2012), menunjukkan kadar SOx relatif tinggi, sedangkan di stasiun lain rendah,
tetapi masih memenuhi baku mutu udara ambien sesuai Kepmen LH Nomor : Kep-
45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara Tanggal 13 Oktober
1997) artinya tingkat kualitas udara tidak berpengaruh pada kesehatan manusia
ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif (karena pH air hujan
menjadi kurang dari 7 atau agak asam), dan nilai estetika.

3.7 Getaran
Untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup agar dapat bermanfaat bagi
kehidupan manusia dan makluk hidup lainnya, maka setiap usaha atau kegiatan perlu
melakukan pengendalian akibat getaran yang dihasilkan. Karena itu, Kementerian
Lingkungan Hidup menetapkan Baku Tingkat Getaran dalam Surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor : 49/MENLH/11/1996. Adapun baku tingkat getaran
mekanik berdasarkan Jenis Bangunan adalah sebagai berikut:

Tabel 28. Baku Tingkat Getaran dalam Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor :
49/MENLH/11/1996.
Kec. Getaran (mm/det.)
Kelas Tipe Bangunan Pada Fondasi Pada bidang
(Frekuensi (Hz) datar di lantai
10 Hz 10-50 Hz 50-100 Hz paling atas.

49
Camp. frekuensi
Bangunan untuk
keperluan niaga,
1 bangunan industri
10 20 - 40 40 - 50 40
dan bangunan
sejenis.
Perumahan dan
bangunan dengan
2
rancangan dan 5 5 - 15 15 - 20 15
kegunaan sejenis
Bangunan yang
3
dilestarikan 3 3-8 8 - 10 8,5
Sumber : Kep. MENLH Nomor : 49/MENLH/11/1996

Selain itu, baku tingkat getaran mekanik berdasarkan dampak kerusakan dapat dilihat
pada tabel 29.

Tabel 29. Baku Tingkat Getaran Berdasarkan Dampak Kerusakan.

Frekuensi (Hz) Kecepatan Getaran ( mm/detik)


(Sumber getar) Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D
4 <2 2 27 >27 140 140
5 < 7,5 7,5 25 >25 130 130
6,3 <7 7 21 >21 110 110
8 <6 6 19 >19 100 100
10 < 5,2 5,2 16 >16 90 90
12.5 < 4,8 4,8 15 >15 80 80
16 <4 4 14 >14 70 70
20 < 3,8 3,8 12 >12 67 67
25 < 3,2 3,2 10 >10 60 60
31,5 <3 39 >9 53 53
40 <2 28 >8 50 50
50 <1 1 7 >7 - 42 42
Sumber : Kep-MENLH Nomor : 49/MENLH/11/1996

Keterangan :
Kategori A : Tidak menimbulkan kerusakan
Kategori B : Kemungkinan keretakan plesteran.
Kategori C : Kemungkinan kerusakan komponen struktur dinding
Kategori D : Rusak dinding pemikul beban.

Sesuai hasil desain dan gambar gambar perencanaan dapat disimpulkan


bahwa proses pembangunan Rumah Sakit Internasional Xxxxx ini pada tahap
konstruksi tidak mempergunakan peralatan, seperti pengunaan alat pancang yang

50
menimbulkan getaran diatas baku mutu yang dipersyaratkan oleh Kep-MENLH
Nomor : 49/MENLH/11/1996.

3.8 Komponen Flora - Fauna


Pengamatan flora dan fauna pada lokasi Rumah Sakit Internasional Xxxxx
dengan mengidentifikasi vegetasi tanaman dan hewan yang ada dilokasi dan
sekitarnya di kelurahan Xxxxx, Kecamatan Xxxxxxx, Kota Xxxxx. Hasil
pengamatan dapat dilihat pada tabel 30.

Tabel 30. Hasil pengamatan Flora di lokasi dan pemukiman sekitarnya


No. Nama indonesia Nama latin Jumlah Keterangan
1.
Mangga Mangivera Indica 23
2.
Kedondong Spondias dulcis 6
3.
Gamal Gliricidia Macaluta 36
4.
Kelapa Cocos nucivera 15
5.
Euphorbia Euphorbia milii 110
6.
Bunga Kamboja Plumeria acuminata 48
7.
Lamtaro Leocaena Leococephala 22
8.
Kabesak hitam Acasia Catechu 1
9.
Kapok Ceiba Petandra Gaernt 6
10.
Mahoni Theobroma Cacao 3
11.
Pisang Musa Paradisiaca 47
12.
Jati Tectona Grandis 9
13.
Alfukat Persea americana mill 2
14.
Jambu biji Psidium Guajava 3
15.
Bunga keladi Caladium bicolor 28
16.
Bunga asoka Saraca indica 1
17.
Cermelek 5
18.
Sukun Arthocarpus communis 9
19.
Nangka Arthocarpus Integra 24

51
20.
Siri Piper betle 6
21.
Kesambi Scleichera oleosa 4
22.
Pepaya Carica Papaya 60
23.
Bunga kaktus Opuntia sp 30
24.
Angsana Pterocarpus indicus willd 12
25.
Pinang Areca catechu 7
Sumber : Hasil Pengamatan Flora di Lokasi Rumah Sakit Xxxxx dan sekitarnya, Tahun 2012

Tabel 31. Hasil Pengamatan Fauna di Lokasi dan Sekitarnya.


Nama Nama
No. Nama Latin Jumlah Keterangan
Lokal Indonesia
1 Fafi Babi Cavia porcellus 18
2 Asu Anjing Canis lupus familiaris 10
3 Manu Ayam Gallus sp 58
4 Rade Bebek Cairina moschata 12
5 Mbibi Kambing Capra aegagrus hircus 4
6 Busang Kucing Felis catus 3
7 Iang Ikan Latimeria 5
Sumber : Data Pengamatan Fauna di Lokasi Rumah Sakit Xxxxx dan sekitarnya, Tahun 2012

Dari data diatas tidak ditemukan fauna yang dilindungi di lokasi Rumah Sakit Xxxxx
Kota Xxxxx dan sekitarnya.

3.9 Gambaran Umum Sosekbudkesmas


3.9.1 Kependudukan
Pelaksanaan suatu proyek pembangunan secara langsung maupun tidak
langsung akan berpengaruh secara linier dengan penduduk/masyarakat dan atau
komunitas yang bermukim di sekitar wilayah perencanaan tersebut. Berpengaruh
secara linier yang dimaksudkan bahwa terdapat pengaruh timbal balik antara obyek
perencanaan/proyek terhadap berbagai varians dalam komunitas/masyarakat yang
bersangkutan. Demikian pula sebaliknya, kondisi eksisting berbagai varians dalam
komunitas/masyarakat yang bersangkutan dapat mempengaruhi perencanaan/ proyek.
Pengaruh langsung yang dimaksudkan adalah keseluruhan resiko dan atau dampak
yang langsung bersinggungan dengan pola-pola kehidupan komunitas; persepsi dan
perspektif; sistem interaksi sosial sampai dengan struktur mata pencaharian
penduduk. Pengaruh tidak langsung, lasimnya terdeskripsi abstrak dan dalam periode

52
yang lebih lama dan merupakan konsekuensi-konsekuensi ikutan dari yang
disebutkan dengan pengaruh langsung.
a. Jumlah Penduduk
Penduduk Kota Xxxxx, secara makro merupakan komunitas dari
berbagai suku, ras, agama, yang bukan saja berasal dari pulau-pulau di Provinsi
Xxxxxxxxxxxxxxxxx. Akan tetapi, juga mencakup berbagai komunitas di
Indonesia. Bahkan termasuk komunitas dari Republik Demokrat Timor Leste,
yang sebelumnya dikenal sebagai Timor Timur. Sebagai Ibu Kota Provinsi NTT,
Kota Xxxxx merupakan kota dengan pertumbuhan penduduk paling tinggi,
dibandingkan dengan ibukota kabupaten lainnya.
Jumlah penduduk Kota Xxxxx selalu mengalami penambahan setiap
tahunnya. Pada tahun 2010 hasil dari Sensus Penduduk menunjukkan bahwa
jumlah penduduk Kota Xxxxx sebanyak 336.239 jiwa yang tersebar di enam
kecamatan. Pada tabel 32 dapat dilihat perkembangan jumlah penduduk Kota
Xxxxx sejak tahun 2005 hingga tahun 2010.

Tabel 32. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2005 - 2010


Jumlah Penduduk
Kecamatan 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. Alak 39.625 43.473 43.981 45.945 45.803 51.230
2. Maulafa 50.757 53.974 55.379 55.944 55.853 66.851
3. Xxxxxxx 103.153 105.882 111.006 111.140 114.979 79.675
4. Kota Raja - - - - - 47.876
5. Kelapa Lima 71.515 71.737 71.669 73.277 75.159 61.411
6. Kota Lama - - - - - 30.196
Kota Xxxxx 265.050 275.066 282.035 286.306 291.794 336.239
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 14

Dari tabel 32 di atas dapat dilihat bahwa tahun 2010, penduduk Kota
Xxxxx lebih banyak tersebar di Kecamatan Xxxxxxx dan yang paling sedikit
terdapat di Kecamatan Kota Lama. Pada tahun 2010, jumlah penduduk di
Kecamatan Xxxxxxx tercatat sebanyak 79.675 jiwa atau sebesar 23,70 persen
dari penduduk Kota Xxxxx dan di Kecamatan Kota Lama terdapat 30.196 jiwa
atau sebesar 8,98 persen. Banyaknya fasilitas penunjang pembangunan seperti
misalnya fasiltas pendidikan dari tingkat pra sekolah hingga pendidikan tinggi,
pertokoan, kantor-kantor pemerintahan yang terdapat di Kecamatan Xxxxxxx
mempengaruhi keputusan penduduk untuk tinggal di kecamatan ini agar dekat
dengan fasilitas-fasilitas tersebut.

53
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk menggambarkan rata-rata banyaknya penduduk yang
mendiami suatu wilayah (yang diukur dengan satuan km). Angka Kepadatan
Penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk di suatu wilayah
dengan luas wilayah tersebut. Luas Kota Xxxxx yang tercatat 165,34 km (Bappeda
Kota Xxxxx) dengan jumlah penduduk sebanyak 336.239 jiwa. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk Kota Xxxxx tahun 2009 adalah 2.034
jiwa per km.

Tabel 33. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2006 - 2010
Luas Kepadatan Penduduk
Kecamatan Wilayah
2006 2007 2008 2009 2010
(Km)
1. Alak 70,40 500 506 529 527 728
2. Maulafa 55,67 985 1.011 1.021 1.019 1.183
3. Xxxxxxx 14,72 5.211 5.463 5.469 5.658 5.413
4. Kota Raja 6,19 - - - - 7.734
5. Kelapa Lima 15,31 3.933 3.929 4.017 4.121 4.011
6. Kota Lama 3,05 - - - - 9.900
Kota Xxxxx 165,34 1.526 1.565 1.588 1.619 2.034
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 19

c. Komposisi Umur dan Jenis Kelamin


Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin merupakan
salah satu informasi penting karena perspektif demografis serta karakteristiknya
berbeda menurut kelompok umur dan jenis kelamin baik untuk kelahiran, kematian
maupun perpindahan penduduk. Komposisi penduduk di Kota Xxxxx tahun 2010
tertinggi pada kelompok umur 25-59 tahun yaitu sebesar 42,40 persen. Pada
kelompok umur paling sedikit untuk laki-laki pada kelompok umur 60 tahun ke atas
yaitu sebesar 4,69 persen dan untuk perempuan pada kelompok umur yang sama
yaitu sebesar 5,32 persen. Pada Tabel 1.3, dapat kita simak prosentase penduduk
Kota Xxxxx yang menggambarkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan
kelompok umur di Kota Xxxxx.
Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, secara
sengaja ditampilkan dalam konteks 5 (lima) klasifikasi, yaitu: Usia Balita (0-4
tahun); Usia Sekolah Dasar dan Menengah (5-19 tahun); Usia Sekolah Pendidikan
Tinggi (19-24 tahun); Usia Produktif (25-59 tahun); dan Usia Pensiun (60 tahun ke
54
atas). Hal ini dimaksudkan agar deskripsi ini memudahkan telaahan beban komposisi
penduduk antara usia sekolah, usia produktif dan pasca produktif. Walaupun dalam
berbagai analisis, belum terdapat suatu pembakuan klasifikasi usia untuk menghitung
beban tanggungan hidup dimaksud.

Tabel 34. Persentase Penduduk Kota Xxxxx Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010
Jenis Kelamin Persentase
Laki-laki+
Laki - laki Perempuan
Kelompok Umur Perempuan
(%) (%) (%)
0-4 9,55 8,40 8,97
5 - 19 30,59 30,24 30,42
20 - 24 13,37 13,02 13,19
25 - 59 41,78 45,01 42,40
60 + 4,69 5,32 5,01
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 24 (olahan)

Angka beban tanggungan hidup (Dependency Ratio) menggambarkan beban


tanggungan ekonomi penduduk usia produktif (15-64 tahun) terhadap kelompok usia
muda (0-14 tahun) dan usia tua (65 tahun ke atas). Angka beban tanggungan hidup
terbagi menjadi dua jenis yaitu angka beban tanggungan hidup penduduk muda
(youth dependency ratio/ydr) untuk kelompok umur (0-14 tahun) dan angka beban
tanggungan hidup penduduk lanjut usia (old dependency ratio/odr) untuk
kelompokumur (65 tahun ke atas). Rincian angka beban tanggungan hidup dapat
dilihat pada tabel 35.

Tabel 35. Angka Beban Tanggungan Hidup (Dependency Ratio) Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010
Dependency Ratio (DR)
Jenis Kelamin
YDR ODR DR
Laki-laki 41,67 3,99 45,67
Perempuan 38,27 4,27 42,55
Laki-laki+Perempuan 39,96 4,13 44,09
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 26

Angka Beban Tanggungan Hidup di Kota Xxxxx pada tahun 2010 sebesar
44,09 yang berarti 100 orang penduduk usia produktif di Kota Xxxxx menanggung
beban hidup 44 orang penduduk usia nonproduktif. Angka Beban Tanggungan Hidup
Laki-Laki dan Perempuan di Kota Xxxxx tahun 2010 masing-masing sebesar 45,67
dan 42,55.

55
3.9.2 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat
yang memiliki peran dalam peningkatan kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat
pendidikan suatu masyarakat akan semakin baik pula kualitas sumber dayanya.
Dalam pengertian praktis, pendidikan merupakan upaya sadar seseorang untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan memperluas wawasan. Pada dasarnya
pendidikan yang diupayakan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat dan keluarga. Pemerataan kesempatan pendidikan diupayakan melalui
penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung sekolah dan penambahan
tenaga pengajar.

a. Status Pendidikan
Indikator pendidikan khususnya tentang status pendidikan dalam suatu
masyarakat menggambarkan keadaan tentang penduduk yang sedang bersekolah,
belum pernah bersekolah maupun yang sudah selesai bersekolah. Pada tahun
2010 penduduk usia 10 tahun ke atas mayoritas sudah tidak bersekolah lagi yaitu
sebesar 61,75 persen. Sedangkan yang tidak atau belum pernah bersekolah
berada pada posisi yang minoritas yaitu hanya sebesar 3,21 persen. Kelompok
umur yang sama sedang bersekolah sebesar 35,04 persen. Data tentang keadaan
status bersekolah penduduk usia 10 tahun ke atas di Kota Xxxxx dapat dilihat
pada tabel 36.

Tabel 36. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Status Pendidikan
Jenis Kelamin
Laki-laki +
Laki-laki Perempuan
Status Sekolah Perempuan
(%) (%) (%)
Tidak/Belum Pernah Sekolah 3,04 3,38 3,21
Sekolah Dasar 13,21 13,53 13,37
Sekolah Lanjutan Pertama 5,51 5,29 5,40
Sekolah Lanjutan Atas 8,26 5,78 7,00
Perguruan Tinggi 8,82 9,70 9,27
Tidak Bersekolah Lagi 61,16 62,33 61,75
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 43

Selain menunjukkan status sekolah data tersebut juga membuktikan


adanya pertambahan secara signifikan ke tingkat Sekolah Lanjutan Atas dan
Pendidikan Tinggi. Hal ini menunjukkan Kota Xxxxx sebagai kota pendidikan
56
yang berkonsekuensi tingginya penduduk dengan kelompok usia sekolah.
Telaahan yang sama, juga akan terlihat dalam gambaran mengenai Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Xxxxx.

b. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)


Angka Partisipasi Kasar (APK) menggambarkan persentase jumlah
murid pada masing-masing jenjang pendidikan di suatu wilayah dibanding
jumlah penduduk kelompok usia (7-12) tahun untuk SD, (13-15) tahun untuk
SLTP dan (16-18) tahun untuk SLTA. Hal ini memungkinkan APK suatu
wilayah di atas angka 100. APK jenjang pendidikan SD 126,18 persen
menggambarkan bahwa usia sebagian murid SD berada di luar kelompok
umur 7-12 tahun. Dapat diartikan bahwa anak-anak usia 5-6 tahun sudah
masuk dalam pendidikan SD cukup besar di Kota Xxxxx. Begitu juga APK
tingkat SLTP 116,99 menggambarkan bahwa anak usia 11-12 tahun cukup
banyak sudah berada pada jenjang pendidikan SLTP. Sementara Angka
Partisipasi Murni (APM) menggambarkan kesesuaian antara usia dan jenjang
pendidikan yang sedang diduduki di suatu wilayah. APM SD adalah
persentase Murid SD usia 7-12 tahun dibagi dengan penduduk usia 7-12
tahun pada wilayah tersebut, begitupun kelompok umur 13-15 untuk SLTP
dan kelompok umur 16-18 untuk SLTA. Seyogyanya semua penduduk usia
sekolah bersekolah dan berada pada jernjang pendidikan sesuai dengan
kelompok umur di atas maka, APM mencapai titik tertinggi yaitu 100,00
persen.

Tabel 37. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota
Xxxxx Tahun 2010
Jenjang Pendidikan APK APM
Sekolah Dasar 126,18 103,25
Sekolah Lanjutan Pertama 116,99 80,70
Sekolah Lanjutan Atas 94,54 60,72
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 49

Tabel 38. Angka Partisipasi Murni (APM) Perguruan Tinggi menurut Jenis Kelamin Tahun 2010

Jenis Kelamin Jumlah


Usia Perguruan Tinggi
( 19 - 24 tahun )
Laki-laki+
Laki-laki Perempuan
Perempuan

57
Non Perguruan Tinggi 62,43 59,51 60,89
Perguruan Tinggi 37,57 40,49 39,11
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 49

c. Ijasah Tertinggi yang Dimiliki


Ijasah merupakan bukti otentik bagi seseorang yang menerangkan
bahwa orang tersebut telah menyelesaikan pendidikan yang dijalaninya.
Dengan data ijasah tertinggi yang dimiliki dapat dilihat tingkat kualitas
sumber daya manusia yang terdapat di suatu wilayah.

Tabel 39. Persentase Penduduk 10 Tahun ke atas Menurut Jenis Kelamin dan Ijasah Tertinggi
yang Dimiliki

Jenis Kelamin Jumlah


Ijazah Tertinggi
Laki-laki+
Laki-laki Perempuan
Perempuan
(%) (%) (%)
Tidak Punya 21,13 21,10 21,11
SD/MI/sederajat 16,79 19,57 18,20
SLTP/MT/sederajat/kejuruan 17,16 14,83 15,98
SMU/MA/sederajat 24,79 27,55 26,19
Sekolah Menengah Kejuruan 7,68 6,91 7,29
Diploma I/II 0,11 0,54 0,32
Diploma III/Sarmud 2,45 2,91 ,68
Diploma IV/S1 8,61 6,36 7,47
S2/S3 1,29 0,23 0,75
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 51

Penduduk 10 tahun ke atas Kota Xxxxx tahun 2010 mayoritas memiliki


ijasah SMU atau sederajat sebagai ijasah tertinggi yang dimiliki yaitu sebesar
26,19 persen. Sedangkan penduduk yang memiliki ijasah diploma I/II
jumlahnya paling rendah yaitu sebesar 0,32 persen. Hal ini akan menandai
besaran akumulasi pencari kerja di Kota Xxxxx adalah mayoritas dengan
ijazah mayoritas.
Data lainnya yang berkaitan dengan pendidikan adalah kemampuan
membaca dan menulis. Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas di Kota
Xxxxx tahun 2010 sebesar 81,23 persen, dimana dari jumlah tersebut sebesar

58
96,90 persen yang dapat menulis dan membaca huruf latin dan sisanya
sebesar 3,10 persen tidak dapat membaca saja atau menulis saja atau tidak
dapat membaca dan menulis huruf latin.

3.9.3 Kesehatan
Kondisi kesehatan merupakan bagian dari kesejahteraan rakyat yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Untuk mengukur tingkat kesehatan dan gizi
kelompok masyarakat diperlukan suatu indikator yang relevan. Program
pembangunan kesehatan dan gizi dikoordinasikan secara nasional oleh Departemen
Kesehatan. Upaya-upaya dalam usaha meningkatkan status kesehatan dan gizi harus
dilakukan secara bersama oleh masyarakat, lembaga kemasyarakatan, pemerintah
dan dunia usaha. Menurut pengertiannya kesehatan dan gizi merupakan salah satu
aspek penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
a. Pengobatan
Berdasarkan jumlah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, 38,78 %
mengaku bahwa mereka mengalami gangguan dalam melaksanakan kegiatan
mereka sehari-hari. Sedangkan sisanya sebesar 61,22 % mengaku bahwa mereka
tidak mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-hari. Penduduk Kota Xxxxx
yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat sendiri terdapat sebesar 54,98 %.
Persentase penduduk laki-laki yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat
sendiri sebanyak 55,05 % dan perempuan sebesar 54,90 %. Penduduk yang
berobat sendiri, dominan dari mereka melakukan dengan menggunakan obat
modern yaitu sebesar 90,79 %. Sedangkan dengan menggunakan obat tradisional
sebesar 16,44 % dan lainnya sebesar 5,37 %.
Pada tabel 40 dapat dilihat secara rinci persentase penududuk menurut jenis
kelamin dan jenis keluhan kesehatan yang dialami. Sedangkan dalam Tabel 41
terinci persentase penduduk yang pernah mengalami keluhan penyakit menurut
jenis kelamin dan pengobatannya. Persentase ini merupakan angka rata-rata
mengingat persebaran dan struktur sarana kesehatan yang tersedia pada masing-
masing kecamatan dan kelurahan adalah bervariasi.

Tabel 40. Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Keluhan Kesehatan, Kota Xxxxx
Tahun 2010
Jenis Kelamin Laki-laki+
Laki-laki Perempuan
Perempuan

59
(%) (%) (%)
Jenis Keluhan
Panas 12,28 10,04 11,15
Batuk 22,83 21,60 22,21
Pilek 24,83 22,39 23,60
Asma 1,26 1,77 1,52
Diare 1,15 1,11 1,13
Sakit Kepala Berulang 5,06 5,52 5,29
Sakit Gigi 2,40 2,38 2,39
Lainnya 7,20 8,17 7,69
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 67

Untuk segera sembuh dari penyakit yang sedang diderita, penduduk


mencoba beberapa jenis pengobatan. Persentase penduduk Kota Xxxxx yang
berobat jalan sebesar 35,37 persen. Persentase penduduk laki-laki yang berobat
jalan sebesar 36,39 persen dan persentase penduduk perempuan yang berobat
jalan sebesar 34,36 persen.

Tabel 41. Persentase Penduduk yang Pernah Mengalami Keluhan Penyakit Menurut Jenis
Kelamin dan Apakah Pernah Berobat Jalan
Berobat Jalan
Jumlah
Jenis Kelamin Pernah Tidak Pernah
(%) (%) (%)
Laki - laki 36,39 63,61 100,00
Perempuan 34,36 65,64 100,00
Laki-laki + Perempuan 35,37 64,63 100,00
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 69
Dari persentase penduduk Kota Xxxxx yang berobat jalan sebesar 35,37%,
dapat lagi dirinci berdasarkan tempat atau cara berobat yang dilakukan. Hal
tersebut secara rinci dapat dilihat pada tabel 42.
Tabel 42. Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin dan
Tempat/Cara Berobat
Jenis Kelamin
Tempat/ Laki-laki+
Laki-laki Perempuan
Cara Berobat Perempuan
(%) (%) (%)
RS Pemerintah 13,75 14,96 14,35
RS Swasta 6,69 7,37 7,03
Praktek Dokter 28,85 19,77 24,31
Puskesmas/Pustu 45,44 47,83 46,63
Praktek Tenaga Kesehatan 0,98 2,86 1,92
Praktek Batra 0,98 2,86 1,92
Dukun Bersalin 1,66 2,18 1,92
Lainnya 1,66 2,18 1,92
Jumlah 100.00 100.00 100.00
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 69

60
Jumlah rumah tangga menurut ketersediaan jaminan kesehatan dalam
berobat sebesar 61,84 % rumah tangga tahun 2010. Dari jumlah tersebut paling
banyak rumah tangga memiliki jenis jaminan kesehatan berupa
JPK/PNS/Xxxxxx/Pensiunan yaitu sebesar 26,63 %. Selanjutnya adalah MM/Kartu
Miskin sebesar 25,20 %. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 43.

Tabel 43. Persentase Rumah Tangga menurut Ketersediaan Jaminan Kesehatan Kota
Xxxxx, Tahun 2010
Jenis Jaminan Kesehatan Persentase Rumah Tangga
JPK/PNS/Xxxxxx/Pensiunan 26,63
Jamsostek 4,57
Kesehatan Swasta 3,61
Tunjangan Perusahaan 0,46
MM/Kartu Miskin 25,20
Dana Sehat 0,91
Lainnya 0,46
Jumlah 61,84
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 72

b. Sarana Kesehatan
Pembangunan kesehatan terindikasi juga dari jumlah sarana dan prasarana
kesehatan yang tersedia. Pada tabel 4 4 dan 45 dapat dilihat secara rinci jumlah
sarana kesehatan yang ada di Kota Xxxxx pada tahun 2010.

Tabel 44. Jumlah Rumah Sakit menurut Kecamatan dan Statusnya Tahun 2010
Status
Kecamatan Jumlah
Pemerintah Swasta TNI/Polri
1. Alak - - 1 1
2. Maulafa - - 1 1
3. Xxxxxxx 1 - 1 2
4. Kota Raja - - 1 1
5. Kelapa Lima - - - -
6. Kota Lama 1 1 - 2
Kota Xxxxx 2 1 4 7
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 79

Tabel 45. Banyaknya Fasilitas Pelayanan Kesehatan Menurut Kecamatan dan Jenisnya
Tahun 2010
Balai
Kecamatan Puskesmas Pustu Posyandu
Pengobatan
1. Alak 2 12 - 61
2. Maulafa 2 6 3 62

61
3. Xxxxxxx 2 4 1 47
4. Kota Raja 1 4 3 29
5. Kelapa Lima 1 4 2 40
6. Kota Lama 2 3 2 25
Kota Xxxxx 10 33 11 264
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 80

3.10 Ketenagakerjaan
Dewasa ini data-data mengenai ketenagakerjaan semakin dibutuhkan,
terutama untuk evaluasi perencanaan pembangunan di bidang ketenagakerjaan
seperti peningkatan keterampilan tenaga kerja, perluasan kesempatan kerja dan
berusaha serta produktivfitas tenaga kerja. Sehingga analisis mengenai kualitas
sumber daya manusia (SDM) biasanya menempatkan faktor ketenagakerjaan sebagai
salah satu dimensi yang vital.
Standar BPS untuk menunjukkan angkatan kerja, adalah yang didefinisikan
sebagai penduduk usia kerja. Penduduk Usia Kerja: penduduk yang berumur 10
tahun ke atas. Hal standar umur ini, sejajar dengan penetapan standar umur untuk
kriteria Angkatan Kerja. Angkatan Kerja adalah penduduk usia 10 tahun ke atas yang
bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Walaupun penetapan standard umur tersebut,
secara substansif berbeda dengan standar umur yang ditetapkan untuk perhitungan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, yang
dimaksudkan adalah persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke
atas.
Konsep bekerja dalam konstelasi ketenagakerjaan adalah mereka yang
melakukan kegiatan paling sedikit selama 1 jam selama seminggu dengan maksud
memperoleh pendapatan atau keuntungan atau membantu memperoleh pendapatan
atau keuntungan. Penganggur adalah mereka yang termasuk dalam angkatan kerja
yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan
Tingkat Pengangguran Terbuka adalah perbandingan antara jumlah pencari kerja
dengan jumlah angkatan kerja.
a. 71.97 % dan TPAK perempuan sebesar 47.30 %. Kegiatan Penduduk 15 Tahun
ke Atas
Ketenagakerjaan dan kependudukan saling berhubungan antara satu dengan
lainnya. Persentase dari jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja
adalah 52.31 %. Sementara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang sedang

62
bersekolah sebanyak 17.96 %. Pada tabel 46 diuraikan penduduk usia 15 tahun
ke atas menurut jenis kegiatan selama seminggu yang lalu dan jenis kelamin.

Tabel 46. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis
Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu
Jenis Kelamin
Kegiatan Utama Laki-laki+
Laki-laki Perempuan
Seminggu yang Lalu Perempuan
(%) (%) (%)
Angkatan Kerja 71.97 47.30 59.84
Bekerja 65.62 38.55 52.31
Pengangguran 6.35 8.75 7.53
Bukan Angkatan Kerja 28.03 52.70 40.16
Sekolah 19.15 16.72 17.96
Mengurus Rumah Tangga 3.21 32.62 17.67
Lainnya 5.67 3.36 4.53
Jumlah 100.00 100.00 100.00
Sumber: Indikator Kesra Kota Xxxxx Tahun 2010, Hal. 69

b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan ukuran yang
diperoleh melalui perbandingan antara jumlah angkatan kerja terhadap
jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Persentase Angkatan Kerja Kota
Xxxxx usia 15 tahun ke atas terhadap total penduduk pada tahun 2010 adalah
sebesar 59.84 %. Sementara persentase Bukan Angkatan Kerja sebesar 40.16
%. Bila dirinci menurut jenis kelamin, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) laki-laki lebih besar dibandingkan dengan TPAK perempuan. TPAK
laki-laki sebesar

c. Tingkat Pengangguran Terbuka


Menurut definisi, seseorang dikatakan bekerja apabila mereka
melakukan pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh pendapatan atau
keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus
selama seminggu yang lalu. Penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang
mencari pekerjaan disebut menganggur (unemployed). Jadi, pengangguran
termasuk mereka yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, telah
diterima bekerja tetapi belum bekerja dan yang di PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja) tetapi masih berkeinginan untuk bekerja. Angka

63
Pengangguran Terbuka dihitung melalui perbandingan antara jumlah pencari
kerja dengan jumlah angkatan kerja.
Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang menganggur di Kota
Xxxxx pada tahun 2010 adalah sebesar 12,58 %. Jumlah ini terdiri dari 8,82
% penduduk laki-laki dan 18,49 % penduduk perempuan (Indikator Kesra
Kota Xxxxx, Tahun 2010).

d. Pengeluaran Rata-rata Perkapita


Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan oleh jumlah
pendapatan atau penghasilan dari masyarakat tersebut. Semakin besar
tingkat pendapatan berarti tingkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi.
Penghitungan pendapatan masyarakat sangat sulit untuk dilakukan pada
suatu survei atau sensus. Oleh sebab itu, untuk menghitung tingkat
pendapatan atau penghasilan suatu masyarakat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan terhadap jumlah pengeluaran terutama
pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga yang dimaksud
dibedakan menurut jenisnya, yaitu pengeluaran rumah tangga untuk
makanan dan non makanan. Selain dapat mengetahui jumlah pendapatan
rumah tangga dari suatu masyarakat dapat pula diketahui pola konsumsi dari
masyarakat. Dimana semakin rendah pengeluaran rumah tangga untuk
makanan terhadap total pengeluaran, pola konsumsinya akan semakin baik.
Sebaliknya semakin tinggi pengeluaran rumah tangga untuk makanan
terhadap total pengeluaran maka pola konsumsinya akan semakin buruk.
Penduduk Kota Xxxxx pada tahun 2010 sebagian besar tergolong
dalam kelompok penduduk dengan jumlah pengeluaran perkapita per bulan
Rp 500.000,00 ke atas sebesar 69,43 %. Sedangkan yang paling kecil
terdapat pada kelompok dengan tingkat pengeluaran perkapita sebulan
sebesar Rp 150.000,00 sampai dengan Rp 199.999,00 yaitu sebesar 0,25 %,
sementara pengeluaran perkapita lebih kecil dari Rp 100.000,00 tidak ada.
Secara akumulatif, tingkat pengeluaran perkapita sebulan antara Rp.
200.000,- sampai dengan Rp. 499.999,- adalah sebesar 29,84 %.
Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk Kota Xxxxx
tahun 2010 sebesar Rp 1,099,273. Dari jumlah tersebut 47.87 % atau

64
sebesar Rp. 467,419 merupakan pengeluaran untuk makanan dan 52.13 %
atau sebesar Rp. 632,273 adalah pengeluaran bukan makanan.

3.11 Perumahan dan Lingkungan


Arti fisik perumahan, dalam konteks yang diperluas disebut permukiman.
Permukiman yaitu tempat tinggal anggota masyarakat dan individu-individu yang
biasanya hidup dalam ikatan perkawinan atau keluarga beserta berbagai fasilitas
pendukungnya. Perumahan menjadi tempat untuk tumbuh, hidup, berinteraksi,
perlindungan dari gangguan, dan masih banyak fungsi lainnya bagi para
penghuninya. Program pembangunan bidang perumahan terus ditingkatkan, bukan
hanya dari segi kuantitasnya melainkan juga dari segi kualitas. Peningkatan jumlah
penduduk yang pesat menjadikan kebutuhan terhadap perumahan semakin
meningkat.

a. Kondisi Fisik Bangunan


Indiktor kondisi fisik bangunan menggambarkan kualitas dan kuantitas
tempat tinggal yang dikuasai. Fisik bangunan yang kuat dan terbuat dari bahan
yang tidak membahayakan menjamin keamanan penghuni tidak saja dari
ancaman tindak kriminal, tetapi juga kerentanan bangunan itu sendiri dari
kemungkinan terserang penyakit. Fisik bangunan yang kuat ditentukan oleh
pemilihan bahan komponen bangunan yaitu lantai, dinding dan atap. Sementara
kenyamanan dan kesehatan penghuni ditentukan oleh luasannya.
1) Luas Lantai Rumah
Rata-rata luas lantai (hunian) per rumah tangga dapat digunakan untuk
menggambarkan kondisi tempat tinggal penduduk. Semakin luas lantai yang
dihuni oleh suatu rumah tangga, semakin baik kondisi (kesehatan) rumah
tangga tersebut. Di Kota Xxxxx tahun 2010, persentase rumah tangga
menurut luas lantai rumah paling banyak terdapat pada kelompok luas lantai
20-49 m yaitu sebesar 44,05 %. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang
tergolong dalam kelompok luas lantai 150+ m yaitu sebesar 5,42 %.
2) Jenis Atap Terluas
Indikator ini menyajikan klasifikasi rumah tangga beratap seng, genteng dan
lainnya (ijuk/rumbia). Angka ini dapat digunakan sebagai petunjuk kondisi
bangunan tempat tinggal penduduk. Rumah tangga di Kota Xxxxx tahun

65
2010 sebagian besar yaitu sebesar 96,46 %, menggunakan jenis atap seng
sebagai jenis atap yang paling luas. Sementara jenis atap ijuk/rumbia yang
digunakan rumah tangga sebagai jenis atap terluas adalah yang paling kecil
yaitu sebesar 0.25 %.
3) Jenis Lantai Terluas
Semakin besar rumah tangga yang dihuni berlantai tanah mengindikasikan
kondisi perumahan di daerah tersebut umumnya jelek. Semakin kecil angka
persentase ini, cenderung akan semakin baik tingkat kesejahteraannya.
Persentase rumah tangga di Kota Xxxxx tahun 2010 yang menghuni rumah
dengan lantai tanah sebesar 8.45 %. Sedangkan sisanya sebesar 91.55 %
adalah rumah tangga yang menempati rumah dengan jenis lantai bukan tanah
sebagai jenis lantai terluas.
4) Jenis Dinding Terluas
Indikator ini menyajikan proporsi rumah tangga yang menghuni rumah
berdinding tembok, kayu, bambu atau lainnya. Persentase rumah tangga yang
menempati rumah dengan tembok jenis dinding terluas merupakan kelompok
yang terbanyak yaitu sebesar 66,13 %. Sisanya adalah rumah tangga yang
menggunakan kayu, bambu atau lainnya sebagai jenis dinding terluas.

b. Fasilitas Tempat Tinggal


Indikator ini menunjukkan kelengkapan, kelayakan, fasilitas dan penggunaan
tempat tinggal seperti kelengkapan fasilitas listrik, telepon, air dan lain-lainnya.
Semakin lengkap fasilitas dan utilitas hunian di suatu daerah, semakin nyaman
berdiam di daerah tersebut.
1) Sumber Penerangan
Sebagian besar rumah tangga di Kota Xxxxx menggunakan penerangan yang
bersumber dari istrik PLN yaitu sebesar 92,13 %.
2) Sumber Air Minum
Rumah tangga yang menggunakan leding meteran sebagai sumber air minum
merupakan kelompok yang paling banyak yaitu 42,24 %. Sedangkan yang
rumah tangga dengan sumber air minum mata air tidak terlindung dan mata
air terlindung yaitu sebesar 0.87 %.
3) Jarak Sumber Air Minum ke Penampungan

66
Sebagian besar rumah tangga di Kota Xxxxx tahun 2010 memiliki jarak
sumber air minum lebih dari 10 m yaitu sebesar 61.42 %. Sedangkan rumah
tangga yang jarak sumber air minum ke penampungan kurang dari 10 m
sebanyak 34.51 %. Sisanya sebesar 4.07 % rumah tangga tidak tahu jarak
sumber air minumnya ke penampungan.
4) Tempat Buang Air Besar
Persentase rumah tangga yang mempunyai fasilitas tempat buang air besar
sendiri adalah paling banyak yaitu tercatat sebesar 74,02 %. Sedangkan yang
paling kecil adalah rumah tangga dengan fasilitas tempat buang air besar
umum dan yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar yaitu sebesar
0.66 %.

5) Tempat Pembuangan Tinja


Persentase rumah tangga yang menggunakan jenis pembuangan tinja melalui
tangki/spal paling tinggi yaitu sebesar 54,18 %. Sedangkan paling kecil yaitu
tempat akhir pembuangan tinja lainnya yaitu sebesar 0.21 %.

3.12 Kelurahan Xxxxx


Lokasi Pembangunan Rumah Sakit Xxxxx Standar Internasional yakni di
Kelurahan Xxxxx. Kelurahan Xxxxx merupakan salah satu kelurahan yang ada
dalam wilayah Kecamatan Xxxxxxx Kota Xxxxx, dengan luas 2.920 Ha. Walaupun
merupakan bagian dari Kecamatan Xxxxxxx, Kelurahan Xxxxx merupakan
kelurahan perbatasan yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Nefonaek
Kecamatan Kota Lama dan dengan Kelurahan Kelapa Lima Kecamatan Kelapa
Lima.
Jumlah penduduk Kelurahan Xxxxx pada akhir tahun 2010 adalah 12.097 jiwa,
yang terinci atas 6.127 jiwa laki-laki dan 5.970 jiwa perempuan. Sedangkan pada
saat dilaksanakannya survey (Okt 2012), jumlah penduduk Kelurahan Xxxxx
perSeptember 2012 mencapai 12.224 jiwa. Penduduk tersebut, tersebar dalam 45
Rukun Tetangga dan cakupan dari 13 Rukun Warga. Jika diperhitungkan dengan
jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2.996 pada tahun 2010, maka rata-rata tiap

67
rumah tangga terdiri dari 4 orang. Saat ini (September 2012) di Kelurahan Xxxxx
terdapat 3.024 KK.
Pada tahun 2010, terdapat 523 rumah tangga yang memperoleh bantuan Beras
Miskin (Raskin), yang sekaligus menunjukkan jumlah rumah tangga miskin di
Kedlurahan Xxxxx. Sedangkan klasifikasi keluarga menurut BKKBN yang
mencakup keluarga Pra-Sejahtera 206 KK, Sejahtera I: 526 KK, Sejahtera II: 611
KK, Sejahtera III: 350 KK; dan 277 KK yang diklasifikasi sebagai Sejahtera III Plus.
a. Kelompok Umur
Klasifikasi kelompok umur penduduk yang dipresentasekan dalam laporan
kegiatan bulanan Kelurahan Xxxxx, sedikit berbeda dalam hal interval tahun. Hal
tersebut seperti yang termuat secara rinci pada tabel 47.

Tabel 47. Jumlah Penduduk Kelurahan Xxxxx Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2010
Jenis Kelamin Jumah
Kelompok Umur Laki-laki +
Laki - laki Perempuan
Perempuan
0-5 965 972 1.937
6 - 20 2.012 1.904 3.916
21 - 25 771 749 1.520
26 - 60 2.297 2.238 4.535
60 + 82 107 189
Jumlah 6.127 5.970 12.097
Sumber: Laporan Kelurahan Xxxxx Keadaan Bulan Desember 2010

b. Mata Pencaharian
Mata pencaharian yang dimaksudkan adalah pekerjaan atau pun profesi
dari penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara rinci dapat dilihat
pada tabel 48.

Tabel 48. Jumlah Penduduk Kelurahan Xxxxx Menurut Mata Pencaharian dan Jenis
Kelamin Tahun 2010
Mata Pencaharian/ Jenis Kelamin Jumlah
Pekerjaan/ Laki-laki+
L P
Profesi Perempuan
PNS 559 317 876
TNI/Polri 31 0 31
Guru 118 21 139
Dosen 15 5 20
Dokter 5 2 7
Mantri/Bidan 2 18 20
Petani/Nelayan 49 23 72
68
Pengemudi 118 0 118
Montir/Tukang Servis 50 15 65
Pedagang 655 438 1.093
Pensiunan PNS/TNI/Polri 836 316 1.152
Pengusaha/Lain-lain 730 523 1.253
Sumber: Laporan Kelurahan Xxxxx Keadaan Bulan Desember 2010

c. Tingkat Pendidikan
Pada tabel 49 dirinci jumlah penduduk menurut ijasah tertinggi yang
dimiliki oleh penduduk Kelurahan Xxxxx Tahun 2010. Termasuk di dalamnya
klasifikasi penduduk yang belum sekolah, maupun yang buta huruf.
Tabel 49. Jumlah Penduduk Kelurahan Xxxxx Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis
Kelamin Tahun 2010
Jenis Kelamin Jumlah
Tingkat Pendidikan Laki-laki +
L P
Perempuan
Belum Sekolah 670 682 1352
TK 334 294 628
SD 686 598 1284
SLTP/Sederajad 700 573 1273
SLTA/Sederajad 2.109 2.051 4160
D3 (Diploma) 109 122 231
Stara 1 600 605 1205
Strata 2 56 35 91
Strata 3 6 2 8
Buta Huruf 443 487 930
Lainnya 414 521 935
Jumlah 6.127 5.970 12.097
Sumber: Laporan Kelurahan Xxxxx Keadaan Bulan Desember 2010
Jumlah Sarana Pendidikan yang terdapat di Kelurahan Xxxxx tahun 2010
mencakup SD/MI milik Pemerintah/Negeri sebanyak 4 unit dan 1 unit milik
swasta. Selain itu terdapat 1 unit tempat kursus milik swasta.

d. Golongan Agama
Jumlah sarana peribadatan yang ada di Kelurahan Xxxxx yaitu sebanyak
12 unit Gereja Protestan. Tempat peribadatan agama lainnya tidak terdapat di
Kelurahan Xxxxx. Jumlah penduduk menurut golongan agama, dapat dilihat
pada tabel 50.
Tabel 50. Jumlah Penduduk Kelurahan Xxxxx Menurut Golongan Agama dan Jenis
Kelamin Tahun 2010
Jenis Kelamin Jumlah
Golongan Agama Laki-laki+
L P
Perempuan
Kristen 3.113 3.041 6.154

69
Katolik 2.263 2.167 4.430
Islam 661 682 1.343
Hindu 58 58 116
Budha 32 22 54
Jumlah 6.127 5.970 12.097
Sumber: Laporan Kelurahan Xxxxx Keadaan Bulan Desember 2010

e. Fasilitas Umum Lainnya


Fasilitas umum lainnya seperti fasilitas perekonomian, kesehatan dan
pelayanan jasa lainnya dapat dilihat dapat tabel 51.

Tabel 51. Jumlah Fasilitas Umum Lainnya di Kelurahan Xxxxx Tahun 2010
Fasilitas Umum Lainnya
Perekonomian Jlh Kesehatan Jlh Jasa Lainnya Jlh
Supermarket/Minimarket 1 Puskesmas Pembantu 1 Biro Perjalanan 2
Toko 52 Praktek Dokter/Bidan 2 Tempat Kost 78
Kios 135 Praktek Bidan 2 Wartel 1
PT/CV/FA 12 Apotik 4 Pitrad 3
Rmh Mkn/Cafe/Warung 25
Sumber: Laporan Kelurahan Xxxxx Keadaan Bulan Desember 2010

70
BAB IV
DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

Potensi dampak yang mungkin terjadi dan perlu dilakukan pengelolaan dan
pemantauan jika pembangunan Rumah Sakit Xxxxx serta fasilitas pendukung lainnya
dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan.
Pembangunan kegiatan rumah sakit akan merubah tata guna lahan serta produktivitas
lahan di lingkungan sekitar kawasan rumah sakit.
2. Peningkatan Bangkitan Lalu lintas dan Kerusakan Jalan.
Pembangunan dan kegiatan operasional kawasan rumah sakit akan meningkatkan
bangkitan lalu lintas sehingga kemungkinan akan terjadi kemacetan. Selain itu jika
kemampuan (kapasitas) beban jalan maksimum disekitar lokasi ternyata tidak mampu
untuk menerima beban tambahan dari kegiatan pembangunan dan operasional Rumah
Sakit maka akan terjadi kerusakan jalan.
3. Peningkatan Run Off, Erosi dan Banjir.
Kegiatan pembukaan lahan, pemotongan dan pengurugan tanah pada tahap konstruksi
akan mengakibatkan perubahan struktur dan sifat tanah, misalnya permukaan tanah
menjadi terbuka, agregat tanah hancur dan menjadikan tanah peka terhadap erosi.
Kegiatan pemadatan tanah pada tahap konstruksi juga mengakibatkan air tidak dapat
meresap ke dalam tanah, sehingga akan meningkatkan volume air limpasan (run off).
4. Penurunan Kualitas Udara (Debu).
Penurunan kualitas udara (peningkatan kadar debu) diakibatkan oleh kegiatan
pembukaan lahan dan mobilisasi alat dan bahan pada tahap konstruksi serta dari
kegiatan-kegiatan lain pada tahap operasi.
5. Peningkatan Kebisingan.
Peningkatan kebisingan diakibatkan oleh kegiatan pembukaan lahan dan mobilisasi
alat dan bahan pada tahap konstruksi serta dari kegiatan-kegiatan lain pada tahap
operasi.

6. Penurunan Kualitas Air.

71
Air limbah yang dihasilkan dari kegiatan pembagunan kawasan rumah sakit dapat
berasal dari tahap operasional rumah sakit serta prasarana dan sarana lingkungan yang
terdapat di kawasan rumah sakit tersebut. Jika pemrakarsa tidak memiliki perencanaan
mengenai jaringan air limbah yang baik maka akan berakibat terhadap penurunan
kualitas air. Potensi dampak penurunan kualitas air permukaan sangat kecil karena
daerah Kelurahan Xxxxx khususnya kawasan rumah sakit tidak mempunyai aliran air
permukaan.
7. Perubahan Mata Pencaharian dan Pendapatan Penduduk.
Perubahan mata pencaharian dan pendapatan penduduk lokal dapat ditimbulkan oleh
kegiatan pembebasan lahan maupun oleh kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap
konstruksi dan operasi.
8. Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha.
Kegiatan konstruksi dan operasi akan mengakibatkan peningkatan kesempatan kerja
dan berusaha bagi penduduk di sekitar kawasan Rumah Sakit Xxxxx.

Dampak Lingkungan yang mungkin terjadi jika pembangunan Rumah Sakit serta
fasilitas pendukung lainnya dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut:
4.1 Tahap Pra Konstruksi.
a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pembebasan Lahan.
Hal ini akan berdampak sangat kecil karena lokasi rencana usaha berada dalam
penguasaan Rumah Sakit Xxxxx sesuai sertifikat terlampir.
b. Potensi Dampak Terkait Survey dan Pengukuran.
Survey dan pengukuran lokasi akan berdampak negatif kecil berupa konflik
kepentingan dan keresahan pada masyarakat yang berbatasan langsung dengan
lokasi rencana kegiatan karena kurangnya informasi tentang rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan. Tetapi konflik dan keresahan itu segera reda setelah selesai
survey dan pengukuran oleh Pihak Rumah Sakit dan Dinas Tata Ruang Kota
Xxxxx.

c. Potensi Dampak Terkait Sosialisasi Rencana Kegiatan.


Sosialisasi rencana kegiatan pembangunan rumah sakit pada masyarakat
berdampak positif berupa terjalinnya komunikasi yang baik antara pemrakarsa dan
masyarakat sekitar, terbukanya kesempatan kerja dan peluang usaha bagi

72
masyarakat sekitar serta kesepakatan tentang posisi tenaga kerja lokal sehingga
dapat terjadi hubungan yang harmonis antar pemrakarsa dan masyarakat sekitarnya.

4.2 Tahap Konstruksi


a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pembersihan dan Penyiapan Lokasi.
Pembersihan dan penyiapan lokasi dilakukan meliputi pekerjaan penebangan
pohon yang ada dan pembersihan semak pada lokasi dimana masyarakat sekitar
diuntungkan karena memanfaatkan potongan dahan/pohon untuk kebutuhan kayu
bakar.
Dampak negatif sesaat yang akan timbul adalah debu dan tingkat kebisingan yang
meningkat karena aktivitas dan mobilitas kendaraan yang meningkat membawa
material atau pembersihan dan perataan lahan yang dilakukan secara manual
maupun dengan menggunakan alat berat saat mobilisasi dan demobilisasi bahan /
material konstruksi.
b. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen Tenaga Kerja.
Rekrutmen tenaga kerja pada tahap konstruksi berdampak positif berupa
terbukanya kesempatan kerja bagi 200 orang tenaga kerja dibidang konstruksi,
sopir dan kondektur.
Dampak negatif yang timbul pada tahap ini adalah timbulnya kecemburuan pada
tenaga kerja yang tidak diterima bekerja pada kegiatan ini.
c. Pembangunan sarana dan Prasarana penunjang.
Sebelum pembangunan bangunan fisik Rumah Sakit, dilakukan pembangunan
base camp untuk tempat kerja yang dilengkapi dengan fasilitas MCK permanen ,
sarana air bersih, gudang penyimpanan peralatan dan bahan bangunan , sarana K3
serta tempat tidur penjaga. Sedangkan kebutuhan air untuk konstruksi disuplai
menggunakan truk tanki.

d. Pembangunan Fisik Rumah Sakit dan Fasilitasnya.


Pembangunan fisik rumah sakit dan fasilitasnya akan menimbulkan dampak
negatif berupa peningkatan kebisingan, debu dan mungkin kecelakaan kerja.
Pembangunan fisik rumah sakit terdiri dari pekerjaan tanah dan urugan, pekerjaan
pondasi, pekerjaan struktur beton, pekerjaan tembok, pekerjaan pintu dan jendela,
pekerjaan plafon, pekerjaan instalasi listrik, air bersih, air limbah, pemadam
kebakaran, AC, pekerjaan instalasi penangkal petir, pekerjaan instalasi
73
telekomunikasi, pekerjaan instalasi pengolahan limbah padat dan limbah cair,
pekerjaan landscape, area parkir dan pekerjaan drainase (untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran).

4.3 Tahap Operasi


a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen
Karyawan untuk Manajemen Rumah Sakit Xxxxx serta Seleksi Calon Tenaga
Kerja.
Rekrutmen karyawan rumah sakit dan seleksi calon karyawan akan berdampak
positif yakni terbukanya kesempatan kerja bagi 200 orang tenaga kerja yang akan
dimanfaatkan untuk tenaga administrasi, penjualan dan promosi, penagihan, serta
terpenuhinya kebutuhan kamar bagi 233 konsumen rawat inap. Meskipun
menyerap tenaga kerja lokal dan pemenuhan kebutuhan rumah sakit tetapi
kesempatan kerja yang ada tidak bisa menampung angkatan kerja yang tersedia
terutama berkaitan dengan ketrampilan yang dimiliki oleh pencari kerja lokal
tersebut. Demikian juga dengan jumlah kamar dan tempat tidur yang disediakan
tidak mencukupi permintaan penyediaan kamar dan tempat tidur bagi pasien rawat
inap dari masyarakat Kota Xxxxx dan luar Kota Xxxxx.
b. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Operasional
Rumah Sakit dan Fasilitasnya.
Operasional Rumah Sakit dan fasilitasnya akan menimbulkan dampak berupa
meningkatnya pendapatan asli daerah yang bersumber dari pajak dan retribusi,
juga berdampak pada perkembangan sektor perdagangan dan jasa kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan warga konsumen Rumah Sakit. Dampak lain yang
penting yang berkaitan dengan berbagai aktivitas yang terjadi dalam rumah sakit
dari berbagai bidang, antara lain :
1) Kegiatan pelayanan medik (ruang bedah, ruang UGD, poliklinik, dealisis /
hemodialisis, pemusaran jenasah dan kemoterapi)
2) Kegiatan pelayanan pendukung (laboratorium laboratorium, radiologi,
laundry, dapur, ruang perawatan dan farmasi)
3) Kegiatan perkantoran dan sosial (kegiatan administrasi perkantoran/medical
record, restaurant, rumah tunggu dan asrama)

74
Dari ketiga pelayanan diatas dapat menghasilkan limbah padat, cair dan gas
yang dapat dikelompokan menjadi limbah klinik / medik dan limbah non klinik /
non medik. Kelompok limbah medik/klinik yang dihasilkan dari kegiatan
pelayanan medik terdiri dari :
1) Limbah inveksius (limbah yang mengandung mikro organisme yang berasal
dari ruang bedah, laboratorium dan hemodialisis yang dapat menimbulkan
penyakit).
2) Limbah pathological (limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia)
3) Limbah Citotoxic (limbah yang berasal dari material-material yang
terkontaminasi)
4) Limbah parmacological (obat-obat bekas, obat-obat kedaluarsa atau obat-obat
yang terkontaminasi, tabung-tabung obat atau bungkusan-bungkusan obat)
5) Limbah dari Alat-alat bekas (syringe, gunting, pisau, pecahan gelas dan
gunting kuku).

Kelompok limbah non medik umumnya dihasilkan dari kegiatan pelayanan


pendukung rumah sakit, perkantoran dan sosial yang terdiri dari limbah umum,
kardus-kardus makanan, zat-zat berbahaya (yang bersifat racun, korosif, mudah
terbakar dan reaktif) dan limbah kimia (disinfeksi dan laboratorium-
laboratorium).
Keseluruhan limbah cair yang dihasilkan dari berbagai jenis pelayanan
medik dan non medik diolah dengan teknologi pengolahan limbah cair secara
Bio Filter Anaerob dan Aerob (lihat dalam lampiran gambar alir proses
pengolahan limbah cair). Sedangkan limbah padat medik dan non medik diolah
dengan incenerator dan sampah lainnya diangkut secara berkala oleh Dinas
Kebersihan Kota.

4.4 Tahap Pasca Operasi


a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pengalihan Fungsi Lahan.
Pengalihan fungsi lahan pada Rumah Sakit dapat terjadi karena beberapa hal
seperti pailit, bencana alam, angin puting beliung, gempa bumi, maupun
kebakaran yang besar.
Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan puing-puing bangunan akan banyak
menimbulkan dampak negatif berupa limbah padat, debu, bangkitan lalulintas

75
karena mobilisasi kendaraan pengangkut. Dampak positif adalah menyerap tenaga
kerja non skill yang diperlukan untuk pembongkaran gedung, sedangkan sisa
sebahagian bahan bongkaran dapat di daur ulang, atau dapat menimbun fondasi
bangunan lain yang diperlukan.
Pengalihan fungsi lahan akan berdampak negatif berupa munculnya konflik dan
keresahan diantara karyawan karena kemungkinan penurunan pendapatan dan
kehilangan pekerjaan/pemutusan hubungan kerja (PHK).
b. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pemutusan Hubungan Kerja.
Salah satu sumber dampak pada tahap pasca operasi adalah Pemutusan hubungan
kerja dengan jenis dampak negatif berupa keresahan dan munculnya
pengangguran akibat tidak dipekerjakan lagi pada usaha yang baru.

BAB V
PROGRAM PENGELOLAAN DAN
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5.1 Upaya Pengelolaan Dampak Lingkungan Hidup


5.1.1 Tahap Pra Konstruksi
a. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pembebasan Lahan.
1) Sasaran Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan terhadap masyarakat sekitar lokasi rencana
kegiatan.
2) Upaya Pengelolaan.

76
Pemberian informasi tentang rencana kegiatan pada lokasi yang
dibebaskan.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan Rumah Sakit di
RT/RW 17/005 Kelurahan Xxxxx Kecamatan Xxxxxxx Kota Xxxxx.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Informasi tentang rencana usaha disampaikan 7 (tujuh) hari sebelum
dilakukan survey dan pengukuran.
b. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Survey Dan Pengukuran.
1) Sasaran Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan terhadap masyarakat yang berbatasan langsung
dengan lokasi rencana kegiatan.
2) Upaya Pengelolaan.
Melakukan survey dan pengukuran lokasi rencana kegiatan sehingga
masyarakat memperoleh kepastian tentang batas lokasi usaha dan tidak
resah.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan Rumah Sakit di
RT/RW 17/005 Kelurahan Xxxxx Kecamatan Xxxxxxx Kota Xxxxx.

4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.


Informasi tentang rencana usaha disampaikan 7 (tujuh) hari sebelum
dilakukan survey dan pengukuran.
c. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Sosialisasi Rencana Kegiatan.
1) Sasaran Pengelolaan
Masyarakat lingkup lokasi dan aparat kelurahan menjadi sasaran
pengelolaan. Sosialisasi rencana kegiatan pembangunan Rumah Sakit
Xxxxx Kota Xxxxx.
2) Upaya Pengelolaan
Pemrakarsa memberitahukan ke pihak kelurahan dan kelurahan
mengundang masyarakat dan aparat kelurahan guna memberikan
sosialisasi dan pemberian informasi yang jelas tentang rencana kegiatan
oleh pemrakarsa maksud serta tujuan pembangunan rumah sakit bagi
masyarakat, terutama pemberian informasi tentang lowongan kerja yang

77
tersedia sesuai kebutuhan kegiatan Rumah Sakit Xxxxx, maupun peluang
kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak pemrakarsa dalam
hal pembangunan rumah sakit ini.
Pada sosialisasi ini juga ditampilkan potensi dampak positif dan negatif
terhadap lingkungan dibidang fisik, kimia, biologi, sosial budaya,
ekonomi dan kesehatan masyarakat yang mungkin terjadi, model
pengelolaan dan pemantauan yang wajib dilakukan serta peran serta
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup sehingga dampak
positif dapat ditingkatkan serta dampak negatif diminimalisir.
3) Lokasi Pengelolaan
Sosialisasi dilakukan di lokasi rumah sakit/arena pameran di Kelurahan
Xxxxx, Kecamatan Xxxxxxx, Kota Xxxxx.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan
Sosialisasi dilaksanakan pada hari Senin tanggal 29 Oktober 2012 mulai
jam 16.30 Wita sampai jam 20.00 dengan jumlah peserta seperti daftar
hadir terlampir.

5.1.2 Tahap Konstruksi


a. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pembersihan dan Penyiapan
Lokasi
1) Sasaran Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan terhadap lokasi rencana kegiatan yang
ditumbuhi pohon dan semak, serta operator kendaraan angkutan
material.
2) Upaya Pengelolaan
Saat pembersihan dan penyiapan lokasi, dilakukan penebangan pohon
dan semak serta pembersihan sisa tebangan. Kegiatan ini menimbukan
peningkatan kebisingan akibat aktivitas keluar masuk kendaraan
operasional. Pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminimalisir
dampak tersebut adalah pengangkutan sisa tebangan serta operasional
pengangkutan dilakukan pada malam hari. Upaya Pengelolaan ini
diharapkan dapat mengurangi kuantitas bangkitan debu ke udara.
Kebisingan tidak terlalu nampak akibat kebisingan dari lingkungan dan
transportasi.

78
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan Rumah Sakit di
RT/RW 17/005 Kelurahan Xxxxx Kecamatan Xxxxxxx Kota Xxxxx.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan selama pengerjaan pembersihan lahan dan
penyiapan lokasi, yakni 30 (sembilan puluh) hari kerja.

b. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen Tenaga Kerja


1) Sasaran Pengelolaan.
Persaingan dalam memanfaatkan kesempatan kerja bagi para pekerja
lokal perlu diperhatikan. Prioritas utama ditujukan kepada pekerja
lokal sebagai sasaran agar kegiatan dapat berlangsung dengan baik
dan lancar tanpa ada gejolak sosial.

2) Upaya Pengelolaan.
Dilakukan dengan cara mengumumkan secara luas tentang
kesempatan kerja, jumlah lowongan, sistim kerja, waktu pembayaran,
cara pembayaran upah kerja, semuanya dilaksanakan sesuai aturan
ketenagakerjaan yang berlaku. Upaya ini akan mengeliminasi dampak
negatif pada hubungan keharmonisan diantara pencari kerja lokal dan
semakin memaksimalkan tingkat pendapatan mereka. Disamping itu
perlu pengaturan pembagian tugas dan Jadwal kerja yang jelas agar
pekerjaan fisik dapat dilaksanakan secara maksimal. Selain upayakan
juga mengatur hubungan kerja yang baik diantara pekerja terampil
dari luar dengan pekerja lokal yang kurang terampil sehingga terjadi
peningkatan kinerja antara transfer teknologi pekerja.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengumuman lewat radio dan koran serta ditempatkan di Kantor
Lurah Xxxxx, Dinas Nakertrans Kota Xxxxx dan lokasi rencana
usaha, sedangkan pembagian tugas dan jadwal kerja dijelaskan kepada
pekerja di lokasi kegiatan pembangunan Rumah Sakit.
4) Waktu dan durasi pengelolaan.
Pengumuman ditempatkan di Kantor Lurah Xxxxx, Dinas Nakertrans
Kota Xxxxx, 14 (empat belas) hari sebelum rekrutmen dilaksanakan.

79
c. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Mobilisasi dan Demobilisasi
Bahan atau Material Konstruksi.
1) Sasaran Pengelolaan
Sasaran pengelolaan pada lokasi rencana usaha serta para pekerja
konstruksi bangunan, pengawas, sopir, kondektur.
2) Upaya Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan untuk mengurangi dampak peningkatan debu
dan kebisingan, kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas,
dilaksanakan melalui penyiraman lokasi, penutupan dengan terpal
pada bak truk pengangkut, pemasangan tanda larangan masuk dan
rambu lalu lintas portabel, mentaati jadwal angkut dan jadwal kerja,
pembuatan gudang tempat penyimpanan material.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan rumah sakit di
RT/RW 17/005 Kelurahan Xxxxx Kecamatan Xxxxxxx Kota Xxxxx.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan pada tahap konstruksi, sebelum kegiatan
pembangunan fisik Rumah Sakit dan fasilitasnya.

d. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pembangunan Fisik Rumah Sakit


dan Fasilitasnya.
1) Sasaran Pengelolaan.
Sasaran pengelolaan pada lokasi rencana usaha serta para pekerja
konstruksi bangunan, pengawas, sopir dan kondektur.
2) Upaya Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan untuk mencegah peningkatan debu dan kebisingan
serta kecelakaan kerja; dilaksanakan melalui penyiraman lokasi,
pemasangan tanda larangan masuk, himbauan, pagar lokasi, penerapan
disiplin dan Standart Operation Procedure (SOP), serta taat terhadap
Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) seperti penggunaan helm
pengaman, masker hidung, sabuk pengaman, dan lain-lain.
3) Lokasi Pengelolaan.

80
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan rumah sakit di
RT/RW 17/005 Kelurahan Xxxxx Kecamatan Xxxxxxx Kota Xxxxx.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan pada tahap konstruksi sampai kegiatan
pembangunan fisik Rumah Sakit dan fasilitasnya selesai.

5.1.3 Tahap Operasi


a. Pengelolaan dampak lingkungan terkait rekrutmen karyawan rumah sakit dan
seleksi calon karyawan.
1) Sasaran Pengelolaan.
Yang menjadi sasaran pengelolaan adalah masyarakat pencari kerja
terutama yang memiliki spesifikasi di bidang pengelolaan rumah sakit dan
fasilitasnya, serta masyarakat yang telah mendaftar untuk bekerja di Rumah
Sakit Xxxxx Kota Xxxxx.
2) Upaya Pengelolaan.
Upaya pengelolaan dilakukan dengan cara mengumumkan jumlah
kesempatan atau lowongan kerja sebanyak 200 orang tenaga yang
dibutuhkan berdasarkan spesifikasi kebutuhan manajemen rumah sakit,
serta pelaksanaan seleksi calon karyawan dilakukan secara transparan.
Selain itu juga direncanakan pelaksanaan peningkatan kualitas dan kuantitas
Sumber Daya Manusia Rumah Sakit melalui berbagai program magang,
diklat maupun kursus.
Meningkatkan kemampuan pekerja dengan latihan ketrampilan/
permagangan bagi tenaga pengurus rumah sakit, kerjasama dengan Dinas
kebersihan dalam menangani persampahan, dengan pihak Kepolisian dalam
melatih satpam, penanggulangan keadaan darurat pada Dinas Kebakaran,
serta peningkatan kesehatan kerja melalui Askes tenaga kerja guna
pememeriksaan kesehatan pekerja ke paramedis setiap tahun.
Guna menjaga keharmonisan diperlukan Pengarahan dan selalu konsisten
dalam menegaskan aturan yang sudah disepakati bersama pekerja.
3) Lokasi Pengelolaan.

81
Pengumuman dilaksanakan di media massa, Dinas Nakertrans Kota Xxxxx
serta Kantor manajemen Rumah Sakit agar diperoleh tenaga yang
profesional dibidangnya. Sedangkan Seleksi karyawan Rumah Sakit dan
peningkatan SDM dapat dilaksanakan pemrakarsa di tempat lain yang
dianggap layak.

4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.


Tahap Pengumuman sampai seleksi karyawan Rumah Sakit dilaksanakan 14
(empat belas) hari; sedangkan program peningkatan SDM karyawan Rumah
Sakit dilaksanakan secara terus menerus dan berkala sesuai tingkat
kebutuhan manajemen rumah sakit.

b. Pengelolaan Dampak Lingkungan Operasional Rumah Sakit dan Fasilitasnya


1) Sasaran Pengelolaan
Sasaran pengelolaan pada manajemen rumah sakit, sistem pengelolaan
rumah sakit dan sarana prasarana pendukung Rumah Sakit Xxxxx.
2) Upaya Pengelolaan
Upaya pengelolaan untuk tujuan meminimalisir dampak lingkungan berupa
peningkatan pencemaran air karena aktifitas manusia saat operasional
Rumah Sakit. Karena itu pengolahan semua limbah cair dari semua unit
operasi Rumah Sakit Xxxxx akan diolah dengan sistem Bio Filter Anaerob
dan Aerob, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Limbah cair dari Unit UGD, Operasi dan laboratorium akan melalui
proses pre-treatment setelah itu dialirkan ke Equilizing tank. Kemudian
limbah cair dari toilet dan laundry dialirkan ke Equilizing tank dan
limbah cair dari dapur di treatment (untuk menangkap lemak dan
minyak) selanjutnya dialirkan ke Equilizing tank.
b. Semua limbah cair dalam Equilizing tank dihomogenkan dan
ditambahkan kadar oksigen terlarut (DO), selanjutnya dipompa ke arah
STP Biofilter serta diolah secara biologis anaerob dan aerob.
c. Dari STP Biofilter air yang telah memenuhi baku lingkungan dialirkan
ke bak sedimentasi dan ditambahkan PAC untuk mengendapkan zat-zat
tersuspensi yang sebagian kemungkinan mengandung B3, padatan yang
mengendap diharuskan di sedot secara periodik.

82
d. Dari bak sedimentasi air dialirkan menuju tangki penampungan (storage
tank) untuk di recycle kembali atau dibuang ke badan air.

Upaya pengelolaan kualitas udara dengan memelihara pohon yang


sudah ada dan menanam kembali atau menyediakan tanaman in door dalam
tiap ruangan dapat menyerap polutan yang ada maupun menyerap tingkat
kebisingan. Beberapa tanaman in door yang dianjurkan yaitu Siri Belanda (
Epipremnum aureum) meredam 53 % dari total Benzena sebesar 0,156 ppm
per hari juga menekan 67 % dari total formaldehid 18 ppm dan 75 % dari
total karbon Monoksida sebesar 113 ppm . Tumbuhan ini merambat berdaun
kuning, termasuk Sansivieria/ lidah mertua dan pakis Boston (Hasim,2008).
Pengelolaan polutan dengan menggunakan tanaman out door yaitu
Puring/croton ; menurut hasil penelitian Ir Suparwoko Univ. Islam
Indonesia, Yokyakarta, croton paling baik dalam menyerap Timbal. Sehelai
daun Puring mampu menyerap 2,05 mg/l timbal, beringin (Ficus benjamina)
hanya 1,025 mg/l dan Tanjung (Mimusops elengi) 0,505 mg/l (Trubus ,Agts
2008). Disamping itu perlu menyiapkan tempat/ ruang terbuka bagi perokok
dengan tanaman seperti di atas.
Upaya pengelolaan sistim drainase, sumur resapan, dipelihara sehingga
tetap berfungsi dengan baik.
Upaya pengelolaan untuk tujuan mengurangi timbunan sampah padat
dilakukan dengan cara memasang tanda larangan membuang sampah
sembarangan, menyediakan tempat sampah dan TPS Rumah Sakit dengan
peruntukan sebagai berikut: sampah umum dalam kantong plastik warna
hitam, semua sampah akan diteruskan ke incenerator disimpan di dalam
plastik berwarna kuning strip hitam. Limbah sebaiknya di incinerasi dan
dapat dibuang ke Landfill. Limbah yang harus disterilisasi di tempatkan
dalam kantong biru muda. Sedangkan limbah padat radioaktif disimpan di
dalam kotak yang dilapisi logam Pb dan beri identitas khusus bahan
radioaktif (selanjutnya diolah di Badan Tenaga Atom (BATAN) dan limbah
radiokatif cair dengan waktu paruh pendek di simpan dalam kotak berlapis
Pb sampai aktivitasnya.

83
Pembuatan sebuah TPS rumah sakit memudahkan saat menjalin
kerjasama dengan Dinas Kebersihan Kota Xxxxx agar pengangkutan
sampah dari TPS Rumah Sakit dilakukan secara rutin.
Upaya pengelolaan untuk tujuan meminimalisir kecelakaan kerja dan
kebakaran dilakukan dengan cara penerapan SOP dan K3 secara ketat,
pelatihan penanggulangan bahaya kebakaran bagi karyawan, pemasangan
tabung pemadam, akses jalan yang cukup untuk kendaraan pemadam
kebakaran, pemasangan tanda larangan (merokok, parkir, berhenti), tanda
bahaya (gampang terbakar, gampang meledak), maupun himbauan.
3) Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan fasilitas berada dalam lokasi rumah sakit.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan :
Mengatur Jadwal penyedotan tinja secara rutin melalui Dinas Kebersihan
Kota Xxxxx adalah cara yang tepat sebelum tangki septik penuh, serta
menganalisa kualitas air maksimal dua kali dalam setahun pada
Laboratorium terakreditasi di tingkat provinsi atau laboratorium lingkungan
pada Dinas Kesehatan Kota Xxxxx. dan dilaporkan ke BPLHD Kota Xxxxx
tiap 6 (enam) bulan.

5.1.4 Tahap Pasca Operasi


a. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pengalihan Fungsi Lahan.
1) Sasaran Pengelolaan.
Sasaran pengelolaan pada kegiatan ini adalah karyawan Rumah Sakit dan
penghuni perumahan di sekitarnya.
2) Upaya Pengelolaan.
Upaya pengelolaan untuk meminimalisir dampak akibat kegiatan ini
dilakukan dengan cara pemberian informasi yang lengkap mengenai alasan
pengalihan fungsi lahan dari rumah sakit ke usaha/kegiatan lain sehingga
karyawan dan pemilik/penghuni dapat memahaminya sehingga tidak timbul
konflik dan keresahan.

3) Lokasi Pengelolaan.
Pengelolaan dampak kegiatan pengalihan fungsi lahan dilaksanakan di
lokasi Rumah Sakit.

84
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Waktu pemberian informasi kepada karyawan dilaksanakan 2-5 bulan
sebelum pengalihan fungsi dilaksanakan sehingga karyawan dapat
mempersiapkan diri secara lebih baik. Sedangkan informasi kepada
karyawan dilakukan paling lambat 1 tahun sebelum dialihfungsikan
sehingga karyawan dapat mempersiapkan diri lebih baik.

b. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pembongkaran Bangunan.


1) Sasaran Pengelolaan.
Sasaran pengelolaan dari kegiatan ini adalah pemilik bangunan Rumah Sakit
yang dibongkar.
2) Upaya Pengelolaan.
Upaya pengelolaan dampak akibat kegiatan ini dilakukan dengan cara
sosialisasi pada masyarakat sekitar tentang rencana dan waktu pembongkaran,
mempekerjakan tenaga kerja non skill sekitar lokasi rumah sakit, mencegah
debu yang berterbangan dengan menyiram lokasi, mengatur alat berat dan arus
lalu lintas agar tidak terjadi kecelakaan lalulintas maupun tenaga kerja,
mendaur ulang sebahagian bahan bangunan.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengelolaan dampak kegiatan pembongkaran bangunan rumah sakit
dilaksanakan pada kawasan rumah sakit.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Sosialisasi, penyerapan tenaga kerja dan pembongkaran dilaksanakan dalam
waktu secepatnya.

c. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pemutusan Hubungan Kerja.


1) Sasaran Pengelolaan.
Sasaran pengelolaan dari kegiatan ini adalah karyawan yang akan di-PHK,
terutama yang tidak dipekerjakan kembali pada usaha yang baru.
2) Upaya Pengelolaan.

85
Upaya pengelolaan dampak akibat kegiatan ini dilakukan dengan cara
pemberian pesangon sesuai dengan kontrak kerja dan aturan ketenagakerjaan ,
mengalihkan tenaga kerja tersebut ke usaha lain/baru, dan/atau mengusahakan
bantuan modal usaha dari lembaga atau instansi lain.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengelolaan dampak kegiatan PHK dilaksanakan di manajemen rumah sakit.
4) Waktu dan durasi Pengelolaan.
Pemberian pesangon, mengalihkan tenaga kerja ke usaha lain/baru, dan/atau
mengusahakan bantuan modal usaha dari lembaga / instansi lain dilakukan
saat pelaksanaan PHK.

5.2 Upaya Pemantauan Dampak Lingkungan Hidup


5.2.1 Tahap Pra konstruksi.
a. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Pembebasan Lahan.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan adalah masyarakat sekitar lokasi rencana usaha.
2) Parameter Yang Dipantau.
Tanggapan masyarakat yang berdomisili di sekitar lokasi dalam bentuk
positif, maupun keluhan dan keraguan.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Yang menjadi tolok ukur pemantauan dalam kegiatan ini adalah
perbandingan persentase yang menolak dan yang menerima serta alasan-
alasannya.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan dengan metode observasi, tanya jawab dan dialog
dengan masyarakat sekitar lokasi rencana usaha.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan di sekitar lokasi rencana usaha.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Observasi, dialog, tanya jawab dengan masyarakat dilakukan pada saat
sebelum pembebasan lahan.

b. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Survey dan Pengukuran.

86
1) Sasaran Pemantauan.
Sasarannya adalah masyarakat yang berbatasan langsung dengan lokasi
rencana usaha.
2) Parameter Yang Dipantau.
Jumlah dan asal persepsi negatif maupun positif terhadap rencana usaha.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Pemantauan dilakukan dengan memperhatikan dan membandingkan
jumlah persepsi negatif maupun positif.
4) Metode Pemantauan.
Observasi, dialog, tanya jawab dengan masyarakat dilakukan pada saat
sebelum pembebasan lahan.
5) Lokasi Pemantauan.
Masyarakat sekitar yang berbatasan langsung dengan lokasi rencana
usaha.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan 1-2 hari sebelum saat pelaksanaan survey dan
pengukuran oleh Rumah Sakit dan Dinas Tata Ruang Kota Xxxxx.

c. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Sosialisasi Rencana Kegiatan.


1) Sasaran Pemantauan.
Masyarakat sekitar, tokoh agama, tokoh masyarakat dan aparat kelurahan
Xxxxx.
2) Parameter yang Dipantau.
Ada tidaknya informasi tentang rencana usaha serta peluang kerja kepada
masyarakat sekitar.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Ketersediaan informasi dan bahan sosialisasi rencana kegiatan yang berisi
peluang dan kesempatan kerja serta manfaat rencana kegiatan bagi

87
pemrakarsa dan lingkungan sekitar; tingkat penerimaan masyarakat sekitar
terhadap rencana usaha.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan lewat metode observasi, dialog dan wawancara.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilaksanakan pada tempat sosialisasi rencana usaha.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Waktu pemantauan adalah saat pelaksanaan sosialisasi dan sesi dialog
dengan masyarakat sekitar.

5.2.2 Tahap Konstruksi.


a. Pemantauan Dampak Lingkungan Lingkungan Terkait Pembersihan dan
Penyiapan Lokasi.
1) Sasaran Pemantauan.
Kondisi lingkungan rumah sakit.
2) Parameter Yang Dipantau.
Tingkat partikel debu di udara dan tingkat kebisingan.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Tolok ukur pemantauan yang dipakai adalah kondisi tingkat partikel debu
serta tingkat kebisingan awal.

4) Metode Pemantauan.
Metode pemantauan yang dipakai adalah pengujian tingkat partikel debu
di udara serta tingkat kebisingan pada saat kegiatan pembersihan lahan
dan penyiapan lokasi.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi rencana usaha pembangunan rumah sakit.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan sekali pada saat kegiatan pembersihan lahan dan
penyiapan lokasi.

b. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen Tenaga Kerja.


1) Sasaran Pemantauan.

88
Sasaran Pemantauan adalah tenaga kerja di lingkungan lokasi rencana
pembangunan rumah sakit.
2) Parameter Yang Dipantau.
Parameter yang dipakai dalam pemantauan adalah jumlah tenaga kerja
yang terlibat dalam tahap konstruksi.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Tolok ukur pemantauan adalah kebutuhan minimal tenaga kerja konstruksi
sebanyak 196 orang agar pekerjaan konstruksi berjalan optimal.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilaksanakan menggunakan metode pemeriksaan daftar hadir
tenaga kerja, wawancara dengan tenaga kerja dan manajemen usaha.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi rencana usaha pembangunan Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan minimal 2 (dua) kali selama kegiatan konstruksi.

c. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Mobilisasi dan Demobilisasi Bahan


atau Material Konstruksi.
1) Sasaran Pemantauan.
Kondisi lingkungan lokasi rencana pembangunan rumah sakit saat
kegiatan mobilisasi dan demobilisasi bahan / material konstruksi.
2) Parameter yang Dipantau.
Tingkat partikel debu di udara dan tingkat kebisingan.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Kondisi tingkat partikel debu dan tingkat kebisingan daerah permukiman
sekitar Rumah Sakit Xxxxx.
4) Metode Pemantauan.
Pengukuran tingkat partikel debu dan tingkat kebisingan.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi rencana pembangunan rumah sakit.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.

89
Dilakukan saat sedang berlangsung kegiatan mobilisasi dan demobilisasi
bahan konstruksi.

d. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Pembangunan Fisik Rumah Sakit


Xxxxx dan Fasilitasnya.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan pada kegiatan ini adalah kondisi kualitas lingkungan
lokasi rencana usaha yang terdiri dari kualitas udara dan kebisingan,
kejadian kecelakaan kerja.
2) Parameter Yang Dipantau.
Tingkat partikel debu dan kebisingan, jadwal kerja, Pembagian kerja, SOP,
peralatan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) serta laporan kecelakaan
kerja.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Kualitas udara dan tingkat kebisingan, ketersediaan sarana dan prasarana
K3, Kotak P3K, jumlah kejadian kecelakaan kerja.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan lewat pengukuran kualitas udara dan kebisingan,
observasi, dialog.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan pada lokasi pembangunan rumah sakit.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan selama 3 (tiga) kali, yaitu pada awal kegiatan,
pertengahan dan akhir kegiatan untuk membandingkan ketepatan
pengelolaan yang diterapkan.

5.2.3 Tahap Operasi.


a. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen Karyawan Rumah Sakit
Xxxxx dan seleksi Calon Karyawan Rumah Sakit Xxxxx.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan dalam kegiatan ini adalah Sistem dan hasil rekrutmen
karyawan Rumah Sakit serta seleksi calon karyawan.
2) Parameter Yang Dipantau.

90
Pemantauan dilakukan terhadap jumlah minimal karyawan (200 orang),
jumlah tenaga kerja lokal yang melamar dan yang diterima, kontrak kerja
dan upah serta kriteria dan jumlah calon karyawan yang lolos seleksi.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Pengumuman seleksi dan penerimaan calon karyawan, Jumlah kebutuhan
dan jumlah hasil rekrutmen karyawan, Informasi hak dan kewajiban
karyawan, serta pengumuman pendaftaran maupun hasil seleksi calon
karyawan.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan menggunakan metode pemeriksaan terhadap
perjanjian kerja, daftar hadir calon karyawan, wawancara dengan calon
karyawan dan manajemen rumah sakit, manifest pendaftar, daftar calon
serta kelengkapan terhadap dokumen yang disyaratkan.

5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan pada kantor Rumah Sakit Xxxxx Kota Xxxxx.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan minimal 1 kali pada saat seleksi dilakukan, sebelum
rumah sakit difungsikan.

b. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Operasional Rumah Sakit dan


Fasilitasnya.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan pada kegiatan ini adalah manajemen rumah sakit,
sarana dan prasarana pendukung aktivitas rumah sakit.
2) Parameter Yang Dipantau.
Dalam rangka pencegahan dan meminimalisir dampak terhadap kualitas
air, udara dan kebisingan maka parameter lingkungan yang dipantau
adalah jumlah dan kondisi IPAL, Septic Tank, Sistem drainase, pohon
peneduh , tanda larangan / himbauan, serta SOP, jalan, fasilitas umum.
Pemantauan terhadap pengelolaan timbulan sampah dilaksanakan dengan
melihat jumlah dan kondisi Tempat sampah atau TPS, tanda larangan dan
himbauan. Pemantauan terhadap kualitas udara dan kebisingan dilakukan

91
dengan mengukur kadar NOx, SOx dan membandingkan tingkat
kebisingan pada saat rona awal dengan tahap operasi rumah sakit.
Sedangkan pemantauan hasil dari upaya pengelolaan terhadap dampak
kecelakaan kerja dan kebakaran dilakukan dengan melihat SOP,
Ketersediaan sarana dan prasarana K3, Sarana dan prasarana damkar,
Laporan jumlah kejadian Kecelakaan kerja dan kebakaran.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Kualitas udara, air dan tingkat kebisingan pada kondisi awal lokasi
sebelum ada kegiatan dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk
Rumah Sakit pada tahap operasi.

4) Metode Pemantauan.
Observasi, survey, wawancara, pengujian laboratorium pada kualitas air,
udara dan tingkat kebisingan.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Rumah Sakit Xxxxx dan sekitarnya.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan tiap 6 (enam) bulan selama rumah sakit beroperasi
dan dilaporkan ke BPLHD Kota Xxxxx serta instansi terkait.

5.2.4 Tahap pasca Operasi


a. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait
Pengalihan Fungsi Lahan.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan adalah kondisi karyawan dan manajemen rumah
sakit yang akan berhenti beroperasi.
2) Parameter yang Dipantau.
Parameter yang harus dilihat adalah apakah rumah sakit telah berhenti
beroperasi secara permanen dan penyebab pengalihan usaha, tingkat
keresahan warga dan tenaga kerja.
3) Tolok Ukur Pemantauan.

92
Tolok ukurnya adalah jumlah karyawan yang masih aktif, kondisi
manajemen rumah sakit, jumlah karyawan dan jumlah warga di sekitar
lokasi rumah sakit yang resah.
4) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Rumah Sakit Xxxxx dan sekitarnya.
5) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan sekali selama proses pengalihan usaha.

b. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait


Pembongkaran bangunan Rumah Sakit.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan adalah manajemen rumah sakit dan pemilik
bangunan.
2) Parameter Yang Dipantau.
Parameter pemantauan adalah prosedur pembongkaran dan peralatan
yang digunakan, kualitas udara dan kebisingan serta keresahan warga.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Bahan yang di daur ulang, penempatan sisa bahan bangunan,
sosialisasi dan waktu pembongkaran serta teknis penanganan
pengangkutan material, debu, kebisingan, bangkitan lalu lintas dan
jumlah tenaga kerja lokal yang diserap.
4) Metode Pemantauan.
Observasi, pengujian laboratorium, survey, wawancara dengan
pemrakarsa, tenaga kerja, lurah dan masyarakat sekitar.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Rumah Sakit Xxxxx dan sekitarnya.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan sekali saat proses pembongkaran bangunan
Rumah Sakit.

93
c. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait
Pemutusan Hubungan Kerja.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan adalah karyawan dan manajemen rumah sakit.
2) Parameter Yang Dipantau.
Parameter pemantauan adalah prosedur PHK, jumlah yang di-PHK,
serta alasan PHK, tingkat keresahan tenaga kerja.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Aturan ketenagakerjaan, kontrak kerja, besar pesangon atau
kompensasi yang diterima, kontrak penyewaan.
4) Metode Pemantauan.
Observasi, survey, wawancara dengan karyawan dan pemrakarsa.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Rumah Sakit Xxxxx dan sekitarnya.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan sekali saat proses PHK.

Camat Ndona Drs.Rapa Silvester, Koordinator IbW Ir.Stefanus Tany


94 Temu,MSi, Bupati Ende Drs. Don Bosco M. Wangge, MSi, Dr.
Muhammad Syachrial Annas (Deputi Menristek), Prof. Dr. Tualar
Simarmata, MS (Fakultas Pertanian UNPAD Bandung) dan Kepala
Seksi Penyuluhan BKP3 Kabupaten Ende saat Panen Padi.

Anda mungkin juga menyukai