Elektronika Dasar I
RANGKAIAN
ARUS BOLAK-BALIK
NIM : H21114307
ASISTEN : M. FAUZI M
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam zaman modern saat ini kebutuhan akan energi listrik sudah merupakan
kebutuhan pokok. Hal ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang
pesat sehingga menuntut tersedinya energi listrik secara besar-besaran. Untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan indutri maka pemerintah berusaha
membangun beberapa pembangkit listrik seperti pembangkit listrik tenaga uap,
tenaga disel, panas bumi, dan tenaga air.
Selanjutnya pada pembangkit/ sumber tenaga listrik saat ini banyak menggunakan
arus AC. Hal ini disebabkan karena arus ini lebih praktis dan ekonomis. Disebut
praktis karena untuk menaikkan dan menurunkan tegangan hanya dibutuhkan
transformator sedangkan ketika dihubungkan dengan alat-alat yang menggunakan
arus searah maka hanya diperlukan diode atau adaptor saja. Disebut ekonomis
karena hanya mengkonsumsi daya pada hambatan saja selain itu tidak banyak
menghasilkan panas atau kalor seperti pada tegangan arus searah (Jati, 2010).
Pada praktikum kali ini membahas mengenai rangkaian pada arus bolak-balik,
berupa rangkaian integrator dan rangkaian diferensiator. Yang selanjutnya pada
kedua rangkaian ini akan diketahui sifat dan karakteristik dari bentuk isyarat
keluarannya ketika diberi masukan berupa isyarat persegi. Dalam prktikum kali
ini juga membahas mengenai isyarat keluaran yang dihasilkan oleh rangkaian
RLC paralel.
TINJAUAN PUSTAKA
Arus bolak-balik merupakan aliran muatan listrik positif di konduktor yang arah
alirannya berubah terhadap waktu. Sumber dari arus bolak balik ini biasanya
disebut tenaga gerak listrik (tgl) da nada pula yang menyebutnya (ggl). Tgl ini
berlambang , dan memiliki satuan volt (V). tegangan AC tidak mengenal kutub
positif dan negative karena polaritas kutub-kutubnya berubah terhadap waktu
(Jati, 2010).
Sehingga dapat dilihat bahwa arus yang dipasok ke rumah-rumah dan kantor-
kantor oleh perusahaan listrik sebenarnya adalah AC untuk seluruh dunia.
Tegangan yang dihasilkan oleh suatu generator listrik berbentuk sinusoidal
dengan demikian arus yang dihasilkan pun sinusoidal. Tegangan dapat dituliskan
berdasarkan fungsi waktu seperti (Giancoli, 2001):
Potensial V berosilasi antara +V0 hingga V0. V0 disebut sebagai tegangan puncak
sedangkan f merupakan frekuensi dimana f ini merupakan osilasi lengkap yang
terjadi setiap detiknya (Giancoli, 2001).
Nilai I0 = V0/R merupakan arus puncak dimana pada arus ini akan dianggap
positif ketika elektron mengalir ke satu arah dan negatif jika mengalir ke arah
yang berlawanan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan positif arus listrik
bolak-balik akan sama seringnya dengan keadaan negatif arus (Giancoli, 2001).
Gambar II.1 Arus dan tegangan bolak-balik
jika sebuah generator penghasil listrik yang mempunyai kutub P dan berputar
sebanyak N kali dalam satu menit, maka frekuensi mempunyai persamaan (Tim
fakultas teknik UNY, 2001):
Pada arus litrik bolak-balik nilai yang terukur pada multimeter adalah nilai arus
efektifnya, yang disebut juga arus atau teangan rms (root mean squer = akar rerata
kuadat daria rus atau tegangan yang fungsi waktu) ini dibuktikan oleh
penunjukkan jarum pada multimeter pilihan AC mrnunjuk pada angka tertentu
bukannya bergoyang-goyang pada priode 1/50 sekon pada frekuensi arus itu 50
Hz (Jati, 2010).
Nilai rata-rata atau mean dari kuadrat arus atau tegangan merupakan hal yang
penting dalam menghitung daya listrik kedepannya. Nilai arus dan tegangan rata-
rata sendiri dapat dirumuskan sebagai (Giancoli, 2001):
Dalam rangkaian listrik arus bolak-balik atau AC sudut fase dan beda fase akan
memberikan informasi mengenai tegangan dan arus yang mengalir. Sednagkan,
beda fase antara tegangan dan arus pada listrik arus bolak-balik memberikan
informasi tentang sifat beban dan penyerapan daya atau energi listrik. Dengan
melihat beda fase anatara tegangan dan arus dapat diketahui sifat dari beban
apakah resistif, kapasitif atau induktif (Tim fakultas teknik UNY, 2001).
Sebuah tahanan atau resistor (R) yang terhubung dengan sumber listrik AC
( sehingga membentuk suatu rangakaian tertutup. Jika, beramplitudo m (volt),
dan memiliki frekuensi sudut (rad/s) maka pada setiap saat t berlaku (Jati,
2010):
Dari kedua persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai dan I adalah sefase ketika
bernilai maksimum maupun minimum (Jati, 2010).
II.2.2 Untaian Induktor
Untaian induktor juga biasa disebut untaian induktansi (L), berada pula pada
untaian tertutup dimana (Jati, 2010):
Selanjutnya mengacu pada persamaan (2.7) sehingga arus yang mengalir tiap saat
dapat dirumuskan, sebagai (Jati, 2010):
Untaian kapasitor ini biasa juga disebut untaian C. Kapasitansi dari kapasitor ini
bersatuan farad. Dimana kapasitor terhubung ke sumber tegangan sehingga
mampu menyimpan muatan Q. Dimana dari hal ini akan didapatkan persamaan
(Jati, 2010):
Gambar II.4 Untaian kapasitor dengan tgl bolak-balik
Sehingga diperoleh nilai muatan (Q) dalam tiap waktunya (t), adalah (Jati, 2010):
Dari hubungan ini diketahui pula bahwa besarnya arus yang mengalir pada
(Giancoli, 2001).
Pada rangkaian RLC ini mengandung ketiga elemen yaitu resistor, induktor, dan
kapasitor. Rangkaian ini dibagi lagi menjadi dua rangkaian yaitu rangkaian RLC
seri dan rangkaian RLC paralel.
Tenaga gerak listrik (tgl) pada rangkaian RLC ini berfungsi sebagai pemaksa
untuk tetap mengalirnya arus listrik. Dimana amplitude arus listrik bergantung
pada besarnya frekuensi tgl. Amplitude arus listrik terbesar dicapai pada kondisi
resonansi, yaitu kondisi dimana frekuensi tgl senilai dengan frekuensi alamiah
untai RLC (Jati, 2010).
Amplitudo arus listrik pada rangakaian ini bergantung pada besar frekuensi tgl.
Amplitudo arus terbesar dicapai pada saat terjadi kondisi resonansi, yaitu kondisi
ketika frekuensi tgl senilai dengan frekuensi alaminya.keberadaan tgl bertenaga
menyebabkan adanya arus listrik tunak I (Jati, 2010).
Dalam keadaan tunak (steady state) ini, energi yang tersimpan pada induktor dn
kapasitor adalah konstan (untuk sumber konstan) dan sesuai dengan perubahan
arus dan tegangan bentuk gelombang sumber bolak-balik (untuk sumber bolak-
balik) (Winarsih, 2002).
(XL-Xc)
R
Gambar II.6 Hubungan antar tahananan pada untaian RLC
Dimana nilai
(2.21)
Apabila megacu pada persamaan (2.18) maka akan diperoleh kaitan amplitude
arus listrik dan amplitude tgl (Jati, 2010):
Dapat diperhatikan dalam hubungan antar tahanan pada gambar (II.4) maka akan
di dapatkan persamaan (Jati, 2010):
Dimana Z merupakan impedansi dari rangkaian RLC yang bersatuan ohm (Jati,
2010).
III.3.1 Rangkaian RLC Paralel
Pada rangkaian parallel ini akan dianggap L sebagai induktansi murni yang tidak
memiliki hambatan kemudian rangkaian ini akan dihubungkan dengan suatu
sumber arus tetap agar memiliki beda tegangan yang sebanding dengan nilai
impedansinya (Arifin, 2015).
( )
Sehingga :
(2.26)
( )
nilai minimum, yaitu Y = 1/R, atau impedansi Z = 1/Y = R. ini berarti bahwa pada
resonansi, impedansi rangkaian RLC parallel mempunyai nilai maksimum (Arifin,
2015).
Selanjutnya pada rangkaian RLC keseluruhan akan didapatkan nilai frekuensi
resonansi yaitu (Sharman, 2007):
Pada frekuensi rendah Xc>XL sehingga rangkaian bersifat kapasitif (fo> f) dan
tegangan mendahului arus. Sedangkan pada frekuensi tinggi dimana Xc<XL
rangkaian bersifat induktif (fo< f) dan tegangan tertinggal dari arus. Ketika nilai
frekuensi meningkat maka nilai impedansi juga akan meningkat dan ketika nilai
impedansi nol, resonansi pada rangkaian akan terjadia arus pendek (Sharman,
2007).
Pada penguat tapis pasif (RC) maka hanya akan diperoleh daerah dengan
frekuensi operasional yang rendah. Maka untuk mendapatkan daerah operasional
yang besar haruslah digunakan tapis aktif (Sumarna, 2007).
Tapis atau filter lolos rendah merupakan tapis yang meloloskan signal frekuensi
rendah sedangkan tapis lolos tinggi merupakan tapis yang meloloskan signal
frekuensi tinggi.
Rangkaian integrator merupakan rangkaian tapis lolos rendah. Pada rangkaian ini
isyarat keluaran merupakan integral dari bentuk isyarat masukan jika tetapan
waktu RC >> T/2 (Sumarna, 2007).
Lebih jelasnya jika tetapan waktu t=RC << T, maka kapasitor akan terisi penuh
dalam waktu T/2. Tetapi, jika tetapan waktunya adalah t=RC>> T, maka sebelum
kapasitor terisi penuh, tegangan Vs sudah berbalik menjadi negatif. Akibatnya
kapasitor segera dikosongkan dan diisi muatan negatif menuju ke Vp. Tetapi,
belum lagi terisi penuh, Vs sudah berubah tanda lagi. Hal inilah yang
menyebabkan isyarat keluaran akan berupa suatu tegangan yang berbentuk isyarat
gelombang sinusoidal berbentuk segitiga (Arifin, 2015).
Selain itu rangkaian integrator ini juga digunakan dalam komputer analog
(Budijatno, 2012).
Pada rangkaian diferensiator bekerja rangkaian tapis lolos tinggi. Dimana pada
rangkaian ini bentuk isyarat keluaran merupakan diferensial dari isyarat masukan
jika tetapan waktu RC<<T/2 (Sumarna, 2007). Sedangkan apabila tetapan waktu
RC >> T, atau untuk nlai f >> 1/RC, bentuk insyarat mirip dengn isyarat masukan,
akan tetapi puncaknya miring. Dan jika RC<< T, atau f << RC, isyarat akan
berbentuk denyut dengan tegnagan puncak 2V (Arifin, 2015).
METODOLOGI PERCOBAAN
a) Sinyal Generator
b) Osiloskop
c) Papan PCB
d) Kabel Jumper
a) Resistor
BAB IV
IV.1 Hasil
1 500 Hz 7,5 V 4V
3 2000 Hz 7,5 V 1V
5 10.000 Hz 8V 0,2 V
6 20.000 Hz 8V 0,1 V
1 500 Hz 7,5 V 8V
2 1000 Hz 7,5 V 10 V
3 2000 Hz 7V 9V
4 5000 Hz 5V 8V
Frekuensi 500 Hz :
Frekuensi 1 kHz :
Frekuensi 2 kHz :
Frekuensi 5 kHz :
Frekuensi 10 kHz :
Frekuensi 20 kHz :
IV.2.2 Rangkaian Diferensiator
Frekuensi 500 Hz :
Frekuensi 1 kHz :
Frekuensi 2 kHz :
Frekuensi 5 kHz :
Frekuensi 10 kHz :
Frekuensi 20 kHz :
Frekuensi 500 Hz :
Frekuensi 1 kHz :
Frekuensi 2 kHz :
Frekuensi 5 kHz :
Frekuensi 10 kHz :
Frekuensi 20 kHz :
IV.3 Grafik
9
8
7
6
Tegangan (V)
5
4 V input
3 V output
2
1
0
0 5000 10000 15000 20000 25000
frekuensi (Hz)
12
10
8
Tegangan (V)
6
V input
4 V output
0
0 5000 10000 15000 20000 25000
frekuensi (Hz)
IV.3.3 Grafik Rangkaian RLC Paralel
0.3
0.25
0.2
Tegangan (V)
0.15
V input
0.1 V output
0.05
0
0 5000 10000 15000 20000 25000
frekuensi (Hz)
IV.4 Pembahasan
Pada rangkain Integrator dapat dilihat bahwa nilai tegangan input selalu lebih
besar dari tegangan output. Dapat diamati pula bahwa pada rangkaian integrator
masukan dengan frekuensi rendah memiliki tegangan output lebih besar
dibandingkan masukan dengan frekuensi tinggi. Dimana pada data dapat dilihat
pada frekuensi 500 Hz teganagn input yaitu 7,5 volt dengan outputnya yaitu 4
volt, pada frekuensi 10000 Hz tegangan input yaitu 7,5 volt dengan tegangan
output 1,5 volt, pada frekuensi 2000 Hz tegangan input sebesar 7,5 volt dan
tegangan output 1 volt, pada frekuensi 5000 Hz tegangan input 7,5 volt dengan
output sebesar 0,3 volt, pada frekuensi 10000 hz tegangan input sebesar 8 volt
dengan output sebesar 0,2 volt dan pada frekuensi 20000 volt tegangan input
sebesar 8 volt dengan tegangan output sebesar 0,1 volt. Pada data dapat dilihat
walaupuan ada peningkatan besar tegangan input namun tetap terjadi penurunan
tegangan output. Hal ini membuktikan bahwa pada rangkaian integrator hal yang
mempengaruhi besarnya keluaran adalah besarnya frekuensi. Dimana semakin
besar frekuensi input maka akan semakin kecil tegangan keluarannya karena pada
rangkaian hanya dapat meloloskan tegangan berfrekuensi kecil.
Hubungan ini dapat dilihat dari penggabaran grafik dimana semakin besar
frekuensi maka tegangan masukan akan semakin besar pula nilainya dan tegangan
masukan semakin kecil nilainya.
Sedangkan pada pengolahan data akan didapatkan nilai tanggapan amplitude dan
tanggapan fasa dari rangkaian integrator ini dimana nilai dari tanggapan dari tiap-
tiap data adalah bernilai negatif hal ini menunjukkan pada kapasitor terdapat
pengisian dan pengosongan kapasitor yang tidak stabil (sesuai dengan teori)
dimana untuk waktu t=RC << T, maka kapasitor akan terisi penuh dalam waktu
T/2. Tetapi, jika tetapan waktunya adalah t=RC>> T, maka sebelum kapasitor
terisi penuh, tegangan Vs sudah berbalik menjadi negatif. Akibatnya kapasitor
segera dikosongkan dan diisi muatan negatif menuju ke Vp. Tetapi, belum lagi
terisi penuh, Vs sudah berubah tanda lagi. Hal ini juga menandakan bahwa bntuk
gelombang keluaran dari rangkaian ini berupa gelombang sinusoidal gergaji.
Dapat dilihat pada rangakaian diferensiator ini nilai tegangan keluaran selalu lebih
besar dibandingkan nilai tegangan masukan. Pada tegangan masukan nilainya
akan semakin menurun seiring dengan pertambahan besar frekuensi dan pada
tegangan output nilainya semakin bertambah seiring dengan pertambahan nilai
besaran frekuensi. Pada rangkaian diferensiator ini merupakan rangkaian yang
meloloskan signal berfrekuensi tinggi.
Hubungan antara tegangan keluaran dan tegangan masukan sendiri dapat dilihat
pada grafik sebelumnya dan pad atanggapan amplitudo dan tanggapan fasa dari
rangkaian ini menurut pengolahan data menunjukkan nilai yang selalu positif
tidak seperti pada rangkaian integrator yang bernilai negatif.
Pada rangkaian RLC Paralel hasil data pengamatan. Dimana pada frekuensi
sebesar 500 Hz tegangan input bernilai 0,18 volt dengan output sebesar 0,04 volt,
pada frekuensi 1000 Hz tegangan input sebesar 0,24 volt dengan tegangan output
sebesar 0,04 volt, pada frekuensi 2000 Hz tegangan input sebesar 0,22 volt dengan
tegangan output menurun menjadi 0,02 volt, pada frekuensi 5000 Hz tegangan
input sebesar 0,19 volt dengan output naik menjadi sebesar 0,03 volt, nilai
tegangan input semakin menurun seiring dengan besarnya nilai frekuensi dimana
pada saat frekuensi 10000 Hz inputnya sebesar 0,16 volt dengan output sebesar
0,02 volt, dan pada frekuensi 2000 Hz tegangan input mencapai nilai 0,16 volt
dengan nilai tegangan output sebesar 0,02 volt. Secara rata ratanya dapat dilihat
bahwa apabila nilai frekuensi bertambah besar maka nilai tegangan input dan
tegangan output akan semakin mengecil.
Hubungan antara tegangan masukan dan tegangan keluaran pada rangkaian RLC
paralel ini dapat dilihat dari grafik yang ada . dimana besarnya impedansi atau
tegangan yang dihasilkan oleh rangkaian dipengaruhi oleh induktansi, resistansi
dan capasitansi rangkaian tersebut.
V.1 Kesimpulan
1. Dapat diketahui sifat dan karakteristik dari bentuk isyarat keluaran baik
rangkaian diferensiator maupun integrator saan dberi masukan isyarat
persegi. Sebagaimana di lihat bahwa isyarat keluarannya berupa
gelombang sinussoidal berbentuk gergaji.
2. Dapat diukur tanggapan amplitudo dan tanggapan fase dari ketiga
rangkaian dari suatu sumber AC tegangan tetap untuk tapis lolos rendah
dan tapis lolos tinggi pada rangkaian RC ini.
3. Dapat diukur nilai tanggapan amplitudo rangkaian RLC terhadap sumber
AC arus tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Jati, Bambang Murdaka Eka, Tri Kuntoro Priyambodo. 2010. Fisika Dasar.
Yogyakarta. Penerbit Andi