Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


AKUNTANSI BANK SYARIAH

oleh :
LALU HARDI YULIA SASTRAWAN
(1500012156)
AKUNTANSI
BANK DAN LEMBAGA KUANGAN SYARIAH / KELAS D
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memperkenankan penulis untuk
menyelesaikan makalah Akuntansi Syariah tentang Sejarah, prospek dan tantangan akuntansi
syariah. Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bank dan Lembanga Keuangan Syariah

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, sumbangan pemikiran dan masukan yang
bersifat membangun dari semua pihak sangat saya harapkan guna kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini besar manfaatnya untuk kita semua. Aamiin..

Yogyakarta, 31 Desesmber 2016

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A . Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Akuntansi Syariah ........................................................................ 2
B. Pengertian Akuntansi Syariah .................................................................. 6
C. Prinsip Umum Akuntansi Syariah ............................................................ 6
D. Prospek akuntansi Syariah ........................................................................ 7
1. Prospek Implementasi .................................................................... 7
2. Pemahaman Yang benar akan Makna Akuntansi .......................... 8
3. Prospek dan Tantangan Akuntansi Syariah ................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... ..................... 10
B. Penutup .................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pesat dalam kegiatan usaha dan lembaga keuangan ( bank, asuransi,
pasar modal, dana pensiun dan lain sebagainya ) yang berbasis syariah. Dalam tiga dekade
terakhir, lembaga keuangan telah meingkatkan volume dan nilai transaksi berbasis syariah
yang tentunya meningkatkan kebutuhan terhadap akuntansi syariah.
Selanjutnya, perkembangan pemikiran mengenai akuntansi syariah juga makin berkembang,
yang ditandai dengan makin diterimanya prinsip-prinsip transaksi syariah di dunia
internasional.
Sejarah perkembangan akuntansi yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran yang absolut.
Namun untuk sejauh ini masyarakat di sekitar belum sepenuhnya memahami akan
pengaplikasian akuntansi di lingkungan dari caa penempatannya.
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana sejarah perkembangan akuntansi syariah ?
B. Bagaimana prospek akuntansi syariah ?
C. Bagaimana prinsip umum Akuntansi syariah ?
D. Bagaimana tantangan akuntansi syariah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan akuntansi syariah
2. Untuk mengetahui prospek serta tantangan akuntansi syariah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Akuntansi Syariah


Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti yaitu bagian dari ilmu
pengetahuan yang berhubunggan dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang bersifat
kebenaran absolute.
Perubahan ilmu akuntansi dari bagian ilmu menjadi ilmu sosial lebih disebabkan oleh faktor-
faktor perubahan dalam masyarakat yang semula dianggap sebagai sesuatu yang
konstan,misalnya traksaksi usaha yang akan dipengaruhi oleh budaya dan tradisi serta
kebiasaan dalam masyarakat.
Akuntansi dalam islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perintah Allah
SWT dalam (QS 2:282) untuk melakukan pencatatan dalam melakukan transaksi usaha.
Implikasi lebih jauh adalah keperluan terhadap suatu sistem pencatatan tentang hak dan
kewajiban, pelaporan yang terpadu dan komprehensif.
Islam memandang akuntansi tidak sekadar ilmu yang bebas nilai untuk melakukan
pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai islam
(islamic values) sesuai ketentuan syariah. Ilmu penting ini ternyata dikembangkan oleh
filosof islam yang terkenal yaitu Abu Yusuf bin Ishaq Al Khindi yang lahir tahun 801 M.
Juga Al Karki dan Al Khawarizmi yang merupakan asal dari kata algorithm, algebra juga
berasal dari kata arab yaitu al jabr. Demikian juga sistem nomor desimal dan angka 0
yang kita pakai sekarang yang disebut angka arab sudah dikenal sejak 874 M, yang sudah
diakui oleh Hendriksen merupakan sumbangan arab islam terhadap akuntansi.
Ibnu khaldun (lahir tahun 1332) adalah seorang filosof islam yang juga telah berbicara
tentang politik, sosiologi, ekonomi , bisnis , perdagangan. Bahkan ada dugaan bahwa
pemikiran mereka itulah sebenarnya yang dikemukakan oleh para filosof barat belakangan
yang muncul pada abad ke -18 M. Sebenarnya sudah banyak pula ahli akuntan yang
mengakui islam , misalnya RE Gambling, Wilnliam Roget, Baydoun, Hayashi dari jepang
dan lain lain. Seperti paciolli dalam memperkenalkan sistem double entry melalui ilmu
matematika. Sistem akuntansi dibangun dari dasar kesamaan akuntansi. Aset = Labilitas +
Ekuitas (A = L+E). Karena aljabar ditemukan pertama tama oleh ilmuan muslim di zaman
keemasan islam, maka sangat logis jika ilmu akuntansi juga telah berkembang pesat di zaman
itu, paling tidak menjadi dasar perkembangannya.
Penemuan metode baru dalam akuntansi selalu mengalami penyesuaian dengan
kondisi tertentu sehingga dalam perkembangan selanjutnya ilmu akuntansi lebih cenderung
dengan ilmu social. Islam juga memandang akuntansi tidak hanya sekedar ilmu yang bebas
menilai untuk melakukan pencatatan dan pelaporan saja, akan tetapi sebagai alat untuk
menjalankan nilai-nilai islam sesuai ketentuan syariah.
Negara madinah merupakan letak awal perkembangan islam yaitu pada tahun 622 m
atau tahun 1 H. Hal ini didasari oleh konsep bahwa seluruh muslim adalah bersaudara tanpa
memandang ras, suku, warna kulit, dan golongan lainnya, sehingga kegiatan kenegaraan
dilakukan secara gotong royong atau kerja sama karnanya Negara tersebut tidak memiliki
pemasukan dan pengeluaran.
Bentuk sekretariat didirikan akhir tahun 6 H Nabi Muhammad SAW bertindak sebagai
kepala Negara dan juga sebagai ketua Mahkama Agung. Mufti besar dan panglima perang
tertinggi bertindak sebagai penanggung jawab administrasi Negara.
Pada abad 7 rasul mendirikan baitul maal. Fungsinya sebagai penyimpanan ketika adanya
pembayaran wajib zakat dan usur (pajak pertanian dari muslim) dan adanya perluasan
wilayah atau jizia yaitu pajak perlindungan dari non muslim, dan juga adanya kharaj yaitu
pajak pertanian, non muslim. Nabi telah menunjukan petugas qadi (banyak) yaitu sejumlah
42 orang di bagi menjadi empat bagian yaitu; dan sekertaris, pencatat administrasi, yaitu:
1. Sekretaris pernyataan
2. Sekretaris hubungan pencatat tanah
3. Sekretaris perjanjian
4. Sekretaris peperangan
Akuntansi bukanlah suatu profesi baru, luca paciolli dalam bukunya yang berjudul
Summa de arithmetika Geomitria Proportionalita pada tahun 1494 M membahas mengenai
double entry book keeping. Luca paciolli menyederhanakan bentuk akuntansi yang dilakukan
pada zaman sebelum Masehi, sehingga ia ditetapkan sebagai penemu akuntansi modern,
meskipun dia mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan lebih dari satu abad yang lalu.
Zaman Empat Khalifah
a. Abu Bakar Assidiq
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat
sederhana, dimana pemerintahan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang, sehingga
hamper tidak pernah ada sisa.
b. Umar bin Khattab
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab sudah dikenalkan dengan istilah Diwan
yaitu tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi dicatat dan disimpan
yang berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji. Khalifah Umar menunjukkan bahwa
akuntansi berkembang dari suatu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat dari hubungan antar
masyarakat. Selain itu Baitul Maal sudah diputuskan di daerah-daerah taklukan islam.
c. Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah Utsman, memperkenalkan tentang istilah khittabat
al-Rasull wa sirr yaitu berarti memelihara pencatatan rahasia. Dalam hal pengawasan
pelaksanaan agama dan moral lebih difokuskan kepada muhtasib yaitu orang-orang yang
bertanggung jawab atas lembaga al hisbah, misalnya mengenai timbangan, kecurangan dalam
penjualan, orang yang tidak banyak hutang dan juga termasuk ke dalam perhitungan ibadah
bahkan termasuk memeriksa iman, dan juga masih banyak yang lain yang termasuk
perhitungan atau sesuatu ketidak adilan didunia ini untuk semua mahluk
d. Ali Bin Abi Thalib
Pada masa pemerintahan Ali yaitu adanya system administrasi Baitul Maal difokuskan
pada pusat dan lokal yang berjalan baik seperti, surplus pada BM dibagikan secara
professional sesuai dengan ketentuan rasulallah Saw. Adanya surplus ini menunjukkan bahwa
proses pencatatan dan pelaporan berlangsung dengan baik
Khalifah Ali memilki konsep tentang pemerintahan, administrasi umum dan masalah-masalah
yang berkaitan dengannya secara jelas. Konsep tersebut lebih dijelaskan dalam surat yang
ditunjukan kepada Malik Ashter Bin Harith. Surat itu menggambarkan kebijakan terhadap
konsep-konsepnya yang ditiru secara luas dalam administrasi publik.
Lahirnya akuntansi syariah sekaligus paradigma baru sangat terkait dengan kondisi
obyektif yang melingkupi umat islam secara khusus dan masyarakat dunia secara umum.
Kondisi tersebut meliputi : norma agama, kontribusi umat islam pada masa lalu, sistem
ekonomi kapitalis yang berlaku saat ini, dan perkembangan pemikiran.
1. Norma agama
Ajaran agama sejak awal sudah memberikan persuasi normatif bagi para pemeluknya
untuk melakukan pencatatan atas segala transaksi dengan benar dan adil. Seperti yang Allah
firmankan dalam surat Al-baqarah ayat 282 , yang bunyinya :
hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menulisnya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana
Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang
itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah
Rabbnya , dan janganlah ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya .... (QS: Al-baqarah :
282)
Ayat tersebut sangat berpengaruh dalam cara berbisnis yang benar dan cara berprilaku umat
islam dalam dunia nyata . ayat tersebut bukan hanya sekedar norma dalam pandangan umat
islam akan tetapi praktik yang membumi dalam bentuk prilaku manusia sehingga menjadi
nyata dalam dunia empiris , bisa digunakan dalam standar mikro dan makro dikehidupan
umat islam yaitu dalam konteks negara dan invidu manusia.
2. Kontribusi umat islam
Umat islam dapat berkontribusi dalam pereknomian negara dengan cara-cara yang
benar sesuai Al-quran , seperti yang diajarkan oleh tokoh-tokoh muslim pada awal lahirnya
akuntansi yang berbasis pada Al-Quran. Dengan demikian bahwa lahirnya akuntansi syariah
dapat membawa dampak yang positif bagi perekonomian negara , khususnya perekonomian
individu.
3. Sistem kapitalis
Sofyan Syafri Harahap (1992) melihat dari sudut nilai-nilai islam yang ada di dalam
konsep akuntansi kapitalis. Dari analisis terhadap prinsip dan sifat-sifat akuntansi beliau
mengemukakan bahwa banyak prinsip itu yang sesuai dengan konsep islam seperti :
prinsip substance over form, reability, objektivity, timelines, dan lain sebagainya. Dalam
membahas mengenai perbedaan akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional beliau
membahas bahwa akuntansi kapitalis mengutamakan pihak pemodal , sedangkan akuntansi
syariah mengutamakan semua pihak bukan saja pemodal tetapi juga karyawan, pemerintah,
sosial lingkungan dan, nilai sesama.
B. Pengertian Akuntansi Syariah
Akuntansi menurut bahasa arab disebut muhasabah. Kata muhasabah bersal dari kata
kerja hasaba,dapat pula diucapkan dengan hisab, haibah, muhasabah, dan hisaba. Akuntansi
secara umum yaitu kegiatan mencatat , menggolongkan, mengikhtisarkan, sehingga
dihasilkan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan. Sedangkan pengertian syariah adalah aturan yang ditetapkan oleh
Allah SWT dalam melakukan seluruh kegiatan baik ibadah mahdhoh seperti shalat, zakat,
puasa, dan haji maupun muamalah.
Ibnu abidin berkata catatan atau pembukuan seorang agen (makelar) dan kasir bisa menjadi
bukti berdasarkan kebiasaan yang berlaku. Kalau si pembeli atau kasir maupun makelar itu
tidak menggunakan catatan khusus itu bisa merugikan orang lain karena biasanya barang-
barang dagangan itu tidak dilihat, seperti halnya barang-barang yang dikirim ke koneksi-
koneksinya didaerah jauh. Jadi, dalam keadaan sperti ini, mereka biasanya berpegang pada
ketentuan-ketentuan yang tertulis didalam daftar-daftar atau surat-surat yang dijadikan
pegangan ketika timbul risiko atau kerugian.
Dengan demikian dapat didefinisikan sebagai akuntansi syariah yaitu proses akuntansi atas
transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
C. Prinsip Umum Akuntansi Syariah
Nilai pertanggungjawaban, Keadilan, dan kebenaran selalu melekat dalam sistem
akuntansi syariah. Ketiga nilai tersebut tentu saja telah menjadi prinsip dasar yang universal
dalam operasional akuntansi syariah. Apa makna yang terkandung dalam tiga prinsip umum
tersebut ?. Berikut uraian ketiga prinsip yang terdapat dalam surat Al-Baqarah: 282.
1. Prinsip Pertanggung jawaban
Prinsip pertanggungjawaban atau akuntabilitas merupakan konsep yang tidak sasing
lagi di kalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep
amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi manusia dengan
sang Khaliq mulai dari alam kandungan. Manusia dicipatakan oleh Allah sebagai Khalifaq di
muka bumi. Manusia dibebani amanah oleh Allah untuk menjalankan fungsi-fungsi
kekhalifahannya. Inti kekhalifahannya adalah menjalankan atau menunaikan amanah.
Banyak ayat Al-quran yang menjelaskan tentang proses pertanggungjawaban manusia
sebagai pelaku amanah Allah di muka bumi. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi
adalahbahwa individu yang terlibat dalam peraktik bisnis harus selalu melakukan
pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan di perbuat kepada pihak-pihak yang
terkait. Wujud pertanggungjawaban biasanya dalam bentuk laporan akuntansi.
2. Prinsip Keadilan
Jika di tafsirkan lebih lanjut, ayat 282 surat Al-Baqarah mengandung prinsip keadilan
dalam melakukan transaksi. Prinsip keadilan ini tidak saj merupakan nila yang sangat penting
dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai yang secara inheren
melekat dalam fitrah manusia. Hal ini berarti bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki
kapasitas d
Dalam konteks akuntansi, menegaskan, kata adil dalam ayat 282 surat Al-Baqarah,
secara sedehana bahwa setiap transaksi yang di lakukan oleh perusahaan di catat dengan
benar. Misalnya, bila nila transaksi adalah Rp 100 Juta, maka akuntansi (perusahaan) akan
mencatatnya dengan jumlah yang sama. Dengan kata lain, tidak ada window dressing dalam
praktik akuntansi perusahaan.
Dengan demikian, kata keadilan dalam konteks aplikasi akuntansi mengandung dua
pengertian, yaitu: Pertama, berkaitan dengan praktik moral, yaitu kejujuran, yang merupakan
faktor yang sangat dominan. Tanpa kejujuran ini, informasi akuntansi yang disajikan akan
menyesatkan dan sangat merugikan masyarakat. Kedua, kata adil leboih bersifat fundamental
(dan tetap berpijak pada nilai nilai etika/syariah dan moral). Pengertian kedua inilah yang
lebih merupakan sebagai pendorong untuk melakukan upaya-upaya dekonstruksi terhadap
bangun akuntansi modern menuju pada bangun akuntansi (alternatif) yang lebih baik.
3. Prinsip Kebenaran
Prinsip kebenaran ini sebenarnya tidak dapat di lepaskan dengan prinsip keadilan.
Sebagai contoh misalnya, dalam akuntansi kita akan selalu di hadapkan pada masalah
pengakuan, pengukuran, dan pelaporan. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan baik apabila di
landaskan pada nilai kebenaran. Kebenaran ini akan menciptakan keadilan dalam mengakui,
mengukur, dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi.
Kebenaran dalam Al-quran tidak di perbolehkan mencampur-adukkandengan
kebathilan. Namun, barnagkali ada pertanyaan dalam diri kita, siapakah yang berhak
menentukan kebenaran ? alat operasioan yang dapat di jadikan ukuran tujuan praktis
kebenaran ? untuk hal ini nampaknya kita masih terkendala, namun sebagai muslim,
selayaknyalah kita tidak risau atas hal tersebut. Sebab Al-quran telah menggariskan bahwa
ukuran, alat atau instrumen untuk menetapk kebenaran, tidaklah didasaekan pada nafsu.
D. Prospek Akuntansi Syariah
1. Prospek implementasi
Dari sisi kemantapan dan kematangan teoritis, banyak orang yang percaya akan
keunggulan sistem ini, dibandingkan sistem sosialisasi dan kapitalisme. Sehingga tidak
mengherankan, kalau diskusi ekonomi Islam, ikut meramaikan tingkat dunia ekonomi.
Artinya tidak hanya ekonomi muslim saja yang terlibat dalam wacana ini, baik dalam bentuk
seminar, symposium, penelitian atau penulisan di jurnal ilmiah, tetapi tidak sedikit (makin
hari makin bertambah) ekonomi yang bukan muslim juga dapat melihat dari sisi positifnya
nilai-nilai yang di bawa oleh sistem ekonomi islam.
Ada dua persoalan yang sering dianggap sebagai ganjalan serius bagi sekelompok pihak.
Pertama, bahwa dibandingkan dengan sistem ekonomi kapitalisme misalnya, sistem ekonomi
Islam sangat bernuansa normatif. Maka, dalam pola pikir positivism yang menjadi
mainstream pengembangan ilmu saat ini, hal ini sering dipersoalkan. Tetapi terhadap mereka
yang mengkritis sistem ekonomi Islam sebagai sesuatu yang normatif, dapat di jelaskan
bahwa:
Sesungguhnya, baik sistem ekonomi kapitalisme, maupun sosialisme, juga pada
awalnya berangkat dari sesuatu yang bersifat normatif.
Kendati bersifat normatif, kalau seseorang bisa melihat sisi transedental system
ekonomi islam, makaapa yang ditawarkan oleh system ini, pasti lebih baik, karena
sifat normatifnya justru turun sebagai petunjuk dari yang maha tahu.
Kedua, banyak yang mengkritis, bahwa system ekonomi islam memmang terkesan indah,
tetapi system ini tidak punya dasar empiris. Dengan kata lain, mereka mengtakan bahwa
belum ada contoh yang dapat memebuktikan kebenaran system ini.
2. Pemahaman Yang benar akan Makna Akuntansi
Akuntansi tetap merupakan sebuah alat dalam bisnis. Melalui alat ini, diupayakan
tercapai tujuan-tujuan tertentu dalam bisnis. Secara umum kita memahami bahwa akuntansi
adalah salah satu alat bisnis bagi pihak-pihak tertentu.
Secara umum kita memahami bahwa akuntansi adalah salah satu alat bisnis bagi pihak-pihak
tertenntu. Alat ini diyakini perlu adanya untuk minimal dua tujuan utama, yakni:
1. Sebagai media pertanggung jawaban satu pihak terhadap pihak yang lain,
2. Sebagai alat bantu dalam mengambil keputusan bisnis.
Dua peran dasar ini, praktis tidak mengalami perubahan dalam akuntansi sejak zaman dahulu
kala, walaupun sejumlah perubahan tertentu lainnya terjadi dalam dunia akuntansi. Dalam
konteks tujuan pertama, walaupun tidak terlalu jelas, ada perubahan-perubahan yang intinya
bergesernya orientasi pertanggung jawaban, yakni hanya terbatas hanya kepada pemilik
modal saja/ stockholders .kalaupun kemudian muncul lagi perubahan yang memperluas area
pertanggung jawaban kepada pihak yang lebih luas yaknistakeholders, namun dominasi
kepentingan pemilik modal alis stockholders tetap terasa kental.
Dan tujuan kedua, yakni akuntansi sebagai alat pengambil keputusan hingga menjadi
bias. Apabila diperhatikan apa yang sedang terjadi dalam akuntansi konvensional maka
amatlah jelas ketimpang besar terjadinya. Misalnya peran akuntansi yang sangat memihak
kepada yang pemilik modal, atau pihak-pihak tertentudan cenderung mengabaikan aspek
keadilan. Padahal Allah SWT telah mengingatkan bahwa takarlah timbanganmu dengan
benar yang mengindikasikan perlunya ditegakkan konsep keadilan, termasuk dalam aspek
informasi dan akuntansi.
Bias-bias dalam bentuk seperti sering terjadi dalam akuntansi konvensional, bahkan
dalam beberapa hal, sudah melebihi atau menabrak batas-batas moral dan mungkin hukum
yang berlaku umum,seperti praktik window dressing, income smoothing dan semacamnya,
dengan segala bentuk pola dan ragamnya. Situasi inilah yang merupakan salah satu penyebab
kacaunya perekonomian sebuah bangsa. Mungkin krisis yang tak kunjung selesai yang sudah
sekian tahun kita alami bersama, diantaranya juga karena factor ini.
3. Prospek dan Tantangan Akuntansi Syariah
Standar akuntansi pada hakikatnya adalah sebuah aturan main yang dibangun untuk
mencegah penyalahgunaan atas wewenang yang dilakukan oleh kelompok satu terhadap
kelompok lain. Dalam suatu akuntansi misalnya, standarnya disusun agar adanya sebuah
kesejajaran antara pihak manajemen yang menyusun laporan keuangan sebagai media
pertanggung jawaban dan eksternal sebagai pembaca dan pengguna informasi.
Sebuah aturan main yang telah ditentukan itu, khususnya untuk standar akuntansi itu sendiri,
akan selalu di patuhi bilamana dipenuhi beberapa persyaratannya, persisnya kepatuhan akan
ditentukannya dua hal, yakni adanya acceptance (penerimaan) dan enforcement (daya paksa).
Secara sederhana dan normative, pertanyaan akan prospek dan tantangan akuntansi
syariah, prospeknya akan bagus, Ketika semua persyaratan diatas dapat dipenuhi, sebaliknya
tantangannya akan berat bilamana makin banyak faktor-faktor yang disebut di atas dilanggar.
Akan halnya akuntansi syariah secara realistis kita harus memahami wujudnya yang baru
muncul kembali, seiring dengan munculnya kembali wacana dan praktik ekonomi Islam,
setelah sekitar enam atau tujuh abad lamanya tenggelam. Oleh karena itu, kalaulah wujudnya
saja masih belum dikenali secara baik, maka ini bukanlah hal yang aneh.
Patut disyukuri secara realitas bahwa baik ekonomi islam, maupun akuntansinya terus
menunjukkan perkembangan dari masa ke masa. Munculnya pertanyaan tentang prospek dan
tantangannya ke depan dalam tahapan ini adalah sesuatu yang wajar. Berpijak pada
keyakinan agama yang kita miliki, ditambah dengan realitas sosial atas dasar perkembangan
yang sudah terjadi selama ini, maka kita harus optimis akan masa depannya sebagai salah
satu alat bisnis yang menjanjikan al-falah, dunia dan akhirat. Namun, melihat umurnya yang
relative muda, dan sekaligus pemahaman masyarakat yang relative belum merata, ditambah
lagi masih singkatnya masa pengujian secara empiris, maka tantangan demi tantangan masih
akan dihadapi didepan. Tantangan ini, begitu juga tidak harus membuat kita surut ke
belakang. Sebaliknya, harus dapat memicu semangat yang lebih tinggi untuk
menyempurnakannya, sehingga harapan akan perannya yang optimal sebagai salah satu alat
dalam system perekonomian, dapat diwujudkan secara optimal.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan awal islam dimulai dari Negara madinah, karena pada saat itu madina
belum memiliki pemasukan dan pengeluaran maka Negara madinah membuat kegiatan yang
dilakukan secara kerjasama. Pada abad ke 7 Nabi Muhammad membentuk baitul mall yang
berfungsi sebagai penyimpanan hasil pembayaran wajib zakat dan usur. Setelah Nabi
Muhammad walfat tahta khalifahan diisi oleh sahabat-sahabat Nabi yang diantaranya adalah
Abu Bakar Ashidiq, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Pada saat
khulafau rasyidin perkembangan ekonomi di madinah sangat pesat yakni dengan
mengembangkan suatu Negara dan system akuntansinya dengan catatan tidak keluar dari
tutunan Rasullulah.
Terdapat pula tokoh-tokoh muslim yang lainnya berkaitan dengan sejarah perkembangan
akuntansi syariah diantaranya : Abu Yusuf , Al Karki, Al Khawarizmi , ibnu khaldun dll.
akuntansi syariah yaitu proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Patut disyukuri secara realitas bahwa baik ekonomi islam, maupun akuntansinya terus
menunjukkan perkembangan dari masa ke masa. Munculnya pertanyaan tentang prospek dan
tantangannya ke depan dalam tahapan ini adalah sesuatu yang wajar. Berpijak pada
keyakinan agama yang kita miliki, ditambah dengan realitas sosial atas dasar perkembangan
yang sudah terjadi selama ini, maka kita harus optimis akan masa depannya sebagai salah
satu alat bisnis yang menjanjikan al-falah, dunia dan akhirat.

B. Penutup
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati,sri. Akuntansi Syariah. 2011. Jakarta : Salemba Empat


Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah. 2005 . Jakarta : Selamba Empat
Adnan Akhyar,Akuntansi syariah: Arah, prospek dan tantangannya, 2005, Yogyakarta, UII
press
Syafri Sofyan Harahap dkk. Akuntansi Perbankan Syariah,2004. Jakarta. LPFE Usakti
Triwuyono,iwan. akuntansi syariah, Jakarta. raja grafindo persada

Anda mungkin juga menyukai