persekolahan. Istilah ini merupakan pengembangan istilah dari proses belajar mengajar
(PBM). Dalam istilah PBM makna yang familiar bagi guru-guru saai ini adalah guru
melakukan pengajaran dalam berbagai materi ajar kepada peserta didik. Dalam proses ini
guru memiliki peran yang dominan dalam proses, sedangkan peserta didik berperan lebih
pasif, atau lebih banyak menerima informasi dari guru. Peran guru dalam PBM lebih banyak
dimaknai sebagai pengajar. Sedangkan istilah pembelajaran saat ini menjadi lebih aktual,
dimaknai sebagai proses interaksi peserta didik denganlingkungan sebagai sumber belajar.
Dalam proses ini anak menjadi objek dan sekaligus subjek belajar, sedangkan guru dan
lingkungannya belajar lainnya menjadi kondisi penting yang menyertai dalam proses
pembelajaran.
Pembelajaran dalam pendidikan karakter diawali dari rujukan suatu nilai oleh sekolah
berdasarkan diskusi antara sekolah dengan stakeholder. Nilai yang dirujuk kemudian menjadi
nilai sekolah yang mendasari penyusunan suatu visi sekolah. Visi sekolah ini kemudian
dijabarkan kedalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dalam hal ini, silabus dan
RPP yang dikembangkan oleh guru tentu berbeda dengan silabus dan RPP yang bukan untuk
pembelajaran karakter. Program pembelajaran yang dirancang oleh guru melalui desain
pembelajaran seharusnya memuat nilai-nilai karakter pada setiap mata pelajaran sehingga
pada implementasi KBM guru menampakan nilai karakter dari peserta didik. Rumusan tujuan
Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sisdiknas mengandung filosofis pendidikan
sebagai educare.
Pendidikan educare lebih cenderung mengajar, melatih dan melengkapi peserta didik dengan
pengetahuan dan keterampilan. Karena itu filosofis amat memberi penekanan pada materi
yang diajarkan, disertai sistem penilaian yang baku dan kaku yang harus dilaksanakan. Proses
pendidikan tahap tertentu dianggap selesai dengan hasil ujian dan selesainya pemberian
materi oleh guru. Yang menjadi pertanyaan lalu bagaimana dengan karakter yang harus
muncul dan menjadi pribadi peserta didik?. Apakah hal ini juga dievaluasi menjadi syarat
kelulusan pada jenjang tertentu. Selama ini pendidikan hanya diukur dengan nilai ujian akhir
melalui ujian nasional (UN ) sehingga pada lulusan hanya mampu berteori tidak mampu
mengaplikasi dalam lingkungan masyarakat. Bukankah tujuan pendidikan lebih menekankan
pada karakter bukan simplikasinya dalam bentuk skor yang telah mencerminkan atau bertolak
belakang dengan perilaku nyata peserta didik/lulusan. Oleh sebab itu desain pembelajaran
yang dirancang oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar harus memuat nilai-nilai karakter
pada setiap mata pelajaran. Contoh silabus yang mengandung nilai-nilai karakter dapat dilihat
dalam tabel dibawah ini.
Bobot : 3SKS
Semester : Ganjil
Desain pembelajaran seperti silabus merupakan salah satu produk pegembangan kurikulum
dan pembelajaran yang berisikan garis-garis besar materi pembelajaran. Pada umumya suatu
silabus paling sedikit harus mencakup unsur-unsur: (a) tujuan mata pelajaran yang diajarkan,
(b) sasaransasaran mata pelajaran, (c) keterampilan yang diperlukan agar dapat menguasai
mata pelajaran tersebut dengan baik, (d) urutan tpoik-topik yang diajarkan, (e) aktivitas dan
sumber-sumber belajar pendukung keberhasilan pengajaran digunakan, (f) berbagai tehnik
evaluasi yang. Tetapi selama ini program pembelajaran tidak mencerminkan nilai-nilai
karakter peserta didik sehingga pada proses pembelajaran berlangsung hanya menyelesaikan
materi pelajaran sesuai dengan apa yang sudah didesain dalam pembelajaran.