1. Kehamilan Ektopik
Tingkat Kemampuan: 2
Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai setiap kehamilan yang terjadidi
luar kavum uteri, yaitu bila sel telur yang dibuahi berimplantasi dantumbuh di
luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan
kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kanalis
servikalis masih termasuk dalam uterus tetapi jelas bersifat ektopik.
3. Karsinoma Servic
Tingkat Kemampuan: 2
Karsinoma Leher Rahim (Karsinoma Serviks) atau biasa disebut kanker
serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks
(bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. 90 % dari
kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10%
sisanya berasal sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju
ke dalam rahim. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 55
tahun. Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan
perilaku sel epitel serviks.
Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku
seksual, kontrasepsi, atau merokok merupakan faktor resiko terjadinya kanker
serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang
kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.
Penyebab utama kanker serviks adalah virus yang disebut Human Papilloma
(HPV). HPV tersebar luas, dapat menginfeksi kulit dan mukosa epitel. HPV
dapat menyebabkan manifestasi klinis baik lesi yang jinak maupun lesi kanker.
Tumor jinak yang disebabkan infeksi HPV yaitu veruka dan kondiloma
akuminata sedangkan tumor ganas anogenital adalah kanker serviks, vulva,
vagina, anus dan penis. Sifat onkogenik HPV dikaitkan dengan protein virus
E6 dan E7 yang menyebabkan peningkatan proliferasi sel sehingga terjadi lesi
pre kanker yang kemudian dapat berkembang menjadi kanker
Maniestasi Klinis :
Gejala klinis dari kanker serviks sangat tidak khas pada stadium dini. Biasanya
sering ditandai sebagai fluos dengan sedikit darah, perdarahan postkoital atau
perdarahan pervaginam yang disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada
stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas untuk kanker serviks,
baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofilik), fluor
albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ditandai dengan gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang dapat ditemui gejala-gejala sebagai berikut:
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama makin berbau busuk karena adanya infeksi dan
nekrosis jaringan.
b. Perdarahan setelah senggama ( post coital bleeding) yang kemudian
berlanjt ke perdarahan yang abnormal.
c. Timbulnya perdarah setelah masa menopause
d. Pada tahap invasif dapat muncul cairan berwarna kekuning-kuningan,
berbau dan dapat bercampur dengan darah
e. Timbul gejala-gejala anemia akibat dari perdarahan yang abnormal
f. Timbul nyeri pada daeah panggul (pelvic) atau pada daerah perut
bagian bawah bila terjadi peradangan pada panggul. Bila nyeri yang
terjadi dari daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi
hidronefrosis. Selain itu masih mungkin terjadi nyeri pada tempat-
tempat lainnya.
Pada stadium kanker lanjut, badan menjadi kurus karena kekurangan gizi,
edema pada kaki, timbul iritasi pada kandung kemih dan poros usus besar
bagian bawah (rectum), terbentuknya viskelvaginal dan rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala lain yang disebabkan oleh metastasis jauh dari kanker
serviks itu sendiri.
Pendegahan :
a. Pencegahan Primer
- Menghindari faktor-faktor risiko yang sudah diuraikan di atas.
Misalnya: Tidak berhubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan,
penggunaan kondom (untuk mencegah penularan infkesi HPV), tidak
merokok, selalu menjaga kebersihan, menjalani pola hidup sehat,
melindungi tubuh dari paparan bahan kimia (untuk mencegah faktor-
faktor lain yang memperkuat munculnya penyakit kanker ini).
- Vaksinasi merupakan cara terbaik dan langkah perlindungan paling
aman bagi wanita dari infeksi HPV tipe 16 dan 18.
b. Pencegahan sekunder
Deteksi dini dan skrining kanker serviks bertujuan untuk menemukan
kasus-kasus kanker serviks secara dini sehingga kemungkinan
penyembuhan dapat ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks
memerlukan waktu yang lama. Dari prainvasif ke invasive memerlukan
waktu sekitar 10 tahun atau lebih. Pemeriksaan sitologi merupakan metode
sederhana dan sensitif untuk mendeteksi karsinoma prakanker. Bila diobati
dengan baik, karsinoma prakanker mempunyai tingkat penyembuhan
mendekati 100%. Diagnosa kasus pada fase invasif hanya memiliki tingkat
ketahanan sekitar 35%. Program skrining dengan pemeriksaan sitologi
dikenal dengan Pap mear test dan telah dilakukan di Negara-negara maju.
Pencegahan dengan pap smear terbuki mampu menurunkan tingkat
kematian akibat kanker serviks 50-60% dalam kurun waktu 20 tahun.
Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik
atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim.
Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat
menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal.
Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear
telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks. Pap smear dapat
digunakan sebagai screening tools karena memiliki sensitivitas: sedang
(51-88%) dan spesifisitas: tinggi (95-98%)
Rekomendasi skrining :
5. Kehamilan Normal
Tingkat Kemampuan : 4A
Mengetahui usia kehamilan memang penting bagi ibu hamil, salah satunya
untuk memprediksi perkiraan kapan lahirnya sang buah hati. Taksiran
Persalinan juga diperlukan cara hitung ataupun alat untuk mengetahuinya.
Taksiran persalinan anak dapat ditentukan dengan menggunakan
hukum Naegele. Berdasarkan hukum tersebut, taksiran dapat dilakukan dengan
menentukan hari pertama haid terakhir. Angka ini dihitung dari hari pertama
menstruasi terakhir (LMP = Last Menstruasi Periode).
Rumus Hukum Naegele : (Tanggal +7 hari), (bulan + 9/ - 3), (tahun + 0/1)
Contoh :
Jika HPHT ibu ada pada bulan januari - maret
Rumusnya : (Tanggal +7 hari), (bulan + 9), (tahun + 0)
Misal, HPHT 10 Januari 2010, maka perkiraan lahir
(10+7), (1+9), (2010+0) = 17-10-2010 atau 17 Oktober 2010.
Jika HPHT ibu ada pada bulan April-Desember
Rumusnya : (Tanggal +7 hari), (bulan + 9), (tahun + 1)
Misal, HPHT 10 Oktober 2010, maka perkiraan lahir
(10+7), (10-3), (2010+1) = 17-7-2011 atau 17 Juli 2011.
6. Vaginosis Bakterialis
Tingkat Kemampuan : 4A
Bakterial vaginosis adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus
Spp penghasil hidrogen peroksida (H2O2) yang merupakan flora normal
vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi (contoh : Bacteroides
Spp, Mobilincus Spp), Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis. Jadi,
bakterial vaginosis bukan suatu infeksi yang disebabkan oleh suatu organisme,
tetapi timbul akibat perubahan kimiawi dan pertumbuhan berlebih dari bakteri
yang berkolonisasi di vagina.
Gambaran Klinis :
Wanita dengan bakterial vaginosis dapat tanpa gejala. Gejala yang paling
sering pada bakterial vaginosis adalah adanya cairan vagina yang abnormal
(terutama setelah melakukan hubungan seksual) dengan adanya bau vagina
yang khas yaitu bau amis/bau ikan (fishy odor). Bau tersebut disebabkan oleh
adanya amin yang menguap bila cairan vagina menjadi basa. Cairan seminal
yang basa (pH 7,2) menimbulkan terlepasnya amin dari perlekatannya pada
protein dan amin yang menguap menimbulkan bau yang khas. Walaupun
beberapa wanita mempunyai gejala yang khas, namun pada sebagian besar
wanita dapat asimptomatik. Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa
terbakar), kalau ditemukan lebih ringan daripada yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis atau C.albicans. Sepertiga penderita mengeluh gatal dan
rasa terbakar, dan seperlima timbul kemerahan danedema pada vulva. Nyeri
abdomen, dispareuria, atau nyeri waktu kencing jarang terjadi, dan kalau ada
karena penyakit lain.
Penegakkan Diagnosis :
Setiap wanita dengan aktivitas ovum normal mengeluarkan cairan vagina
berwarna abu-abu, homogen, berbau dengan pH 5 - 5,5 dan tidak ditemukan
T.vaginalis, kemungkinan besar menderita bakterial vaginosis. WHO
menjelaskan bahwa diagnosis dibuat atas dasar ditemukannya clue cells, pH
vagina lebih besar dari 4,5, tes amin positif dan adanya G. Vaginalis sebagai
flora vagina utama menggantikan Lactobacillus.
Dengan hanya mendapat satu gejala, tidak dapat menegakkan suatu diagnosis,
oleh sebab itu didapatkan kriteria klinis untuk bakterial vaginosis yang sering
disebut sebagai kriteria Amsel yang berpendapat bahwa terdapat tiga dari
empat gejala, yaitu :
1. Adanya sekret vagina yang homogen, tipis, putih, melekat
padadinding vagina dan abnormal
2. pH vagina > 4,53
3. Tes amin yang positif, yang mana sekret vagina yang berbau amis
sebelum atau setelah penambahan KOH 10% (Whiff test)
4. Adanya clue cells pada sediaan basah (sedikitnya 20 dari seluruh
epitel)
Gejala diatas sudah cukup untuk menegakkan diagnosis.
Terapi Sistemik :
Metronidazol 400-500 mg, 2xsehari selama 7 hari. Dilaporkan efektif dengan
kesembuhan 84-96%. Metronidasol dapat menyebabkan mual dan urin
menjadi gelap. Konsumsi alkohol seharusnya dihindari selama pengobatan
dan 48 jam setelah terapi oleh karena dapat terjadi reaksi disulfiram.
Metronidasol 200-250mg, 3x sehari selama 7 hari untuk wanita hamil.
Metronidazol 2 gram dosis tunggal kurang efektif daripada terapi 7 hari untuk
pengobatan vaginosis bakterial oleh karena angka rekurensi lebih tinggi.