Anda di halaman 1dari 8

45

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Penegakan Diagnosis Kasus Tn.A

Perempuan 63 tahun, datang ke IGD Mardi Waluyo dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri memberat sejak 1 hari yang lalu, nyeri dada seperti tera

Pemeriksaan Fisik

Heart Failure + Atrial Fibrilasi+ DMT 2+Diabetic Nephropathy+


hipertensi

Tindakan: Tx:
O2 3-4 lpm
Perbaikan KU, Inj. Furosemid 40 40- 40 mg
Inj. Ranitidin 2x50 mg
Inj. Cefoperazone 2x 1gr
Inf. Levofloxacin 1x1
Inj. Metoclopramide 3x10 mg
Bisoprolol x 5 mg
Digoxin 2x 0,25mg
Aspilet 1x 80mg
ISDN 3 x 5mg
46

4.1.1 Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia adalah kadar albumin yang rendah/dibawah nilai normal
atau keadaan dimana kadar albumin serum < 3,5 g/dL (Muhammad Sjaifullah
Noer, Ninik Soemyarso, 2006 dan Diagnose-Me.com, 2007). Hipoalbuminemia
mencerminkan pasokan asam amino yang tidak memadai dari protein, sehingga
mengganggu sintesis albumin serta protein lain oleh hati (Murray, dkk, 2003).
Defisiensi albumin atau hipoalbuminemia dibedakan berdasarkan selisih
atau jarak dari nilai normal kadar albumin serum, yaitu 3,55 g/dl atau total
kandungan albumin dalam tubuh adalah 300-500 gram (Albumin.htm, 2007 dan
Peralta, 2006). Klasifikasi hipoalbuminemia menurut Agung M dan Hendro W
(2005) adalah sebagai berikut:
1. Hipoalbuminemia ringan : 3,53,9 g/dl
2. Hipoalbuminemia sedang : 2,53,5 g/dl
3. Hipoalbuminemia berat : < 2,5 g/dl
Penyebab Hipoalbuminemia
Menurut Iwan S. Handoko (2005), Adhe Hariani (2005) dan Baron (1995)
hipoalbuminemia adalah suatu masalah umum yang terjadi pada pasien.
Hipoalbuminemia dapat disebabkan olehmasukan protein yang rendah,
pencernaan atau absorbsi protein yang tak adekuat dan peningkatan kehilangan
protein yang dapat ditemukan pada pasien dengan kondisi medis kronis dan akut:
1. Kurang Energi Protein
2. Kanker
3. Peritonitis
4. Luka bakar
5. Sepsis
6. Luka akibat Pre dan Post pembedahan (penurunan albumin plasma yang
terjadi setelah trauma)
7. Penyakit hati akut yang berat atau penyakit hati kronis (sintesa albumin
menurun)
8. Penyakit ginjal (hemodialisa)
9. Penyakit saluran cerna kronik
10. Radang atau Infeksi tertentu (akut dan kronis)
47

11. Diabetes mellitus dengan gangren


12. TBC paru

4.2 Penatalaksanaan
4.2.1 Non Medikamentosa
4.2.1.1 Perbaikan Nutrisi
Dari inspeksi secara sekilas terlihat jelas bahwa BMI pada pasien kurang.
Pasien nampak sangat kurus, dan lemah. Untuk bisa duduk saja pasien harus
dibantu. Perbaikan nutrisi bagi pasien akan sangat bermanfaat untuk menunjang
kualitas hidup pasien disamping obat-obatan yang diberikan. Untuk pasien
baiknya diberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein.
Tujuan pemberian nutrisi pada penderita sakit kritis/berat adalah
mempertahankan otot dari katabolisme protein yang terjadi dalam keadaan stress.
Secara prinsip tujuan intervensi nutrisi adalah :
1. Menyediakan subtrat ( protein, karbohidrat, lipid, elektrolit, mineral; dan
vitamin ) dalam upaya fungsi metabolisme berjalan terus menerus.
2. memaksimalisasikan sintesa protein dan meminimalisasi katabolisme protein.
3. Memelihara fungsi imun dan memperbaiki luka.
4. Perbaikan fungsi jantung dan respiratori dengan penyediaan cadangan glikogen
pada otot jantung dan otot diafragma.
5. Koreksi asidosis dan gangguan elektrolit
6. Potensiasi terjadi perubahan respon terhadap proses inflamasi.
4.2.2 Medikamentosa
4.2.2.1 Albumin
Indikasi Kekurangan albumin, edema yang responsif terhadap terapi
Albumin, pengganti cairan.
Dosis Hipoalbuminemia : tanpa diencerkan, 35-70 tetes/menit.
Sebelum, sewaktu, sesudah operasi : 125 tetes/menit dengan
pengenceran 1:4.
Edema otak : tanpa diencerkan, 35-70 tetes/menit sebanyak 50-
100 ml bersamaan dengan peningkatan diuresis (pembentukan
kemih).
Proses toksis, toksikosis gestasional : tanpa diencerkan, 125
tetes/menit sebanyak 150-300 ml.
Terapi volume pada syok akibat kekurangan volume (cairan),
kehilangan plasma, kehilangan darah : diawali dengan larutan
48

yang tidak diencerkan, 125 tetes/menit sebanyak 50-100 ml,


kemudian 125 tetes/menit, 500 ml/jam sebagai larutan yang
diencerkan dengan perbandingan 1:4.
Dehidrasi yang disertai dengan kekurangan protein, stabilisasi
volume sebelum, sewaktu, dan setelah pembedahan : 125
tetes/menit sebagai larutan yang diecerkan dengan
perbandingan 1:4.
Perfusi ekstrakorporeal, pembantu sirkulasi : dalam proporsi
terhadap larutan perfusi.
Kontra Indikasi Dehidrasi, gagal jantung kongestif, hipertensi, varises esofagus,
edema paru.
Perhatian Bila terjadi tanda-tanda kelebihan cairan, infus harus dihentikan
dengan segera.
Efek Samping Ruam kulit, hipertensi, hipotensi, takhikardia, bradikardia, mual,
muntah, sesak nafas, peningkatan suhu tubuh dan atau menggigil
(panas-dingin).
Kemasan Infus 20 % x 50 mL

4.2.2.2 Levofloxacin infus

Farmakologi Levofloksasin adalah bentuk (S)-enansiomer yang murni dari


campuran rasemat ofloksasin. Levofloksasin memiliki spektrum
antibakteri yang luas. Levofloksasin aktif terhadap bakteri gram
positif dan negatif, termasuk bakteri anaerob. Selain itu,
levofloksasin juga memperlihatkan aktivitas antibakteri
terhadap Chlamydia pneumonia dan Mycoplasma pneumonia.
Levofloksasin seringkali bersifat bakterisidal pada kadar yang
sama dengan atau sedikit lebih tinggi dari kadar hambat minimal.
Mekanisme kerja levofloksasin yang utama adalah melalui
penghambatan DNA gyrase bakteri (DNA topoisomerase II),
sehingga terjadi penghambatan replikasi dan transkripsi DNA.
Farmakodinamik Mekanisme kerja dari Levofloxacin adalah melalui
penghambatan topoisomerase type II DNA gyrase, yang
menghasilkan penghambatan replikasi dan transkripsi DNA
bakteri.
Farmakokinetik
Profil konsentrasi plasma dan AUC levofloksasin setelah
pemberian IV dan oral adalah serupa, sehingga pemberian
parenteral dapat dipertimbangkan untuk menggantikan
pemberian secara oral, begitu pula sebaliknya.

Setelah pemberian dosis 500 mg sekali sehari secara


multipel, konsentrasi plasma maksimum dan minimum
levofloksasin berturut-turut 6,4 g/mL dan 0,6
49

g/mL.Levofloksasin terikat pada protein serum kira-kira


24-38%. Levofloksasin didistribusikan secara cepat dan luas
dalam blister fluid. Levofloksasin juga mempunyai penetrasi
yang baik ke dalam jaringan paru. Kadar levofloksasin di
dalam jaringan paru pada umumnya 2 sampai 5 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan kadar dalam plasma.
Levofloksasin dimetabolisme dalam jumlah kecil dan
sebagian besar diekskresi melalui urin dalam bentuk utuh
dan sisanya melalui feses. Rata-rata waktu paruh eliminasi
plasma setelah pemberian levofloksasin dosis multipel
adalah 6-8 jam.

Indikasi Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang


peka terhadap levofloxacin seperti :
-sinusitis maxilaris akut
-eksaserbasi akut bronkitis kronik
-community acquired pneumonia
-infeksi saluran kemih terkomplikasi
-prostatitis kronis
-infeksi kulit dan jaringan kulit yang tidak terkomplikasi
Kontraindikasi Penderita yang hipersensitif terhadap levofloxacin,
antimikroba golongan kuiolon dan komponen dari obat ini.
Dosis Peroral :
Sinusitis akut : 500 mg/hari selama 10-14 hari
Bronkitis kronik dengan eksaserbasi akut 250-500 mg/ hari
selama 7-10 hari
Pneumonia komunity 500 mg 1 atau 2 kali sehari selama 7-14
hari
ISK terkomplikasi 250 mg/ hari selama 7-10 hari
Prostatitis kronis 500 mg selama 28 hari
Infeksi kulit dan jaringan lunak lainnya : 250 mg/hari atau 500
mg satu sampai dua kali sehari selama 7-14 hari
Melalui infus Intravena :
Pneumonia komunity 500mg, satu sampai dua kali sehari
ISK dengan komplikasi 250 mg perhari
Infeksi kulit dan jaringan lunak lainnya 500 mg dua kali
sehari

Efek samping Dispnoea, pusing, kardiomiopati, bradikardia, hipotensi,


takikardia, kelelahan, infeksi virus, pneumonia.
Over dosis
Peringatan dan Keamanan levofloxacin pada anak-anak dan dewasa dibawah
50

perhatian usi 18 tahun, wanita hamil dan menyusui belum terbukti.


Kolitis pseudomembranosa telah dilaporkan pada penggunaan
beberapa antibiotika termasuk levofloxacin, dari gejala yang
ringan sampai yang mengancam jiwa. Oleh karena itu perlu
ditimbangkan diagnosis tersebut pada penderita yang
mengalami diare sehubungan dengan pemberian antibiotika.
Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan flora normal
usus terbunuh dan pertumbuhan berlebih dari bakteri
clostridia yang dapat menghasilkan toksin.
Konvulsi dan toksik psikosis pernah dilaporkan pada
penggunaan antibiotika kuinolon termasuk levofloxacin
Reaksi hipersensitif yang fatal pernah dilaporkan, hentikan
penggunaan levofloxacin apabila timbul gejala-gejala yang
spesifik
Reaksi fototoksisitas ringan sampai berat telah diamati pada
penderita yang terkena sinar matahari langsung selama
menerima obat-obat golongan ini.
Sama dengan golongan kuinolon lainnya, levofloxacin harus
digunakan dengan hati-hati

4.2.2.3 Metoclopramide Injeksi

Indikasi Gangguan lambung-usus, mabuk perjalanan, mual di pagi hari


pada wanita hamil, mual dan muntah yang diinduksi oleh obat,
anoreksia (kehilangan nafsu makan), aerofagi (penelanan udara),
ulkus peptikum, stenosis pilorik (ringan), dispepsia, nyeri pada
ulu hati, gastroduodenitis, dispepsia setelah gastrektomi,
endoskopi dan intubasi.
Dosis Dewasa : 3 kali sehari 10 mg.
Kontra Indikasi Penyumbatan usus, feokromositoma, epilepsi.
Perhatian Anak-anak dan remaja, wanita hamil dan menyusui, diabetes,
depresi, pasien yang menggunakan obat-obat lain yang bisa juga
menyebabkan reaksi ektrapiramidal.
Interaksi obat :
Efek diantagonis oleh antikolinergik dan analgetik narkotik.
Sedasi meningkat dengan depresan susunan saraf pusat.
51

Absorpsi obat-obat (Digoksin, Simetidin) bisa terganggu dan


absorpsi dari usus kecil meningkat (Parasetamol, Tetrasiklin,
Levodopa).
Kebutuhan Insulin mungkin berubah akibat perubahan waktu
pengantaran makanan ke usus.
Efek Samping Reaksi ekstrapiramidal, pusing, kelelahan, mengantuk, sakit
kepala, depresi, kegelisahan, gangguan lambung-usus, hipertensi.
Kemasan Injeksi 10 mg/2 mL x 10

4.2.2.4 Allopurinol
Farmakologi dan Allopurinol bekerja terhadap katabolisme purin, tanpa
indikasi mengganggu biosistesis purin. Allopurinol menurunkan
produksi asam urat dengan menghambat reaksi biokimia sesaat
sebelum pembentukan asam urat.
Indikasi :
Hiperurisemia primer : Pirai (Gout)
Hiperurisemia sekunder: mencegah pengendapan asam
urat dan kalsium oksalat. Produksi berlebihan asam urat,
antara lain pada: keganasan, polisitemia vera, terapi
sitostatik.
Dosis dan Cara Dewasa: dosis awal: 100-300 mg sehari
Penggunaan Dosis pemeliharaan : 200-600 mg sehari
Dosis tunggal maksimum 300 mg. Bila diperlukan dapat
diberikan dosis yang lebih tinggi, maksimal 900 mg sehari. Dosis
harus disesuaikan dengan cara pemantauan kadar asam urat dalam
serum/air seni dengan jarak waktu yang tepat hingga efek yang
dikehendaki tercapai yaitu selama 1-3 minggu atau:
Untuk kondisi ringan: 2-10 mg/kg BB sehari atau 100-200
mg/hari
Kondisi sedang: 300-600 mg sehari
Kondisi berat: 700-900 mg sehari

Anak-anak: 10-20 mg/kg BB sehari atau 100-400 mg


sehari. Penggunaan pada anak-anak khususnya pada
keadaan malignan terutama leukimia serta kelainan enzim
tertentu, misalnya sindroma Lesch-Nyhan
Anak kurang 6 tahun : maksimal 150 mg/hari

Efek Samping Allopurinol umumnya tidak memberi efek samping yang berarti.
Yang lebih sering terjadi adalah:

Gejala hipersensitivitas seperti ekspoliatif, demam,


limfodenopati, arthralgia, eosinofilia
52

Reaksi kulit: pruritis, makulopapular


Gangguan gastrointestinal, mual, diare
Sakit kepala, vertigo, mengantuk, gangguan mata dan
rasa
Gangguan darah: leukopenia, trombositopenia, anemia
hemolitik, anemia aplastik.

Perhatian Efek allopurinol dapat diturunkan oleh golongan salisilat


atau urikosurik, seperti probenesid
Hentikan penggunaanya bila timbul gejala kemerahan
pada kulit atau terjadi gejala alergi
Hindari penggunannya pada penderita kelainan fungsi
ginjal atau penderita hiperurisemia asimtomatik
Pada penderita kerusakan fungsi hati, dianjurkan untuk
melakukan tes fungsi hati berkala selama tahap awal
perawatan
Keuntungan dan resiko penggunaan allopurinol pada ibu
hamil dan menyusui harus dipertimbangkan terhadap
janin, bayi atau ibunya
Allopurinol dapat menyebabkan kantuk. Hati-hati
penggunaanya pada penderita yang harus bekerja dengan
konsentrasi penuh termasuk mengemudi dan menjalankan
mesin
Sebaiknya allopurinol diminum setelah makan untuk
mengurangi iritasi lambung
Dianjurkan untuk meningkatkan pemberian cairan selama
penggunaan allopurinol untuk menghindari terjadinya
batu ginjal
Bila terjadi gatal-gatal, anoreksia, serta berkurangnya
berat badan, harus dilakukan pemeriksaan fungsi hati

Anda mungkin juga menyukai