Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam upaya menunjang pembangunan bangsa Indonesia, pemerintah senantiasa
meningkatkan derajat kesehatan guna meningkatkan sumber daya manusia yang tangguh.
Dalam hal ini tenaga kesehatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
manusia. Untuk itu perawat harus tanggap dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
individu baik psiko, sosio, dan bio spiritual.
Febris adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan titik ambang regurtasi
panas hipotalamus. Pusat regurtasi / pengatur panas hipotalamus mengendalikan suhu
tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor neural perifer dingin dan
panas..
Masalah keperawatan yang dapat timbul antara lain hypertermi, perubahan pola nutrisi
dan keterbatasan aktifitas. Oleh karena hal tersebut, penulis tertarik untuk menulis laporan
kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan sistem persyarafan : Febris.

B. Tujuan Penulis
Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah :
1. Menerapkan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem
persyarafan : Febris.
2. Membandingkan antara landasan teori dan fakta lapangan sehingga mampu
menghasilkan respon positif sesuai dengan prinsip keperawatan.
3. Meningkatkan kemampuan perawat dalam menciptakan hubungan
terapeutik dilingkungan rumah sakit dan masyarakat pada umumnya.

C. Metode Penulisan
Study kepustakaan dengan berbagai sumber buku yang mengambarkan bagaimana
asuhan keperawatan pasien dengan febris.
Observasi, metode pengumpulan data dimana data dikumpulkan melalui observasi
visual.

1
Wawancara langsung pada pasien + keluarga dan pemeriksaan fisik dengan tehnik
inspeksi, palpasi, perkusi, dan asukultasi.

D. Sistematika Penulisan
Laporan makalah ini disusun secara sistematis, terdiri dari 5 bab :
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari :
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II : Landasan Teoritis, terdiri dari :
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
2. Anatomi Fisiologi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Tanda dan Gejala
6. Pemeriksaan Diagnostik
7. Penatalaksanaan Medis
8. Komplikasi
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi
5. Evaluasi

BAB III : Pengamatan Kasus


BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup, terdiri dari

2
1. Kesimpulan dan
2. Saran

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Definisi
Febris adalah kenaikan suhu yang ditengahi oleh kenaikan titik ambang regurtasi
panas hipotalamus.

2. Anatomi Fisiologi
Hipotalamus pada daerah dasar atau lunas ventrikel ketiga terdapat beberapa
nukleus tertentu yang memiliki kegiatan fisiologik yang tertentu juga. Fungsi-fungsi
seperti pengaturan suhu tubuh, lapar dan haus diatur oleh pusat-pusat dalam
hipotalamus.
Sulkul sentralis atau fisura rolandi memisahkan lobus frontalis dari lobus parietalis.
Lobus oksipitalis terletak dibelakang lobus frontalis dan bersandar pada tentonium
seregali yaitu sebuah lipatan duramater yang memisahkan fosa kranialis tengah, fosa
kranialis posterior dibawahnya sulkul lateralis atau fisura dilurus memisahkan lobus
temporalis dari lobus frontalis pada daerah sebelah anterior dan dari lobus parietalis
pada sebelah posterior.

3. Etiologi
Penyebab febris atau demam yang paling sering adalah produksi pirogen andogen
yang kemudian secara langsung mengubah titik ambang suhu hipotalamus,
menghasilkan pembentukan panas dan konsentrasi panas antara lain :
Keganasan (leukemia, limfoma, hepatoma)
Obat obatan (demam obat, kokain)

3
Gangguan imunologik reumatologik (lupus eritematous sistemik, arthritis
reumatoid).
Penyakit granulamatologis (sarkoidosis)
Gengguan endokrin (tirotoksikosis, feokromositoma)
Gangguan metabolik (gout, urermia, penyakit fargy)

4. Patofisiologis
Febris atau demam merupkan salah satu manifestasi respon radang yang dihasilkan
oleh mekanisme pertahanan hospes yang ditengahi sitokin. Urut-urut pembentukan
sitokin dalam responnya terhadap pirogen, eksogen dan selanjutnya terjadi produksi
prostaglandin E2 (PG E2) hipotalamus mungkin memerlukan waktu.
Produksi panas pada demam meningkatkan pemekaran oksigen produksi
karbondioksida dan curah jantung, dengan demikian, demam dapat memperjelak
insufisiensi jantung pada penderita penyakit jantung atau anemia kronis.
Apabila irama sikardion ini disertai dengan tachycardi, kedinginan atau berkeringat
maka harus dicurigai bahwa pola demam dapat remiten atau setiap hari suhu yang naik
kembali kegaris dasar tetapi diatas normal dan intermiten atau demam kembali normal
setiap hari.

5. Tanda dan Gejala


Badan terasa panas
Gelisah
Mual dan muntah

6. Tes Diagnostik
Tes widal
7. Penatalaksanaan Medik
o Asetominofen, aspirin dan anti radang nonsteroid misalnya
iburofen merupakan penghambat siklus oksigenisasi hipotalamik sehingga
menghambat sintesis PG E2.

4
o Kompres hangat (bukan dengan alkohol) adalah cara lain
yang dianjurkan untuk mengurangi suhu tubuh yang tinggi karena infeksi atau
hypertermia.
8. Komplikasi
Kejang
Meningitis
Thypoid

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


I. Pengkajian
1. Pola persepsi kesehatan
Apakah ada riwayat keluarga yang sering mengalami febris ?
Keluhan utama yang dirasakan
Kapan keluhan dirasakan?
2. Pola nutrisi metabolik
Apakah ada gangguan makan dan minum ?
Adakah keluhan mual, muntah, anoreksia?
Adanya penurunan berat badan
3. Pola eliminasi
Apakah klien mengalami kelainan BAB dan BAK ?
4. Pola aktifitas dan latihan
Ketidakmampuan klien untuk melakukan aktifitas karena pusing.
Mudah lelah, letih dan lesu.
5. Pola tidur dan istirahat
Peningkatan dan penurunan kebutuhan tidur
Gelisah
Insomnia
Kebiasaan/ pola tidur pasien
6. Pola persepsi kognitif
Gangguan rangsang sensorik

5
Bagaimana pengetahuan klien tentang penyakitnya
Adakah rasa pusing dan nyeri di tempat tertentu
7. Pola persepsi dan konsep diri
Kecemasan / ansietas
Adakah perasaan tidak berdaya, putus asa, ketakutan dan gelisah?
8. Pola peran dan hubungan dengan sesama
Apa peran klien dalam keluarga?
Adakah perubahan dalam berinteraksi?

9. Pola reproduksi seksual


Adakah gangguan dalam reproduksi seksual ?

10. Pola mekanisme koping


Bagaimana klien menghadapi masalah penyakitnya?
Adakah ekspresi wajah marah dan gelisah?
11. Pola sistem kepercayaan
menyerahkan penyakitnya kepada Tuhan Yesus Kristus.
selalu berdoa di tempat tidur
II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan secara teori yang muncul pada gangguan sistem sirkulasi
metabolik : febris, adalah :
a. Hypertermi yang berhubungan dengan proses infeksi yang ditnadai
oleh badan panas, gelisah.
b. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan
dengan pemberian makan lambat dan keterbatasan masukan oral.

III. Rencana Keperawatan


DP I Hypertermi yang berhubungan dengan proses infeksi yang ditnadai oleh
badan panas, gelisah.

6
Tujuan : hypertermi teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam
Sasaran :
Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Tampak tidak gelisah
Badan teraba tidak panas
Intervensi :
1. Observasi suhu setiap 4 jam
R / : suhu 38,9oC 40oC menunjukkan proses penyakit infeksi akut
2. Berikan kompres hangat
R / : Dapat membantu mengurangi panas
3. Pantau adanya mengigil
R / : Mengigil seringkali mendahului memuncaknya suhu pada adanya
infeksi umum
4. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antipiretik
R / : Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.

DP II Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh
Sasaran :
Nutrisi terpenuhi dalam waktu 3 x 24 jam
Dapat mennunjukkan adanya peningkatan pemasukan.
Intervensi :
1. Kaji pola makan pasien
R / : Untuk mengetahui jumlah makanan yang masuk dan memudahkan
dalam menentukan intervensi keperawatan selanjutnya.
2. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
R / : Meningkatkan masukan nutrisi meskipun selera makan kurang
3. Timbang berat badan setiap hari
R / : Untuk mengetahui hasil perkembangan / peningkatan berat badan

7
4. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian vitamin.
R / : Adanya pengobatan yang lebih tepat.

DP III Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan


dengan mual dan muntah.
Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi setelah di lakukan tindakan
keperawatan.
Sasaran :
pasien tidak mual dan muntah
pasien tampak segar
Intervensi :
1. Perhatikan warna dan konsentrasi urine pada waktu BAK
R / : Untuk mengetahui masukan cairan yang memperberat dehidrasi
2. Kurangi stressor (mis : kompres hangat)
R / : Mencegah penurunan suhu tubuh sehingga tidak terjadi asidosis
metabolik.
3. Memberikan komprees hangat dan baju yang menyerap keringat
R / : Untuk menurunkan stressor dingin, ketidaknyamanan dan kegelisahan.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam membantu aspirasi kandung kemih bila
diindikasikan.
R / : Untuk memastikan adanya / tidak urine bila berkemih belum terjadi.

8
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Ringkasan kasus
Nama : Tn. Samuel Diego
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Protestan
Diagnosa medik : Febris
Tanggal masuk RS : 23 September 2006

Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 September 2006 pada Tn. S. yang berusia 17
tahun dengan berat badan 70 kg. Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya di komplek
permai E. 3 pontianak.
Pasien masuk RSSA dan dirawat di unit St.Matius pada tanggal 23 september 2006.
Saat pengkajian pasien mengatakan saya sakit sesudah/ setela kakek saya meninggal
beberapa hari yang lalu, dengan keluhan demam, lemah, mual, rasa tidak enak pada
abdomen, pusing, anoreksia, karena keluhan itu maka klien dibawa ke RSSA untuk
menjalani therapy lebih lanjut, dan setelah konsul akhirnya pasien dianjurkan untuk rawat
inap.
Pada saat pengkajian pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, pasien
tampak gelisah, badan panas (suhu 40,oC) dan tidak ada kesulitan dalam melakukan
pengkajian, meskipun ada sedikit hambatan. Hasil observasi suhu : 38,5, nadi : 88 x / mt,
pernafasan : 18 x / mt. Adapun hasil pengkajian secara lengkap tercantum pada format
pengkajian keperawatan.

9
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

I. IDENTITAS PASIEN
- Nama Anak : An.R.P tgl/waktu pengkajian :
- nama panggilan : Riko 08-11-2006 / 10.00
- tanggal lahir/ umur : 14-3-98 / 8 tahun Nama orang tua
- agama/ suku : katolik / Cina Ayah : tn fung fung
- pendidikan : SD Ibu :
- jenis kelamin : laki-laki
- bahasa yang digunakan : Indonesia
- alamat rumah : jl. Putri candramidi gg. Wijaya 8

Data diperoleh dari :


( ) Anak; sebagian / seluruh
( ) Orang tua / wali / orang terdekat
Nama : : Tn. Fung Fung

II. INFORMASI MEDIK


tanggal masuk R.S :
a. dikirim oleh : ( ) UGD ( - ) dokter praktek ( - ) lain-lain
b. diagnosa medik :
- saat masuk : Febris
- saat pengkajian : Febris

III. KEADAAN UMUM


a. keadaan umum pasien tampak
( - ) tidak sakit ( ) sakit sedang
( - ) sakit ringan ( - ) sakit berat
Data objektif dari hasil pengamatan atau inspeksi :
Pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, terpasang infuse Rl 20
tts/mnt, pasien terbaring lemah ditempat tidur.

b. tanda-tanda vital
1. Tingkat kesadaran kualitatif
( ) Compos mentis ( - ) Somnolen ( - ) Soporo koma
( - ) Apatis ( - ) Soporos ( - ) Koma
2. tingkat kesadaran kuantitatif :
Respon Motorik : 6
Respon Verbal : 5
Respon Membuka Mata : 4
jumlah score : 15
kesimpulan : kesadaran penuh

10
3. Suhu : Tekanan Darah : Pernafasan :
S 36,50C TD mmHg P 20 x/mnt
( - ) oral MAP mmHg ( ) normal
( ) axilla ( - ) lengan kanan ( - ) cheynestoke
( - ) rectal ( - ) lengan kiri ( - ) biot
( - ) berbaring ( - ) kusmaul
( - ) duduk ( - ) hiper ventilasi
( - ) berdiri

Nadi : HR 88 x/mnt
( ) teratur
( - ) tidak teratur
( - ) kuat
( - ) lemah

c. pengukuran
panjang / tinggi badan : 130 cm kesimpulan :
berat badan : 25 kg kesimpulan :
lingkar kepala : 52 cm kesimpulan :

d. Genogram

KETERANGAN :
: perempuan : klien : orang terdekat

: LAKI-laki : orang yang tinggal serumah

11
IV. KAJIAN PEMELIHARAN KESEHATAN
A. Tumbuh Kembang
- Riwayat Kehamilan :
Pemeriksaan ( ) rutin, tempat: KIA RS St.Antonius
( - ) tidak, alasan : -
keluhan ( ) tidak ada
( - ) ya
vaksinasi ( ) ya ( ) tidak. alasan : -

- riwayat kelahiran
( ) cukup bulan ( - ) tidak
( ) spontan ( - ) bantuan : -
BBL : - PBL : -
lahir langsung menangis ( ) ya ( - ) tidak

- riwayat perkembangan
tengkurap :4
gigi pertama :7
duduk :9
berjalan : 15
bicara :9
kata-kata sederhana : 9
ASI; ( ) ada ( - ) tidak, alasan: -
usia penyapihan : 12 tahuan
susu formula, usia : Morinaga
BAK mulai dilatih teratur : I tahun
BAB mulai dilatih teratur : 1tahun

- riwayat vaksinasi
imunisasi
( ) BCG ( - ) Mantoux/PPD ( - ) MMR
( ) Hb Vacc
( ) DPT I,II,III ( - ) Boster I,II
( ) polio I,II,III,IV ( - ) Boster I,II

B. Riwayat Penyakit Yang Dialami


- Pernah Dirawat ( - ) tidak (- ) ya
Kapan :
Dimana :
Sakit apa :
- Pernah Dioperasi ( ) tidak ( - ) ya
Kapan :-
Dimana :-

12
Operasi apa : -
- pernah menderita

( - ) cacar air, umur ( - ) DHF, umur


( - ) polio, umur ( - ) GED, umur
( - ) difteri, umur ( - ) febris convulsi,umur
( - ) tetanus, umur ( - ) morbili, umur
( - ) pertusis, umur ( - ) malaria, umur
( - ) TBC, umur ( - ) typoid, umur
( - ) lain-lain , umur

- riwayat alergi :
Alergi Reaksi Alergi
( - ) obat tidak ada
( - ) makanan tidak ada
( - ) plester tidak ada
( - ) lain-lain tidak ada

- riwayat penyakit sekarang


keluhan utama : sakit sudah 4 hari, badan panas , mual dan muntah
keluhan yang menyertai : badan lemah
sejak kapan : 4 hari yang lalu
waktu pengobatan terakhir : UGD RS. St. Antonius
obat yang terakhir didapat : -
adakah obat-obat yang rutin diberikan selama ini : -

C. Pemeriksaan Fisik
1. kepala ;
lingkar kepala
Rambut ( - ) kusam ( - ) kemerahan
( ) tebal ( - ) tipis ( ) bercahaya
ubun-ubun ( ) menutup ( - ) tidak menutup
( - ) cekung ( ) cembung ( ) datar

2. mata :
pupil kanan : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 mm
kiri : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 mm
reflek cahaya kanan : positif
kiri : positif
sclera : ( - ) icterik ( ) tidak icterik
conjungtiva : ( - ) anemic ( ) tidak anemik
lensa : ( - ) keruh ( ) jernih
kelopak mata : ( - ) edema ( ) tidak edema

3. hidung ( ) bersih ( - ) gerakan cuping

13
4. mulut
kemampuan mengunyah :
bibir ( - ) cianosis ( - ) pucat
(- ) kering ( - ) basah ( - ) merah muda
lidah ( ) bersih ( - ) kotor ( - ) hyperemic
tonsil : normal
gigi geligi : -
gusi : tidak ada peradangan

5. leher simetris : ( - ) kaku kuduk ( - ) parotis


( - ) kelenjar getah bening

6. pernapasan
jenis ( ) perut ( - ) dada ( - ) dada dan perut
retraksi ( ) tidak ada ( - ) inetrecostal ( - ) suprasternal
suara nafas ( - ) vesikuler ( - ) bronchial (
) broncho vesikoler
suara tambahan ( - ) rales ( - ) ronchi ( - ) wheezing
batuk ( ) tidak ( ) kuat
( - ) produktif( ) kering

7. kulit
warna ( - ) pucat ( - ) kemerahan (- ) icterik
( - ) cyanosis : ( - ) sekitar mulut ( - ) saat minum
( - ) saat menangis (- ) saat beraktifitas
turgor ( ) elastis ( - ) dehidrasi ( - ) lembab
edema ( - ) ya ( - ) tidak
lokasi :
kelainan ( - ) ptechie ( - ) rash ( - ) echymosis
( - ) spider nevi ( - ) lesi

8. abdomen ( ) datar ( - ) dada ( - ) kembung


( - ) membuncit ( - ) tegang ( - ) supel
( - ) nyeri tekan, lokasi
( - ) benjolan massa, lokasi
( - ) peristaltic x/mnt
( - ) hepar ( - ) lien
( - ) lain-lain

9. genetalia
pria : testis ( ) ada ( - ) tidak
( - ) phymosis ( - ) hypospadia
( - ) hernia ( - ) hydrocel

wanita vagina ( - ) bersih


( - ) lain-lain

14
anus : lubang ( - ) ada ( - ) tidak
( - ) kemerahan ( - ) lecat/laserasi

D. Pemeriksaan Diagnostik
- Laboratorium : cek paket perhari : PLT : 80
- lain-lain

V. NUTRISI
A. keadaan sebelum sakit : pasien biasa makan 3x sehari. Dengnan sayur dan lauk
pauk dan ada pantangan
B. keadaan sejak sakit : pasien makan hanya porsi makan, dan ada mual
dan muntah.

VI. ELIMINASI
A. keadaan sebelum sakit : pasien biasa BAB 1x sehari dan tidak ada gangguan,
BAK tergantung minuman yang diminum .
B. keadaan sejak sakit : pasien BAB 2x kali sehari, BAK kurang lebih 500 cc

VII. TIDUR DAN ISTIRAHAT


A. keadaan sebelum sakit : pasien biasa tidur malam jam 09.00
B. keadaan sejak sakit : orang tua pasien mengatakan anaknya tidak ada
perubahan dalam tidurnya

VIII. AKTIFITAS HARIAN


A. keadaan sebelum sakit : orang tua pasien mengatakan setiap hari anaknya
pergi kesekolah.sepulang sekolah anaknya pergi
bermain,biasanya sampai sore dan lupa makan.
B. keadaan sejak sakit : sejak sakit orang tua pasien mengatakan anaknya
tidak mau makan dan berbaring terus,badannya terlihat
lemah dan tidak berdaya.

IX. NILAI KEPERCAYAAN


A. keadaan sebelum sakit : anaknya rutin sembahyang dan selalu berdoa sebelum
makan,selalu mau ikut bila diajak ke vihara.
B. keadaan sejak sakit : orang tua pasien mengatakan anaknya rajin berdoa di
tempat tidur tetapi tidak bias sembahyang ke vihara
karena sakit

X. PSIKOSOSIAL
A. respon anak terhadap sakit
( ) kooperatif ( ) dapat dipercaya
( ) bingung ( ) sangat ingin tahu
( ) pemalu ( ) butuh pertolongan
( ) gelisah ( ) hypoaktif
( ) lambat beraksi ( ) hyperaktif
( ) marah ( ) depresi

15
( ) lain-lain,

B. Respon Keluarga Terhadap Anak Sakit :


keluarga merasa cemas dan khawatir akan pasien,keluarga berharap anaknya
ceoat sembuh

C. Pengertian Orang Tua Dan Keluarga Tentang


Alasan Anak Dirawat orangtua pasien mengetahui penyakit anaknya adalah
demam bedarah dan membutuhkan perawatan yang maksimal untuk
kesembuhannya.

D. Pengertian Anak Tentang Penyakit Dan Alasan Ia


Dirawat
pasien kurang mengerti tentang penyakit dan alasan mengapa ia dirawat di RS.

E. Pengaruh Anak Dirawat Terhadap Orang Tua/


Keluarga :
orangtua pasien menjadi sibuk dan segala urusan pekerjaan orangtua menjadi
terganggu,pikiran terbagi dua yaitu memikirkan pekerjaan dan kesehatan
anaknya.

F. Pengaruh Dirawat Terhadap Anak


anak bosan karena di rumah sakit selalu berada di tempat tidur dan banyak
peraturan.

mahasiswa yang mengkaji

( ASEP DIYAFERIENDI )

16
ANALISA DATA

Nama / Umur : Tn. S / 17 Tahun


Ruang / Kamar: St. Markus / M 110/3

Tgl No Data Etiologi Masalah


DP
27,09,09 I. DS : Proses infeksi Hypertermi /
Pasien mengatakan badan penigkatan suhu
saya panas, lemah, mual dan ada tubuh.
muntah, pusing, anoreksia.
pasien mengatakan saya
sakit setelah kakek saya
meninggal beberapa hari yang
lalu
DO :
Badan pasien teraba hangat
Observasi S : 38,4oC, N : 88 x /
mt.
Terpasang infus RL 20
tetes/menit
Kesadaran compos mentis
Pasien tampak lemah
28,09,06 II. Pemasukan nutrisi Resiko tinggi
DS : yang tidak adekuat terhadap
Pasien mengatakan dan anoreksia. perubahan nutrisi

saya ada mual dan muntah kurang dari

17
kemarin apalagi kalau makan kebutuhan tubuh.
saya tambah mual.
DO :

Pasien tampak lemah

Berat badan 60 kg

Pasien makan 4 sedok dari porsi
makanan yang dihidangkan

Kesadaran compos mentis

Turgor kulit elastis
29,09,06 II pemasukan volume Resiko tinggi
Observasi S : 38,4oC, N : 88 x / cairan yang tidak terhadap
menit . adekut ,mual dan kekurangan
muntah volume cairan
Terpasang infuse RL 20 tetes /
menit

DS :
pasien mengeluh kalau makan
terasa mual dan muntah
DO :
pasien tampak
lemah
mukosa bibir kering
pasien tampak
sering buang air kencing

18
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn. S / 17 Tahun


Ruang / Kamar: St. Markus / M 110/3

No Tgl / waktu Diagnosa Keperawatan Nama Teratasi


1. 27 , 09 ,06 Hypertermi / peningkatan suhu Hengky Teratasi
tubuh yang berhubungan dengan 29 ,09 2006
proses infeksi.

2. 27, 09, 06 Resiko tinggi terhadap perubahan Hengky Teratasi


nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 29 ,09 2006
yang berhubungan dengan
pemasukan nutrisi yang tidak
adekuat dan anorexia.

3 27, 09, 06 Resiko tinggi terhadap kekurangan Hengky Teratasi


volume cairan yang berhubungan 29 ,09 2006
dengan mual dan muntah.

19
PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn. S


Ruang / Kamar: St. Markus/ 110/3

Tgl Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas


27 -09-06 07.00 Aplusan pagi Hengky
07. 15 Mengkaji keadaa umum: pasien tampak sakit
sedang, kesadaran compos mentis, keluhan :
badan panas, pusing, mual, muntah.
Terpasang infuse RL 20 tetes / menit Hengky
07. 25 pasien sudah mandi, merapikan tempat tidur
pasien Hengky
07. 35 Observasi TTV: S: 38,40C, TD: 150/70, N:
88x/mnt. P : 18 x/m. Hengky
08.00 memberikan kompres hangat dan
menganjurkan pasien banyak-banyak minum
air putih.
Hengky
12.00 memberikan obat oral anti analgesic dan anti

20
pheretik Hengky
12.30 Mengkaji pola makan pasien makan 4 sendok
dari makanan yang dihidangkan, minum
gelas.
Hengky
13.00 mengkaji keadaan umum pasien : pasien
tampak sakit sedang, kesadaran kompos
mentis, terpasang infuse RL 20 tetes / menit Hengky
28-09-06 07.00 Aplusan pagi
Hengky
07.15 Mengkaji keadaan umum: pasien tampak
sakit sedang, kesadaran compos mentis,
pasien mengeluh pusing, mual, muntah dan
rasa tidak enak pada abdomen. Terpasang
infuse RL 20 tts/mnt
Hengky
07.25 pasien belum mandi, mengganti alat tenun
dan merapikan tempat tidur pasien
Hengky
07.35 Mengobservasi TTV: TD: 150/70, S: 38,50C,
N: 88x/mnt, P: 18x/mnt.
Hengky
08.00 memberikan kompres hangat dan
menganjurkan pasien banyak-banyak minum
air putih dan mengganti baju klien dengan
yang tipis dan menyerap keringat ,
menganjurkan pasien menarik napas dalam
bila terasa mual dan nyeri kepala, memberi
posisi baring yang menyenangkan ( posisi
kepala di tegakan)
Hengky
12.00 memberikan obat oral anti analgesic dan anti
pheretik
Hengky
12.30 Mengkaji pola makan: pasien makan
sebanyak 5 sendok minum gelas
Hengky
13.00 mengkaji keadaan umum pasien : pasien
tampak sakit sedang, kesadaran kompos

21
mentis, terpasang infuse RL 20 tetes / menit
Hengky
29-09-06 07.00 Aplusan pagi
07.15 Mengkaji keadaan umum: pasien tampak Hengky
sakit sedang, kesadaran compos mentis,
pasien tidak mengeluh, terpasang infuse RL
20 tts/ mnt
07.20 mengganti alat tenun dan merapikan tempat Hengky
tidur pasien, mengganti baju pasien, pasien
sudah mandi.
Hengky
07.45 Mengobservasi TTV: S: 36,50C, TD: 130/80,
N: 93x/mnt, P :20 X/m.
Hengky
08.00 memberikan injeksi IV Via infuse obat :
terfacep 1 gr.
Hengky
12. 00 membagikan obat oral : sumagesic, pasien
belum makan
Hengky
13.00 mengkaji keadaan umum pasien : pasien
tampak sakit sedang, kesadaran kompos
mentis, terpasang infuse RL 20 tetes / menit
Hengky

22
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn. S


Ruang / Kamar: St. Markus/ 110/3

Tgl No. Waktu Evaluasi (SOAP) Nama Jelas


DP
27 /09/06 I 13.00 S : Pasien mengatakan badan saya panas dan Hengky
lemah sekali.
O:
Badan pasien
13.00
teraba hangat
Suhu 38,4oC,
N : 88 x / mt, P : 18 x/mnt
A : Masalah keperawatan Hypertermi belum
II teratasi Hengky
P : Rencana tindakan dilanjutkan.
13.00 S : Pasien mengatakan saya tidak ada nafsu
makan, mual dan sudah muntah .

23
O:
Pasien tampak
13.00 lemah
Turgor kulit
elastis
BB 60 kg
Pasien
menghabiskan porsi makanan yang
III dihidangkan Hengky
A : Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi.
13.00 P : Rencana tindakan dilanjutkan.

S : pasien mengatakan sehari minum hanya 3-4


28 /09/06 I gelas saja Hengky
O : mukosa bibir kering
A : Resiko tinggi kekurangan volume cairan belum
teratasi
P : Renpra dilanjutkan
S : Pasien mengatakan badan saya sudah tidak
terlalu panas lagi.
O:
13.00 Suhu 38,50C
II Pasien tampak agak tenang Hengky
A : masalah hypertermi belum teratasi belum
13.00 teratasi
P : Rencana tindakan dilanjutkan

S : Pasien mengatakan saya belum ada nafsu


13.00 makan, masih mual tetapi tidak ada muntah.
O:

24
Pasien tampak
masih lemah
Turgor kulit
III elastis
Hengky
Pasien makan
dari porsi makanan yang telah disediakan.
13.00
A : Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi.
P : Rencana tindakan dilanjutkan.
29/09/06 I
Hengky
S : pasien mengatakan saya minum hanya 3-4
gelas saja
O : mukosa bibir tampak kering
A : Resiko tinggi kekurangan volume cairan belum
teratasi
P : Renpra dilanjutkan
II S : Pasien mengatakan badan saya tidak terlalu
Hengky
panas lagi,tidak ada pusing.
O:
Suhu 36,80C
Pasien tampak
rileks
A : Masalah keperawatan Hypertermi teratasi
P : Renpra di stop.
S : Pasien mengatakan saya sudah ada nafsu
makan, tidak ada mual lagi.
III O:
Hengky
Turgor kulit
elastis
Tampak
makan 1 dari porsi makanan yang telah

25
disediakan
A : Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi.
P : Rencana tindakan distop.

S :pasien mengataka saya minum 8-12 gelas /


hari
O : mukosa bibir tampak lembab dan basah
A : Resiko tinggi kekurangan volume cairan
teratasi
P :Renpra stop

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai permasalahan yang ditemukan dalam
pemberian asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem persyarafan : Febris,
dirawat di unit St. Markus RSSA Pontianak. Adapun ruang lingkup pembahasan kasus ini
berdasarkan landasan teoritis dan asuhan yang nyata dengan pendekatan proses
keperawatan.

26
A. Pengkajian
Pada tahap ini semua data / informasi tentang pasien yang dibutuhkan dikumpulkan dan
dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan yang dilakukan melalui tiga tahap
yaitu : pengumpulan, pengelompokan atau pengorganisasian serta menganalisa dan
merumuskan diagnosa keperawatan.
Dalam melaksanakanpengkajian untuk memperoleh data, penulis melakukan dengan
wawancara dengan pasien, observasi, dan pemeriksaan fisik langsung terhadap pasien, juga
didiskusikan dengan perawat ruangan dan dokter yang merawat serta klarifikasi terhadap
data yang ada distatus / catatan medi pasien.
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, tetapi ada sebagian kecil yang
menyimpang, hal ini disesuaikan dengan kondisi pasien saat dikaji. Dalam pengkajian data
yang khas yang behubungan dengan penyakit pasien adalah ditemui badannya panas
(demam : suhu ; 39oC), lemah, mual, rasa tidak enak didaerah abdomen, pusing, anorexia.
Tidak ada Hambatan yang penulis temui saat melakukan pengkajian. Data yang sudah
terkumpul kemudian dilakukan analisa data dan diidentifikasi masalah yang dihadapi
pasien dan selanjutnya dirumuskan diagnosa keperawatan.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan teoritis, masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien
dengan gangguan sistem persyarafan : Febris meliputi :
1. Hypertermi yang berhubungan dengan proses infeksi yang ditnadai
oleh badan panas, gelisah.
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia.
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan yang
berhubungan dengan mual dan muntah

Sedangkan masalah keperawatan yang ditemukan penulis pada saat pengkajian adalah :
1. Hypertermi yang berhubungan dengan proses infeksi yang ditnadai oleh
badan panas, gelisah.

27
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia.
3. Resiko tanggi terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan
dengan mual dan muntah

Adapun diagnosa yang muncul pada teori pada saat pegkajian pada dasarnya sama.
Pada pengkajian masalah utama yang muncul sama dengan pada teori, hal ini
disebabkan karena mempunyai kesamaan pada saat pengkajian data fokus, data yang
benar-benarmenunjang adalah masalah hypertermi (peningkatan suhu tubuh).

C. Perencanaan
Perencaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang ada sesuai dengan kondisi
pasien. Tujuan ditetapkan dengan mengacu pada masalah yang akan dihilangkan /
dimimalkan dan akan menjadi alat ukur tercapainya tujuan adalah bagian akhir dari
perencanaan, dimana perawat memutuskan strategi dan intervensi keperawatan yang
akan dilakukan. Strategi dan tindakan yang akan dilakukan diarahkan langsung pada
etiologi atau faktor pendukung dari diagnosa keperawatan.
Pada pasien TnS dngan Febris perencanaan yang dibuat penulis pada dasarnya
untuk meminimalkan / menghilangkan keluhan yang ada pada pasien saat itu, dan pada
setiap diagnosa mulai dari diagnosa pertama sampai diagnosa kedua pembuatan,
perencanaan tidak terdapat hambatan. Hal tersebut dikarenakan tercapainya sebagian
dari perencanaan yang dibuat dan didukung oleh keadaan pasien yang sudah mulai
membaik.

D. Implementasi
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan berupa implementasi dari perncanaan
dan pengkajian pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan. Saat dilakukan
tindakan keperawatan pada TnSdari diagnosa keperawatan pertama dan kedua tidak
ditemukan hambatan yang cukup berarti. Hal ini berkat dukungan dan keterlibatan
orang tua dalam membantu penulis dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien.

28
Dalam pelaksanaan kegiatan keperawatan ini penulis bekerja sama dengan perawat
ruangan, pasien dan keluarga pasien serta team kesehatan lainya. Kemudian tindakan
keperawatan tersebut beserta respon pasien didokumentasikan pada catatan
keperawatan atau pada lembar pelaksanaan keperawatan.

E. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan. Pada tahap evaluasi yang dilakukan oleh penulis adalah melihat apakah
masalah yang ada sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan hasil
evaluasi yang terdapat pada pasien dengan diagnosa yang pertama yaitu ; Hypertermi
yang berhubungan dengan proses infeksi yang ditnadai oleh badan panas, gelisah dan
diagnosa yang kedua yaitu : Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, dari kedua Masalah tersebut dapat teratasi
ditandai dengan suhu tubuh sudah stabil dan pasien sudah menghabiskan 1 porsi
makanan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Febris adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan titik ambang
regurtasi panas hipotalamus atau kenaikan suhu tubuh (diatas 38 oC) yang disebabkan
oleh proses ekstrakranium. Penyebab febris disebabkan oleh infeksi, kerusakan

29
jaringan otak dan faktor lain yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak.
Sebab yang paling sering dari febris pada anal pra sekolah dan sekolah adalah suhu
badan yang tinggi sebagai respon terhadap infeksi akut. Dengan penanganan yang cepat
dan tepat akan menghasilkan prognosis yang baik. Febris yang tidak menurun dapat
menyebabkan terjadinya kejang. Kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, hipoksemia, dan meyebabkan metabolisme otak meningkat,
jika hal ini terjadi maka resiko komplikasi yang ditimbulkan sangat berbahaya
terutama, apnea, retardasi mental karena kerusakan sel otak.
Dengan semakin kompleknya permasalahan pasien dengan gangguan sistem
persyarafan ; Febris maka dalam memberikan asuhan keperawatan diperlukan
penanganan kasus dan kesinambungan oleh karena itu penulis berkesimpulan sangatlah
penting memberikan asuhan keperawatan yang lebih komunikatif kepada pasien yang
menderita demam (febris) disertai dengan memberikan penyuluhan kepada keluarga
pasien agar dapat memberikan pertolongan pertama pada pasien apabila suhu
meningkat dirumah.

B. Saran
1. Agar kerjasama diantara perawat tetap dipertahankan, agar tercapainya hasil yang
lebih baik.
2. Akan lebih baik jika psien dengan febris TTV nya selalu diawasi, khususnya suhu,
jika diketahui lebih tinggi maka akan diberikan perawatan lebih lanjut, misalnya :
memberikan kompres hangat dan pemberian injeksi (antrain).
3. Supaya klien dengan febris harus segera ditangani, jika tidak akan terjadi
komplikasi seperti kejang.

DAFTAR PUSTAKA

Beitz, Ecily L. (2002), Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3, Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

30
Carpenito, Lynda Juall, (1999), Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi
II. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, ME, et. All. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.

Evelyn C. Pearce (2000), Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Hardjasaputra, S.L.P. et.all. (2002) Data Obat Di Indonesia, edisi 10 jakarta : Grafidian
Medipress.

31

Anda mungkin juga menyukai