Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada TUHAN yang Maha
Esa, sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta, karena atas berkat Nya kami
dapat menyusun makalah kimia ini yang berjudul Bahaya Zat Aditif yang
dimaksudkan agar para pembaca dan kami sendiri menjadi lebih mengenali dan
memahami bahaya zat aditif. Uraian dalam makalah ini kami susun berdasarkan
buku dan sumber website yang relevan dengan topik tersebut.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila pada makalah ini terdapat tulisan
yang tidak berkenan dan terdapat kekurangan-kekurangan lainnya karena kami
sadar bahwa manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah berperan
serta dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami dengan senang hati akan menerima segala kritik & saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian dari kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Teruslah berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan
berfikir baik, logis, dan sistematis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan, seringkali kita perlu
menambahkan bahan-bahan tambahan ke dalam makanan yang kita olah. Bisa kita
perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur
sop yang tidak digarami atau bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam
hal ini, garam dan gula termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis zat
aditif makanan. Zat aditif bukan hanya garam dan gula saja, tetapi masih banyak
bahan-bahan kimia lain.
2
B. Tujuan
5. Menganalisis zat aditif pada makanan jajanan anak SD kota palangka raya
C. Rumusan Masalah
5. Apakah ada zat aditif pada makanan jajanan anak SD kota palangka
raya?
D. Manfaat
3
5. Dapat mengetahui adanya zat aditif pada makanan jajanan anak SD kota
palangka raya
BAB II
PEMBAHASAN
4
direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek
samping misalnya: gatal-gatal, dan kanker.
Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan
zat aditif makanan dalam kehidupannya sehari-hari.. Disini zat aditif makanan
sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, antioksidan,
pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental, dan anti gumpal.
Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah masyarakat Indonesia setelah
merebak kasus penggunaan formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu,
ikan dan daging yang terjadi pada beberapa bulan belakangan. Formalin sendiri
digunakan sebagai zat pengawet agar produk olahan tersebut tidak lekas
busuk/terjauh dari mikroorganisme. Penyalahgunaan formalin ini membuka
kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif dalam memilah-milah mana zat aditif
yang dapat dikonsumsi dan mana yang berbahaya.
Beberapa jenis zat aditif yang sering kita temukan dalam produk - produk
makanan, yaitu :
1. Zat pewarna
5
yaitu memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan
lebih tahan lama.
Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama,
namun belum tentu semua zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif
pada makanan dan minuman. Perlu diketahui bahwa zat pewarna sintetik yang
bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil) dapat membahayakan
kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab
penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu harus berhati-hati ketika membeli
makanan atau minuman yang memakai zat warna. Kamu harus yakin dahulu
bahwa zat pewarna yang dipakai sebagai zat aditif pada makanan atau minuman
tersebut adalah memang benar-benar pewarna makanan dan minuman.
2. Zat Pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan
minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
6
Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren.
Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu.
Zat pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi
pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-
orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya menghindari makanan atau
minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi.
Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak
berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki
penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis
sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin,
natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam, dan dulsin.
3. Zat Pengawet
7
Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman tetap layak untuk
dimakan atau diminum walaupun sudah tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut
adalah dengan cara menambahkan zat aditif kelompok pengawet (zat pengawet)
ke dalam makanan dan minuman. Zat pengawet adalah zatzat yang sengaja
ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar makanan dan minuman
tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi makanan dari
kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur.
Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan
menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan.
Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat
dipakai untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang
dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.
Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan
kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan
natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti
dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga
biasa dipakai untuk mengawetkan makanan.
Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau
senyawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap
merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar
juga termasuk zat pengawet. Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi,
juga terdapat pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan
makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya formalin yang biasa
dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang
sudah mati.
8
Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti
bakso, ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko
kesehatan. Selain formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh dipergunakan
untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang dimaksud adalah pengawet
boraks.
c. terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan d. menyebabkan kematian jika
ginjal mengandung boraks sebanyak 3-6 gram.
9
ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak lagi yang lain.
Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu sebab yang
mendorong penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai
Indonesia. Jika rempah-rempah dicampur dengan makanan saat diolah, dapat
menimbulkan cita rasa tertentu pada makanan. Selain zat penyedap cita rasa
yang berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia.
Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika
dicampur dengan zat penyedap ini
b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada
makanan;
c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan
beraroma seperti buah apel.
Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan di
atas, terdapat pula zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai
jenis masakan, yaitu penyedap rasa monosodium glutamat (MSG) seperti
ditunjukkan pada Gambar 8.15. Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan
pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang sedap.
10
daging dendeng. Gula alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis,
tetapi juga berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain adalah daun pandan yang
dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan sekaligus memberikan rasa
dan aroma khas pada makanan.
11
C. Dampak penggunaan zat aditif pada makanan
Zat aditif yang ada pada makanan tidak selalu secara sengaja ditambahkan
untuk tujuan tertentu. Namun, ada juga zat aditif yang diperoleh secara tidak
sengaja muncul pada makanan. Zat aditif tersebut biasanya muncul pada proses
pengolahan makanan. Secara keseluruhan, penggunaan zat-zat aditif untuk
campuran makanan dapat berdampak positif dan negatif.
Zat iodin dapat kita peroleh dari garam dapur yang biasa digunakan
untukmemberikan rasa asin pada makanan. Selain penyakit gondok, kekurangan
iodin dapat pula menyebabkan penyakit kretinisme (kekerdilan). Orang yang
memiliki penyakit diabetes mellitus (kencing manis) perlu menjaga kestabilan
kadar gula dalam darahnya. Penyakit ini dapat disebabkan karena pola hidup yang
tidak sehat. Untuk menjaga kestabilan kadar gula dalam darah, bagi penderita
diabetes melitus disarankan untuk mengkonsumsi sakarin (pemanis buatan)
sebagai pengganti gula.
12
2. Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif
13
d) Cicipi rasa makanan tersebut, lidah juga cukup jeli membedakan mana
makanan yang aman dan mana yang tidak. Makanan yang tidak aman
umumnya berasa tajam, misalnya sangat gurih dan membuat lidah
bergetar. Biasanya makanan-makanan seperti itu mengandung penyedap
rasa dan penambah aroma berlebih.
e) Memilih sendiri zat aditif yang akan digunakan sebagai bahan makanan.
f) Menggunakan zat aditif yang berasal dari alam.
g) Perhatikan kualitas makanan dan tanggal produksi dan serta kadaluarsa
yang terdapat pada kemasan makanan yang akan dikonsumsi.
h) Bau apek atau tengik menandakan bahwa makanan tersebut sudah rusak
atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.
i) Amati komposisi serta bahan-bahan kimia yang terkandung dalam
makanan dengan cara membaca komposisi bahan pada kemasan.
j) Memeriksa apakah makanan yang akan dikonsumsi telah terdaftar di
Departemen Kesehatan atau belum.
4. Sendok : 1 buah
5. Stowacth : 1 buah
6. Gunting : 1 buah
7. Cater : 1 buah
b. Bahan :
1. Air
2. Tinta
14
5. Saos nasional
7. E joss
8. Extra joss
9. Ale ale
10. Es gong
Prosedur kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
15
BAB III
PENUTUP
16
a. Kesimpulan
Zat aditif adalah zat-zat tambahan yang digunakan pada makanan
dengan tujuan tertentu.
Tujuan penambahan zat aditif pada makanan adalah memberikan rasa
sedap, mengawetkan, memberi warna, pemanis, dan memberikan aroma.
Contoh bahan pewarna alami adalah beta-karoten (kuning ), klorol
(hijau), karamel (cokelat hitam ) dan anato (oranye).
Contoh bahan pewarna alami adalah eritrosin (merah), kuning FCF
(kuning), hijau FCF (hijau), cokelat HT (cokelat), dan biru berlian (biru).
Pengawet merupakan bahan yang sering digunakan untuk mengawetkan
makanan sehingga makanan dapat bertahan dalam jangka waktu yang
lama.
Pemanis adalah zat yang ditambahkan kepada makanan atau minuman
sehingga menimbulkan rasa manis..
Untuk menghindari bahaya dari penggunaan zat aditif, sebaiknya kita
menggunakan zat aditif yang alami dan mengurangi penggunaan zat
aditif sintesis
b. Saran
Kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya anak-anak sekolah dan masyarakat pada umumnya. untuk ilmu
yang lebih membangun. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang positif dari pembaca.
17