PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Peningkatan UHH akan menambah jumlah lanjut usia yang akan berdampak pada
pergeseran pola penyakit di masyarakat dai penyakit infeksi ke penyakit degenerasi. Prevalensi
penyakit menulat mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami
peningkatan.PTM seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif dan
kanker tertentu, dalam kesehatan masyarakat sebenarnya dapat digolongkan sebagai satu
kelompok PTM utama yang mempumyai faktor resiko sama (common underlying risk factor).
Faktor resiko tersebut antara lain konsumsi rokok, pola makan yang tidak seimbang, makanan
yang mengandung zat adiktif, kurang berolah raga dan adanya kondisi lingkungan yang tidak
kondusif terhadap kesehatan.
PTM beserta faktor resikonya, sangat berhubungan erat dengan determinasi sosial
ekonomi dan kualitas hidup, yaitu tingkat pendidikan dan pengangguran. Pilihan gaya hidup
terkadang lebih mencerminkan kemampuan sosial ekonomi dibanding karena keinginan individu
tersebut. Oleh karena itu suatu pendekatan yang terpadu dan multi sektoral yang sesuai siklus
kehidupan(whole life approach) sangat diperlukan.
Proporsi kematian akibat PTM meningkat dari 25,41% (tahun 1980)menjadi 48,53%
(tahun 2001). Proporsi kematian karena penyakit kardiovaskuler meningkat dari 9,1% (tahun
1986) menjadi 26,3% (tahun 2001), jantung iskemik dari 2,5% (tahun 1980) menjadi 14,9%
(tahun 2001), dan stroke dari 5,5% (tahun1986) menjadi 11,5% (tahun 2001). Sedangkan
kematian akibat penyakit kanker meningkat dari 3,4% (tahun 1980) menjadi 6% (tahun 2001).
Penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab kematian meningkat dari urutan ke 11 (SKRT,
1972) menjadi urutan ke 3 (SKRT, 1986) dan menjadi penyebab kematian pertama (SKRT, 1992,
1995, 2001). Selain itu secara global, Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) memperkirakan PTM
telah menyebabkan 60% kematian dan 43% kesakitan.
PTM merupakan penyakit yang dapat dicegah bila faktor resiko dikendalikan, sehingga
perawatan pasien PTM mencerminkan kegagalan dari pengelolaan program pencegahan dan
penanggulangan. Pencegahan dan penanggulangan PTM merupakan kombinasi upaya inisiatif
pemeliharaan kesehatan mandiri oleh petugas dan individu yang bersangkutan. Tantangan yang
dihadapi adalah bagaimana mengembangkan suatu sistem pelayanan yang dapat mendukung
upaya pemeliharaan kesehatan mandiri, dengan melakukan redefinisi peran dan fungsi seluruh
sarana pelayanan kesehatan, untuk menghubungkan pelayanan medis dengan pendekatan promosi
dan pencegahan.
Puskesmas Salimbatu merupakan bagian dari dinas kesehatan yang ada dikecamatan
tanjung palas tengah kabupaten bulungan.sebagai tombak pelayanan kesehatan
masyarakat,puskesmas telah berupaya keras dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat,yaitu antara lain dengan melaksanakan program PTM (Penyakit Tidak Menular).
B.TUJUAN
Profil ini dibuat untuk membahas tentang pengelolaan penyakit tidak menular di
puskesmas salimbatu,serta untuk memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan PTM,kemudian untuk menurunkan kejadian penyakit tidak menular ( PTM )dan
meningkatkan kualitas hidup sehat masyarakat yang berada disemua tatanan.
C.SASARAN
D.LANDASA HUKUM
Promosi dan Pencegahan PTM tentunya mengacu pada landasan hokum yang sudah ada
secara Nasional yaitu :
1.Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
2.Undang Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
3.Undang Undang Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional.
4.Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2006 Tentang Kesehatan.
5.Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan kewenagan
Provinsi Sebagai Daerah Otonom.
6.Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 Tentang Tata Ruang Terbuka Hijau
diKawasan Perkotaan.
7.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota.
8.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 951/Menkes/Sk/V/2000 Tahun 2000 Tentang Upaya
Kesehatan dasar di Puskesmas.
9.Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 9 Tahun 2001 Tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat.
10.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.004/MENKES/SK/XI/2003 Tentang Sistem Tugas
dan Organisasi Departemen Kesehatan.
11.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/PER/XI/2005 Tahun 2005 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja departemen Kesehatan.
12.Keputusan Menteri Kesehatan RI NomorHK.03.01/160/I/2010 Tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014
E.KEBIJAKAN
F.STRATEGI
Sasaran Promosi dan pencegahan PTM secara operasional dilakukan pada beberapa
tatanan (Rumah Tangga,Tempat Kerja,Tempat Pelayanan Kesehatan,Tempat Sekolah,Tempat
Umum dll)Area yang menjadi perhatian adalah Diet Seimbang,Merokok,Aktivitas Fisik dan
Kesehatan Lainnya yang mendukung.
Strategi promosi dan pencegahan PTM secara Umum meliputi Advokasi,bina suasana,dan
pemberdayaan masyarakat.Ditingkat pusat lebih banyak dilakukan pada advokasi dan bina
suasana.sedangkan ditingkat kabupaten/kota lebih ditekankan pada pemberdayaan masyarakat?3
(tiga)strategi untuk semua hanya materinya berbeda.ingat otonomi daerah,social budaya,local
specific dsb.
Mendorong dan memfasilitasi adanya kebijakan public berwawasan kesehatan
yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
Mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan kerja sama antar institusi
penyelenggara promosi dan mitra potensi dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan PTM.
Meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam upaya
penaggulangan PTM secara komprenhensif baik dalam upaya
promotif,preventif,kuratif maupun rehabilitative di masing masing institusi
pelayanan.
Meningkatkan kapasitas tenaga professional bidang promosi kesehatan baik di
pusat maupun didaerah khususnya dalam pencegahan dan penaggulangan PTM.
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemeliharaan kesehatan mandiri
masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan masalah PTM yang
dihadapi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan lingkungannya dalam
pencegahan dan penanggulangan PTM.
Mengembangkan daerah kajian teknologi promosi kesehatan tepat guna dalam
penanggulangan PTM.
G.INDIKATOR
GAMBARAN UMUM
Kabupaten Bulungan sebagai salah satu Kabupaten di bagian Utara Provinsi Kalimantan
Utara mempunyai luas 13.181,92 km2 terletak antara 11604'41" sampai dengan 11757'56"
Bujur Timur dan 209'19" sampai dengan 334'49" Lintang Utara. Adapun batasbatas Kabupaten
Bulungan; sebelah Utara dengan Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan, sebelah Timur
dengan Laut Sulawesi dan Kota Tarakan, sebelah Selatan dengan Kabupaten Berau dan Sebelah
Barat dengan Kabupaten Malinau.
Gambar 1
Desa
Salimbatu
Desa Silva
Rahayu
Desa Tanjung
Buka
Kecamatan Tanjung Palas Tengah memiliki 3 Desa, yang dialiri puluhan sungai besar dan
kecil, serta secara topografi memiliki daratan yang berbukitbukit, bergununggunung dengan
tebing dan kemiringan yang tajam. Adapun Desa yang terluas adalah Desa Salimbatu (325,93
km2) dan sungai yang terpanjang adalah Sungai Kayan (576 km: termasuk yang berada di
wilayah Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung) sedangkan desa yang termaasuk dataran
tinggi adalah desa Silva Rahayu dengan luas (99,67 km2).
2. Batas Wilayah :
Sebelah Utara : Kecamatan Tanjung Palas Utara
Sebelah Timur : Kota Tarakan
Sebelah Selatan : Kecamatan Tanjung Palas Timur dan Kecamatan Tanjung Selor
Sebelah Barat : Kecamatan Tanjung Palas
3. Luas Wilayah : 624,95 km2
LUAS
NO DESA JML RT %
(KM2)
Desa yang kepadatan penduduknya dibawah rata-rata adalah Desa Silva Rahayu adalah
9,46 jiwa/km2. Ditinjau dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa
penduduk lakilaki masih lebih banyak dibandingkan dengan perempuan, ini terlihat dari rasio
jenis kelamin. Rasio jenis kelamin penduduk Kecamatan Tanjung Palas Tengah adalah 6,609.5; ini
berarti bahwa setiap 100 orang perempuan berbanding sekitar 115 lakilaki (tabel 2).
Tabel 2.
JUMLAH PENDUDUK MENURUT DESA DAN JENIS KELAMIN DAN RATIO JENIS
KELAMIN TAHUN 2015
JUMLA RATIO
H
NO. DESA
LAKI- PEREM JUM JENIS
LAKI KELAMIN
PUAN LAH
Tabel 3
1. Puskesmas Salimbatu
3. Pustu Antal
4. Pustu Salangketo
5. Pustu Tias
6. Pustu Sp 8
7. Poskesdes Sp 7 Salimbatu
8. Poskesdes Sp 5 Tg.Buka
9. Poskesdes Sp 5a Tg.Buka
TENAGA KESEHATAN
Perawat
Perawat gigi
SKM Epidemologi
Dokter
Bidan
GIZI
AsistenApotekerr
SKM Kesling
NO UNIT KERJA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Puskesmas 1 1 11 7 1 1 1 1 1 20 10
Salimbatu
Sementara sarana yang mendukung pelayanan kesehatan selain Puskesmas dan Pustu,
juga terdapat Poskesdes dan Posyandu hampir di setiap desa yang merupakan bentuk upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat. Selain itu juga terdapat Posyandu Lansia dan Panti Jompo.
Untuk anak usia sekolah dengan program UKS yang meliputi sekolah-sekolah dari tingkat PAUD,
TK, SD sampai SMA merupakan potensi untuk mengkampanyekan perilaku hidup sehat dan
kegiatan promosi kesehatan lainnya.
Tabel 5
SARANA PELAYANAN KESEHATAN DAN JUMLAH SEKOLAH
Pt.Jompo
Poskesds
PAUD
TK
SD
SMP
SMA
SBH
Pos Usila
Pustu
Posyandu
Psantren
N Puskesma
o s
1 Salimbatu 5 6 12 6 - 5 1 14 5 1 - -
Jumlah
Tabel 6.
Hipertensi 1,084
Asma 38
Cholesterol 10
Gagal Jantung 14
Penyakit Tiroid 10
Kanker Payudara 2
PPOK 4
1,000
Hipertensi
800 Diabetes Militus
Asam Urat
600 Asma
PUSKESMAS SALIMBATU Kolesterol
400 Gagal Jantung
Penyakit Tiroid
200
Kanker Payudara
0 PPOK
Hipertensi
3% 1% 1% 1% 0% 0% Diabetes Militus
9% Asam Urat
12% Asma
Cholesterol
Gagal Jantung
74% Penyakit Tiroid
Kanker Payudara
PPOK
BAB III
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang dianggap tidak dapat ditularkan atau
disebarkan dari seseorang kepada orang lain, sehingga bukan merupakan sebuah ancaman bagi
orang lain. PTM merupakan beban kesehatan utama di negara-negara berkembang dan negara
industri.Berdasarkan laporan WHO mengenai PTM di Asia Tenggara terdapat lima PTM dengan
tingkat kesakitan dan kematian yang sangat tinggi, yaitu penyakit Jantung (Kardiovaskuler), DM,
kanker, penyakit pernafasan obstruksi kronik dan penyakit karena kecelakaan. Kebanyakan PTM
merupakan bagian dari penyakit degeneratif dan mempunyai prevalensi tinggi pada orang yang
berusia lanjut.
1. Penyakit Kronik
Penyakit kronik dapat dipakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasanya bersifat
kronik/menahun/lama. Namun ada pula PTM yang kelangsungannya mendadak/akut, misalnya
keracunan.
2. Penyakit NonInfeksi
Sebutan penyakit non-infeksi dipakai karena penyebab PTM biasanya bukan oleh mikro-
organisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan mikro-organisme dalam terjadinya PTM.
3. New Communicable Disease
Hal ini disebabkan PTM dianggap dapat menular; yaitu melalui gaya hidup (Life Style).
Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan caranya sendiri. gaya hidup di dalamnya
dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual, dan komunikasi global.Contoh perubahan pola
makan telah mendorong perubahan peningkatan penyakit jantung yang berkaitan dengan makan
berlebih yang mengandung kolesterol tinggi.
tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non living agent) dengan host dalam hal
ini manusia (faktor predisposisi, infeksi, dan lain-lain) dan lingkungan sekitar (source and vehicle
of agent).
1. Agent
a) Agent dapat berupa (non living agent), yakni kimiawi, fisik,mekanik, psikis.
b) Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling sederhana sampai yang
komplek (mulai molekul sampai zat zat yang komplek ikatannya).
c) Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap tanpa mengetahui
spesifikasi dari agent tersebut.
d) Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang berbeda-beda
(dinyatakan dalam skala pathogenitas).Pathogenitas Agent yaitu kemampuan / kapasitas agent
penyakit untuk dapat menyebabkan sakit pada host.
e) Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Kemampuan menginvasi/memasuki jaringan
2. Kemampuan merusak jaringan : reversible dan irreversible
3. Kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif
2. Reservoir
a) Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah,udara, air batu, dan lain-lain)
dimana agent dapat hidup,berkembang biak dan tumbuh dengan baik.
b) Pada umumnya untuk penyakit tidak menular, reservoir dari agent adalah benda mati.
c) Pada penyakit tidak menular, orang yang terekspos/terpapar dengan agent tidak berpotensi
sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan.
3. Relasi AgentHost
a) Fase Kontak
Adanya kontak antara agent dengan host, tergantung pada:
1. Lamanya kontak
2. Dosis
3. Patogenitas
b) Fase Akumulasi pada jaringan
Apabila terpapar dalam waktu lama dan terus-menerus
c) Fase Subklinis
Pada fase subklinis gejala/sympton dan tanda/sign belum muncul.Telah terjadi kerusakan pada
jaringan, tergantung pada:
1. Jaringan yang terkena
2. Kerusakan yang diakibatkannya (ringan, sedang dan berat)
3. Sifat kerusakan (reversible dan irreversible/ kronis, mati dan cacat)
d) Fase Klinis
Agent penyakit telah menimbulkan reaksi pada host dengan menimbulkan manifestasi (gejala dan
tanda).4. Karakteristik penyakit tidak menular :
a) Tidak ditularkan
b) Etiologi sering tidak jelas
c) Agent penyebab : non living agent
d) Durasi penyakit panjang (kronis)
e) Fase subklinis dan klinis panjang untuk penyakit kronis.
5. Rute dari keterpaparan
Melalui sistem pernafasan, sistem digestiva, sistem integumen/kulit dan sistem vaskuler.
1. Penelitian Cross-Sectional
Studi cross sectional adalh studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun
hubungan penyakit dan paparan dengan cara observasional secara serentak pada individuindividu
dari suatu populasi pada suatu saat. (Bhisma Murti, 2003)
3. Penelitian Kohort
Studi kohort adalah penelitian epidemiologik yang bersifat observasional dimana dilakukan
perbandingan antara sekelompok orang yang terkena penyebab (terpapar) dengan sekelompok
lainnya yang tidak terkena penyebab (tidak terpapar), kemudian dilihat dari akibat yang
ditimbulkan. Dasar penelitian kohort adalah unsur akibat pada masa yang akan datang. (Azrul A,
2002)
Perlunya dikembangkan konsep Faktor Resiko ini dalam Epidemiologi PTM berkaitan dengan
beberapa alasan, antara lain :
1) Tidak jelasnya kausa PTM terutama dalam hal ada tidaknya mikroorganisme dalam PTM.
2) Menonjolnya penerapan konsep multikausal pada PTM.
3) Kemungkinan adanya penambahan atau interaksi antar resiko.
4) Perkembangan metodologik telah memberi kemampuan untuk mengukur besarnya faktor
resiko.Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat
kronis belum ditemukan secara keseluruhan, karena :
a) Untuk setiap penyakit, faktor resiko dapat berbeda-beda (merokok,hipertensi,
hiperkolesterolemia)
b) Satu faktor resiko dapat menyebabkan penyakit yang berbeda-beda,misalnya merokok, dapat
menimbulkan kanker paru, penyakit jantung koroner, kanker larynx.
c) Untuk kebanyakan penyakit, faktor-faktor resiko yang telah diketahui hanya dapat
menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit, tetapi etiologinya secara pasti belum
diketahui.Faktor-faktor resiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak menular
yang bersifat kronis antara lain :
a) Tembakau
b) Alkohol
c) Kolesterol
d) Hipertensi
e) Diet
f) Obesitas
g) Aktivitas
h) Stress
i) Pekerjaan
j) Lingkungan masyarakat sekitar
k) Life style
Untuk memastikan bahwa status sebab layak disebut sebagai factor resiko, maka harus
memenuhi 8 kriteria (menurut Austin Bradford Hill), yaitu:
1. Kekuatan hubungan
Yaitu adanya resiko relatif yang tinggi.
2. Temporal
Kausa mendahului akibat.
3. Respon terhadap dosis
Makin besar paparan, makin tinggi kejadian penyakit.
4. Reversibilitas
Penurunan paparan akan diikuti penurunan kejadian penyakit.
5. Konsistensi
Kejadian yang sama akan berulang pada waktu, tempat dan penelitian yang
lain.
6. Kelayakan biologis
Sesuai dengan konsep biologi.
7. Specifitas
Satu penyebab menimbulkan Satu Akibat.
8. Analogi
Ada kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.
Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan. Terdapat 4 tingkatan
pencegahan dalam Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, yaitu :
1. Pencegahan Primordial
Berupa upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit
tidak dapat berkembang karena tidak adanya peluang dan dukungan dari kebiasaan, gaya hidup
maupun kondisi lain yang merupakan faktor resiko untuk munculnya statu penyakit. Misalnya :
menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa bahwa merokok itu merupakan statu
kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu bersikap positif untuk tidak merokok.
GRAFIK KUNJUNGAN
9,000
8,000
7,000
6,000
4,000
3,000
2,000
1,000
0
Januari Pebruari Maret April Mei Juni
Kunjungan PTM Juli - Desember
2015
10,000
9,000
8,000
7,000
6,000
5,000
KASUS PENYAKIT PTM YANG ADA DIKECAMATAN TANJUNG PALAS TENGAH TAHUN 2015
180
160
140
120
100
PUSKESMAS SALIMBATU
80
60
40
20
0
Januari Pebruari Maret April Mei Juni
KASUS PENYAKIT PTM YANG ADA DIKECAMATAN TANJUNG PALAS TENGAH TAHUN 2015
200
180
160
140
120
100
PUSKESMAS SALIMBATU 80
60
40
20
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
B.SARAN
Lampiran - Lampiran