Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka


kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya umur harapan hidup (UHH). Pada
tahun 1983 UHH sebesar 58 tahun dan pada tahun 1988 meningkan menjadi 63 tahun. Proporsi
penduduk Indonesia umur 55 tahun ke atas paha tahun 1980 sebesar 7.7 % dari seluruh populasi,
tahun 2000 meningkat menjadi 9.37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut meningkat
menjadi 12 %, serta UHH meningkat menjadi 65-70 tahun. Dalam hal ini secara demografi
struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin menua
(ageing population). Kondisi inisebagai indikator bahwa kesejahteraan dan derajat kesehatan
masyarakat mengalami peningkatan.

Peningkatan UHH akan menambah jumlah lanjut usia yang akan berdampak pada
pergeseran pola penyakit di masyarakat dai penyakit infeksi ke penyakit degenerasi. Prevalensi
penyakit menulat mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami
peningkatan.PTM seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif dan
kanker tertentu, dalam kesehatan masyarakat sebenarnya dapat digolongkan sebagai satu
kelompok PTM utama yang mempumyai faktor resiko sama (common underlying risk factor).
Faktor resiko tersebut antara lain konsumsi rokok, pola makan yang tidak seimbang, makanan
yang mengandung zat adiktif, kurang berolah raga dan adanya kondisi lingkungan yang tidak
kondusif terhadap kesehatan.

PTM beserta faktor resikonya, sangat berhubungan erat dengan determinasi sosial
ekonomi dan kualitas hidup, yaitu tingkat pendidikan dan pengangguran. Pilihan gaya hidup
terkadang lebih mencerminkan kemampuan sosial ekonomi dibanding karena keinginan individu
tersebut. Oleh karena itu suatu pendekatan yang terpadu dan multi sektoral yang sesuai siklus
kehidupan(whole life approach) sangat diperlukan.

Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001,dikalangan


penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita menderita
hipertensi, 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke, 1,2% diabetes, 1,3% laki-laki
dan 4,6% wanita mengalami kelebihan berat badan (obesitas), dan yang melakukan olah raga 3
kali atau lebih berminggu hanya 14,3%. Laki-laki umur 25-65 tahun yang m,engkonsumsi rokok
sangat tinggi yaitu sebesar 54,5% dan wanita sebesar 1,2%.

Proporsi kematian akibat PTM meningkat dari 25,41% (tahun 1980)menjadi 48,53%
(tahun 2001). Proporsi kematian karena penyakit kardiovaskuler meningkat dari 9,1% (tahun
1986) menjadi 26,3% (tahun 2001), jantung iskemik dari 2,5% (tahun 1980) menjadi 14,9%
(tahun 2001), dan stroke dari 5,5% (tahun1986) menjadi 11,5% (tahun 2001). Sedangkan
kematian akibat penyakit kanker meningkat dari 3,4% (tahun 1980) menjadi 6% (tahun 2001).
Penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab kematian meningkat dari urutan ke 11 (SKRT,
1972) menjadi urutan ke 3 (SKRT, 1986) dan menjadi penyebab kematian pertama (SKRT, 1992,
1995, 2001). Selain itu secara global, Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) memperkirakan PTM
telah menyebabkan 60% kematian dan 43% kesakitan.
PTM merupakan penyakit yang dapat dicegah bila faktor resiko dikendalikan, sehingga
perawatan pasien PTM mencerminkan kegagalan dari pengelolaan program pencegahan dan
penanggulangan. Pencegahan dan penanggulangan PTM merupakan kombinasi upaya inisiatif
pemeliharaan kesehatan mandiri oleh petugas dan individu yang bersangkutan. Tantangan yang
dihadapi adalah bagaimana mengembangkan suatu sistem pelayanan yang dapat mendukung
upaya pemeliharaan kesehatan mandiri, dengan melakukan redefinisi peran dan fungsi seluruh
sarana pelayanan kesehatan, untuk menghubungkan pelayanan medis dengan pendekatan promosi
dan pencegahan.

Puskesmas Salimbatu merupakan bagian dari dinas kesehatan yang ada dikecamatan
tanjung palas tengah kabupaten bulungan.sebagai tombak pelayanan kesehatan
masyarakat,puskesmas telah berupaya keras dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat,yaitu antara lain dengan melaksanakan program PTM (Penyakit Tidak Menular).

B.TUJUAN

Profil ini dibuat untuk membahas tentang pengelolaan penyakit tidak menular di
puskesmas salimbatu,serta untuk memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan PTM,kemudian untuk menurunkan kejadian penyakit tidak menular ( PTM )dan
meningkatkan kualitas hidup sehat masyarakat yang berada disemua tatanan.

C.SASARAN

- Penentu kebijakan baik pusat maupun di daerah (Propinsi dan kabupaten/kota)


- Penentu kebijakan pada sector terkait baik pusat dan daerah (Provinsi dan kabupaten/kota).
- Organisasi profesi yang ada.
- Lembaga swadaya masyarakat (LSM)sector swasta serta masyarakat.

D.LANDASA HUKUM

Promosi dan Pencegahan PTM tentunya mengacu pada landasan hokum yang sudah ada
secara Nasional yaitu :
1.Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
2.Undang Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
3.Undang Undang Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional.
4.Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2006 Tentang Kesehatan.
5.Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan kewenagan
Provinsi Sebagai Daerah Otonom.
6.Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 Tentang Tata Ruang Terbuka Hijau
diKawasan Perkotaan.
7.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota.
8.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 951/Menkes/Sk/V/2000 Tahun 2000 Tentang Upaya
Kesehatan dasar di Puskesmas.
9.Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 9 Tahun 2001 Tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat.
10.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.004/MENKES/SK/XI/2003 Tentang Sistem Tugas
dan Organisasi Departemen Kesehatan.
11.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/PER/XI/2005 Tahun 2005 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja departemen Kesehatan.
12.Keputusan Menteri Kesehatan RI NomorHK.03.01/160/I/2010 Tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014

E.KEBIJAKAN

Promosi dan pencegahan PTM dilakukan pada seluruh fase kehidupan,melalui


pemberdayaan berbagai komponen dimasyarakat seperti organisasi profesi,LSM,media
Massa,dunia Usaha/Swasta.
Upaya promosi dan pencegahan PTM tersebut ditekankan pada masyarakat yang masih
sehat (well being) dan masyarakat yang beresiko (at risk) dengan tidak melupakan masyarakat
yang berpenyakit (deseased population)dan masyarakat yang menderita kecacatan dan
memerlukan rehabilitasi(Rehabilitated Population).
Penanggulangan PTM,Mengutamakan pencegahan timbulnya factor resiko utama
dengan meningkatkan aktivitas fisik,menu makanan seimbang dan tidak merokok.
Promosi dan pencegahan PTM juga dikembangkan melalui upayan- upaya yang
mendorong/memfasilitasi diterbitkannya kebijakan public yang mendukung upaya
pencegahan dan penanggulangan PTM.
Promosi dan pencegahan PTM dilakukan melalui pengembangan kemitraan anatar
pemerintah,masyarakat,organisasi kemasyarakatan,organisasi profesi,termasuk
dunia usaha dan swasta.
Promosi dan pencegahan PTM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
semua pelayanan kesehatan yang terkait dengan penanggulangan PTM.
Promosi dan pencegahan PTM perlu didukung oleh tenaga professional melalui
peningkatan kemampuan secara terus menerus (capacity building).
Promosi dan pencegahan PTM dikembangkan dengan menggunakan teknologi
tepat guna sesuai dengan masalah,potensi dan social budaya untuk meningkatkan
efektivitas intervensi yang dilakukan dibidang penanggulangan PTM.

F.STRATEGI

Sasaran Promosi dan pencegahan PTM secara operasional dilakukan pada beberapa
tatanan (Rumah Tangga,Tempat Kerja,Tempat Pelayanan Kesehatan,Tempat Sekolah,Tempat
Umum dll)Area yang menjadi perhatian adalah Diet Seimbang,Merokok,Aktivitas Fisik dan
Kesehatan Lainnya yang mendukung.
Strategi promosi dan pencegahan PTM secara Umum meliputi Advokasi,bina suasana,dan
pemberdayaan masyarakat.Ditingkat pusat lebih banyak dilakukan pada advokasi dan bina
suasana.sedangkan ditingkat kabupaten/kota lebih ditekankan pada pemberdayaan masyarakat?3
(tiga)strategi untuk semua hanya materinya berbeda.ingat otonomi daerah,social budaya,local
specific dsb.
Mendorong dan memfasilitasi adanya kebijakan public berwawasan kesehatan
yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
Mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan kerja sama antar institusi
penyelenggara promosi dan mitra potensi dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan PTM.
Meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam upaya
penaggulangan PTM secara komprenhensif baik dalam upaya
promotif,preventif,kuratif maupun rehabilitative di masing masing institusi
pelayanan.
Meningkatkan kapasitas tenaga professional bidang promosi kesehatan baik di
pusat maupun didaerah khususnya dalam pencegahan dan penaggulangan PTM.
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemeliharaan kesehatan mandiri
masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan masalah PTM yang
dihadapi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan lingkungannya dalam
pencegahan dan penanggulangan PTM.
Mengembangkan daerah kajian teknologi promosi kesehatan tepat guna dalam
penanggulangan PTM.

G.INDIKATOR

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberahasilan pelaksanaan strategi


penanggulangan PTM,Ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk monitoring dan
evaluasi melalui system pencatatan dan pelaporan kegiatan pencegahan dan penanggulangan
PTM.
Indikator Keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu :
a.Indikator Umum :
1.Menurunnya angka kematian (Mortalitas) penderita PTM utama.
2.menurunnya angka Kesakitan (Morbiditas) penderita PTM utama.
3.Menurunnya angka kecacatan (Disabilitas) penderita PTM utama.
4.Menurunnya angka factor resiko bersama PTM utama.
b.Indikator Khusus :
1.Penurunan 3 faktor resiko utama PTM (Merokok,Kurang aktivitas fisik,dan Komsumsi
rendah serat).
2.Penurunan Proporsi penduduk yang mengalami obesitas,penyalah gunaan alcohol dan
BBLR.
3.Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung penaggulangan PTM.
4.Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi masyarakat.
5.Tersedianya model model intervensi yang efektif dalam promosi dan pencegahan
PTM.
6.Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan.

Pemantauan Rencana Operasional promosi kesehatan dalam pengendalian PTM dilakukan


secara berjenjang dan berkesinambungan setiap tahun dalam kurun waktu 5 tahun (2015-
2020).Pemantauan merupakan upaya untuk mengamati seberapa jauh kegiatan yang direncanakan
sudah dilaksanakan.Evaluasi dilaksanakan untuk melihat kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan
kegiatan promosi kesehatan dalam pengendalian PTM.Pemantauan rencana dan pelaksanaan
kegiatan promosi kesehatan untuk pengendalian PTM dilaksanakan oleh pengelolaan program
pengendalian PTM,pengelola program promosi kesehatan dan mitra terkait pada masing masing
jenjang administrasi mulai dari pusat,provinsi sampai kabupaten/kota.Melaluilingkup promosi
kesehatan secara menyeluruh mulai dari kegiatan advokasi,bina suasana,pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan kemitraan,maka upaya pengendalian PTM akan memberikan
hasil yang optimal.
BAB II

GAMBARAN UMUM

A DATA GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFI


1. Letak dan Luas Wilayah

Kabupaten Bulungan sebagai salah satu Kabupaten di bagian Utara Provinsi Kalimantan
Utara mempunyai luas 13.181,92 km2 terletak antara 11604'41" sampai dengan 11757'56"
Bujur Timur dan 209'19" sampai dengan 334'49" Lintang Utara. Adapun batasbatas Kabupaten
Bulungan; sebelah Utara dengan Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan, sebelah Timur
dengan Laut Sulawesi dan Kota Tarakan, sebelah Selatan dengan Kabupaten Berau dan Sebelah
Barat dengan Kabupaten Malinau.

Gambar 1

PETA WILAYAH KECAMATAN TANJUNG PALAS TENGAH

Desa
Salimbatu

Desa Silva
Rahayu

Desa Tanjung
Buka

Kecamatan Tanjung Palas Tengah memiliki 3 Desa, yang dialiri puluhan sungai besar dan
kecil, serta secara topografi memiliki daratan yang berbukitbukit, bergununggunung dengan
tebing dan kemiringan yang tajam. Adapun Desa yang terluas adalah Desa Salimbatu (325,93
km2) dan sungai yang terpanjang adalah Sungai Kayan (576 km: termasuk yang berada di
wilayah Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung) sedangkan desa yang termaasuk dataran
tinggi adalah desa Silva Rahayu dengan luas (99,67 km2).

LETAK DAN BATAS WILAYAH KECAMATAN TANJUNG PALAS TENGAH

1. Letak/ posisi : Lintang Utara: 2 09 19 3 34 49

Bujur Timur : 116 04 41 117 57 56

2. Batas Wilayah :
Sebelah Utara : Kecamatan Tanjung Palas Utara
Sebelah Timur : Kota Tarakan
Sebelah Selatan : Kecamatan Tanjung Palas Timur dan Kecamatan Tanjung Selor
Sebelah Barat : Kecamatan Tanjung Palas
3. Luas Wilayah : 624,95 km2

Kecamatan Tanjung Palas Tengah saat ini mempunyai 3 Desa, membawahi 97 RT


Gambaran luas wilayah Kecamatan Tanjung Palas Tengah per Desa dapat dilihat pada tabel 1
berikut ini :
Tabel 1.

LUAS WILAYAH KECAMATAN TANJUNG PALAS TENGAH


TAHUN 2015

LUAS
NO DESA JML RT %
(KM2)

1. Desa Salimbatu 26 325,93


2. Desa Tanjung Buka 62 199,35

3. Desa Silva Rahayu 9 99,67

Sumber : Kecamatan Tanjung Palas Tengah dalam angka 2015

2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk


Jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Palas Tengah berdasarkan hasil registrasi
penduduk pada tahun 2015 tercatat sebesar 8.634 jiwa. Pola persebaran penduduk Kecamatan
Tanjung Palas Tengah per desa berdasarkan luas wilayah, kepadatannya adalah berkisar antara
33,9 jiwa/km2 (Desa Salimbatu) sampai 37,58 jiwa/km2 (Desa Tanjung Buka). Kepadatan
penduduk Kecamatan Tanjung Palas Tengah adalah 86,34 jiwa/km2.

Desa yang kepadatan penduduknya dibawah rata-rata adalah Desa Silva Rahayu adalah
9,46 jiwa/km2. Ditinjau dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa
penduduk lakilaki masih lebih banyak dibandingkan dengan perempuan, ini terlihat dari rasio
jenis kelamin. Rasio jenis kelamin penduduk Kecamatan Tanjung Palas Tengah adalah 6,609.5; ini
berarti bahwa setiap 100 orang perempuan berbanding sekitar 115 lakilaki (tabel 2).

Tabel 2.

JUMLAH PENDUDUK MENURUT DESA DAN JENIS KELAMIN DAN RATIO JENIS
KELAMIN TAHUN 2015

JUMLA RATIO
H
NO. DESA
LAKI- PEREM JUM JENIS
LAKI KELAMIN
PUAN LAH

1. Desa Salimbatu 2.062 1.868 3.390 2,996


2. Desa Tanjung Buka 2.048 1.710 3.758 2,903
3. Desa Silva Rahayu 475 471 946 710,5

JUMLAH 4.585 4.049 8.634 6,609.5


Sumber : BPS dalam angka 2015

3 Tenaga dan Sarana Kesehatan


Pada dasarnya pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan secara mudah, merata, terjangkau dan murah. Dengan meningkatnya
pelayanan kesehatan, Pemerintah berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyediakan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan
yang jumlahnya cukup memadai. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, pada tahun 2015 jumlah
fasilitas kesehatan yang ada di wilayah Kecamatan Tanjung Palas Tengah

Tabel 3

FASILITAS KESEHATAN DI KECAMATAN TANJUNG PALAS TENGAH TAHUN 2015

No Jenis Fasilitas 2013 2014 2015

1. Puskesmas Salimbatu

2. Pustu Silva Rahayu

3. Pustu Antal

4. Pustu Salangketo

5. Pustu Tias

6. Pustu Sp 8

7. Poskesdes Sp 7 Salimbatu

8. Poskesdes Sp 5 Tg.Buka

9. Poskesdes Sp 5a Tg.Buka

10. Poskesdes Sp 2 Tg.Buka

11. Poskesdes Sp 7 Tg.Buka

12. Poskesdes Sp 9 Tg.Buka


Tabel 4

JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI KABUPATEN BULUNGAN TAHUN 2011

TENAGA KESEHATAN
Perawat

Perawat gigi

SKM Epidemologi
Dokter

Bidan

GIZI

AsistenApotekerr

SKM Kesling

Perawat PTT dan Magang

Bidan PTT dan Magang


Dokter gigi

NO UNIT KERJA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Puskesmas 1 1 11 7 1 1 1 1 1 20 10
Salimbatu

Sementara sarana yang mendukung pelayanan kesehatan selain Puskesmas dan Pustu,
juga terdapat Poskesdes dan Posyandu hampir di setiap desa yang merupakan bentuk upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat. Selain itu juga terdapat Posyandu Lansia dan Panti Jompo.
Untuk anak usia sekolah dengan program UKS yang meliputi sekolah-sekolah dari tingkat PAUD,
TK, SD sampai SMA merupakan potensi untuk mengkampanyekan perilaku hidup sehat dan
kegiatan promosi kesehatan lainnya.

Tabel 5
SARANA PELAYANAN KESEHATAN DAN JUMLAH SEKOLAH

Pt.Jompo
Poskesds

PAUD

TK

SD

SMP

SMA

SBH
Pos Usila
Pustu

Posyandu

Psantren
N Puskesma
o s
1 Salimbatu 5 6 12 6 - 5 1 14 5 1 - -

Jumlah

Tabel 6.

PENYAKIT PTM DIWILAYAH PUSKESMAS SALIMBATU TAHUN 2015

Nama Penyakit Jumlah

Hipertensi 1,084

Diabetes Militus 176

Asam Urat 131

Asma 38

Cholesterol 10

Gagal Jantung 14

Penyakit Tiroid 10
Kanker Payudara 2

PPOK 4

GRAFIK PENYAKIT PTM DIWILAYAH PUSKESMAS SALIMBATU TAHUN 2015

PENYAKIT TIDAK MENULAR


1,200

1,000
Hipertensi
800 Diabetes Militus
Asam Urat
600 Asma
PUSKESMAS SALIMBATU Kolesterol
400 Gagal Jantung
Penyakit Tiroid
200
Kanker Payudara
0 PPOK

Penyakit Tidak Menular

KECAMATAN TANJUNG PALAS TENGAH TAHUN 2015

PERSENTASE PENYAKIT PTM DIWILAYAH PUSKESMAS SALIMBATU TAHUN 2015


Persetase Penyakit Tidak Menular

Hipertensi
3% 1% 1% 1% 0% 0% Diabetes Militus

9% Asam Urat
12% Asma
Cholesterol
Gagal Jantung
74% Penyakit Tiroid
Kanker Payudara
PPOK

BAB III

PENGANTAR PENYAKIT TIDAK MENULAR

A. Batasan atau Pengertian Penyakit Tidak Menular

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang dianggap tidak dapat ditularkan atau
disebarkan dari seseorang kepada orang lain, sehingga bukan merupakan sebuah ancaman bagi
orang lain. PTM merupakan beban kesehatan utama di negara-negara berkembang dan negara
industri.Berdasarkan laporan WHO mengenai PTM di Asia Tenggara terdapat lima PTM dengan
tingkat kesakitan dan kematian yang sangat tinggi, yaitu penyakit Jantung (Kardiovaskuler), DM,
kanker, penyakit pernafasan obstruksi kronik dan penyakit karena kecelakaan. Kebanyakan PTM
merupakan bagian dari penyakit degeneratif dan mempunyai prevalensi tinggi pada orang yang
berusia lanjut.

Istilah Penyakit Tidak Menular mempunyai kesamaan arti dengan :

1. Penyakit Kronik

Penyakit kronik dapat dipakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasanya bersifat
kronik/menahun/lama. Namun ada pula PTM yang kelangsungannya mendadak/akut, misalnya
keracunan.

2. Penyakit NonInfeksi

Sebutan penyakit non-infeksi dipakai karena penyebab PTM biasanya bukan oleh mikro-
organisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan mikro-organisme dalam terjadinya PTM.
3. New Communicable Disease

Hal ini disebabkan PTM dianggap dapat menular; yaitu melalui gaya hidup (Life Style).
Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan caranya sendiri. gaya hidup di dalamnya
dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual, dan komunikasi global.Contoh perubahan pola
makan telah mendorong perubahan peningkatan penyakit jantung yang berkaitan dengan makan
berlebih yang mengandung kolesterol tinggi.

B. Karakteristik Penyakit Tidak Menular

tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non living agent) dengan host dalam hal
ini manusia (faktor predisposisi, infeksi, dan lain-lain) dan lingkungan sekitar (source and vehicle
of agent).
1. Agent
a) Agent dapat berupa (non living agent), yakni kimiawi, fisik,mekanik, psikis.
b) Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling sederhana sampai yang
komplek (mulai molekul sampai zat zat yang komplek ikatannya).
c) Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap tanpa mengetahui
spesifikasi dari agent tersebut.
d) Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang berbeda-beda
(dinyatakan dalam skala pathogenitas).Pathogenitas Agent yaitu kemampuan / kapasitas agent
penyakit untuk dapat menyebabkan sakit pada host.
e) Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Kemampuan menginvasi/memasuki jaringan
2. Kemampuan merusak jaringan : reversible dan irreversible
3. Kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif

2. Reservoir
a) Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah,udara, air batu, dan lain-lain)
dimana agent dapat hidup,berkembang biak dan tumbuh dengan baik.
b) Pada umumnya untuk penyakit tidak menular, reservoir dari agent adalah benda mati.
c) Pada penyakit tidak menular, orang yang terekspos/terpapar dengan agent tidak berpotensi
sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan.
3. Relasi AgentHost
a) Fase Kontak
Adanya kontak antara agent dengan host, tergantung pada:
1. Lamanya kontak
2. Dosis
3. Patogenitas
b) Fase Akumulasi pada jaringan
Apabila terpapar dalam waktu lama dan terus-menerus
c) Fase Subklinis
Pada fase subklinis gejala/sympton dan tanda/sign belum muncul.Telah terjadi kerusakan pada
jaringan, tergantung pada:
1. Jaringan yang terkena
2. Kerusakan yang diakibatkannya (ringan, sedang dan berat)
3. Sifat kerusakan (reversible dan irreversible/ kronis, mati dan cacat)
d) Fase Klinis
Agent penyakit telah menimbulkan reaksi pada host dengan menimbulkan manifestasi (gejala dan
tanda).4. Karakteristik penyakit tidak menular :
a) Tidak ditularkan
b) Etiologi sering tidak jelas
c) Agent penyebab : non living agent
d) Durasi penyakit panjang (kronis)
e) Fase subklinis dan klinis panjang untuk penyakit kronis.
5. Rute dari keterpaparan
Melalui sistem pernafasan, sistem digestiva, sistem integumen/kulit dan sistem vaskuler.

C. Pendekatan Epidemiologis Penyakit Tidak Menular

Epidemiologi berusaha untuk mempelajari distribusi dan faktor faktor yang


mempengaruhi terjadinya PTM dalam masyarakat. Untuk itu diperlukan pendekatan metodologik,
yaitu dengan melakukan berbagai penelitian. Sebagaimana umumnya penelitian epidemiologi,
penelitian untuk penyakit tidak menular dikenal juga adanya penelitian Observasional dan
Eksperimental. Hanya saja, karena waktu berlangsungnya yang lama, maka umumnya penelitian
PTM merupakan penelitian observasional. Jenis-jenis penelitian terhadap PTM yang merupakan
Penelitian Observasional berupa :

1. Penelitian Cross-Sectional
Studi cross sectional adalh studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun
hubungan penyakit dan paparan dengan cara observasional secara serentak pada individuindividu
dari suatu populasi pada suatu saat. (Bhisma Murti, 2003)

2. Penelitian Kasus Kontrol


Studi kasus control merupakan studi observasional yang menilai hubungan paparan penyakit
dengan cara menentukan sekelompok orang-orang berpenyakit (kasus) dan sekelompok
orangorang tidak berpenyakit (kontrol), lalu membandingkan frekuensi paparan pada kedua
kelompok. (Last, 2001)

3. Penelitian Kohort
Studi kohort adalah penelitian epidemiologik yang bersifat observasional dimana dilakukan
perbandingan antara sekelompok orang yang terkena penyebab (terpapar) dengan sekelompok
lainnya yang tidak terkena penyebab (tidak terpapar), kemudian dilihat dari akibat yang
ditimbulkan. Dasar penelitian kohort adalah unsur akibat pada masa yang akan datang. (Azrul A,
2002)

D. Pengertian dan Jenis Jenis Faktor Resiko


Faktor penyebab dalam PTM dipakai istilah Faktor Resiko (risk factor)untuk membedakan
dengan istilah etiologi pada penyakit menular atau diagnosis klinis. Macam macam factor
resiko:
1. Menurut Dapat Tidaknya Resiko itu diubah :
a) Unchangeable Risk Factors
Faktor resiko yang tidak dapat diubah. Misalnya : Umur,Genetik
b) Changeable Risk Factors
Faktor resiko yang dapat berubah. Misalnya : kebiasaan merokok, olah raga.
2. Menurut Kestabilan Peranan Faktor Resiko :
a) Suspected Risk Factors (Faktor resiko yg dicurigai)
Yaitu faktor resiko yang belum mendapat dukungan ilmiah/penelitian, dalam peranannya sebagai
faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya : Merokok menyebabkan terjadinya
kanker leher rahim.
b) Established Risk Factors (Faktor resiko yang telah ditegakkan)
Yaitu faktor resiko yang telah mendapat dukungan ilmiah/penelitian, dalam peranannya sebagai
faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya : Rokok sebagai factor resiko
terjadinya kanker paru.

Perlunya dikembangkan konsep Faktor Resiko ini dalam Epidemiologi PTM berkaitan dengan
beberapa alasan, antara lain :

1) Tidak jelasnya kausa PTM terutama dalam hal ada tidaknya mikroorganisme dalam PTM.
2) Menonjolnya penerapan konsep multikausal pada PTM.
3) Kemungkinan adanya penambahan atau interaksi antar resiko.
4) Perkembangan metodologik telah memberi kemampuan untuk mengukur besarnya faktor
resiko.Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat
kronis belum ditemukan secara keseluruhan, karena :
a) Untuk setiap penyakit, faktor resiko dapat berbeda-beda (merokok,hipertensi,
hiperkolesterolemia)
b) Satu faktor resiko dapat menyebabkan penyakit yang berbeda-beda,misalnya merokok, dapat
menimbulkan kanker paru, penyakit jantung koroner, kanker larynx.
c) Untuk kebanyakan penyakit, faktor-faktor resiko yang telah diketahui hanya dapat
menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit, tetapi etiologinya secara pasti belum
diketahui.Faktor-faktor resiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak menular
yang bersifat kronis antara lain :
a) Tembakau
b) Alkohol
c) Kolesterol
d) Hipertensi
e) Diet
f) Obesitas
g) Aktivitas
h) Stress
i) Pekerjaan
j) Lingkungan masyarakat sekitar
k) Life style

E. Kegunaan Identifikasi Faktor Resiko


Dengan mengetahui faktor resiko dalam terjadinya penyakit maka dapat digunakan untuk :
1. Prediksi
Untuk meramalkan kejadian penyakit. Misalnya : Perokok berat mempunyai resiko 10 kali lebih
besar untuk terserang Ca Paru dari pada bukan perokok.
2. Penyebab
Kejelasan dan beratnya suatu faktor resiko dapat ditetapkan sebagai penyebab suatu penyakit
dengan syarat telah menghapuskan faktorfaktor pengganggu (Confounding Factors).
3. Diagnosis
Dapat membantu dalam menegakkan diagnosa.
4. Prevensi
Jika suatu faktor resiko merupakan penyebab suatu penyakit tertentu, maka dapat diambil
tindakan untuk pencegahan terjadinya penyakit tersebut

F. Kriteria Faktor Resiko

Untuk memastikan bahwa status sebab layak disebut sebagai factor resiko, maka harus
memenuhi 8 kriteria (menurut Austin Bradford Hill), yaitu:
1. Kekuatan hubungan
Yaitu adanya resiko relatif yang tinggi.
2. Temporal
Kausa mendahului akibat.
3. Respon terhadap dosis
Makin besar paparan, makin tinggi kejadian penyakit.
4. Reversibilitas
Penurunan paparan akan diikuti penurunan kejadian penyakit.
5. Konsistensi
Kejadian yang sama akan berulang pada waktu, tempat dan penelitian yang
lain.
6. Kelayakan biologis
Sesuai dengan konsep biologi.
7. Specifitas
Satu penyebab menimbulkan Satu Akibat.
8. Analogi
Ada kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.

G. UpayaUpaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular

Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan. Terdapat 4 tingkatan
pencegahan dalam Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, yaitu :

1. Pencegahan Primordial
Berupa upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit
tidak dapat berkembang karena tidak adanya peluang dan dukungan dari kebiasaan, gaya hidup
maupun kondisi lain yang merupakan faktor resiko untuk munculnya statu penyakit. Misalnya :
menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa bahwa merokok itu merupakan statu
kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu bersikap positif untuk tidak merokok.

2. Pencegahan Tingkat Pertama


a) Promosi Kesehatan Masyarakat : Kampanye kesadaran masyarakat,promosi kesehatan
pendidikan kesehatan masyarakat.
b) Pencegahan Khusus : Pencegahan keterpaparan, pemberian kemopreventif
3. Pencegahan Tingkat Kedua
a) Diagnosis Dini, misalnya dengan screening.
b) Pengobatan, misalnya dengan kemotherapi atau pembedahan
4. Pencegahan Tingkat Ketiga adalah dengan cara Rehabilitasi.

GRAFIK KUNJUNGAN

Kunjungan PTM Januari - April


Tahun 2015
10,000

9,000

8,000

7,000

6,000

Penyakit Tidak Menular 5,000

4,000

3,000

2,000

1,000

0
Januari Pebruari Maret April Mei Juni
Kunjungan PTM Juli - Desember
2015
10,000
9,000
8,000
7,000
6,000
5,000

Penyakit Tidak Menular 4,000


3,000
2,000
1,000
0

GRAFIK KASUS PENYAKIT PTM

KASUS PENYAKIT PTM YANG ADA DIKECAMATAN TANJUNG PALAS TENGAH TAHUN 2015
180

160

140

120

100
PUSKESMAS SALIMBATU
80

60

40

20

0
Januari Pebruari Maret April Mei Juni
KASUS PENYAKIT PTM YANG ADA DIKECAMATAN TANJUNG PALAS TENGAH TAHUN 2015
200

180

160

140

120

100

PUSKESMAS SALIMBATU 80

60

40

20

BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Berkembangnya berbagai bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat merupakan


investasi yang sangat besar untuk meningkatkan percepatan pembangunan dibidang pengendalian
penyakit tidak menular.

Melalui kegiatan posbindu PTM,diharapkan terbangun kesadaran masyarakat terhadap


ancaman penyakit tidak menular yang kian mengkhawatirkan di masa mendatang karena
berdampak terhadap peningkatan beban pembiayaan dan dapat menggangu pertumbuhan ekonomi
Negara.untuk itu peranan kader kesehatan dalam kegiatan pengendalaian penyakit tidak menular
melalui penyelenggaraan Posbindu PTM menjadi sangat penting.Efektif dan Efisiennya
penyelenggaraan Posbindu PTM memerlukkan dukungan baik dari penentu kebijakan,fasilitas
dari pengelola program kesehatan maupun pembinaan berkesinambungan dari Pembina multi
sector maupun kelompok masyarakat potensial termasuk organisasi social masyarakat yang tentu
nya dengan memperhatikan masalah dan potensi spesifik local.

B.SARAN

Pemantauan dan Penilaian keberhasilan dari penyelenggaraan Program PTM adalah :

1) Pelatihan kader Posbindu untuk program PTM.


2) Frekuensi pelaksanaan kegiatan pemantauan factor resiko PTM dan konseling secara
Terpadu.
3) Penyuluhan PTM dalam hal ini frekuensi penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan
PTM dan factor resikonya yang diselenggarakan dalam 1 tahun
4) Konseling factor resiko PTM adalah kegiatan konseling yang diberikan kepada para
peserta posbindu PTM terkait dengan factor resiko PTM yang dimilikinya,sesuai dengan
kemampuan kader posbindu PTM dalam memberikan konseling tersebut setiap posbindu
PTM dilaksanakan
5) Adanya gerakan masyarakat dalam penerapan perilaku CERDIK (Cek kondisi factor
resiko PTM secara berkala,Enyahkan asap rokok,Rajin aktifitas fisik,Diet sehat dengan
kalori berimbang (Rendah garam,Gula,Lemak dan Tinggi serat/buah dan sayur),Istirahat
yang cukup,(Kendalikan stress) dalam upaya pengendalian PTM di masyarakat.

Lampiran - Lampiran

Anda mungkin juga menyukai