Resume Bab 1 AIK 6

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

Nama : Wahyu Setiaji

NIM : 201410160311002

AKHLAK DAN MUAMALAH

A. Pengertian Akhlak
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. cara membedakan akhlak, moral dan etika
yaitu Dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk
menggunakan tolok ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan susila
menggunakan tolok ukur norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung
dalam masyarakat (adat istiadat), dan dalam akhlaq menggunakan ukuran Al Quran dan
Al Hadis untuk menentukan baik-buruknya.
Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh
motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi
pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk
berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan
dari akhlak. (Zakky Mubarak, 2008:20)
B. Perbedeaan Akhlak, Etika dan Moral
1. Akhlak
Dalam kitab Dairatul Maarif secara singkat akhlaq diartikan sifat-sifat
manusia yang terdidik. Akhlaq memiliki cakupan yang luas, yaitu mencakup
hubungan kepada Sang Pencipta (Allah), sesama manusia, terhadap diri sendiri,
maupun dengan lingkungan atau sesama makhluk Tuhan yang lain.
Akhlaq dalam Islam tidak lepas dan terkait erat dengan aqidah dan syariah, ia
merupakan buah dan sekaligus puncak dari keduanya. Akhlaq menekankan
keutamaan, nilai-nilai, kemulian dan kesucian (hati dan perilaku), Akhlaq Islami
harus diupayakan agar menjadi sistem nilai (etika/moral) yang mendasari budaya
masyarakat. Akhlaq yang baik berpangkal dari ketaqwaan kepada Allah dimanapun
berada. Selain itu akhlaq yang baik merupakan manifestasi dari kemampuan menahan
hawa nafsu dan adanya rasa malu. Agar kita senantiasa berakhlaq baik maka harus
selalu menimbang perbuatan dengan hati nurani yang bersih. Salah satu tanda atau
ciri akhlaq yang baik yaitu mendatangkan ketenangan jiwa dan kebahagiaan
pelakunya. Tapi sebaliknya jika mendatangkan keraguan, kecemasan dan ingin tidak
diketahui orang lain merupakan isyarat akhlaq yang buruk.
2. Etika
Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan tentang
baik-buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga nilai-nilai itu
sendiri. Ki Hajar Dewantara menjelaskan etika merupakan ilmu yang mempelajari
soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang
mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan
perasaan sampai mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan. Dari beberapa
definisi tersebut, etika berhubungan erat dengan empat hal:
a) Dilihat dari obyek formal (pembahasannya), etika berupaya membahas
perbuatan yang dilakukan manusia. Dan sebagai obyek materialnya adalah
manusia.
b) Dilihat dari sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai
hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolut, dan universal. Akan
tetapi terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan, dan sebagainya.
c) Dilihat dari fungsinya, etika berfungsi sebagi penilai, penentu dan penetap
terhadap suatu perbuatan yang dilakukan manusia, yaitu apakah perbuatan itu
akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. dengan
demikian etika lebih berperan sebagi konseptor terhadap sejumlah perilaku yang
dilakukan manusia.
d) Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai
dengan tuntutan zaman. Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, etika lebih
merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk.

3. Moral
Dari segi bahasa moral berasal dari bahasa Latin, mores (jamak dari kata mos)
yang berarti adat kebiasaan. Dalam KBBI dikatakan bahwa moral adalah penentuan
baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Secara istilah moral merupakan istilah
yang digunakan uantuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,
pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau
buruk. Di dalam buku The Advanced Leaner's Dictionary of Current English moral
mengandung pengertian:
a) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
b) Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.
c) Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitasmanusia dengan nilai
(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari
dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa
orang tersebut tingkah lakunya baik.
Dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk
menggunakan tolok ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan susila
menggunakan tolok ukur norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung
dalam masyarakat (adat istiadat), dan dalam akhlaq menggunakan ukuran Al Quran dan
Al Hadis untuk menentukan baik-buruknya. Dalam hal ini etika lebih bersifat pemikiran
filosofis dan berada dalam dataran konsep-konsep (bersifat teoretis), sedangkan moral
berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang
dimasyarakat (bersifat praktis). Etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada,
sedangkan moral dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Etika memandang tingkah
laku manusia secara umum, tapi moral dan susila lebih bersifat local dan individual.
Akhlaq yang berdasarkan pada Al Quran dan Al Hadis maka akhlaq bersifat
mutlak, absolut, dan tidak dapat diubah. Sementara etika, moral, dan susila berdasar pada
sesuatu yang berasal dari manusia maka lebih bersifat terbatas dan dapat berubah sesuai
tuntutan zaman.

C. Sumber Akhlak dalam Islam


Sumber akhlak adalah wahyu (al-Quran dan al-Hadits). Sebagai sumber akhlak
wahyu menjelaskan bagaimana berbuat baik. al-Quran bukanlah hasil renungan manusia,
melainkan firman Allah SWT yang Maha pandai dam Maha bijaksana. Oleh sebab itu,
setiap muslim berkeyakinan bahwa isi al-Quran tidak dapat dibuat dan ditandingi oleh
bikinan manusia. Sumber akhlak yang kedua yaitu al-Hadits meliputi perkataan,
ketetapan dan tingkah laku Rasulullah SAW.
Dasar akhlak yang dijelaskan dalam al-Quran yaitu:

Artinya :Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S.al-Ahzab : 21)
Dasar akhlak dari hadits yang secara eksplisit menyinggung akhlak tersebut yaitu
sabda Nabi:


Artinya : Bahwasanya aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan
keluhuran akhlak.
Jika telah jelas bahwa al-Quran dan hadits rasul adalah pedoman hidup yang
menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul
karimah.
D. Pengertian Muamalah
Dari segi bahasa, "muamalah" berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang
berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan. Kata-kata
semacam ini adalah kata kerja aktif yang harus mempunyai dua buah pelaku, yang satu
terhadap yang lain saling melakukan pekerjaan secara aktif, sehingga kedua pelaku
tersebut saling menderita dari satu terhadap yang lainnya.
Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan
dapat pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian
muamalah.
Menurut Louis Maluf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum syara yang
berkaitan dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli, perdagangan,
dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu semua
transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh manusia dalam hal tukar menukar manfaat.
Dari berbagai pengertian muamalah tersebut, dipahami bahwa muamalah adalah
segala peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama
maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia
dengan alam sekitarnya.
E. Ruang Lingkup Muamalah
Dilihat dari segi bagian-bagiannya, ruang lingkup syariah dalam bidang
muamalah, menurut Abdul Wahhab Khallaf (1978: 32-33), meliputi:
a) Ahkam al-Ahwal al-Syakhiyyah (Hukum Keluarga), yaitu hukum-hukum yang
mengatur tentang hak dan kewajiban suami, istri dan anak. Ini dimaksudkan
untuk memelihara dan membangun keluarga sebagai unit terkecil.
b) Al-Ahkam al-Maliyah (Hukum Perdata), yaitu hukum tentang perbuatan usaha
perorangan seperti jual beli (Al-Bai wal Ijarah), pegadaian (rahn), perserikatan
(syirkah), utang piutang (udayanah), perjanjian (uqud ). Hukum ini
dimaksudkan untuk mengatur orang dalam kaitannya dengan kekayaan dan
pemeliharaan hak-haknya.
c) Al-Ahkam al-Jinaiyyah (Hukum Pidana), yaitu hukum yang bertalian dengan
tindak kejahatan dan sanksi-sanksinya. Adanya hukum ini untuk memelihara
ketentraman hidup manusia dan harta kekayaannya, kehormatannnya dan hak-
haknya, serta membatasi hubungan antara pelaku tindak kejahatan dengan
korban dan masyarakat.
d) Al-Ahkam al-Murafaat (Hukum Acara), yaitu hukum yang berhubungan dengan
peradilan (al-qada), persaksian (al-syahadah) dan sumpah (al- yamin), hukum ini
dimaksudkan untuk mengatur proses peradilan guna meralisasikan keadilan antar
manusia.
e) Al-Ahkam al-Dusturiyyah (Hukum Perundang-undangan), yaitu hukum yang
berhubungan dengan perundang-undangan untuk membatasi hubungan hakim
dengan terhukum serta menetapkan hak-hak perorangan dan kelompok.
f) Al-Ahkam al-Duwaliyyah (Hukum Kenegaraan), yaitu hukum yang berkaitan
dengan hubungan kelompok masyarakat di dalam negara dan antar negara.
Maksud hukum ini adalah membatasi hubungan antar negara dalam masa damai,
dan masa perang, serta membatasi hubungan antar umat Islam dengan yang lain
di dalam negara.
g) Al-Ahkam al-Iqtishadiyyah wa al-Maliyyah (Hukum Ekonomi dan Keuangan),
yaitu hukum yang berhubungan dengan hak fakir miskin di dalam harta orang
kaya, mengatur sumber-sumber pendapatan dan masalah pembelanjaan negara.
Dimaksudkan untuk mengatur hubungan ekonomi antar orang kaya (agniya),
dengan orang fakir miskin dan antara hak-hak keuangan negara dengan
perseorangan.
Itulah pembagian hukum muamalah yang meliputi tujuh bagian hukum yang
objek kajiannya berbeda-beda. Pembagian seperti itu tentunya bisa saja berbeda antara
ahli hukum yang satu dengan yang lainnya. Yang pasti hukum Islam tidak dapat
dipisahkan secara tegas antara hukum publik dan hukum privat. Hampir semua ketentuan
hukum Islam bisa terkait dengan masalah umum dan juga terkait dengan masalah
individu.
Sumber :
Mubarak, Zakky, dkk. 2008. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi, Buku Ajar
II, Manusia, Akhlak, Budi Pekerti dan Masyarakat. Depok: Lembaga Penerbit FE UI.
Hlm. 20
http://yayukrindawati.blogspot.co.id/Perbedaan-Akhlak-Etika-dan-Moral/ Di akses pada tanggal
1 Maret 2017, Jam 16:30
http://santrisuwung.blogspot.co.id/2013/10/sumber-sumber-akhlak.html Di akses pada tanggal 1
Maret 2017, Jam 16:50
http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-muamalah-dari-segi-bahasa-dan-
istilah.html Di akses pada tanggal 1 Maret 2017, Jam 17:20
https://suarapembaharu.wordpress.com/2014/06/08/ruang-lingkup-muamalah/ Di akses pada
tanggal 1 Maret 2017, Jam 17:40

Anda mungkin juga menyukai