Anda di halaman 1dari 53

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kedokteran Keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh dengan


memusatkan pelayanan terhadap keluarga tanpa memandang umur, jenis kelamin, organ
tubuh atau penyakit tertentu saja. Azrul Azwar, 1997
Dokter keluarga adalah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan dengan
orientasi pada komunitas dan menitikberatkan kepala keluarga, yang tidak hanya
memandang pasien sebagai seorang individu tetapi sebagai bagian dari suatu keluarga
dan tidak menunggu pasien secara aktif tetapi melakukan kunjungan pada pasien dan
keluarganya. Azrul Azwar, 1997
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang disebabkan resistensi
insulin yang mengakibatkan glukosa dari makanan maupun hasil metabolisme lain tidak
dapat masuk ke dalam sel sehingga kadar gula darah meningkat[Setiabudi,
2008].Penyakit ini bersifat kronis dan tidak bisa disembuhkan, menurut World Diabetes
Congress ke 20 di Montral pada tahun 2016 sebanyak 285 juta orang di dunia sedang
menderita Diabetes Melitus.Lebih dari seperlima jumlah tersebut terdapat di Asia
Tenggara yaitu sebanyak 59 juta orang, sedangkan Indonesia menempati ranking 4
dunia penderita terbanyak yaitu sebanyak 7 juta orang saat ini mengalami Diabetes
Melitus [International Diabetes Federation, 2008]. Seratus tiga puluh ribu dari sekitar
delapan juta penduduk berusia diatas 14 tahun di Provinsi Banten adalah penderita
Diabetes Melitus dan sebanyak 20 persen dari jumlah tersebut tidak pernah
memeriksakan kadar gula darahnya, dalam hal ini mereka hanya mengalami gejala
klasik dari Diabetes yaitu polifagi, polidipsi, dan poliuri [Riskesdas, 2013].

Diabetes melitus bukan lagi penyakit bagi golongan mampu, justru para petani,
buruh, dan nelayan yang memiliki prevalensi terbanyak yang mengalami kegagalan
regulasi gula darah [Riskesdas, 2013]. Kota Tangerang memiliki jumlah petani, buruh,
nelayan sebanyak kurang lebih 300 ribu jiwa pada tahun 2010 dan terus meningkat
seiring dengan bertambahnya lapangan pekerjaan di sektor tersbut [Dinas Kesehatan
Tangerang,2010]. Hal ini tentunya perlu diperhatikan mengingat kelompok tersebut
yang memiliki faktor resiko tinggi dari sudut pandang pola hidup [Riskesdas, 2013].

Prevalensi pasien yang datang berobat dengan keluhan gejala klasik Diabetes
Melitus di Wilayah kerja Puskesmas Cikupa sepanjang bulan Februari hingga
September 2016 bahkan melebihi pasien dengan keluhan yang lazim ditemukan seperti
batuk dan sakit kepala, oleh karena itu Diabetes Melitus masuk dalam 15 besar penyakit
di Puskesmas Cikupa [Puskesmas Cikupa, 2016]. Komplikasinya dapat bersifat akut
maupun kronis [Perkeni, 2015]. Ketoasidosis diabetik, status hiperglikemi hiperosmolar,
dan hipoglikemi merupakan komplikasi akut sedangkan neuropati dan mikroangiopati

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 1


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
merupakan komplikasi jangka panjang yang dapat mencetus timbulnya penyakit lain
bahkan kecacatan pada pasien [Regina Graciella, 2013].

Diabetes Melitus merupakan salah satu permasalahan kesehatan kronis serta


kompleks yang masih terjadi di Puskesmas Cikupa karena banyaknya faktor yang
mempengaruhi baik berupa faktor interna maupun eksterna. Salah satu pasien bernama
Tn. S yang datang ke Puskesmas Cikupa tanpa menggunakan alas kaki dengan keluhan
sering buang air kecil, dan terdapat luka pada punggung kaki kanan yang tidak kunjung
sembuh disertai riwayat Diabetes Melitus selama 5 tahun namun tidak rutin minum obat
maupun melakukan kontrol gula darah. Alasan dilakukannya kunjungan rumah pada
Tn.S yaitu karena terdiagnosanya Diabetes Mellitus tidak terkontrol dengan luka yang
tidak kunjung sembuh pada punggung kaki kanan dan telah berkembang menjadi ulkus
pedis sehingga diikhawatirkan terjadi komplikasi lebih lanjut yang dikarenakan
Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol maupun perawatan luka yang tidak tepat.

1.2. Perumusan Masalah


1.2.1. Pernyataan Masalah
Tn. S dengan Diabetes Melitus tidak terkontrol disertai komplikasi.

1.2.2. Pertanyaan Masalah


1 Apa saja faktor - faktor risiko terjadinya komplikasi dari Diabetes Melitus pada
Tn. S menurut Mandala of Health?
2 Apa saja faktor internal dan eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi dari Diabetes Melitus pada Tn. S menurut Mandala of health?
3 Apa saja alternatif jalan keluar yang dapat dilakukan untuk penanganan kondisi
Tn. S?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Terkontrolnya Diabetes Melitus pada Tn. S sehingga diharapkan tidak terjadi
komplikasi lebih lanjut.

1.3.2. Tujuan Khusus


1 Diketahuinya faktor - faktor risiko yang berkaitan dengan terjadinya komplikasi
dari Diabetes Melitus pada Tn. S menurut Mandala of Health.
2 Diketahuinya faktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan terjadinya
komplikasi Diabetes Melitus pada Tn.S yang menurut Mandala of Health.
3 Diketahuinya alternatif jalan keluar yang dapat dilakukan untuk penanganan
kondisi Tn. S.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 2


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kedokteran Keluarga

2.1.1 Definisi Kedokteran Keluarga

Kedokteran Keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh dengan


memusatkan pelayanan terhadap keluarga tanpa memandang umur, jenis kelamin, organ
tubuh atau penyakit tertentu saja. Azrul Azwar, 1997
Dokter keluarga adalah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan dengan orientasi
pada komunitas dan menitikberatkan kepala keluarga, yang tidak hanya memandang
pasien sebagai seorang individu tetapi sebagai bagian dari suatu keluarga dan tidak
menunggu pasien secara aktif tetapi melakukan kunjungan pada pasien dan
keluarganya. Azrul Azwar, 1997
2.1.2 Karakreristik Kedokteran Keluarga
Karakteristik pelayanan dokter keluarga menurut IDI adalah:
1. Melayani penderita tidak hanya sebagai perorangan tetapi sebagai anggota satu keluraga
dan bahkan sebagai anggota masyarakat.
2. Memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan memberi perhatian kepada pasien
secara lengkap dan sempurna, melebihi keluhan yang disampaikannya.
3. Mengutamakan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan, mencegah,
mengenal terjadinya penyakit dan mengobatinya sedini mungkin.
4. Mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha sebaik-
baiknya untuk memenuhinya.
5. Bersedia sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bertanggung jawab
atas pelayanan kesehatan selanjutnya.
2.1.3 Tujuan Kedokteran Keluarga
Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang luas, dibedakan atas dua
macam:
1. Tujuan Umum : Tujuan umum pelayanan dokter keluarga yaitu terwujudnya kesehatan
bagi setiap anggota kelurga
2. Tujuan Khusus : Tujuan khusus dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kesehatan yang efektif.
Pelayanan dokter keluarga lebih efektif karena menangani pasien dilihat dari berbagai
faktor tidak hanya berdasarkan kebutuhan saja tetapi sebagai manusia seutuhnya dan
sebagai bagian dari keluarga dan lingkungannya masing-masing.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kesehatan yang efisien.
Pelayanan dokter keluarga lebih efisien karena mengutamakan pencegahan secara
terpadu dan berkelanjutan, dengan ini angka kesakitan menurun dan biaya kesehatan
menurun.
2.1.4 Manfaat Kedokteran Keluarga
Manfaat yang diperoleh dari pelayanan dokter keluarga antara lain:

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 3


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
1. Dapat diselenggarakan penanganan penyakit secara keseluruhan , tidak hanya dari
keluhan yang disampaikan.
2. Dapat diselenggarakan pencegahan penyakit yang berkelanjutan.
3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, akan lebih baik dan terarah
4. Dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan terpadu agar penanganan masalah
kesehatan tidak menimbulkan masalah lainnya.
5. Jika seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam pelayanan maka informasi tentang
kesehatan dan sosial tentang keluarga tersebut dapat dipergunakan untuk menangani
masalah kesehatan yang dialami.
6. Dapat diketahuinya berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakut termasuk
faktor sosial dan psikologis
7. Dapat diselenggarakan penanganan penyakit yang sederhana dan tidak begitu mahal
sehingga akan meringankan biaya.
8. Dapat dicegahnya pemakaian peralatan kedokteran yang canggih yang akan
memberatkan biaya kesehatan.

2.2 Diabetes Melitus

2.2.1 Definisi Diabtes Melitus

Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula,
atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan gula
darah yang tingginya sudah membahayakan [Setiabudi, 2008].Faktor utama pada
diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh kelompok sel beta di
pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin,
bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan
jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin
atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes [Setiabudi,
2008].
2.2.2 Faktor Resiko
Fator resikonya antara lain :
1. Kedua orang tuanya pernah menderita DM.
2. Pernah mengalami gangguan toleransi glukosa kemudian normal kembali.
3. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram.
2.2.3 Klasifikasi
American Diabetis Association (ADA) memperkenalkan sistem klasifikasi berbasis
etiologi dan kriteria diagnosa untuk diabetes yang diperbaharui pada tahun 2010.
Sistem klasifikasi ini mengelaskan tipe diabetes, antaranya :
1.Diabetes Mellitus Tipe 1 (IDDM)
2.Diabetes Mellitus Tipe 2 (NIDDM)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 4


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
3.Diabetes Autoimun Fase Laten
4.Maturity-Onset diabetes of youth
5.Lain-lain sebab.[Barclay L, 2010]
2.2.4 Patofisiologi
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan
meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk
kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa (Corwin, 2000).
Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan
maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.Namun demikian
jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000)

2.2.5 Manifestasi Klinis


1. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran
darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi
diuresis osmotic (poliuria) (Bare & Suzanne, 2002).
2. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan
penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi
sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus
dan ingin selalu minum (polidipsia) (Bare & Suzanne, 2002).
3. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka
produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi
yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia) (Bare & Suzanne,
2002).
4. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan
dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis
(Bare & Suzanne, 2002).
5. Malaise atau kelemahan (Bare & Suzanne, 2002)
2.2.6 Diagnosa

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 5


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Kriteria untuk diagnosis termasuk pengukuran kadar A1c hemoglobin (HbA1c),
kadar glukosa darah sewaktu atau puasa, atau hasil dari pengujian toleransi glukosa
oral. The American Diabetes Association mendefinisikan diabetes mempunyai dua
kemungkinan yaitu pada pengukuran kadar glukosa darah puasa,ia menunjukkan
bacaan sebanyak minimal 126 mg / dL setelah puasa selama 8 jam. Kriteria lainnya
adalah kadar glukosa darah sewaktu minimal 200 mg / dL dengan adanya kelainan
berupa poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, kelelahan, atau gejala karakteristik
lain dari diabetes. Pengujian kadar glukosa sewaktu dapat digunakan untuk skrining dan
diagnosis, namun sensitivitas hanyalah 39% hingga 55% (Barclay,2010).
Uji diagnostik yang utama untuk diabetes adalah tes toleransi glukosa oral, di
mana pasien akan diminta untuk berpuasa selama 8 jam dan kemudian ditambah dengan
beban 75 g glukosa. Diagnosis terhadap diabetes akan ditegakkan sekiranya kadar
glukosa darah melebihi 199 mg / dL. Selain itu, kadar glukosa darah puasa dianggap
abnormal sekiranya berkisar antara 140-199 mg / dL selepas 2 jam mengambil beban
glukosa. American Diabetes Association mendefinisikan terdapat gangguan pada kadar
glukosa darah puasa sekiranya KGD diantara 100-125 mg / dL (Barclay,2010).
Pengujian tingkat HbA1c, yang tidak memerlukan puasa sangat berguna baik
untuk diagnosis atau skrining. Diabetes dapat didiagnosa sekiranya kadar HbA1c adalah
minimum 6,5% pada 2 pemeriksaan yang terpisah. Antara keterbatasannya adalan,
mempunyai uji sensitivitas yang rendah dan terdapat perbedaan pada interpretasi
mengikut ras, ada tidaknya anemia, danpada penggunaan obat-obatan yang tertentu
( Barclay L,2010). Dengan demikian, meminum larutan glukosa 50 g (Glucola; Ames
Diagnostik, Elkhart, Indiana) adalah tes yang paling umum dilakukan untuk Gestational
Diabetes dimana diperlukan 75-g atau 100-g uji toleransi glukosa oral untuk
mengkonfirmasi hasil tes skrining yang positif ( Barclay L,2010).
2.2.7 Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak untuk meningkatan pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha, antaranya:
a.Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik
yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 70 %
2) Protein sebanyak 10 15 %
3) Lemak sebanyak 20 25 %

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut
dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori
dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan =
1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 6


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal 3)Berat badan lebih = 110-
120% dari BB Ideal 4)Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori
basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian
ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status
gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai
dengan kebutuhan.
Sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi dalam
beberapa porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak 20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya. (Iwan S, 2010)
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang
lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta
(Iwan S, 2010). Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30
menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging
(Iwan S, 2010).
c. Obat Hipoglikemik :
1)Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
b) Menurunkan ambang sekresi insulin.
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan masih
bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.Klorpropamid kurang dianjurkan
pada keadaan insufisiensi renal dan orangtua karena resiko hipoglikema yang
berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga dipakai untuk pasien
dengan gangguan fungsi hati atau ginjal. (Iwan S, 2010)
2) Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin.Sebagai obat tunggal dianjurkan
pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat lebih (IMT 27-30) dapat juga
dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea (Iwan S, 2010).
3) Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 7


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam keadaan
ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis (Bare & Suzanne, 2002).
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet (perencanaan
makanan) (Bare & Suzanne, 2002).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif maksimal. Dosis
insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan lahan
sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah
diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka
dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan insulin (Bare & Suzanne, 2002).
d) Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih
baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes (Bare &
Suzanne, 2002).

2.3. Kerangka Teori

Makan makanan yang Makan sumber Minum Jarang


manis makanan tinggi minuman manis berolahraga
kolesterol

DIABETES MELLITUS

Nefropati
Retinopati
Neuropati
Microangiopati

ULKUS DM

Gambar 2.2. Kerangka teori faktor risiko Diabetes Melitus

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 8


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
BAB 3
DATA KLINIS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 63 tahun
Alamat : Desa Talaga RT 01/ RW 01
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah dengan 1 orang istri dan punya 4 orang anak
Suku Bangsa : Sunda
Kewarganegaraan : WNI

3.2. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis terhadap Tn.S pada tanggal


30 Januari 2017 pukul 11.00 WIB dan didukung dengan catatan medis di Balai
Pengobatan Umum Puskesmas Cikupa, serta autoanamnesis dan aloanamnesis
terhadap Tn. S dan keluarganya pada tanggal 5 Februari 2017 pukul 14.00 WIB
di ruang rawat RSUD Balaraja Tangerang.

3.2.1. Keluhan Utama

Sering buang air kecil.

3.2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang

Pasien seorang laki-laki berusia 63 tahun datang bersama istri ke Balai


Pengobatan umum Puskesmas Cikupa dengan keluhan sering buang air kecil sejak lebih
dari 5 tahun lalu dan memburuk sejak 1 bulan terakhir. Dalam sehari pasien buang air
kecil lebih dari 8 kali. Keluhan ini dirasakan sangat mengganggu terutama pada malam

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 9


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
hari yang membuat pasien terbangun dari tidur. Tidak ada kondisi yang memperberat
mapun memperingan kondisi pasien.
Pasien juga mengaku menjadi lebih sering merasa lapar dan haus yang dirasakan
sejak sekitar 5 tahun lalu. Pasien juga merasa lemas dan berat badannya semakin
berkurang.
Pada punggu kaki kanan pasien terdapat luka borok yang tak kunjung sembuh
sejak lebih kurang 2 bulan lalu. Luka awalnya terjadi saat pasien meminta sumbangan
untuk mesjid dikarenakan batu untuk beban pengganjal jaring uang terjatuh dari meja
dan mengenai kakinya. Mula-mula luka terlihat berupa luka terbuka kecil sehingga
pasien tidak terlalu mencemaskannya dan hanya mengobati sendiri dengan betadine dan
minyak tawon. Luka cenderung tidak menunjukkan perbaikan setelah beberapa waktu
namun malah menjadi memburuk yang lama kelamaan menjadi lebih luas dan kulit
sekitar telihat membengkak dan menghitam. Pasien mengaku jarang memakai alas kaki
saat berjalan diluar rumah dikarenakan telapak kakinya sudah lama mulai mati rasa.
Pasien mengaku bahwa pasien pernah didiagnosis menderita kencing manis
sekitar 5 tahun yang lalu oleh dokter di klinik dekat rumahnya. Saat itu pasien
diberitahu oleh dokter bahwa gula darah nya mencapai 300 lebih dan harus mulai rutin
minum obat kencing manis serta merubah pola makan dan aktivitasnya. Pasien mengaku
mendapat obat bernama metformin dari dokter klinik namun pasien lupa berapa kali
obat tersebut harus diminum dalam sehari sehingga pasien hanya minum obat 1 kali
sehari sebelum tidur. Kontrol rutin ke dokter untuk mendapat obat dan memeriksa gula
darah diakui jarang dilakukan oleh pasien sehingga pasien hanya membeli obat diluar
dan tidak rutin mengkonsumsinya. Pasien hanya berobat ke kinik 24 jam rumahnya jika
terdapat adanya keluhan, seperti tubuh lemas dan kepala yang pusing. Penyakit kencing
manis yang diderita diakui tidak begitu diperhatikan dan pasien tetap melanjutkan pola
makan dan aktivitas seperti biasanya. Kontrol gula darah diakui terakhir dilakukan
pasien 1 tahun yang lalu sebelum akhirnya pasien berobat ke puskesmas Cikupa karena
luka pada punggung kaki.

Pasien juga sering mengalami sesak nafas yang awalnya dirasakan pasien ketika
beraktivitas dirumah dan bekerja namun membaik saat pasien beristirahat. Keluhan
sesak nafas dirasakan memburuk sejak 1 bulan terakhir. Keluhan sesak diakui pasien

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 10


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
terutama saat menarik nafas dibandingkan membuang nafas. Pasien mengaku tidak
dapat beraktivitas lagi seperti mandi dan berjalan jauh sejak keluhan sesak nafasnya
timbul. Pasien mengaku keluhan sesak nafas dirasakan memberat pada malam hari
sebelum tidur. Pasien mengaku sudah minum obat yang diberikan klinik 24 jam untuk
menghilangkan keluhan nya namun dirasakan tidak ada perubahan. Pasien tidak ingat
nama obat yang pernah pasien minum tersebut. Batuk batuk juga dialami pasien 3
bulan sebelum keluhan sulit untuk bernafas timbul. Pasien mengatakan tidak pernah
memiliki riwayat sakit jantung maupun penyakit paru sebelumnya.

Pasien mengaku senang mengkonsumsi makanan manis dan minuman instan.


Sebelum berangkat ke warung atau mushola pasien biasa mengkonsumsi kopi susu
dirumah, lalu sekitar pukul 10 pagi pasien minum kuku bima yang dilanjutkan dengan
minum extra joss sebagai pelengkap makan siang nya dengan nasi padang. Kopi hitam
dengan gula sering dikonsumsi pasien saat maghrib sepulang dari mushola dan sebelum
tidur. Kebiasaan ini telah lama dilakukan oleh pasien. Dalam sehari pasien dapat makan
nasi sebanyak 4 kali dan disertai camilan manis.

Pasien dan istrinya tinggal berdua dirumah dikarenakan anak-anaknya tekah


berkeluarga. Pasien tidak memiliki riwayat merokok. Pasien jarang berolahraga
dikarenakan merasa lelah setelah bekerja dan lebih senang menonton TV.

Pasien telah berhenti bekerja selama kurang lebih 5 tahun lalu dan sekarang
pasien kadang masih dibutuhkan untuk meminta sumbangan mushola atau mesjid.
Awalnya pasien hanya menjaga warung kelontong dan kontrakan 3 pintu yang dikelola
bersama istrinya.

3.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan serupa : Disangkal


Asma : Disangkal
Alergi obat : Disangkal

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 11


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Alergi makanan : Disangkal
Alergi bahan kimia : Disangkal
Alergi binatang : Disangkal
Alergi debu : Disangkal
Kencing manis/diabetes melitus : Sejak 5 tahun lalu
Tekanan darah tinggi/hipertensi : Disangkal
Penyakit maag/dispepsia : Disangkal
Penyakit pembuluh darah otak/stroke : Disangkal
Penyakit jantung : Disangkal
Penyakit paru : Disangkal
Penyakit ginjal : Disangkal
Keganasan : Disangkal

3.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluhan serupa : Disangkal


Asma : Disangkal
Alergi obat : Disangkal
Tekanan darah tinggi/hipertensi : Disangkal
Kencing manis/diabetes melitus : Ayah pasien
Penyakit maag/dispepsia : Disangkal
Penyakit pembuluh darah otak/stroke : Disangkal
Penyakit jantung : Disangkal
Penyakit paru : Disangkal
Penyakit ginjal : Disangkal
Keganasan : Disangkal

3.2.5. Riwayat Kebiasaan

Kebiasaan minum kopi sejak usia 25 tahun. Sehari menghabiskan 2-3 gelas
kopi hitam dengan gula sebanyak 2 sendok makan, 2 bulan belakangan ini
diganti dengan kopi susu sachet 1 gelas sehari.
Pasien terkadang membantu istri berjualan di warung dan meminta
sumbangan untuk mesjid di pinggir jalan.
Pasien makan tiga sampai empat kali sehari di rumah bersama dengan
keluarga sebanyak 1 piring nasi per kali makan.
Pasien sering tidak memakai alas kaki pada saat keluar rumah.
Pasien tidak minum alkohol maupun menggunakan obat terlarang.
Pasien tidak pernah berolahraga.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 12


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
3.2.6. Riwayat Pengobatan

Sejak lima tahun yang lalu, pasien mengkonsumsi obat kencing manis
namun kontrol tidak teratur, dan minum obat tidak teratur.

3.3. Pemeriksaan

3.3.1 Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis, Glasgow Coma Scale (GCS) 15
Berat Badan : 53kg
Tinggi Badan : 165 cm

3.3.2 Status Gizi

IMT = BB(kg) / TB2(m2)


53/(1,65)2 = 19,47 kg/m2

Tabel 3.1. Klasifikasi Status Gizi berdasarkan WHO Asia Pacific Perspective for
Asians (WHO,2003)
Klasifikasi Nilai IMT
Underweight <18,5
Normal 18,5 22,9
Klasifikasi Nilai IMT
Overweight 23
Pre-obese 23 24,9
Obese I 25 29,9
Obese II 30
Status Gizi Tn. S berdasarkan tabel di atas adalah normal

3.3.3 Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

Status Generalis (30 Januari 2017)


Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Pernafasan : 26 kali/menit
Suhu : 37,6 C

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 13


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
3.3.4 Pemeriksaan Fisik

Status Internus (30 Januari 2017)


1. Kepala
Bentuk normocephal, tidak teraba benjolan, rambut hitam beruban terdistribusi
merata, tidak mudah dicabut, tidak mudah patah. Kulit kepala tidak ada
kelainan.
2. Mata
Palpebra superior et inferior dextra et sinistra tidak tampak edema/cekung.
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), injeksi konjungtiva (-/-). Pupil
bulat, isokor, diameter 3 mm. Refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/+),
visus 6/6 Orbicularis Dextra et Sinistra (ODS), arkus senilis (+/+), sekret (-/-).

3. Telinga
Bentuk normal, serumen (-/-), sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik
aurikula (-/-), Kelenjar Getah Bening (KGB) pre-retro aurikuler dextra et
sinistra tidak teraba membesar, liang telinga dextra et sinistra lapang.
4. Hidung
Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-), mukosa hidung tidak pucat dan
tidak hiperemis. Terlihat pernapasan cuping hidung saat pasien bernafas.
5. Mulut
Bibir sianosis (-), faring hiperemis (-), uvula ditengah, tonsil T1/T1 tidak
hiperemis.
6. Leher
Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, KGB submandibula dan
servikal dextra et sinistra tidak teraba membesar.
7. Thoraks
I. Paru
Inspeksi :
Bentuk normal, simetris saat statis dan dinamis,tidak

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 14


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
tampak retraksi dinding dada. Dada pasien membungkuk
saat bernafas.
Palpasi
:Tidak ada krepitasi, stem fremitus kanan-kiri depan
belakang sama kuat.
Perkusi :Sonor pada kedua
lapang paru
Auskultasi : Suara nafas
vesikuler,
ronki + pada seluruh lapang paru kanan, wheezing (-/-)
II. Jantung
Inspeksi :Pulsasi ictus
cordis tidak tampak, Jugular Venous Pressure (JVP) setinggi 5 +
5 cm H2O.
Palpasi : Pulsasi
ictus cordis teraba di Intercostal space (ICS) V
Midclavicular line (MCL)sinistra.
Perkusi : Redup
Batas jantung kanan sepanjang garis dari ICS V
Parasternal Line (PSL) dextra
Batas jantung atas ICS III PSLsinistra
Batas jantung kiri ICS V MCLsinistra
Auskultasi : Bunyi
Jantung (BJ) I & II normal, gallop (-), murmur (-)
Kesan : Jantung dalam batas normal

8. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar, warna kulit tampak
kecoklatan, tidak terdapat kelainan kulit
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi :Timpanidi keempat kuadran abdomen,
nyeri ketok ginjal (-)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 15


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), turgor kulit baik,
hepar & lientidakteraba membesar
Kesan : Abdomen dalam batas normal
9. Anus dan Genitalia
Tidak dilakukan
10. Ekstremitas
Ekstremitas superior dextra et sinistra tidak edema, akral teraba hangat.
Ekstremitas inferior sinistra tidak tampak deformitas, tidak edema dan
akral teraba hangat
Ekstremitas inferior dekstra terdapat ulkus diabetic. Darah (+), nanah (+)
11. Kulit
Status Dermatologis : dalam batas normal
12. Pemeriksaan Saraf
a) Tingkat kesadaran : Compos Mentis,
GCS 15 (E4V5M6)
b) Tanda rangsang meningeal :(-)
c) Pupil : Bulat, isokor, 3
mm, Reflex cahaya
langsung +/+, Reflex cahaya tidak
langsung +/+
d) N. Cranialis : Dalam batas
normal
e) Motorik : Ekstremitas atas :
5555/5555
Ekstremitas bawah : 5555/5555
f) Sensorik : Ekseroseptif
Raba : Ekstremitas atas dbn, ekstremitas
bawah menurun
Nyeri : Ekstremitas atas dbn, ekstremitas
bawah menurun
Suhu : Ekstremitas atas dbn, ekstremitas
bawah menurun
Propioseptif : Ekstremitas atas dbn,
ekstremitas bawah menurun
h) Fungsi Koordinasi : Baik

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 16


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
i) Fungsi Luhur : Baik
j) Refleks Fisiologis :Biceps +/+, triceps +/+, patella +/+,
achilles +/+
k) Refleks Patologis :babinski -/-,chaddock -/-,oppenheim -/-,
gordon -/-, schaefer -/-,
hoffman tromner (-).

3.4. Pemeriksaan Penunjang

GDS : 264 mg/dl


3.5. Diagnosa Utama

Diabetes Melitus tipe 2 tidak terkontrol


3.5.1. Diagnosa Tambahan
Ulkus diabetikum pedis dekstra
3.6. Terapi yang diberikandari Puskesmas

3.6.1. Terapi Farmakologi saat ke Balai Pengobatan Umum (30 Januari 2017)
Metformin 500 mg 1x1 tab (Per Oral), sebanyak 1 strip terdiri dari 10
tablet.
Paracetamol 500 mg 3x1 tab (Per Oral), sebanyak 1 strip terdiri dari 10
tablet.
3.6.2. Terapi Non Farmakologi (30 Januari 2017)

Menghindari makanan manis, mengurangi frekuensi minum kopi,


mengurangi porsi nasi dan jika memungkinkan untuk mengganti nasi putih
dengan nasi merah atau kentang.
Dirujuk ke Dokter Spesialis Bedah RSUD Balaraja.

BAB 4
DATA KELUARGA DAN LINGKUNGAN

4.1. Struktur Keluarga

Pasien adalah seorang laki-laki berusia 63 tahun berstatus sebagai kepala


keluarga dari 4 anak. Semua keluarga pasien masih hidup. Saat ini pasien tinggal di
rumah berupa satu buah bangunan yang terdiri lagi dari 4 buah ruangan dan 1 buah
ruangan toilet umum yang dipakai bersama. Masing masing ruangan tersebut

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 17


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
dipisahkan oleh tembok namun berada dibawah atap yang sama. Setiap ruangan
memiliki kamar tidur serta dapur dan dihuni oleh anak anaknya. Pasien dan istrinya
menghuni salah satu rumah yang terdapat di bangunan tersebut.

Tabel 4.1. Daftar anggota keluarga serumah dengan Tn. S.


No Nama L/P Umur Pekerjaan Pendidikan Hub. Ket.
(tahun) Pokok Terakhir Dengan
Pasien
1. Tn. S L 63 th Tidak SMP Pasien Menikah
bekerja Kepala
keluarga
2. Ny.S P 59 th Pedagang SD Istri Pasien Menikah
Warung

4.2. Genogram

Gambar 4.1. Genogram keluarga Tn. S

4.3. Riwayat Imunisasi dan Kesehatan Keluarga

Tabel 4.2. Riwayat Imunisasi Keluarga Tn. S yang serumah


No. Nama BCG DPT POLIO CAMPAK HEP B

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 18


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
1. Tn. S ? ? ? ? ?
2. Ny. S ? ? ? ? ?
Berdasarkan anamnesa dan kunjungan ke rumah pasien, tidak didapatkan
keluhan serupa pada seluruh keluarga yang tinggal serumah dengan pasien.

4.4. Kondisi Ekonomi

Penghasilan Keluarga Sebulan (bersih)


Uang dari jualan warung oleh istri Rp. 800.000,-
Uang bulanan dari anak-anak Rp. 1.500.000,-
Total Rp. 2.300.000,-

Kebutuhan Keluarga Sebulan


Kebutuhan Pangan Rp 35.000 x 30 hari Rp. 1.050.000,-
Listrik Rp. 50.000,-
Kebutuhan warung Rp. 700.000,-
Biaya transport sehari-hari Rp. 20.000,-
Lain lain RP. 250.000,-
Total Rp. 2.270.000,-

Pengeluaran utk berobat


Berobat ke klinik Rp. 200.000,-

Keseimbangan Antara Penghasilan Dan Pengeluaran


Pendapatan Tn. S dan istri diperoleh dari berjualan di warung kecil setiap hari
oleh sang istri di Desa Talaga. Pendapatan pasien tidak hanya dari hasil berjualan di
warung tetapi juga dari bantuan dari anak-anaknya karena anak-anaknya bekerja di
pabrik.
Pengeluaran yang paling membuang biaya adalah untuk berobat karena Tn.S
jarang menggunakan BPJSnya untuk berobat tetapi memilih ke klinik yang ada di dekat
rumahnya yang tidak bekerjasama dengan BPJS.
Pengeluaran dan pemasukan dari Tn.S dan istri termasuk seimbang, karena
pengeluarannya tidak lebih dibandingnkan pemasukan.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 19


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Pembiayaan Kesehatan
Keluarga pasien memiliki jaminan kesehatan berupa Kartu BPJS Kesehatan
namun pasien lebih senang berobat di klinik umum di dekat rumahnya karena tidak
harus mengantri.

4.5. Pola Berobat

Pasien kotrol jika hanya ada keluhan, pasien ke control atau berobat ke klinik
terdekat dan meminum obat hingga keluhan dirasa berkurang, jika keluhan sudah
berkurang obat tidak diminum kembali.

4.6. Pola Makan Sehari -hari

Tabel 4.3. Menu makanpagi: nasi + telor mata sapi + kopi dengan 2 sdm gula pasir

Bahan Berat URT Energi Protein Lemak KH(g)


(g) (kkal) (g) (g)
Beras 50 g 1 centong nasi 174.5 3.4 0.35 39.45
Telur ayam 30 g 1 butir 47.4 3.84 3.45 0.21
Gula pasir 30 g 2 sdm 112.8 0 0 28.2

Subtotal 334.7 7.24 3.8 67.86

Tabel 4.4. Menu makansiang: nasi 3 centong + 1 potong rendang

Bahan Berat URT Energi Protein Lemak KH(g)


(g) (kkal) (g) (g)
Beras 150 g 3 centong nasi 523.5 10.2 1.05 118.35
Daging sapi 35 g 1 potong 70.35 6.58 4.9 0

Subtotal 593.85 16.78 5.95 118.35

Tabel 4.5. Menu makan sore: nasi 2 centong + 2 ptg tahu goreng + 2 ptg tempe
goreng

Bahan Berat URT Energi Protein Lemak KH(g)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 20


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
(g) (kkal) (g) (g)
Beras 100 g 2 centong nasi 349 6.8 0.7 78.9
Tahu 100 g 2 potong 79 7.8 4.6 1.6
Tempe 80 g 2 potong 128 14.64 3.2 10.16
Minyak 20 g 1 sdm 180 0 20 0

Subtotal 736 29.24 28.5 90.66

Tabel 4.6. Menu makanmalam: nasi 1 centong + telor dadar + kopi 1 gelas dan 2
sdm gula pasir

Bahan Berat URT Energi Protein Lemak KH(g)


(g) (kkal) (g) (g)
Beras 50 g 1 centong nasi 174.5 3.4 0.35 39.45
Telur ayam 60 g 2 butir 94.8 7.68 6.9 0.42
Gula pasir 30 g 2 sdm 112.8 0 0 28.2

Subtotal 382.1 11.08 7.25 68.07

Perhitungan Kebutuhan Kalori Tn. S


BMI: BB/TB2 = 53/1,652:19,47 kg/m2
Status gizi: NormalmenurutWHO Asia Pasifik

Harris Benedict
BMR / hari : 66,5 + (13,7 x BB) + (5 x TB) (6,8 x U)
= 66,5 + (13,7 x 53) + (5 x 163) (6,8 x 63) = 1179,2 kkal
BMR/ jam :49,13 kkal

Tabel 4.7. Perhitungan Energy Expenditure

Kegiatan Lama (jam) Perhitungan Total

Tidur 8 8x 1 x 49,13 393,04


Kegiatandasar 2 2 x 1,4 x 49,13 137,56
Berdiri 2 2x 1,5 x 49,13 147,39

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 21


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Duduk 8 8 x 1,4 x 49,13 550,26
Berjalan 2 2 x 3,4 x 49,13 334,08
Lain - lain 2 2 x 1,4 x 49,13 137,56

Total 24 1699,89

Kebutuhan/jam 1699,89/24 = 70,83kkal/jam


Aktivitas :70,83/49,13 = 1,44 aktivitas ringan
Energy Expenditure :1699,89 kkal
Protein : 1 g/kgBB= 1 x 53 = 53 g
P/E ratio = 53 x 4 / 1699,89 x 100% = 12,47 %
Lemak : 25% 25% x 1699,89kkal= 424,97kkal/947,2 g
Karbohidrat : 100% - (12,47 + 25) = 62,53 % 62,53 / 100 x 1699,89 =
1062kkal/4 265,5 g

Tabel 4.8. Selisih asupan Tn. S


Selisih asupan Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)

Expenditure 1699.89 53 47.2 265.5


Intake 2046.65 64.34 45.5 344.94

Selisih - 346.76 -11.34 +1.7 -79.44

Kesan :
Kualitas : Jika dilihat dari selisih asupan, makanan yang dimakan oleh Tn.
S kurang bergizi seimbang karena karbohidrat yang dikonsumsi Tn.S terlalu
banyakdan tidak sesuai dengan prinsip carbohydratecountingdan perlu
variasi menu makanan.
Kuantitas : Jika dilihat dari selisih asupan, porsi makanan yang dimakan Tn.
Sterlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhannya.
4.7. Kondisi Rumah

Status rumah : Pribadi


Luas Rumah :
Luas Tanah : 10 m x 8 m = 80 m2

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 22


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Luas Bangunan : 7,5 m x 5,5 m = 41,25 m2
Jumlah Ruangan :
- Tiga ruangan terdiri dari 1 ruang tidur, 1 ruang keluarga yang merangkap ruang
tidur, 1 dapur dan kamar mandi yang tidak ada penyekat.
Dinding Rumah :
- Pada bagian samping kanan dan kiri dinding rumah terbuat dari batu bata yang
sudah dicat.
Atap Rumah :
- Atap terbuat dari genteng. Rumah memiliki plafon. Saat hujan tidak terjadi
kebocoran.
- Jarak antara lantai ke plafon sekitar 3 meter.
Lantai Rumah :
- Pada bagian ruangan tempat tinggal pasien terbuat dari semen dan sudah
dilapisi keramik.
- Pada bagian dapur terbuat dari semen tanpa keramik.
Jumlah Orang dalam rumah : 2 orang
Jumlah Keluarga dalam rumah : 1 keluarga

Lokasi rumah : Berjarak sekitar 1 km dari puskesmas, terletak dekat dari jalan raya
(sekitar 110 meter) dan dekat dengan kali. Jalan rumah dapat dilewati dengan jalan kaki
dan naik motor. Letak rumah berada dalam 1 bangunan dan 1 atap dengan rumah lain
yang dipisahkan dengan tembok.
Ventilasi
Insidentil :
- Pintu rumah utama : 1 m x 2 m = 2m2
- 1 Jendela : 1 m x 1 m = 1m2
Luas Ventilasi Insidentil x 100% = 3 x 100% = 7,27 %
Luas Lantai 41,25
Luas Ventilasi insidentil minimal 10% dari luas lantai.
Permanen :
- Lubang angin diatas pintu utama : 20 cm x 30 cm x 2 buah = 1,2 m2
Luas Ventilasi Permanen x 100% = 1,2 x 100% = 2,90 %
Luas Lantai 41,25
Luas Ventilasi insidentil minimal 5% dari luas lantai.
Total Luas Ventilasi :
(Luas ventilasi permanen+Insidentil)x100% = (1,2+7,27)x100% = 20,53%
42 41,25
Ventilasi yang baik = minimal 15% dari luas lantai bangunan
Kesan : Berdasarkan total luas ventilasi, rumah Tn. S memenuhi syarat ventilasi tetapi
dari segi fungsional tidak berfungsi secara maksimal dikarenakan jendela jarang dibuka.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 23


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Pencahayaan di rumah
Pada siang hari, rumah Tn. Skurang mendapatkan cahaya matahari yang
cukup untuk melakukan kegiatan karena jendela tidak dibuka dan lokasi
rumah bergabung dengan rumah lain. Selain itu, hanya terdapat satu
jendela. Hanya pintu depan yang terbuka sehingga pada siang hari pun
membutuhkan tambahan cahaya lampu agar tidak gelap.
Pada malam hari pencahayaan rumah Tn. S bersumber dari 4 lampu dengan daya
masing-masing ruangan 10-15 watt sehingga cukup terang untuk membaca normal.

- Kamar I (7,25 m2) menggunakan lampu : 10 watt


- Ruang keluarga (18 m2) menggunakan lampu : 15 watt
- Kamar mandi dan dapur(3 m2) menggunakan lampu : 10 watt
Kesan : Pencahayaan kurang cukup pada pagi hari namun cukup pada malam hari.
Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari sumur pompa yang ditampung di bak mandi.
Penggunaan air untuk keperluan mencuci baju dan peralatan memasak. Kualitas
air jernih, tidak berbau dan tidak memiliki rasa.
Kebutuhan air minum berasal dari air gallon yang dipasang di dispenser.
Kesan : sumber air yang dipakai untuk kebutuhan minum layak dikonsumsi dan sumber
air untuk mencuci pakaian layak untuk dipakai karena warna air jernih.
Sampah
Sampah dikumpulkan dan dibuang di lapangan terbuka yang berjarak 10 meter
dari rumah.
Kesan : Tempat pembuangan sampah keluarga kurang ideal karena tidak memiliki tutup
dan tertimbun lebih dari 24 jam. Dapat terjadi pencemaran tanah maupun air dari
tumpukan sampah tersebut.
Pembuangan Limbah Cair
Limbah rumah tangga dialirkan melalui selokan ke arah kali dekat rumah.
Saluran dikatakan mengalir ke sungai. Tidak ada limbah cair yang menggenang.
Kesan: Pengelolaan limbah cair rumah tangga tidak ideal. Limbah cair yang dialirkan ke
sungai dapat mencemari air sungai dan menjadi sumber infeksi.
Pembuangan Tinja

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 24


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Tempat pembuangan tinja : Tidak memiliki
jamban pribadi. Jamban terdapat sebanyak 3 buah di toilet umum yang
dipakai bersama.
Reservoir kakus : Septic tank terletak
kurang lebih 5 meter dari sumur air bersih.
Bagian kakus : Terdapat 3 buah kakus
jongkok di kamar mandi umum.
Kesan : Jarak Septic tank dengan sumur air bersih tidak ideal sehingga ada
kemungkinan terjadi pencemaran sumber air bersih. Jarak ideal seharusnya 10 meter.

Tempat Mandi
Rumah yang ditinggali Tn. S memiliki 1 kamar mandi yang letaknya bersebelahan
dengan dapur dan tidak memiliki sekat. Pada kamar mandi umum terdapat 3 buah kamar
mandi yang masing masingnya terdapat satu bak penampungan dan gayung serta alat
mandi. Lantai kamar mandi terbuat dari semen. Terdapat jamban. Sumur pompa terletak
2 meter dekat kamar mandi umum.
Kesan: Kamar mandi dalam rumah yang ditinggali Tn.S tidak ideal karena tidak
memiliki sekat dengan dapur sehingga tidak bisa melakukan kegiatan memasak saat ada
yang mandi.
Halaman Rumah
Terdapat halaman rumah, di depan rumah. Pada halaman depan rumah terdapat 1
buah motor yang terparkir dan 2 buah kandang burung dara. Halaman belakang rumah
berbatasan dengan sawah.
Kesan : Halaman belakang rumah kurang ideal karena langsung berbatasan dengan
sawah. Dikhawatirkan genangan air di sawah terdapat jentik jentik nyamuk yang
bepotensi menjadi sumber penularan penyakit.
Alat kesejahteraan dalam keluarga
Keluarga memiliki 1 unit televisi 20inch, 1 unit vcd player, 2 unit speaker, 1 unir
kulkas, 1 unit penanak nasi, 1 unit kompor gas, 1 unit kipas angin dan 2 unit sepeda
motor. Semua dapat berfungsi dengan baik.
Kesan : Dilihat dari alat kesejahteraan yang dimiliki, kondisi ekonomi Tn.S adalah
cukup.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 25


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
4.8. Denah Lokasi

Gambar 4.1 Denah lokasi rumah pasien

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 26


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
4.9. Denah Rumah Pasien

Gambar 4.2 Denah bangunan tempat rumah pasien

Gambar 4.3 Denah rumah yang ditinggali pasien

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 27


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
4.10. Mandala of Health

Gambar 5. Mandala of Health Tn.S


Sumber : Modifikasi Penulis

4.10.1 Uraian dari Mandala of Health

Body
Pasien Tn.S berusia 63 tahun menderita DM type II tidak terkontrol dan
ulkus diabetikum pedis dekstra.
Mind
Tn. S beranggapan penyakitnya tidak memerlukan pengobatan terus
menerus dan sudah sembuh.
Spirit
o Pasien tidak memiliki keinginan untuk merubah gaya hidup sehat
o Pasien dan keluarga pasien rajin melakukan ibadah shalat

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 28


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Level pertama
Human Biology
o Ayah pasien sebelum meninggal dikarenakan penyakit yang sama
dengan pasien yaitu Diabetes Melitus.
Family
o Pasien tinggal bersama istri pasien, rumah pasien sangat dekat dengan
rumah ketiga anak, menantu serta cucu-cucu pasien.
Personal Behaviour
o Pasien memiliki jamkesmas, tetapi tidak pernah dipakai untuk berobat
rutin.
o Pasien hanya berobat ke klinik 24 jam jika ada keluhan seperti pusing
dan lemas, setelah keluhan berkurang pasien tidak meminum obat
kembali.
o Sehari-hari pasien mengkonsumsi makanan dan minuman tinggi gula,
serta tidak menjalani diet Diabetes Melitus.
Psycho-sosio-economic Environment
o Psikososial : Tn.S memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan
tetangganya.
o Ekonomi : Pasien termasuk golongan keluarga dengan ekonomi cukup.
o Keluarga pasien mendukung pasien untuk sembuh. Tetapi tidak
memiliki pengetahuan cukup tentang penyakit serta komplikasi dari
penyakit pasien.
Physical Environment
o Sirkulasi udara di dalam rumah kurang baik, pencahayaan pada rumah
pasien tidak cukup.

Level Kedua
Sick Care System
o Jarak dari rumah Tn.S dengan puskesmas cukup jauh
o Pelayanan puskesmas Cikupa terhadap penyakit diabetes mellitus cukup
baik.
Work
o Tn.S saat ini sehari-harinya tidak bekerja, hanya membantu istri
berjualan dan mencari dana untuk pembangunan mesjid.
o Pasien tidak menggunakan alas kaki saat bekerja atau keluar rumah.
Lifestyle
o Pasien mengkonsumsi kopi hitam dua gelas sehari dengan dua sendok
makan gula
o Saat bekerja di mesjid pasien selalu diberi makan siang berupa nasi
padang.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 29


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Level Ketiga

Community
o Masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
Human Made Environment
o Lingkungan rumah pasien cukup kotor
Culture
o Pasien percaya bahwa penyakit diabetes dapat disembuhkan, dan tidak
memerlukan pengobatan rutin.
Biosphere
o Global warming.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 30


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
BAB 5
DIAGNOSIS HOLISTIK

5.1 Resume

Pasien datang ke Balai Pengobatan umum Puskesmas Cikupa dengan keluhan


sering buang air kecil sejak lebih dari lima tahun lalu. Dalam sehari pasien buang air
kecil lebih dari delapan kali sehingga sangat mengganggu terutama pada saat tidur
dimalam hari. Pasien juga mengaku sering merasa haus dan lapar. Pasien merasa lemas
dan berat badan semakin menurun. Terdapat luka di punggung kaki kanan yang tak
kunjung sembuh dan hanya mengobati sendiri dengan betadine dan minyak tawon.
Pasien mengaku jarang memakai alas kaki saat berjalan diluar rumah. Terkadang pasien
merasa sesak dan dada seperti tertekan saat beraktivitas namun membaik saat pasien
istirahat. Riwayat kencing manis diakui sejak sekitar 5 tahun yang lalu oleh
dokter di klinik dekat rumahnya. Pasien mendapat obat metformin namun pasien lupa
berapa kali obat tersebut harus diminum sehingga pasien hanya minum obat 1 kali
sehari. Pasien jarang kontrol rutin ke dokter. Pasien hanya berobat ke kinik 24 jam
rumahnya jika terdapat adanya keluhan, pasien tidak pernah menjalani diet diabetes.
Terdapat riwayat Diabetes Melitus dalam keluarga pasien. Riwayat konsumsi
merokok (-), alkohol (-) obat-obatan telarang (-). Pasien sering mengkonsumsi makanan
dan minuman manis. Pasien jarang berolahraga dan beraktivitas di luar rumah.

Dari pemeriksaan fisik tanggal 30 Januari 2017 didapatkan :


1. Keadaan Umum :Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Compos mentis, Glasgow Coma Scale (GCS) 15
3. Berat Badan : 53kg
4. Tinggi Badan : 165 cm
5. IMT : 19,49 kg/tb2(Normal Menurut Asia Pasifik)
6. Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/ 90 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Pernafasan : 26 kali/menit
Suhu : 37,6C
7. Keadaan Regional
Pedis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 31


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Terdapat ulkus berbentuk lingkaran, berbatas tegas, berwarna
merah kehitaman pada digiti V pedis dextra.
8. Pemeriksaan Penunjang:
GDS : 246 mg/dl
9. Diagnosa
Diagnosa utama : Diabetes Melitus tipe 2 tidak terkontrol.
Diagnosa tambahan : Ulkus pedis dextra
10. Terapi awal yang diberikan di puskesmas (30 Januari 2017)
Farmakologis:
Metformin 500mg 3 x 1 hari
Cefixime 500mg 3 x 1 hari
Non Farmakologis:
Mengedukasi pasien untuk memakai alas kaki saat berjalan di
luar rumah.
Merujuk pasien ke RSUD Balaraja Tangerang.

5.2 Diagnosis Holistik

5.2.1 Aspek Personal/ Keluhan Pasien (Axis 1)

Sering buang air kecil


Sering haus dan lapar
Luka pada punggung kaki kanan yang tak kunjung sembuh
Sesak nafas dan cepat lelah saat beraktifitas
Kaki dan tangan bengkak

5.2.2 Aspek Klinis (Axis 2)

Diagnosa Utama : Diabetes Melitus tipe 2 tidak terkontrol.


Diagnosa Tambahan : Ulkus diabetikum pada pedis dekstra.

5.2.3 Aspek Internal (Axis 3)

Pengetahuan pasien tentang Diabetes Melitus kurang.


Pasien sudah 5 tahun menderita Diabetes Melitus namun tidak patuh minum
obat.
Pasien tidak suka berolahraga.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 32


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Pasien senang mengkonsumsi makanan dan minuman manis.

5.2.4 Aspek Eksternal (Axis 4)

Keluarga pasien kurang memahami penyakit pasien sehingga keluarga


kurang memotivasi dan mengingatkan pasien untuk rutin kontrol dan minum
obat.
Menu makanan yang dibuat istri pasien tidak sesuai dengan prinsip diet
Diabetes Melitus.

5.2.5 Aspek Fungsional (Axis 5)

Skala fungsional Skala 3 = ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih


dapat dilakukan pekerjaan ringan dapat dilakukan

5.3 Diagnosis Keluarga

5.3.1 Bentuk Keluarga

Keturunan : Patrilinier
Perkawinan : Monogami
Pemukiman : Neolokal
Jenis anggota keluarga : Extended family
Kekuasaan : Patriakal

5.3.2 Fungsi Keluarga

Fisiologis
Adaptation : 2 (keluarga Tn. S dapat beradaptasi terhadap keadaan
serta penyakit Tn.S dengan baik, jika dilihat dari usaha dan dukungan
keluarga Tn.S untuk mengobati penyakit Tn.S)
Partnership : 1 (komunikasi dalam keluarga Tn. S kurang baik karena
anak- anak Tn.S sudah memiliki keluarga masing-masing dan jarang
berkumpul).
Growth : 2 (keluarga Tn.S mau mendukung kesembuhan Tn. S
yaitu dengan dukungan nasihat serta dengan mengantar Tn.S untukpergi
berobat).
Affection : 2 (keluarga tn.S tampak tetap menyayangiTn.S).
Resolve : 1 (kurangnya kepuasan anggota keluarga tentang
kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama dengan anggota keluarga).

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 33


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Total APGAR : 8 (Baik)

Patologis
Social : Interaksi keluarga Tn.S dengan tetangga adalah baik.
Berdasarkaninformasi yang didapatkan dari tetangga-tetangga Tn.S di
sebelah rumah Tn.S, keluarga Tn.S sering berkumpul di masjid dan
berbincang-bincang dengan tetangga yang lain.
Culture : Keluarga Tn.S merasa puas dengan budaya dan sopan santun
pada masing-masing individu dimasyarakat walaupun terdapat bedanya suku
dan agama.
Religious : Keluarga Tn.S rajin menjalankan sembahyang 5 waktu.
Economic : Status ekonomi keluarga cukup, untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Education : Pendidikan terakhir sekolah menengah pertama (SMP)
Medical : Pasien memiliki Kartu JAMKESMAS yang digunakan untuk
berobat.

5.3.3 Siklus Kehidupan Keluarga

Berdasarkan diagram siklus kehidupan Duvall, siklus keluarga pasien Tn. S


berada di siklus kehidupan tahap 7 yakni tahap keluarga usia pertengahan
dan pada tahap 6 dimana pada tahap ini adalah tahap keluarga dengan anak-
anak yang meninggalkan keluarga.

1. Tahap awal perkawinan.


2. Tahap keluarga dengan bayi.
1
3. Tahap keluarga dengan anak usia pra-sekolah.
2
4. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah.
3 5. Tahap keluarga dengan anak usia remaja.
8
6. Tahap keluarga dengan anak-anak
4
meninggalkan keluarga.
7. Tahap orangtua usia menengah.
8. Tahap keluarga jompo
5

7 6

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 34


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Gambar 6. Siklus Kehidupan Keluarga Tn.S menurut Duvall

BAB 6
RENCANA PENATALAKSANAAN HOLISTIK DAN KOMPREHENSIF

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 35


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
6.1 Rencana Penatalaksanaan

6.1.1 Aspek Personal / Keluhan Pasien (Axis 1)

Sering buang air kecil


Sering haus dan lapar
Luka pada punggung kaki kanan yang tak kunjung sembuh
Sesak nafas dan cepat lelah saat beraktifitas
Kaki dan tangan bengkak
Rencana Penatalaksanaan:
Farmakologis:
ISDN tablet sublingual 2,5mg : diletakkan 1 tablet dibawah lidah apabila sesak
nafas tidak tertahankan.
Metformin tablet 500 mg : 3 x 1 tablet setelah makan
Cefixime tablet 500mg : 2 x 1 tablet selama 5 hari
Non Farmakologis:
Menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium untuk kadar gula
darah
Dilakukan pemeriksaan Elecro Cardio Graphy.
Pemberian oksigen portable yang dapat dipakai saat pasien merasa sesak tak
tertahankan.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium kadar albumin darah.
Dilakuakan edukasi pola makan yang teratur.

6.1.2 Aspek Klinis (Axis 2)

Diagnosa Utama : Diabetes Melitus tipe 2 tidak terkontrol.


Diagnosa Tambahan : Ulkus diabetikum pada pedis dekstra.
Rencana Penatalaksanaan:
Farmakologis:
Pemberian obat Metformin 500mg sebagai Anti Diabetes Oral pasien yang
diminum 3 x sehari setelah makan setiap hari.
Untuk Ulkus Diabetikum diberikan :
Antibiotik Cefixime 500mg sebanyak 10 tablet yang diminum 2 x
sehari selama 5 hari.
Anti nyeri post amputasi diberikan Asam Mefenamat 500mg
sebanyak 10 tablet yang diminum 3 x sehari selama 3 hari.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 36


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Perawatan luka post amputasi diberikan Intrasite Gel Hydrogel
sebanyak 2 kali selama perawatan luka.
Non Farmakologis:
Untuk ulkus diabetikum pada pedis dekstra dilakukan upaya merujuk pasien ke
Dokter Spesialis Bedah di RSUD Balaraja Tangerang.
Dilakukan upaya perawatan luka post amputasi pada pedis yang sebelumnya
terdapat ulkus diabetikum secara rutin.
Dilakukan pemeriksaan darah rutin, urin rutin, fungsi ginjal, serta fungsi hati.
Pemeriksaan gula darah sewaktu pasien yang dilakukan bersamaan perawatan
luka post operasi.
Pemberian beras merah sebagai pengganti nasi putih dalam menu diet pasien.
Pembuatan menu yang sesuai dengan prinsip diet diabetes melitus.
Pemberian buku saku diabetes kepada Pengawas Minum Obat pasien.
Dilakukan edukasi mengenai diabetes melitus kepada pasien dan anggota
keluarganya yang tinggal di rumah.

Rencana Menu Makanan Tn.S:


Energy Expenditure :1699,89 kkal
o Protein : 1 g/kgBB= 1 x 53 = 53 g
P/E ratio = 53 x 4 / 1699,89 x 100% = 12,47 %
o Lemak : 25% 25% x 1699,89kkal= 424,97kkal/947,2 g
o Karbohidrat : 100% - (12,47 + 25) = 62,53 % 62,53 / 100 x 1699,89
= 1062kkal/4 265,5 g
Prinsip diet Diabetes Melitus :
o Dianjurkan memperhatikan index glikemik dari makanan:
index glikemik rendah : < 55 % [nasi merah, oat meal,
barley,kacang polong]
index glikemik sedang : 56-69 % / porsi[ Jagung rebus,
kentang rebus, roti gandum]
index glikemik tinggi > 70% % porsi Nasi putih, roti putih,
corn flake, pasta]
o Dianjurkan melakukan perhitungan jumlah karbohidrat yang di konsumsi
persajian tidak lebih dai 60 gram karbohidrat. (Carbohydrate Counting)
o Kebutuhan kalori sebesar 25 30 kkal / kgBB ideal.
o Kebutuhan karbohidrat sebesar 45 60 % dari total asupan.
o Kebutuhan lemak sebesar 25 % dari total asupan. (lemak jenuh<7%,
jenuh ganda<10%)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 37


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
o Kebutuhan protein sebesar 10 20 % total asupan.
o Kebutuhan serat 20 35 gram / hari.
o Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan.
Menu makanan yang dianjurkan:
Tabel 6.1. Menu makan pagi: 1 centong nasi merah + telur mata sapi + ketimun +
teh tawar hangat
Bahan Berat URT Energi Protein Lemak KH(g)
(g) (kkal) (g) (g)
Beras 50 g 1 centong nasi 176.5 4.1 0.35 39.45
Telur ayam 50 g 1 butir 79 6.4 5.75 0.35
Minyak 5g 1 sdt 45 0 5 0
Ketimun 100 g 1 buah 15 0.7 0.1 2.8
Subtotal 315.5 11.2 11.2 42.6
Tabel 6.2. Menu selingan pagi: 2 potong buah melon
Bahan Berat URT Energi Protein Lemak KH(g)
(g) (kkal) (g) (g)
Melon 300 g 2 ptg 102 2.52 0.57 24.48
Subtotal 102 2.52 0.57 24.48

Tabel 6.3. Menu makan siang: nasi merah 8 sdm + 1 potong dada ayam utuh bakar
dengan kulit + 2 ptg tahu bacem + 1 mangkuk sayur bayam
Bahan Berat URT Energi Protein Lemak KH(g)
(g) (kkal) (g) (g)
Beras merah 60 g 8 sdm nasi 211.8 4.92 1.14 45.42
Daging ayam 100 g 1 potong 298.8 3.5 25 0
Tahu 100 g 2 potong 79 7.8 4.6 1.6
Minyak 10 g 1 sdt 90 0 10 0
Bayam 100 g 1 mangkuk 45 3.5 0.5 6.5
Subtotal 723.8 19.72 41.24 53.52

Tabel 6.4. Menu selingan sore: 1 buah pisang Cavendish + teh tawar hangat

Bahan Berat URT Energi Protein Lemak KH(g)


(g) (kkal) (g) (g)

Pisang 100g 1 buah 98 1.2 0.2 22.8

Subtotal 98 1.2 0.2 22.8

Tabel 6.5. Menu makan malam: nasi merah 8 sdm + 1 ekor ikan mas goreng + 1
ptg tempe bacem + 1 mangkuk tumis kangkung

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 38


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Bahan Berat URT Energi Protein Lemak KH(g)
(g) (kkal) (g) (g)
Beras merah 60 g 8 sdm nasi 211.8 4.92 1.14 45.42
Ikan mas 50 g 1 ekor 41 8 1.0 0
Tempe 50 g 1 potong 80 9.15 2.0 6.3
Kangkung 100 g 1 mangkuk 36 3.0 0.3 5.4
Minyak 10 g 2 sdt 90 0 10 0
Subtotal 458.8 25.07 14.44 57.15

Tabel 6.6. Selisih asupan pengaturan menu untuk Tn.S


Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)

Kebutuhan 1699.89 53 47.2 265.5


Menu 1698.1 58.51 67.65 200.57

Selisih -1.79 +5.51 +20.45 -64.93

Nasihat diet untuk Tn.S:


o Konsumsi sumber bahan makanan yang variatif sesuai prinsip gizi seimbang.
o Makanlah secara teratur 3x sehari disertai selingan pagi dan sore.
o Ganti sumber bahan makanan ke bahan yang rendah gula seperti beras
merah, oatmeal, dan kacang polong.
o Kurangi konsumsi goreng-gorengan, santan, atau diganti dengan minyak
zaitun
o Selalu makan sayur setiap makan, usahakan makan sayur lebih dahulu
sebelum nasi dan lauk-pauk.
o Hindari konsumsi cemilan manis seperti kue tart, donat, dan makanan cepat
saji (junk food). Hindari minum-minuman soft drink.
o Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran.

6.1.3 Aspek Internal (Axis 3)

Pengetahuan pasien tentang Diabetes Melitus kurang.


Pasien sudah 5 tahun menderita Diabetes Melitus namun tidak patuh minum
obat.
Pasien tidak suka berolahraga.
Pasien senang mengkonsumsi makanan dan minuman manis.
Rencana Penatalaksanaan:

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 39


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit Diabetes Melitus (definisi,
faktor risiko, klasifikasi, tanda gejala, pengobatan, komplikasi, pencegahan).
Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan Diabetes Melitus adalah seumur
hidup dan harus minum obat teratur setiap hari.
Menganjurkan pasien untuk mulai berolahraga ringan seperti peregangan otot
setiap pagi hari.
Memotivasi pasien untuk berhenti makan makanan manis dan tinggi kolesterol
kemudian menggantinya dengan banyak makan sayur dan buah.

6.1.4 Aspek Eksternal (Axis 4)

Keluarga pasien kurang memahami penyakit pasien sehingga keluarga


kurang memotivasi dan mengingatkan pasien untuk rutin kontrol dan minum
obat.
Menu makanan yang dibuat istri pasien tidak sesuai dengan prinsip diet
Diabetes Melitus.
Rencana Penatalaksanaan:
Mengedukasi keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien, menunjuk istri
pasien untuk menjadi Pengawas Minum Obat (PMO) dan memberikan media
kalender untuk diisi oleh keluarga setiap kali pasien minum obat sehingga
keluarga dapat mengingatkan pasien untuk minum obat dan kontrol teratur.
Memotivasi istri pasien untuk membuat menu pasien sesuai dengan anjuran diet
diabetes. (menggunakan beras merah, banyak konsumsi serat)

6.1.5 Aspek Fungsional (Axis 5)

Skala fungsional Skala 3 = ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih


dapat dilakukan pekerjaan ringan dapat dilakukan
Rencana Penatalaksanaan:
Mengedukasi keluarga pasien agar membantu pasien melakukan kegiatan yang
tidak bisa dilakukan secara mandiri.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 40


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
BAB 7
INTERVENSI, HASIL INTERVENSI, DAN PROGNOSIS

7.1. Intervensi dan Hasil Intervensi


Kegiatan kunjungan keluarga ke rumah pasien dilakukan tanggal 13 Februari
2017, 18 Februari 2017, 20 Februari 2017, 22 Februari 2017, 24 Februari 2017, 26
Februari 2017, dan 28 Februari 2017. Dalam kunjungan tersebut dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, observasi keadaan di dalam dan di luar rumah. Selain itu dilakukan
kegiatan kunjungan ke RSUD Balaraja saat pasien dirawat inap serta dilakukan
penjemputan dan pengantaran pasien ke lab untuk dilakukan intervensi.

7.1.1. Aspek Personal/Keluhan Pasien

Sering buang air kecil


Sering haus dan lapar
Luka pada punggung kaki kanan yang tak kunjung sembuh
Sesak nafas dan cepat lelah saat beraktifitas
Kaki dan tangan bengkak
Rencana penatalaksanaan tanggal 13 Februari 2017:
Farmakologis:
ISDN tablet sublingual 2,5mg : diletakkan 1 tablet dibawah lidah apabila sesak
nafas tidak tertahankan.
Metformin tablet 500 mg : 3 x 1 tablet setelah makan
Cefixime tablet 500mg : 2 x 1 tablet selama 5 hari

Non Farmakologis:
Menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium untuk kadar gula
darah
Dilakukan pemeriksaan Elecro Cardio Graphy.
Pemberian oksigen portable yang dapat dipakai saat pasien merasa sesak tak
tertahankan.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium kadar albumin darah.
Dilakuakan edukasi pola makan yang teratur.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 41


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Hasil intervensi tanggal 18 Februari 2017:
Hasil pemeriksaan ECG adalah pasien mengalami old miocard infark.
Pasien menggunakan oksigen tambahan dari tabung saat merasa sesak.
Hasil pemeriksaan albumin adalah pasien mengalami Hipoalbumin.
Kaki dan tangan masih bengkak.
Hasil intervensi tanggal 22 Februari 2016:
Obat diminum dan bengkak mulai berkurang.
Keluhan sesak nafas makin berkurang.
Hasil intervensi tanggal 24 Februari 2017
Bengkak pada kaki dan tangan pasien makin berkurang.
Sesak nafas saat beraktivitas makin jarang muncul.
Hasil intervensi tanggal 26 Februari 2017
Obat diminum.
Bengkak pada tangan sudah hilang namun pada kaki masih ada sedikit.
Analisis: Hasil intervensi berhasil karena 80% intervensi berhasil dilakukan (keluhan
bengkak masih ada pada bagian kaki).

7.1.2. Aspek Klinis

Diagnosa Utama : Diabetes Melitus tipe 2 tidak terkontrol.


Diagnosa Tambahan : Ulkus diabetikum pada pedis dekstra.
Rencana intervensi:
Farmakologis:
Pemberian obat Metformin 500mg sebagai Anti Diabetes Oral pasien sebanyak
30 tablet yang diminum 3 x sehari setiap hari.
Untuk Ulkus Diabetikum diberikan :
Antibiotik Cefixime 500mg sebanyak 10 tablet yang diminum 2 x
sehari selama 5 hari.
Anti nyeri post amputasi diberikan Asam Mefenamat 500mg
sebanyak 10 tablet yang diminum 3 x sehari selama 3 hari.
Perawatan luka post amputasi diberikan Intrasite Gel Hydrogel
sebanyak 4 kali selama perawatan luka.
Non Farmakologis:

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 42


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Dilakukan upaya merujuk pasien ke Dokter Spesialis Bedah di RSUD Balaraja
Tangerang.
Dilakukan upaya perawatan luka post amputasi pada pedis yang sebelumnya
terdapat ulkus diabetikum secara rutin.
Dilakukan pemeriksaan darah rutin, urin rutin, fungsi ginjal, serta fungsi hati.
Pemeriksaan gula darah sewaktu pasien yang dilakukan bersamaan perawatan
luka.
Pemberian beras merah sebagai pengganti nasi putih dalam menu diet pasien.
Hasil intervensi:
Pasien menjalani tindakan amputasi digiti IV pedis dekstra di RSUD Balaraja.
Mengganti perban dan membersihkan sisa sisa jaringan yang nekrosis.
Gula darah setiap dilakukan kunjungan terkontrol.
Hasil pemeriksaan darah rutin pasien mengalami anemia dan leukositosis.
Hasil pemeriksaan fungsi ginjal terdapat
Hasil pemeriksaan fungsi hati terdapat
Pasien sudah mengganti menu makannya dari nasi putih menjadi nasi merah.

Tabel 7.1 Hasil Intervensi Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu


TANGGAL GULA DARAH SEWAKTU
13 Februari 2017 111 mg/dl
18 Februari 2017 126 mg/dl
20 Februari 2017 153 mg/dl
22 Februari 2017 131 mg/dl
24 Februari 2017 127 mg/dl
26 Februari 2017 130 mg/dl
28 Februari 2017 121 mg/dl

Tabel 7.2 Hasil Intervensi Perawatan Luka


TANGGAL KONDISI LUKA POST AMPUTASI
13 Februari 2017

18 Februari 2017

20 Februari 2017

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 43


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
22 Februari 2017

24 Februari 2017

26 Februari 2017

28 Februari 2017

Tabel 7.3 Hasil Intervensi Pemeriksaan Darah Rutin


Hemoglobin 10.3
Hematokrit 33
Leukosit 12.500
Trombosit 369.000
Eritrosit 3.9
LED 102

Tabel 7.4 Hasil Intervensi Pemeriksaan Fungsi Hati dan Fungsi Ginjal
SGOT
SGPT
Ureum
Creatinin

7.1.3. Aspek Internal

Pengetahuan pasien tentang Diabetes Melitus kurang.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 44


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Pasien sudah 5 tahun menderita Diabetes Melitus namun tidak patuh minum
obat.
Pasien tidak suka berolahraga.
Pasien senang mengkonsumsi makanan manis dan tinggi kolesterol sejak
dulu.
Rencana intervensi:
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit Diabetes Melitus (definisi,
faktor risiko, klasifikasi, tanda gejala, pengobatan, komplikasi, pencegahan).
Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan Diabetes Melitus adalah seumur
hidup dan harus minum obat teratur setiap hari.
Menganjurkan pasien untuk mulai berolahraga ringan seperti peregangan otot
setiap pagi hari.
Memotivasi pasien untuk berhenti makan makanan manis dan tinggi kolesterol
kemudian menggantinya dengan banyak makan sayur dan buah.
Hasil intervensi tanggal 26 Februari 2017:
Pasien sudah mengerti mengenai penyakit Diabetes Melitus.
Pasien sudah minum obat metformin tiga kali sehari.
Pasien melakukan pergengan otot setiap bangun tidur pagi hari.
Pasien mau makan sayur - sayuran dan buah.

7.1.4. Aspek Eksternal

Keluarga pasien kurang memahami penyakit pasien sehingga keluarga


kurang memotivasi dan mengingatkan pasien untuk rutin kontrol dan minum
obat.
Menu makanan yang dibuat istri pasien tidak sesuai dengan prinsip siet
Diabetes Melitus.
Rencana intervensi:
Mengedukasi keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien, menunjuk istri
pasien untuk menjadi Pengawas Minum Obat (PMO) dan memberikan media
buku saku sebagai pedoman sehingga dapat mengingatkan pasien untuk minum
obat dan kontrol teratur.
Memotivasi istri pasien untuk membuat menu pasien sesuai dengan anjuran diet
Diabetes Melitus.
Hasil intervensi 28 Februari 2017:

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 45


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Keluarga terutama istri pasien mengerti mengenai penyakit yang diderita pasien
dan mendukung pengobatan pasien serta memakai buku saku yang diberikan
sebagai pedoman pasien minum obat Diabetes.
Istri pasien mulai membuat masakan yang sehat setiap hari dengan adanya
hidangan sayur dan selingan buah.

7.1.5. Aspek Status Fungsional Pasien

Skala fungsional Skala 3 = ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih


dapat dilakukan pekerjaan ringan dapat dilakukan
Rencana intervensi:
Mengedukasi keluarga pasien agar membantu pasien melakukan kegiatan yang
tidak bisa dilakukan secara mandiri.
Hasil intervensi 28 Februari 2017:
Keluarga pasien saling bergantian membantu pasien melakukan aktivitas lain.

7.2. Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungtionam : dubia ad bonam

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 46


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
BAB 8
KESIMPULAN dan SARAN

8.1. Kesimpulan

Diketahuinya faktor faktor resiko penyebab Diabetes Melitus pada Tn. S yaitu:
Pola makan yang banyak mengkonsumsi makanan dan minuman
manis terus menerus dalam jangka waktu lama.
Pola makan yang banyak mengkonsumsi sumber kolesterol tinggi
dalam jangka waktu lama.
Pola hidup yang tidak sehat seperti jarang berolahraga.
Faktor internal menurut Mandala of Health yang menyebabkan Diabetes Melitus
pada Tn.S yaitu
Pengetahuan pasien tentang Diabetes Melitus kurang.
Pasien banyak mengkonsumsi makanan dan minuman manis setiap
hari sejak masih muda.
Pasien rutin mengkonsumsi nasi padang saat dulu masih bekerja.
Pasien tidak suka berolahraga.
Faktor eksternal menurut Mandala of Health yang menyebabkan Diabetes
Melitus pada Tn.S yaitu
Keluarga pasien tidak mengerti mengenai penyakit Diabetes Melitus
sehingga tidak bisa mengingatkan pasien saat pola hidupnya kurang
sehat.
Teman teman pasien sewaktu bekerja selalu mengajak pasien makan
nasi padang saat istirahat siang.
Teman teman pasien dulu sering mengajak pasien minum minuman
penambah energi.
Lingkungan kerja pasien yang dulu membuat pasien tidak ada waktu
untuk berolahraga.
Diketahuinya alternatif jalan keluar untuk mengatasi Diabetes Melitus pada Tn.
S dengan melakukan intervensi:
Alternatif jalan keluar untuk permasalahan internal, yaitu
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit Diabetes Melitus
(definisi, faktor risiko, klasifikasi, tanda gejala, pengobatan,
komplikasi, pencegahan).
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan Diabetes Melitus
adalah selama seumur hidup dan harus rutin.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 47


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
- Menganjurkan pasien untuk memulai berolahraga ringan kegiatan
peregangan badan setiap pagi.
- Menganjurkan pasien untuk mengkonsumi makanan gizi
seimbang sesuai prinsip diet Diabetes Melitus.
Alternatif jalan keluar untuk permasalahan eksternal, yaitu
- Mengedukasi keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien,
menunjuk istri pasien menjadi Pengawas Minum Obat (PMO), dan
memberikan media buku saku sebagai pedoman istri pasien tentang
Diabetes Melitus serta kepatuhan minum obat.
- Memotivasi istri pasien untuk selalu memasak menu makanan gizi
seimbang sesuai diet Diabetes Melitus.

8.2. Saran
Saran untuk pasien dan keluarganya
Pasien selalu patuh minum obat serta menjaga pola hidup dan makan yang sehat.
Keluarga ikut menjalankan pola makan yang sehat agar pasien lebih termotivasi
makan makanan yang sehat
Keluarga saling bergantian merawat kaki pasien.
Anak anak dan cucu pasien lebih meluangkan waktu bersama agar pasien lebih
termotivasi dan kembali bersemangat dalam beraktivitas.
Keluarga rutin membawa pasien berobat ke puskesmas atau ke posbindu untuk
kontrol.

Saran untuk tim kunjungan berikutnya:


Memastikan diet pasien tetap sesuai dengan prinsip diet Diabetes Melitus yang
telah dilaksanakan.
Memastikan kadar gula darah tetap terkontrol.
Mengevaluasi perkembangan luka pada kaki pasien.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 48


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Melakukan berbagai intervensi lebih lanjut untuk mengatasi masalah komplikasi
lainnya yang telah ditemukan dalam laporan ini.

Saran untuk Puskesmas


Menyarankan kepada Puskesmas untuk menyelenggarakan program promosi
kesehatan kepada komunitas dengan resiko tinggi mengalami Diabetes Melitus.
Menyarankan kepada Puskesmas untuk selalu melakukan deteksi dini
komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pasien dengan Diabetes Melitus.

LAMPIRAN

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 49


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Lampiran 1. Tampak Depan Rumah Lampiran 2. Tampak Atap Rumah
Pasien Pasien

Lampiran 3. Tampak Ruang Keluarga Lampiran 4. Tampak Kamar Mandi di


Pasien Rumah Pasien Tinggal

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 50


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Lampiran 5. Tampak Dapur Pasien Tidak Lampiran 6. Dokter Muda Melakukan
Memiliki Sekat dengan Kamar Mandi Sosialisasi Diabetes ke Keluarga Tn.S

Lampiran 7. Dokter Muda Melakukan Lampiran 8. Dokter Muda Melakukan


Pemeriksaan EKG Tn.S Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Tn.S

Lampiran 9. Dokter Muda Melakukan Lampiran 10. Dokter Muda Menunjuk


Perawatan Luka Post Amputasi Tn.S dan Melatih Istri Tn.S Sebagai PMO

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 51


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 52
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 53
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 23 Januari 2017 18 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai