PENDAHULUAN
Diabetes melitus bukan lagi penyakit bagi golongan mampu, justru para petani,
buruh, dan nelayan yang memiliki prevalensi terbanyak yang mengalami kegagalan
regulasi gula darah [Riskesdas, 2013]. Kota Tangerang memiliki jumlah petani, buruh,
nelayan sebanyak kurang lebih 300 ribu jiwa pada tahun 2010 dan terus meningkat
seiring dengan bertambahnya lapangan pekerjaan di sektor tersbut [Dinas Kesehatan
Tangerang,2010]. Hal ini tentunya perlu diperhatikan mengingat kelompok tersebut
yang memiliki faktor resiko tinggi dari sudut pandang pola hidup [Riskesdas, 2013].
Prevalensi pasien yang datang berobat dengan keluhan gejala klasik Diabetes
Melitus di Wilayah kerja Puskesmas Cikupa sepanjang bulan Februari hingga
September 2016 bahkan melebihi pasien dengan keluhan yang lazim ditemukan seperti
batuk dan sakit kepala, oleh karena itu Diabetes Melitus masuk dalam 15 besar penyakit
di Puskesmas Cikupa [Puskesmas Cikupa, 2016]. Komplikasinya dapat bersifat akut
maupun kronis [Perkeni, 2015]. Ketoasidosis diabetik, status hiperglikemi hiperosmolar,
dan hipoglikemi merupakan komplikasi akut sedangkan neuropati dan mikroangiopati
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Terkontrolnya Diabetes Melitus pada Tn. S sehingga diharapkan tidak terjadi
komplikasi lebih lanjut.
Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula,
atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan gula
darah yang tingginya sudah membahayakan [Setiabudi, 2008].Faktor utama pada
diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh kelompok sel beta di
pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin,
bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan
jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin
atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes [Setiabudi,
2008].
2.2.2 Faktor Resiko
Fator resikonya antara lain :
1. Kedua orang tuanya pernah menderita DM.
2. Pernah mengalami gangguan toleransi glukosa kemudian normal kembali.
3. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram.
2.2.3 Klasifikasi
American Diabetis Association (ADA) memperkenalkan sistem klasifikasi berbasis
etiologi dan kriteria diagnosa untuk diabetes yang diperbaharui pada tahun 2010.
Sistem klasifikasi ini mengelaskan tipe diabetes, antaranya :
1.Diabetes Mellitus Tipe 1 (IDDM)
2.Diabetes Mellitus Tipe 2 (NIDDM)
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut
dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori
dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan =
1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
DIABETES MELLITUS
Nefropati
Retinopati
Neuropati
Microangiopati
ULKUS DM
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 63 tahun
Alamat : Desa Talaga RT 01/ RW 01
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah dengan 1 orang istri dan punya 4 orang anak
Suku Bangsa : Sunda
Kewarganegaraan : WNI
3.2. Anamnesis
Pasien juga sering mengalami sesak nafas yang awalnya dirasakan pasien ketika
beraktivitas dirumah dan bekerja namun membaik saat pasien beristirahat. Keluhan
sesak nafas dirasakan memburuk sejak 1 bulan terakhir. Keluhan sesak diakui pasien
Pasien telah berhenti bekerja selama kurang lebih 5 tahun lalu dan sekarang
pasien kadang masih dibutuhkan untuk meminta sumbangan mushola atau mesjid.
Awalnya pasien hanya menjaga warung kelontong dan kontrakan 3 pintu yang dikelola
bersama istrinya.
Kebiasaan minum kopi sejak usia 25 tahun. Sehari menghabiskan 2-3 gelas
kopi hitam dengan gula sebanyak 2 sendok makan, 2 bulan belakangan ini
diganti dengan kopi susu sachet 1 gelas sehari.
Pasien terkadang membantu istri berjualan di warung dan meminta
sumbangan untuk mesjid di pinggir jalan.
Pasien makan tiga sampai empat kali sehari di rumah bersama dengan
keluarga sebanyak 1 piring nasi per kali makan.
Pasien sering tidak memakai alas kaki pada saat keluar rumah.
Pasien tidak minum alkohol maupun menggunakan obat terlarang.
Pasien tidak pernah berolahraga.
Sejak lima tahun yang lalu, pasien mengkonsumsi obat kencing manis
namun kontrol tidak teratur, dan minum obat tidak teratur.
3.3. Pemeriksaan
Tabel 3.1. Klasifikasi Status Gizi berdasarkan WHO Asia Pacific Perspective for
Asians (WHO,2003)
Klasifikasi Nilai IMT
Underweight <18,5
Normal 18,5 22,9
Klasifikasi Nilai IMT
Overweight 23
Pre-obese 23 24,9
Obese I 25 29,9
Obese II 30
Status Gizi Tn. S berdasarkan tabel di atas adalah normal
3. Telinga
Bentuk normal, serumen (-/-), sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik
aurikula (-/-), Kelenjar Getah Bening (KGB) pre-retro aurikuler dextra et
sinistra tidak teraba membesar, liang telinga dextra et sinistra lapang.
4. Hidung
Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-), mukosa hidung tidak pucat dan
tidak hiperemis. Terlihat pernapasan cuping hidung saat pasien bernafas.
5. Mulut
Bibir sianosis (-), faring hiperemis (-), uvula ditengah, tonsil T1/T1 tidak
hiperemis.
6. Leher
Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, KGB submandibula dan
servikal dextra et sinistra tidak teraba membesar.
7. Thoraks
I. Paru
Inspeksi :
Bentuk normal, simetris saat statis dan dinamis,tidak
8. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar, warna kulit tampak
kecoklatan, tidak terdapat kelainan kulit
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi :Timpanidi keempat kuadran abdomen,
nyeri ketok ginjal (-)
3.6.1. Terapi Farmakologi saat ke Balai Pengobatan Umum (30 Januari 2017)
Metformin 500 mg 1x1 tab (Per Oral), sebanyak 1 strip terdiri dari 10
tablet.
Paracetamol 500 mg 3x1 tab (Per Oral), sebanyak 1 strip terdiri dari 10
tablet.
3.6.2. Terapi Non Farmakologi (30 Januari 2017)
BAB 4
DATA KELUARGA DAN LINGKUNGAN
4.2. Genogram
Pasien kotrol jika hanya ada keluhan, pasien ke control atau berobat ke klinik
terdekat dan meminum obat hingga keluhan dirasa berkurang, jika keluhan sudah
berkurang obat tidak diminum kembali.
Tabel 4.3. Menu makanpagi: nasi + telor mata sapi + kopi dengan 2 sdm gula pasir
Tabel 4.5. Menu makan sore: nasi 2 centong + 2 ptg tahu goreng + 2 ptg tempe
goreng
Tabel 4.6. Menu makanmalam: nasi 1 centong + telor dadar + kopi 1 gelas dan 2
sdm gula pasir
Harris Benedict
BMR / hari : 66,5 + (13,7 x BB) + (5 x TB) (6,8 x U)
= 66,5 + (13,7 x 53) + (5 x 163) (6,8 x 63) = 1179,2 kkal
BMR/ jam :49,13 kkal
Total 24 1699,89
Kesan :
Kualitas : Jika dilihat dari selisih asupan, makanan yang dimakan oleh Tn.
S kurang bergizi seimbang karena karbohidrat yang dikonsumsi Tn.S terlalu
banyakdan tidak sesuai dengan prinsip carbohydratecountingdan perlu
variasi menu makanan.
Kuantitas : Jika dilihat dari selisih asupan, porsi makanan yang dimakan Tn.
Sterlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhannya.
4.7. Kondisi Rumah
Lokasi rumah : Berjarak sekitar 1 km dari puskesmas, terletak dekat dari jalan raya
(sekitar 110 meter) dan dekat dengan kali. Jalan rumah dapat dilewati dengan jalan kaki
dan naik motor. Letak rumah berada dalam 1 bangunan dan 1 atap dengan rumah lain
yang dipisahkan dengan tembok.
Ventilasi
Insidentil :
- Pintu rumah utama : 1 m x 2 m = 2m2
- 1 Jendela : 1 m x 1 m = 1m2
Luas Ventilasi Insidentil x 100% = 3 x 100% = 7,27 %
Luas Lantai 41,25
Luas Ventilasi insidentil minimal 10% dari luas lantai.
Permanen :
- Lubang angin diatas pintu utama : 20 cm x 30 cm x 2 buah = 1,2 m2
Luas Ventilasi Permanen x 100% = 1,2 x 100% = 2,90 %
Luas Lantai 41,25
Luas Ventilasi insidentil minimal 5% dari luas lantai.
Total Luas Ventilasi :
(Luas ventilasi permanen+Insidentil)x100% = (1,2+7,27)x100% = 20,53%
42 41,25
Ventilasi yang baik = minimal 15% dari luas lantai bangunan
Kesan : Berdasarkan total luas ventilasi, rumah Tn. S memenuhi syarat ventilasi tetapi
dari segi fungsional tidak berfungsi secara maksimal dikarenakan jendela jarang dibuka.
Tempat Mandi
Rumah yang ditinggali Tn. S memiliki 1 kamar mandi yang letaknya bersebelahan
dengan dapur dan tidak memiliki sekat. Pada kamar mandi umum terdapat 3 buah kamar
mandi yang masing masingnya terdapat satu bak penampungan dan gayung serta alat
mandi. Lantai kamar mandi terbuat dari semen. Terdapat jamban. Sumur pompa terletak
2 meter dekat kamar mandi umum.
Kesan: Kamar mandi dalam rumah yang ditinggali Tn.S tidak ideal karena tidak
memiliki sekat dengan dapur sehingga tidak bisa melakukan kegiatan memasak saat ada
yang mandi.
Halaman Rumah
Terdapat halaman rumah, di depan rumah. Pada halaman depan rumah terdapat 1
buah motor yang terparkir dan 2 buah kandang burung dara. Halaman belakang rumah
berbatasan dengan sawah.
Kesan : Halaman belakang rumah kurang ideal karena langsung berbatasan dengan
sawah. Dikhawatirkan genangan air di sawah terdapat jentik jentik nyamuk yang
bepotensi menjadi sumber penularan penyakit.
Alat kesejahteraan dalam keluarga
Keluarga memiliki 1 unit televisi 20inch, 1 unit vcd player, 2 unit speaker, 1 unir
kulkas, 1 unit penanak nasi, 1 unit kompor gas, 1 unit kipas angin dan 2 unit sepeda
motor. Semua dapat berfungsi dengan baik.
Kesan : Dilihat dari alat kesejahteraan yang dimiliki, kondisi ekonomi Tn.S adalah
cukup.
Body
Pasien Tn.S berusia 63 tahun menderita DM type II tidak terkontrol dan
ulkus diabetikum pedis dekstra.
Mind
Tn. S beranggapan penyakitnya tidak memerlukan pengobatan terus
menerus dan sudah sembuh.
Spirit
o Pasien tidak memiliki keinginan untuk merubah gaya hidup sehat
o Pasien dan keluarga pasien rajin melakukan ibadah shalat
Level Kedua
Sick Care System
o Jarak dari rumah Tn.S dengan puskesmas cukup jauh
o Pelayanan puskesmas Cikupa terhadap penyakit diabetes mellitus cukup
baik.
Work
o Tn.S saat ini sehari-harinya tidak bekerja, hanya membantu istri
berjualan dan mencari dana untuk pembangunan mesjid.
o Pasien tidak menggunakan alas kaki saat bekerja atau keluar rumah.
Lifestyle
o Pasien mengkonsumsi kopi hitam dua gelas sehari dengan dua sendok
makan gula
o Saat bekerja di mesjid pasien selalu diberi makan siang berupa nasi
padang.
Community
o Masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
Human Made Environment
o Lingkungan rumah pasien cukup kotor
Culture
o Pasien percaya bahwa penyakit diabetes dapat disembuhkan, dan tidak
memerlukan pengobatan rutin.
Biosphere
o Global warming.
5.1 Resume
Keturunan : Patrilinier
Perkawinan : Monogami
Pemukiman : Neolokal
Jenis anggota keluarga : Extended family
Kekuasaan : Patriakal
Fisiologis
Adaptation : 2 (keluarga Tn. S dapat beradaptasi terhadap keadaan
serta penyakit Tn.S dengan baik, jika dilihat dari usaha dan dukungan
keluarga Tn.S untuk mengobati penyakit Tn.S)
Partnership : 1 (komunikasi dalam keluarga Tn. S kurang baik karena
anak- anak Tn.S sudah memiliki keluarga masing-masing dan jarang
berkumpul).
Growth : 2 (keluarga Tn.S mau mendukung kesembuhan Tn. S
yaitu dengan dukungan nasihat serta dengan mengantar Tn.S untukpergi
berobat).
Affection : 2 (keluarga tn.S tampak tetap menyayangiTn.S).
Resolve : 1 (kurangnya kepuasan anggota keluarga tentang
kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama dengan anggota keluarga).
Patologis
Social : Interaksi keluarga Tn.S dengan tetangga adalah baik.
Berdasarkaninformasi yang didapatkan dari tetangga-tetangga Tn.S di
sebelah rumah Tn.S, keluarga Tn.S sering berkumpul di masjid dan
berbincang-bincang dengan tetangga yang lain.
Culture : Keluarga Tn.S merasa puas dengan budaya dan sopan santun
pada masing-masing individu dimasyarakat walaupun terdapat bedanya suku
dan agama.
Religious : Keluarga Tn.S rajin menjalankan sembahyang 5 waktu.
Economic : Status ekonomi keluarga cukup, untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Education : Pendidikan terakhir sekolah menengah pertama (SMP)
Medical : Pasien memiliki Kartu JAMKESMAS yang digunakan untuk
berobat.
7 6
BAB 6
RENCANA PENATALAKSANAAN HOLISTIK DAN KOMPREHENSIF
Tabel 6.3. Menu makan siang: nasi merah 8 sdm + 1 potong dada ayam utuh bakar
dengan kulit + 2 ptg tahu bacem + 1 mangkuk sayur bayam
Bahan Berat URT Energi Protein Lemak KH(g)
(g) (kkal) (g) (g)
Beras merah 60 g 8 sdm nasi 211.8 4.92 1.14 45.42
Daging ayam 100 g 1 potong 298.8 3.5 25 0
Tahu 100 g 2 potong 79 7.8 4.6 1.6
Minyak 10 g 1 sdt 90 0 10 0
Bayam 100 g 1 mangkuk 45 3.5 0.5 6.5
Subtotal 723.8 19.72 41.24 53.52
Tabel 6.4. Menu selingan sore: 1 buah pisang Cavendish + teh tawar hangat
Tabel 6.5. Menu makan malam: nasi merah 8 sdm + 1 ekor ikan mas goreng + 1
ptg tempe bacem + 1 mangkuk tumis kangkung
Non Farmakologis:
Menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium untuk kadar gula
darah
Dilakukan pemeriksaan Elecro Cardio Graphy.
Pemberian oksigen portable yang dapat dipakai saat pasien merasa sesak tak
tertahankan.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium kadar albumin darah.
Dilakuakan edukasi pola makan yang teratur.
18 Februari 2017
20 Februari 2017
24 Februari 2017
26 Februari 2017
28 Februari 2017
Tabel 7.4 Hasil Intervensi Pemeriksaan Fungsi Hati dan Fungsi Ginjal
SGOT
SGPT
Ureum
Creatinin
7.2. Prognosis
8.1. Kesimpulan
Diketahuinya faktor faktor resiko penyebab Diabetes Melitus pada Tn. S yaitu:
Pola makan yang banyak mengkonsumsi makanan dan minuman
manis terus menerus dalam jangka waktu lama.
Pola makan yang banyak mengkonsumsi sumber kolesterol tinggi
dalam jangka waktu lama.
Pola hidup yang tidak sehat seperti jarang berolahraga.
Faktor internal menurut Mandala of Health yang menyebabkan Diabetes Melitus
pada Tn.S yaitu
Pengetahuan pasien tentang Diabetes Melitus kurang.
Pasien banyak mengkonsumsi makanan dan minuman manis setiap
hari sejak masih muda.
Pasien rutin mengkonsumsi nasi padang saat dulu masih bekerja.
Pasien tidak suka berolahraga.
Faktor eksternal menurut Mandala of Health yang menyebabkan Diabetes
Melitus pada Tn.S yaitu
Keluarga pasien tidak mengerti mengenai penyakit Diabetes Melitus
sehingga tidak bisa mengingatkan pasien saat pola hidupnya kurang
sehat.
Teman teman pasien sewaktu bekerja selalu mengajak pasien makan
nasi padang saat istirahat siang.
Teman teman pasien dulu sering mengajak pasien minum minuman
penambah energi.
Lingkungan kerja pasien yang dulu membuat pasien tidak ada waktu
untuk berolahraga.
Diketahuinya alternatif jalan keluar untuk mengatasi Diabetes Melitus pada Tn.
S dengan melakukan intervensi:
Alternatif jalan keluar untuk permasalahan internal, yaitu
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit Diabetes Melitus
(definisi, faktor risiko, klasifikasi, tanda gejala, pengobatan,
komplikasi, pencegahan).
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan Diabetes Melitus
adalah selama seumur hidup dan harus rutin.
8.2. Saran
Saran untuk pasien dan keluarganya
Pasien selalu patuh minum obat serta menjaga pola hidup dan makan yang sehat.
Keluarga ikut menjalankan pola makan yang sehat agar pasien lebih termotivasi
makan makanan yang sehat
Keluarga saling bergantian merawat kaki pasien.
Anak anak dan cucu pasien lebih meluangkan waktu bersama agar pasien lebih
termotivasi dan kembali bersemangat dalam beraktivitas.
Keluarga rutin membawa pasien berobat ke puskesmas atau ke posbindu untuk
kontrol.
LAMPIRAN